Anda di halaman 1dari 2

GORONTALO (Suara Karya): Dalam rangka meningkatkan perekonomian melalui potensi yang ada di

lingkungan pedesaan, Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (Ditjen IKM)
mengembangkan IKM berbasis bioteknologi di desa-desa. Tujuannya, ujar Dirjen IKM Euis Saedah,
agar tercipta Desa Industri Mandiri (DIM) lewat inovasi teknologi.
Dalam kunjungannya ke lokasi pilot project DIM di Desa Lonuo, Kecamatan Kabila, Gorontalo, Euis
Saedah mengemukakan, DIM bisa diartikan bahwa desa itu mempunyai kompetensi inti industri.
"Kenapa harus di desa, karena masyarakat itu banyaknya di desa. Jadi, berangkat dari desa," ujarnya.
Di Desa Lonuo, imbuhnya, kompetensi industrinya adalahpupuk organik cair dan nutrisi organik cair,
yang bahan bakunya dari sekeliling lingkungan ada. Begitu diolah, ternyata efeknya terhadap
pertanian, peternakan, perikanan bisa meningkatkan produksi dengan baik.
Dia berharap, setelah bisa meningkatkan hasil peternakan dengan baik melalui Peternakan Ayam
KUR, ke depan hasil tersebut dihilirkan lagi. Misalnya, peternakan ayam, tidak hanya dijual mentah
begitu saja. Dijelaskannya, ayam itu bisa diolah lagi menjadi nugget atau ayam goreng.
Dengan begitu, ujarnya, akan tumbuh industri-industri pengolahan ayam. "Jadi akan menciptakan
nilai tambah produksi," kata dia. Euis Saedah mengungkapkan, program ini memang dimaksudkan
untuk mendorong tingkat kesejahteraan masyarakat di pedesaan. Di sisi lain, masih banyak potensi
desa yang belum didayagunakan secara optimal, rendahnya kualitas sumberdaya manusia di
pedesaan, rendahnya aksesibilitas masyarakat pedesaan dalam memperoleh pelayanan dasar untuk
mengembangkan usaha ekonomi.
Seperti sumber pembiayaan, informasi, dan teknologi, terbatasnya infrastruktur yang mendukung
pengembangan desa. "Pengembangan Desa Industri Mandiri juga bertujuan menyelesaikan
persoalan kebutuhan dasar warga, dengan mendayagunakan dan mengoptimalkan potensi
sumberdaya ekonomi (perikanan, pertanian, peternakan, perikanan, industri kecil dan lain-lain),
sosial, dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakatnya secara mandiri," kata Euis Saedah.
Lebih jauh lagi, dia memaparkan pemanfaatan bioteknologi untuk mendukung ketahanan pangan
yang memiliki peran besar, dalam membangun ketahanan pangan nasional mulai dari hulu hingga
hilir. "Bioteknologi dapat melibatkan mikroba atau agen biologi tertentu, untuk meningkatkan
produktivitas hasil panen. Dengan begitu, dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat desa
tersebut," jelasnya. Keunggulan dari teknologi ini, lanjutnya, bahan bakunya lokal dan ramah
lingkungan dalam penggunaannya. Sepeerti, pemenfaatan keong mas, yang tadinya hanya sebagai
hama petani, tapi begitu diolah menjadi tepung bisa menjadi pakan ayam. Terpilihnya Gorontalo
sebagai titik awal dijadikan sentra Desa Industri Mandiri di wilayah timur, diungkapkannya, karena
masyarakatnya dinilai patuh pada aturan. Dijelaskannya lebih lanjut, sesuatu yang berasal dari alam,
dan digali berdasarkan keilmiahan, itu harus mengikuti aturan-aturan alam. "Kalau tidak maka malah
akan merusak alam itu sendiri," ujarnya.
Disebutkannya, kalau hasilnya ingin bagus, maka harus mengikuti aturan. Dan ini, sepertinya sudah
terbiasa dilakukan masyarakat Gorontalo.
Selain itu, dia mengatakan, program DIM ini akan dicoba di beberapa tempat. Seperti, dalam waktu
dekat akan dilakukan di 11 desa di Priangan Timur, Jawa barat. "Nanti akan kami bandingkan, mana
yang lebih optimal, untuk dijadikan panduan bagi DIM lainnya," kata Euis Saedah.
Untuk program DIM ini, imbuhnya, pemerintah pusat menganggarkan dan mengirim tim ahli, dalam
rangka membuat rumah produksi awal dan juga inkubator. "Dari situ nanti daerah akan
mengembangkan sendiri, karena tidak mungkin pusat membiayai seluruhnya," tukasnya. Tahun
depan, disebutkannya, akan dianggarkan untuk tiap wilayah. Yakni wilayah satu yang meliputi
Sumatera dan Kalimantan, lalu wilayah dua, Jawa dan Bali, serta wilayah tiga, Sulawesi dan terus ke
timur masing-masing satu rumah produksi dan inkubator.
Untuk masalah permodalan, Dikatakan Euis Saedah, tidak ada kebijakan dari pusat untuk
meminjamkan dana permodalan. Kalau toh ada, bantuan dalam bentuk kredit usaha rakyat (KUR),
atau biasanya tiap gubernur di daerah punya kebijakan sendiri-sendiri dalam membantu usaha IKM
di desa-desa. (Budi Seno)

Anda mungkin juga menyukai