Anda di halaman 1dari 52

Avoiding The Middle Income Trap:

Renovating Industrial Policy


Formulation in Vietnam
Hello!
We are
1. Adhitya K (14/363714/EK/19893)
2. Aprillia D (14/363727/EK/19896)
3. Hanif R (14/363739/EK/19899)
4. Rachmawati (14/363740/EK/19900)
Agenda Presentasi

1. Entering The New Era 5. How to Break a Solidified

2. The Middle Income Trap System

3. Policy Vision and Orientation 6. Conclusion

4. Policy Making Procedure and


Organizations
1 Entering The New Era
Lets start with the first set of slides
1990
Vietnam menjadi negara termiskin di dunia dengan GDP sebesar US$98

1991-2008
Pertumbuhan ekonomi meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar

7,6%
Lower Middle Income Country!
Entering The New Era (Cont)

o Keberhasilan Vietnam ini didorong o 1980-1990 insentive


dari dampak liberalisasi dan faktor dan realokasi dari
eksternal yang berasosiasi liberalisasi ekonomi
dengan integrasi global. internal.
o Meskipun pertumbuhan ekonomi o Pertengahan 1900
Vietnam mengesankan, namun sampai sekarang FDI
secara umum sektor swasta tidak
kompetitif.
Sektor industri Vietnam didominasi oleh perusahaan asing, value
creation oleh perusahaan local dan tenaga kerja terbatas. Sekarang
Vietnam mendekati tahap akhir dari transisi sistemik dan intregrasi
global, sehingga perlu pertumbuhan produktivitas untuk langkah
selanjutnya.


Vietnam: Summary of Growth Perfomance
Pertumbuhan ekonomi Vietnam dasarnya
mengikuti pengalaman Asia Timur dengan
memasukkan faktor:
o openess dan integrasi regional sebagai
inisiasi dari pertumbuhan ekonomi.
o FDI
o Tabungan dan investasi yang tinggi
o Transformasi yg dinamis dari struktur
industri
o Urbanisasi dan migrasi
o Masalah pertumbuhan secara umum.
Entering The New Era (Cont)

3 masalah yang harus diatur oleh Vietnam untuk


mempertahankan pertumbuhan ekonominya:
1. Generation of internal value.
2. Masalah sosial yang disebabkan oleh pertumbuhan
yang cepat.
3. Manajemen ekonomi makro yang efektif dibawah
integrasi keuangan.
Pada 2008, masalah sosial utama di Vietnam berupa kemacetan,
kerusakan lingkungan, serta ekonomi makro yang tidak
seimbang.
2 The Middle Income Trap
Lets start with the second set of slides
The Middle Income Trap
(Cont)

1. Negara berpendapatan 2. Nilai tambah bagi negara


rendah dicirikan memiliki berpendapatan rendah yang didapat
struktur ekonomi yang dari industri-industri tradisional
lemah: sangat bergantung seperti pertambangan agrikultur
pada sumber daya ekstraktif, sangat kecil nilainya. Ditambah
ekspor yang monokultur, dengan hampir tidak adanya
pertanian subsisten, dan akitivitas industri manufaktur yang
bantuan asing. memadai, negara dalam tahap ini
tidak memiliki shares dalam produksi
dan perdagangan.
Tahapan Mengejar Industrialisasi
Tahap Awal

1. Tahap awal ekonomi lepas landas Meskipun dapat meningkatkan


bermula dari datangnya investasi lapangan kerja dan pendapatan bagi
asing (FDI) berupa pabrik perakitan penduduk miskin, internal value yang
dan produk ekspor sederhana didapat oleh negara ekonomi lepas
seperti garmen, footwear, dan landas rendah seiring dengan
foodstuff. Negara hanya pengaruh asing yang masih
berkontribusi pada penyediaan mendominasi.
unskilled labour dan lahan industri
(all directed by foreigners).
Tahap Kedua

