Anda di halaman 1dari 30

ENERGY SUBSIDIES VERSUS

ECONOMIC EFFICIENCY
Practical and Theoritical Issues in the Case of
Brunei Darussalam
2011

ROGER LAWREY, J. RAM PILLARISETTI


OUR MEMBERS
Anisa Dian Larasati
Dwi Supatmi
Mutia Sulistyawati
Triwulandari Suwandi
OUTLINE

INTRODUCTION ELECTRICITY ELECTRICITY PETROL POLICY


SUBSIDIES & USAGE USAGE & ISSUES
PRICING & SUBSIDIES SUBSIDIES &
CONCLUDING
COMMENTS
INTRODUCTION
1929 1963
Minyak pertama Ditemukan cadangan
Diversifikasi Sektor
ditemukan minyak lebih produktif
Manufaktur
(Onshore) (Offshore)
Dibarengi tingginya
harga minyak (1970- GAGAL
1980an) (upah tinggi dan
produktivitas rendah)

Berkah dari Minyak dan Gas


KESEJAHTERAAN
Heavily Subsidised Energy (ex. petrol, diesel,
electricity)
RENCANA JANGKA PANJANG
TAHUN 2007
Rasio cadangan produksi
minyak turun (2008)
Agenda menghilangkan
subsidi energi dan menarik
sektor privat pada industri
ini

Promoting national economic Privatising those services


competitiveness through currently provided by the public
policies that encourage sector that are best undertaken
productivity, economic by the private sector
opennes, and competition (Department of Economic
Planning and Development, 2008)
saat harga energi internasional naik maka nilai subsidi
yang diberikan juga naik
GAMBAR 1. HARGA ELEKTRISITAS
(LAWREY, 2011)
Research Question?

Menentukan berapakah harga pasar dari energi di


Brunei Darussalam jika subsidi dihapuskan
mempertimbangkan kelembagaan dan
infrastruktur yang ada

Paper ini juga membahas isu lain yang berkaitan


dengan penghapusan subsidi energi
SUBSIDI ELEKTRISITAS DAN
PENETAPAN HARGA:
BAHASAN TEORI
Subsidi harga energi menghasilkan
inefisiensi.
Subsidi tidak efisien karena di dalam
pasar yang tidak sempurna dan
dengan adanya convex indifference
curve, nilai subsidi yang diberikan
pada konsumen akan lebih kecil dari
biaya yang harus ditanggung
pemerintah (Katz and Rosen, 1994).
Konsumen akan lebih sembrono
(boros) dalam pemakaian barang
yang disubsidi.

Ekonom berpendapat bahwa transfer


pendapatan lebih baik dari subsidi
dan dapat mengurangi inefisiensi
(tidak menimbulkan dead weight loss)
CONT'

Subsidi yang tepat sasaran


cenderung lebih baik daripada
transfer pendapatan untuk
meningkatkan kesejahteraan dalam
mekanisme intra rumah tangga di
negara berkembang seperti sistem
distribusi uang tunai yang dilakukan
oleh head of household (ex. Pak RT,
dsb) pada setiap rumah tangga.
Subsidi untuk produk tertentu
merupakan cara yang lebih efisien
untuk menjamin bahwa manfaat yang
ada benar-benar didapatkan oleh
rumah tangga (Ross, 1991; Grogan,
2004).
Perlu diperhatikan bahwa meskipun
harga energi dan gaji pegawai negeri di
Brunei tidak berubah untuk waktu yang
cukup lama, bukan berarti daya beli
masyarakat tidak dapat turun. Sumber
utama penurunan daya beli masyarakat
di Brunei --> inflasi dari luar negeri
(imported inflation).
Meskipun upah unskilled labor di sektor
privat sangat rendah, tetapi hidup
sebagian besar penduduk Brunei sangat
nyaman karena seluruh dari kebutuhan
hidup mereka disubsidi pemerintah
(makanan, energi, pendidikan, dan
perawatan kesehatan).
Penghapusan subsidi yang ada bisa jadi
memiliki konsekuensi distribusional,
seperti yang telah disadari oleh
pembuat kebijakan (Dufty, 2007;
Filipovi dan Tani, 2009).
ELECTRICITY USAGE
& SUBSIDIES
Kapasitas listrik di Brunei yg
dilaporkan: 690,5 MW dan kebutuhan:
454,1 MW
Produksi listrik pada 2006: 2,948.3
GWH, hampir 70 % konsumsi untuk
penerangan domestik dan
pemerintahan

