(Online)
Departemen Kebijakan Publik KAMMI Surabaya
Pembicara :
Muhammad Abdel Rafi
o Mahasiswa Hubungan Internasional Unair dan
Anggota BLM FISIP Unair
Crisis Of Rohingya
Tanah Myanmar yang secara geografis berada di sebelah timur Teluk Bengal
dulunya pernah mencicipi manisnya peradaban islam. Pada tahun 1 H dan
171 H pada zaman khalifah dinasti Abbasiyah, Harun Al Rasyid. Kerajaan islam
ini disebut Kerajaan Arakan. Selama 3.5 abad (1430-1784), kerajaan Arakan
dipimpin 48 raja. Bukti kerajaan islam ini dapat dilihat dari keberadaan koin
yang bergambarkan kalimat syahadat di kedua sisinya. Bukti kedua ada di
peta sejak tahun 1498. Akhir dari peradaban ini adalah manakala kerajaan
Burma yang lambat laun mengikis teritori kerajaan Arakan hingga sekarang
menjadi negara bagian dari negara Burma/Myanmar.
Pelopor Kebaikan
Pro-aktif - Progresif - Edukatif
Diskusi Muslim Negarawan
(Online)
Departemen Kebijakan Publik KAMMI Surabaya
Pelopor Kebaikan
Pro-aktif - Progresif - Edukatif
Diskusi Muslim Negarawan
(Online)
Departemen Kebijakan Publik KAMMI Surabaya
Pada awalnya, etnis Rohingya yang masuk dalam kerajaan islam Arakan
masuk ke tanah Myanmar via jalur perdagangan yang mana ini adalah cara
damai. Bukan dengan kekerasan. Bisa dilihat di file infografis, jika kita lihat lebih
dekat maka terjadi sebuah pergeseran dari abad ke-16 yang awalnya Arakan
(Rohingya) merupakan kerajaan mayoritas, lambat laun digeser kerajaan
Burma yang beragama Buddha. Lewat cara2 peperangan. Jadi bisa kita lihat
saat ini Rohingya dianggap minoritas karena superioritas etnis Burma terhadap
etnis2 minoritas lain.
Apabila ada motif ekonomi, apa daya tarik dari daerah yang ditempati
Muslim Rohingya?
Di daerah Rakhine Utara ini memang terdapat sumber daya alam yang kaya.
Mulai dari tambang gas, minyak, mineral, lahan agrikultur, maupun sumber
daya air. Dan ini menjadi hukum rasional sebuah negara seperti Myanmar
berani mengusir etnis Rohingya yang mayoritas miskin dan bersekongkol
dengan korporasi internasional dan militer untuk memudahkan pengolahan
sumber daya alam sejak 1990-an. Menurut pemerintah, cara paling mudah
untuk mengusir Rohingya dari tempat asalnya adalah membuat mereka tidak
nyaman. Dibakar rumahnya, dibunuh keluarganya, diperkosa ibunya,
dianiaya bapaknya, hingga dibantai anak balita maupun yang masih bayi.
Sebab ketika eksplorasi industri pertambangan SDA sudah berkembang dan
Rohingya masih berada di Rakhine (Arakan), ini akan menjadi beban bagi
pemerintah maupun korporasi
Apakah yang terjadi di Rohingya ini analog dengan Suriah dan atau Uighur?
Ini yang menjadi persoalan ketika krisis kemanusiaan Rohingya ini sudah
disebut sebagai "The most persecuted ethnic in the world" oleh PBB pada
tahun 2013 tapi Myanmar bergeming. Kerasnya reaksi dunia internasional
maupun intensifnya upaya-upaya diplomasi seperti negara Indonesia dan
Turki ternyata belum meluluhkan Penguasa Myanmar. Jadi, beberapa hal
Pelopor Kebaikan
Pro-aktif - Progresif - Edukatif
Diskusi Muslim Negarawan
(Online)
Departemen Kebijakan Publik KAMMI Surabaya
yang bisa kita lakukab selain tetap memantau progress kebijakan Indonesia
lewat kunjungan Menlu kita di Myanmar dan Bangladesh, kita perlu
mendukung dan berdoa agar ada upaya2 konstruktif via dialog -meski
membutuhkan waktu lama- agar tercipta perdamaian sejati, bukan sekedar
perdamaian yang penting aman dan tenang. Yang biasanya dilakukan via
intervensi militer.
Salah satu momen yang menentukan dari pertanyaan ini adalah ketika
adanya Sidang PBB 12 September nanti. Turki sudah menginisiasi untuk
diajukannya isu Rohingya di dalam agenda sidang. Entah nanti solusinya
adalah upaya mediasi atau justru intervensi. Namun saya pribadi kurang yakin
jika PBB akan mengirim pasukan perdamaian ke Myanmar. Mau melawan
siapa? Militer Myanmar? Bahkan Rohingya sendiri tidak diakui secara hukum
kewarganegaraannya alias stateless. Berbeda kasusnya jika head to head
dengan kasus Timor-Timur yang ketika itu PBB mengirim pasukan perdamaian
INTERFET untuk memuluskan upaya memerdekakan Timor Timur karena
kepentingan Australia. Pun warga Timor memiliki hak kewarganegaraan ketika
itu.
Referensi:
Hidayatullah. 2017. Krisis Kemanusiaan Rohingya, Majelis Buddha
Indonesia Berharap Segera Berakhir,
https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2017/08/30/12257
5/krisis -kemanusiaan-rohingya-majelis-buddha-indonesia-berharap-
segera-berakhir.html, diakses pada 4 September 2017.
Pelopor Kebaikan
Pro-aktif - Progresif - Edukatif
Diskusi Muslim Negarawan
(Online)
Departemen Kebijakan Publik KAMMI Surabaya
The Telegraph. 2016. Aung San Suu Kyi's government rejects term
'Rohingya',
http://www.telegraph.co.uk/news/2016/05/06/aung-san-suu-kyis-
government-rejects-term-rohingya/, diakses pada 4 September 2017;
Time. 2017. As Myanmar's Rohingya Crisis Deepens, Here's How Aung San
Suu Kyi Can Save Her Credibility,
http://time.com/4913571/myanmar-commission-recomendations-suu-
kyi/, diakses pada 4 September 2017;
Wolf, Sigfried O. 2015. Myanmar's Rohingya conflict 'more economic
than religious',
http://www.dw.com/en/myanmars-rohingya-conflict-more-economic-
than-religious/a-18496206, diakses pada 4 September 2017;
Pelopor Kebaikan
Pro-aktif - Progresif - Edukatif