2. FDI terakumulasi dan terjadi Nilai tambah yang didapat negara


ekspansi produksi. Sehingga, dari industri ini meningkat, namun
supply domestic untuk kegiatan kegiatan produksi tetap berada
produksi meningkat. Perusahaan dibawah manajemen dan
menjadi semakin kompetitif dan pengawasan asing: upah dan
industri manufaktur tumbuh pendapatan pekerja tidak
melalui suplai input dari dalam meningkat secara signifikan
negeri. karena tugas penting dalam
perusahaan dikerjakan oleh
asing.
Tahap Ketiga dan Terakhir

3. Tantangan suatu negara adalah untuk 4. Negara sudah memiliki


melakukan internalisasi skill dan ilmu kapabilitas untuk membuat
pengetahuan agar kualitas sumber daya produk baru dan memimpin tren
manusia meningkat.
di pasar global.
Harapannya, ketergantungan terhadap asing
dapat dikurangi, dan internal value yang didapat
oleh negara meningkat.

Negara yang berhasil dalam tahap ini akan


muncul sebagai eksportir produk manufaktur
berkualitas tinggi, bersaing dengan kompetitor
lain dan ikut membentuk lanskap industri global.
Middle Income Trap

Akan tetapi, semua negara belum tentu dapat melalui semua


progres tersebut. Baik karena kekurangan investasi dalam sektor
manufaktur, maupun karena suatu negara mengalami kegagalan
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Negara ASEAN seperti Malaysia dan Thailand serta negara-


negara di Amerika Latin mengalami kegagalan dalam melewati
glass ceiling, dimana negara-negara tersebut tetap berada dalam
posisi negara berpendapatan menengah.
Middle Income Trap (Cont)

o Performa pertumbuhan ekonomi antar negara-negara


di Asia Timur sendiri berbeda secara signifikan dalam
kedalaman dan kecepatannya - bahkan diantara
negara-negara yang sudah tergolong makmur.
o Seperti Jepang, Korea, dan Taiwan (high achievers), Thailand dan
Malaysia (middle achievers), serta Indonesia dan Filipina (low
achievers)
Perbedaan/gap performa pertumbuhan antar negara asia ini lebih kepada perbedaan kecepatan
dalam mengejar ketertinggalan (different speed of catching up) daripada perbedaan waktu dimulainya
kegiatan ekonomi dilakukan secara signifikan (kecuali Vietnam dimana ideologi sosialisnya membuat
kegiatan ekonomi lepas landas baru dimulai pada awal 90-an)
Middle Income Trap (Cont)

Saat ini, Vietnam berada dalam tahap Adanya deregulasi, privatisasi, integrasi,
awal masa industrialisasi yang sedang dan lingkungan bisnis yang memadai
berusaha untuk naik menuju tahap kedua. dapat menunjang pertumbuhan industri
Untuk itu, diperlukan kebijakan dengan sampai pada tahap 2, namun tidak cukup
pengalokasian dan penargetan yang tepat untuk mengembangkan skill dan
untuk dapat meningkatkan kualitas sumber teknologi, serta memecah glass ceiling
daya manusia sebagai kunci meningkatkan dalam rangka menuju tahap ketiga dan
pertumbuhan. keempat.
Middle Income Trap (Cont)

Negara yang terlambat untuk memulai masa industrialisasi (late-


comer country) seperti Vietnam akan semakin sulit untuk dapat
melakukan catching-up karena alasan sebagai berikut:
1. Karena proses masa awal integrasi yang
dipaksakan
2. Negara yang terlambat untuk memulai masa
industrialisasi kekurangan sektor privat yang kuat
3. Pemerintah mereka kurang berorientasi pada
pembangunan atau tidak memiliki kapabilitas
sebagai penentu kebijakan yang memadai
Dalam rangka pembangunan, yang
dibutuhkan oleh negara bukan hanya lahan
pabrik dan tenaga kerja yang murah, namun
juga keahlian sumberdaya manusia di negara
tersebut dan perkembangan teknologi


