Keterangan :
Y = Besaran PDB/PDRB
Q = kuantitas
P = harga
Y = C + I + G + (X M)
Keterangan :
Y = Besaran PDB/PDRB
C = Household Consumption
I = Investment Expenditure
G = Government Expenditure
X = Ekspor
M = Impor
Ekspor neto yang positif menunjukkan ekspor lebih besar daripada impor.
Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi
dengan perekonomian lain (dunia). Ekspor (menjual barang ke LN sehingga
nilainya perlu diperhitungkan), Impor (membeli barang ke LN sehingga
nilainya tidak perlu diperhitungkan dalam pendapatan nasional). Yang
harus diperhitungkan adalah Ekspor Netonya [X - M].
3. Metode Pendapatan
Untuk menghitung pendapatan nasional dengan metode pendapatan
adalah dengan menjumlahkan seluruh pendapatan (sewa/rent, gaji/wage,
bunga/interest, keuntungan/profit) yang diterima pemilik faktor produksi
(pemilik tanah/gedung, tenaga kerja, pemilik modal/uang/aset, pengusaha)
dalam suatu negara selama satu tahun.
Y=R+W+I+P
Keterangan :
Y = Besaran PDB/PDRB
R = Pendapatan rent
W = Pendapatan wage
I = Pendapatan interest
P = Pendapatan profit
Y = C + I + G + (X M)
Y=R+W+I+P
Keterangan :
Y = Besaran PDB/PDRB
R = Pendapatan rent
W = Pendapatan wage
I = Pendapatan interest
P = Pendapatan profit
dengan peningkatan secara fluktuatif dimana salah satu indikator bisa tidak
meningkat dan indikator yang lain meningkat lebih besar. R = pendapatan
rent/sewa dari pemilik tanah/bangunan, W = pendapatan wage/gaji dari
rumah tangaga/tenaga kerja, I = pendapatan interest/bunga dari pemilik
modal/aset, P = pendapatan profit/laba dari pengusaha/pemilik
enterpreneur/ kewirausahaan.
1) Sustainability Ekonomi
3) Sustainability Lingkungan
Upaya untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar dari hasil
pertambangan pada dasarnya dimaksudkan agar pendapatan faktor-faktor
produksi di dalam negeri juga meningkat, baik pendapatan tenaga kerja,
keuntungan perusahaan maupun pajak pertambahan nilai untuk
kepentingan perekonomian domestik. Teori commodity trap atau jebakan
komoditas menyebutkan bahwa negara-negara sedang berkembang sulit
untuk keluar dari cara pandang agar dari bahan-bahan mentah (komoditas)
harus diolah terlebih dahulu sebelum diekspor. Negara-negara tersebut
sulit untuk keluar dari jebakan komoditas. Hal ini terkait dengan industri dan
kapitalisme global yang tak rela jika sebuah negara berkembang
meningkatkan diri sebagai negara pengolah bijih mineral, bukan lagi
sebagai penjual bijih mineral mentah (Didiek, 2014).