2 penyedia listrik:
Department of Electrical Services
(DES): memiliki kapasitas 424,5 MW
Berakas Power Company (BPC):
memiliki 266MW dan menjual
mayoritas output nya ke DES
Subsidi listrik: subsidi harga gas alam
--> produsen: Brunei Shell Petroleum
(BSP) US $ 1.00 / Mmbtu
Ekspor produksi gas alam ke Jepang
dan Korea
Harga di perumahan dan tarif
komersial telah berubah sejak 1969
(pasca-bayar)
Tarif perumahan: 10 kWh per bulan
pertama 25 sen per kWh, 60 kWh
berikutnya sebesar 15 sen per kWh,
100 kWh berikutnya 10 sen per kWh
dan sisanya pada 5 sen per kWh.
Tarif komersial juga sama terstruktur;
10 KVA pertama sebesar 20 sen,
100KVA berikutnya seharga 7 sen,
100KVA berikutnya 6 sen dan unit
yang tersisa pada 5 sen.
Penurunan tarif: menguntungkan
pengguna listrik yang besar karena
harga lebih murah, tetapi tidak
menguntungkan pengguna kecil
Akibatnya: dianggap tidak pantas
dalam struktur dan harga, serta
situasi ekonomi yang berlaku di
Brunei

Perbandingan negara lain:


Tarif perumahan Singapura: 23,34
Brunei sen per kWh
Malaysia: 21,8 sen per kWh untuk yang
memiliki daya kurang dari 200 kWh
dan 44,6 sen per kWh untuk yang
memiliki daya lebih dari 901 kWh
ESTIMATED COMMERCIAL PRICES

O= operating and maintenance cost


T= corporate and property tax, if applicable
D= depreciation
r= return on rate base
K= rate base of depreciated capital
V= volume of output in kilowatt-hours
F= fuel cost per kilowatt-hour
e= thermodynamic efficiency coefficient
Hasilnya:
cost of service bernilai 9.47
cents/kWh
opportunity cost sebesar 16.75
cents/kWh
subsidi sebesar 10.75 cents/kWh.
Implikasi subsidi:
Over-consumption electricity
Social benefit program
PETROL USAGE &
SUBSIDIES
Industri minyak dan gas di Brunei
didominasi oleh Brunei Shell
Petroleum Sdn. Bhd. (BSP), 50% milik
pemerintah Brunei dan 50% milik Shell
International

BSP sampai saat ini adalah satu-


satunya produsen minyak dan gas di
Brunei

Brunei Shell Tankers (BST):


mengangkut LNG ke pasar luar negeri
Brunei Shell Marketing (BSM): menjual
produk-produk minyak bumi di SPBU
di Brunei
CONT'
Brunei Liquefied Natural Gas (BLNG):
mencairkan gas yang dihasilkan oleh
BSP dimana 50%milik pemerintah
Brunei, 25% Shell International dan
25% Mitsubishi Corp

Brunei Gas Carriers (BGC): untuk


membangun dan mengelola kapal
LNG yang 80% milik Pemerintah
Brunei, 10% Shell International dan
10% Mitsubishi Corp.

Perusahaan minyak Brunei lainnya:


Total S.A. yang beroperasi di
Maharaja Lela/lapangan Jamalulalam
dengan produksi gas setara 28.500
barel minyak per hari pada tahun
2007. Gas tersebut dijual ke BLNG
untuk liquefaction dan ekspor.
OFFSHORE

01 Blok J: Total S.A., BHP Billiton dan


Amerada Hess.
Blok K: Shell, Conoco dan Mitsubishi.

ONSHORE

02 Blok L: dioperasikan oleh Nations


Petroleum dalam konsorsium termasuk
Loon Brunei Ltd dan QAF Brunei Sdn Bhd.
Blok M: dioperasikan oleh TAP Oil.

BRUNEI SHELL MARKETING (BSM)

03
satu-satunya pengecer bensin di Brunei
meskipun beberapa stasiun yang berada
dioperasikan oleh operator independen
atau waralaba.
harga bensin eceran yang disubsidi
Regular (RON 85): harga 36 Brunei
sen/liter (US $ 0.26)
Super (RON 92): 51 sen/liter (US $ 0.36)
Premium (RON 97): 53 sen/liter (US $
0.38)
solar : 31sen/liter.

Meski ada satu kilang kecil di Brunei tapi


produk minyak bumi tetap impor dan
telah meningkat dari B $ 5 juta pada
tahun 2002 ke B $ 37 juta 2006 (JPKE,
2007b).

Biaya mentah dari satu liter minyak


mentah adalah US $ 0. 50 (pada US $
80/bbl dan 159 liter per barel), ditambah
dengan biaya penyulingan US $ 0,13/liter
dan biaya distribusi US $ 0,04/liter.
CONT'
Brunei adalah negara kecil sehingga
angka distribusi merupakan setengah
dari Amerika Serikat, meskipun angka
penyulingan terus sama.
Tidak ada pengenaan pajak pada
bensin di Brunei sehingga harga
pasar: US $ 0,67/ltr (B $ 0. 94/ltr) dan
subsidi B $ 0,4/liter untuk bensin
premium dan B $ 0,63 sen untuk solar.