1. Peningkatan Produktivitas

o Satu-satunya cara agar suatu negara tetap kompetitif adalah


dengan meningkatkan produktivitas pekerja dengan rasio
yang lebih tinggi dari kenaikan upah.
o Akibat banyaknya labour-insentive FDI, saat ini Vietnam
mengalami fenomena kenaikan upah yang pesat tanpa
sempat memiliki waktu untuk meningkatkan produktivitasnya.
2. Konsep Manufacturing
Plus-Plus
Konsep Manufacturing Plus-Plus oleh pemerintah Malaysia dirasa
instructive bagi middle-income countries untuk naik ke tahap ke-3
industrialisasi. Konsep ini berisi dua syarat agar industri domestik
untuk:
a. Memperluas rantai nilai (value chain) untuk mencakup
aktivitas ekonomi yang memberi nilai tambah lebih besar
bagi negara
b. Meningkatkan rantai nilai (value chain) dengan
meningkatkan produktivitas
Penguasaan R&D, desain, pengembangan produk, marketing,
distribusi, dan lain-lain secara horizontal, lalu dilanjutkan dengan
peningkatan skill pada aktivitas tersebut secara vertikal
The Manufacturing Plus Plus Malaysia
3. Konsep Monozukuri

Konsep Monozukuri oleh Jepang, yang berarti making things.


Monozukuri adalah kegiatan perakitan dengan tujuan utamanya
untuk memperoleh kepuasan pelanggan melalui dedikasi dan
rasa bangga pembuat produk terhadap produk yng dihasilkan,
bukan hanya kegiatan atas motif profit semata.
Untuk mencapai ini, hubungan jangka panjang dan akumulasi
internal akan skill dan pengetahuan dilembagakan di dalam tiap
perusahaan dan antar partner perusahaan (seperti antara
assemblers dan supplier)
4. Teori Arsitektur Bisnis
Teori arsitektur bisnis yang dikemukakan oleh Takahiro Fujimoto
bahwa perusahaan di negara berkembang dapat membangun
aliansi strategis dengan perusahaan manufaktur dari Jepang.
Menurut teori ini, model bisnis dapat dibagi menjadi dua broad
category: modular dan integral.
1. Model pemanufakturan modular dicirikan dengan perakitan bagian-bagian
umum dan komponen produk yang mudah dan sederhana (contoh: dekstop
komputer)
2. Model pemanufakturan integral memasukkan desain unik dari tiap-tiap
produk dan komponen untuk setiap model berdasarkan kerjasma jangka
panjang antara assemblers dan suppliers (contoh: a passenger car)
Policy Vision &
3 Orientation
Lets start with the third set of slides
Policy Vision & Orientation

Dalam kinerja perekonomian yg tinggi di Asia Timur, kebijakan industri biasanya


menetpkan target pencapaian, maka diperlukan pemerintahan yg mampu
membuat strategi baru yg feasible serta perencanaan tindakan yg konkrit.
Vietnam memiliki visi jangka panjang untuk mencapai industrilisasi dan
moderenisasi pada 2020.
Permasalahan yg dihadapi kurang tepatnya strategi, perencanaan aksi, dan
institusi untuk menyokong visi.
Penting bagi negara Vietnam agar segera merumuskan roadmap
industrialisasinya untuk informasi publik, investor, dan pembuat kebijakan.
Vietnam harus bisa melakukan beberapa untuk menjaga posisinya dalam
kerjasama produksi di Asia Timur, diantaranya keputusan yg tegas dan
perencanaan yang jelas.
Policy Vision & Orientation

Yang harus dikembangkan adalah sektor swasta bukan


pemerintah ataupun konglomerat. Perkembangan ini harus
menjadi :
Agen produksi .
Pertumbuhan yang didorong oleh skill, tekhnologi, dan kerja
keras masyarakat Vietnam.
Keterbukaan dan mekanisme pasar .
Negara akan mendukung aktivitas dan mengkoordinasi
sektor swasta tanpa ada intervensi dalam perencanaan
bisnisnya.
Vietnam saat ini tidak memiliki master plan dari
industrinya, bahkan bagian rencana industrinya
dalam 5 tahun dan strategi dalam 10 tahun tidak
memberikan visi industri yang konsisten. Hasilnya,
beberapa pertanyaan penting mengenai kebijakan
beberapa tidak dapat dijawab, termasuk didalamnya
peran dari SOEs, sektor privat, dan FDI.


Policy Making Procedure
4 & Organizations
Lets start with the fourth set of slides
2 Masalah Prosedur
2 Masalah Organisasi
Kegagalan Vietnam dalam membuat strategi dan action
plan sektor industri yang efektif disebabkan oleh
Kelemahan Struktural Pembuatan Kebijakan
1. Masalah Prosedur

A. Kurangnya Keterlibatan B. Kurangnya Koordinasi


Non-Government Inter-Kementerian
Stakeholder
Kurangnya Keterlibatan Non-
Government Stakeholder
Master Plan dikerjakan oleh Drafting Team Masalah yang muncul: Perusahaan Tidak dilibatkan:
Tim ini terdiri dari pegawai ranking Significant Delay terjadi Jika perusahaan domestik
menengah dibantu beberapa staf ahli saat internal review dan atau asing ingin bersuara
kementerian final approval perlu memikirkan cara sendiri

Tim ini mengumpulkan data internal, data Permintaan revisi sering Jika perusahaan tidak setuju
kementerian lain, dan analisis dari staf dilakukan terhadap poin kebijakan
ahli dan peneliti. Mencari waktu rapat dengan
Drafting Team rutin kementerian terkait,
Master Plan dikonsep secara internal oleh lembur Tidak memiliki menggunakn simposium dan
anggota tim dan diserahkan ke waktu yg cukup untuk media untuk membuat poin
menteri/wakil menteri untuk internal berpikir kreatif, masalah, menulis surat ke
review berinteraksi dengan non- perdana menteri untuk
government stakeholder meminta perubahan
Dialirkan ke kementerian lain untuk dan mempublikasikan kebijakan.
dikomentari dan terakhir diserahkan ke hasil akhir
Perdana Menteri untuk disahkan
Kurangnya Koordinasi Inter-
Kementerian
Muncul karena kurangnya mekanisme untuk memaksa berbagai
kementerian saling bekerjasama.
Solusi:
Memiliki strong top leader dengan mindset ekonomi yg baik yang
menjadi the hub of policy making
Membentuk tim teknokrat yang secara langsung melayani
presiden/perdana menteri dengan tugas membuat putusan kebijakan
yang esensial sementara kementerian menjadi agen eksekutor.
Menerapkan sebuah mekanisme yg menjamin seluruh perwakilan
kementerian yg relavan dan non-government stakeholder masuk ke
dalam drafting process
2. Masalah Organisai

A. Kurangnya Instruksi yang B. Penurunan Kualitas dan


Jelas dari Atasan Moral pada Petugas
Pemerintahan
Kurangnya Instruksi yang
Jelas dari Atasan

Ketika suatu masalah serius teridentifikasi inter-


ministerial committe dipanggil
Setiap kementerian mengajukan solusi sesuai
prespektifnya Dirangkum menjadi rekomendasi
kebijakan umum tanpa detil pelaksanaan/eksekusi
dan tidak ada prioritas atau selektivitas untuk aksi
nyata.
Diperlukan interaksi antara level atasan dengan
level implementer untuk membentuk kebijakan
yang realistik dan fokus.
Penurunan Kualitas dan Moral
pada Petugas Pemerintahan