Harga eceran B $ 0,53/liter setara


dengan harga minyak mentah sekitar
US $ 34/bbl.
Pada harga dunia di bawah US $ 34 /
bbl pemerintah Brunei memperoleh
surplus tetapi pada saat saat itu
memberikan subsidi yang besar.
Sekitar 44 persen dari penjualan bahan bakar otomotif adalah solardengan bensin
Premium di 39 persen.
Produksi kilang pada tahun 2006 adalah sekitar 800 M. Ton / hari dimana sekitar 300
Metrik Ton adalah bensin dan 200 Metrik Ton adalah solar

Tabel 1. Estimated Subsidies on Automotive Fuels

TABEL 1.
Dengan penjualan bensin dan solar
3,13 juta barel (498 juta liter) pada
tahun 2006 (JPKE, 2007a), perkiraan
kasar subsidi untuk bahan bakar
kendaraan bermotor sekitar B $ 262
juta per tahun, atau 1,5 persen dari
PDB.
Adanya volatilitas ekstrim minyak
menimbulkan kesulitan dalam
menghitung subsidi.

Harga pasar untuk listrik secara


komersial telah mencerminkan
perubahan ini. Tapi kemudian
dipertanyakan sejauh mana
perubahan harga tersebut telah
mencerminkan biaya sosial marginal
ideal (lihat Pearce dan Turner, 1990;
Lawrey 1999).
POLICY ISSUES AND
CONCLUDING
COMMENTS
Dampak dari subsidi energi dan
penurunan tarif block menaikkan
tingkat ketergantungan listrik di
Brunei.
Untuk bensin, penggunaan sepeda
motor sangat sedikit, sedangkan
untuk penggunaan mobil termasuk
tertinggi di dunia dengan
penggunaan 550 kendaraan yang
terdaftar untuk setiap 1000 orang
pada tahun 2002 (Divisi Energi, 2007)
CONT'
Tahun 2002 sekitar 74 000 dari
populasi penduduk sementara
bekerja di sektor swasta, yang
cenderung memiliki mobil mereka
sendiri, sehingga meningkatkan
tingkat motorisasi di antara warga
Brunei dan penduduk tetap (JPKE,
2002a)
Meskipun demikian, terdapat proporsi
yang signifikan dari populasi kelas
pekerja tampak hidup pada
berpenghasilan rendah dengan
penghasilan per jam rata-rata pada
tahun 2006 hanya B$ 2,62 untuk
buruh, B $ 3,49 untuk tukang kayu dan
$ 6,34 untuk listrik (JPKE, 2006).
Rata-rata jam kerja per minggu
CONT'
Terdapat dua isu utama terkait
dengan penghapusan subsidi:
1. implikasi untuk efisiensi dan
kesejahteraan.
2. kekhawatiran mungkin terjadi
dalam penyusunan kelembagaan
di deregulasi pasar.

Argumen efisiensi terhadap subsidi


adalah pricing di bawah marginal cost
menghasilkan deadweight loss.
Konsumen tidak dihadapkan dengan
opportunity cost sebenarnya dari
produksi energi dan memiliki sedikit
insentif untuk berhemat
CONT'
Pricing bahkan lebih rendah dari
biaya produksi - seperti dalam kasus
gas sebagai bahan bakar untuk
pembangkit listrik menyebabkan
produsen tidak memiliki insentif untuk
eksplorasi dan pengembangan
cadangan gas yang baru, meskipun
mayoritas produksi diekspor dengan
harga dunia.
Selain itu, karena gas alam dan
minyak yang terbatas secara fisik,
konsumsi berlebihan mereka saat ini
akan berakibat pada keberlanjutan
ekonomi mereka.
CONT'
Namun, sementara manfaat yang
hilang dalam hal program-program
sosial telah disebutkan oleh pejabat
pemerintah, kemungkinan pemberian
subsidi kepada konsumen secara
tunai tidak akan dimunculkan.
Mengingat kondisi sosial-ekonomi di
Brunei, menghapus subsidi bahkan
dengan kompensasi transfer tunai
mungkin tidak jelas meningkatkan
kesejahteraan
CONT'
Selain itu, program transfer tunai
memerlukan lembaga yang tepat
yang sering tidak ada di banyak
negara berkembang termasuk Brunei.
Dengan tidak adanya perbaikan
Pareto yang sebenarnya,
kesejahteraan ekonomi memiliki
kesulitan dalam membuat
rekomendasi kebijakan preskriptif.
(Lihat UNEP, 2002; EEA, 2004; Lawrey,
2003)
CONT'
Rekomendasi kebijakan:
Penurunan tarif block harus diganti
dengan flat rate atau meningkatkan
tarif block
Sumber energi alternatif terbarukan
harus dikembangkan secara agresif
dan insentif untuk mengganti
persediaan pemanas air tenaga surya
dan lain-lain.
Mengenai bensin, ada ruang yang
cukup besar untuk meningkatkan
ketersediaan, kualitas dan
penerimaan tingkat angkutan umum,
mobil pooling atau inovasi lainnya.
Penghematan yang signifikan dalam
konsumsi energi dapat dicapai melalui
pengurangan kerugian sistem

Anda mungkin juga menyukai