Mendorong kepergian Pelayanan Publik Vietnam Diperlukan perbaikan dan


orang bertalenta ke harus mengatasi masalah perbaikan ulang administrasi
overstaffing, gaji rendah, publik secara utuh, meliputi:
sektor lain
formalitas, kekakuan, Pengunduran diri paksa
nepotisme, korupsi, dan Outsourcing untuk jasa non
promosi atas dasar esensial
hubungan Sistem rekrutmen yang
kompetitif yg dihubungkan
dengan evaluasi transparan
Aturan yg jelas terkait
pelayan publik dan interkasi
dengan masyarakat,
bisnis/unit usaha, dan
penyedia jasa.
How to Break a
5 Solidified System
Lets start with the fifth set of slides
Break a Solidified System
Vietnam mengetahui formulasi prosedur maupun organisasi untuk
menghasilkan kebijakan terbaik dalam mengatasi berbagai masalah
yang dihadapinya, namun hal tersebut belum tentu dapat
diimplementasikan sepenuhnya.
Menurut analisis kelembagaan komparatif, masyarakat yang terjebak
dalam keseimbangan yang buruk dapat disebabkan oleh beberapa hal
yakni:

Strategic
Institutional Path
complemen
complemen Dependenc
tary
tary e
Break a Solidified System

Sistem sosial membutuhkan Kebuntuan kebijikan yang meningkat karena

energi politik dan sosial yang metode formulasi kebijakan yang tidak efisien

besar untuk melakukan berlangsung secara solid dan komponen

perubahan kelemahan kelembagaan serta perilaku perorangan yang


mendung kondisi tersebut.
kelambagaan dan kesulitan
Pada titik ini, menghilangkan individu per
untuk mereformasi sistem yang
individu atau mereformasi sebuah organisasi
sebelumnya ada.
tidaklah memberikan dampak signifikan karena
adanya institutional complementary dan
strategic complementary dalam kelembagaan.
Collec
tive
Foreig Mutati
ners on

Polic
y

Kesempatan dan Agen of Change


Perubahan Sistem Sosial
Collective Mutation
1. Collective Mutation (mutasi/perpindahan secara kolektif/bersama-
sama): sejumlah orang dengan jumlah besar dalam masyarakat yang
bermutasi secara bersama-sama.
o Sebuah masa yang besar saat mulai melakukan tindakan yang berbeda cukup untuk
membuat kelembagaan yang lama berhenti bekerja dan menyebabkan peraturan serta adat
istiadat mulai berubah.
o Pada perekonomian yang sedang cepat bertumbuh collective mutation juga terjadi jika
generasi dengan nilai dan kebiasaan yang baru bertumbuh atau saat orang dengan
permintaan dan ekspektasi yang baru mulai muncul akibat keberhasilan pembangunan dan
tingginya income.
o Insiden kecil juga dapat menyebabkan terakumul
Foreigners

2. Foreigners: pemerintah, perusahaan, dan individu yang berasal dari


luar negeri tidak terikat dengan aturan perilaku dari masyarakat
domestik sehingga terkadang membawa elemen baru yang dapat
bergesekan dan menciptakan inkonsistensi dengan sistem yang
sudah ada.
Dalam negara-negara berpendapatan rendah, negara donor maupun organisasi internasional
seringkali memiliki power yang kuat untuk melakukan intervensi terhadap negara tersebut.
Namun tidak selamanya pengaruh asing tersebut membawa pada perubahan yang baik
sehingga pemerintah harus memandu dan menyelaraskan untuk mencegah efek yang tidak
diinginkan.
Policy

3. Policy: pemerintah dapat mulai mengubah sistem yang berlaku dari


dalam yakni dengan memperkenalkan kebijakan yang berbeda dari arah
kebijakan yang sudah ada.
Dengan mengandalkan birokrat sulit untuk melakukan reformasi karena
kekuatannya yang sangat kecil dibandingkan dengan institutional maupun
strategic complementarities dalam sebuah pemerintahan.
Namun terkadang kebijakan yang berbeda secara drastis sering
diperkenalkan oleh pemimpin baru yang kuat.
Pemimpin yang dilengkapi kemampuan kepemimpinan dengan kemauan
yang kuat, pengetahuan ekonomi, serta strategi untuk menyelaraskan
dengan kepentingan partner asing yang memiliki tujuan yang sama dapat
menyebabkan mungkin terjadinya reformasi dalam pemerintahan suatu
negara.
Aktor Utama Reformasi
Kelembagaan Vietnam

The
Foreign
Leadership Technocrat
Partnership
Team
Leadership

o Kepemimpinan merupakan kekuatan utama dalam melakukan


perubahan saat kondisi lain yang diperlukan dapat diciptakan
atau diperkuat oleh pemimpin jika kondisi tersebut belum
tersedia.
o Urgensi adanya kepemimpinan yang baik ini berbeda antara
negara maju dan negara berkembang.
o Rezim politik Vietnam saat ini cukup fleksibel untuk mengizinkan
pemimpin yang kuat dengan pengetahuan politik untuk
menciptakan kebijakan yang dapat mendorong perubahan.
The Technocrat Team
o Pada negara dengan performa ekonomi yang bagus di Asia Timur, adanya tim
teknokrat secara langsung di bawah pemimpin (Presiden atau Perdana Menteri)
memiliki peran yang penting. Tim teknokrat terdiri dari orang-orang penting dalam
berbagai kementerian.
o Tim teknokrat menerima kepercayaan dan tanggung jawab penuh dari pemimpin
untuk mewujudkan kebijakan yang dicetuskan oleh pemimin serta sebagai pos
komando untuk setiap kementerian yang berkewajiban mengimplementasi berbagai
kebijakan yang telah disusun oleh tim teknokrat.
o Tim teknokrat bagaikan otak suatu negara.
o Vietnam sebenarnya memiliki Prime Ministers Research Comission (PMRC) dan
Ministry of Planning and Investement (MPI) yang dapat bertindak sebagai tim
teknokrat namun belum berjalan optimal.
o Sehingga, disarankan bagi Vietnam untuk membentuk tim teknokrat yang baru di
dalam pemerintahan.
Foreign Partnership
o Kebijakan luar negeri Vietnam berubah drastis pada awal tahun 1990an dari yang
memiliki hubungan dekat dengan Soviet menjadi hubungan diplomasi berbagai arah
dan berintegrasi kembali dengan perekonomian global.
o Interaksi Vietnam dengan aktor luar negeri secara tidak langsung mempengaruhi arah
pembangunan Vietnam, meskipun Pemerintah Vietnam tidak pernah mengijinkan
pihak luar negeri untuk ikut campur atas arah pembangunannya.
o Sebagai negara yang tengah mengalami transisi dari low-income country menjadi
industrializing-middle income country, fokus pihak luar negeri terhadap Vietnam
adalah menghilangkan pandangan negatif terhadap Vietnam dan menciptakan
keunggulan Vietnam yang unik.
o Di antara berbagai negara di Asia, Jepang merupakan negara yang cukup
berkontribusi terhadap pembangunan Vietnam baik melalui perdagangan, investasi,
bantuan langsung, maupun pertukaran sumber daya manusia dan pengetahuan.
o Bisnis-bisnis dari Jepang tertarik untuk memperkuat daya saing industri di Vietnam
dengan menginisiasi berbagai program kerjasama bilateral
6 Conclusion
Lets start with the sixth set of slides
Conclusion

Paper ini berfokus pada masa depan mengenai Perlunya perubahan kebijakan untuk
pertumbuhan ekonomi Vietnam yg potensial meningkatkan kualitas kebijakan perbaikan
untuk dikembangkan secara penuh. sistem administrasi publik.

Masyarakat dan pemerintah Vietnam tidak cukup Perlunya jangkauan ruang lingkup mengenai
puas dengan MDG yang dicapai dan berhenti perubahan yang akan dilakukan agar
menjadi negara middle income. meminimalisir politik.

Vietnam harus mencapai poin dimana progress Perlunya energi sosial untuk merubah sistem.
kenaikan income yang dapat diamankan hanya
dengan value creation internal yang Beberapa langkah efetif (kepemimpinan yg
ditingkatnkan. jelas dan kuat, teknokrat yang baru, dan
strategi partnership dengan negara tetangga)
Perlunya langkah pemerintah untuk membimbing membuat kondisi pertumbuhan ekonomi
dan melengkapi sektor swasta yang dinamis dan dapat dicapai dengan baik,
menghindari middle income trap.

Anda mungkin juga menyukai