Anda di halaman 1dari 21

4.

1 Analisis Kependudukan

Kebutuhan prasarana selalu mengacu kepada kebutuhan dan jumlah penduduk di


wilayahnya. Proyeksi penduduk dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui. proyeksi
secara umum adalah untuk mengetahui perkembangan di masa yang akan datang.
Proyeksi pada dasarnya merupakan suatu perkiraan atau taksiran mengenai terjadinya
suatu kejadian (nilai dari suatu variabel) untuk waktu yang akan datang. Dalam
perencanaan pembangunan wilayah diperlukan berbagai macam metode analisis agar
output rencana menjadi produk perencanaan pembangunan yang tepat. Salah satu yang
diperlukan adalah analisis prasarana. Oleh sebab itu perlu dilakukannya proyeksi
penduduk. Proyeksi penduduk dibawah ini menggunakan metode perhitungan tradeline
dengan menyesuaikan trade laju pertumbuhan penduduk setiap kecamatan.

Peningkatan jumlah penduduk Kota Semarang tahun dari 5 tahun terakhir sangat
dipengaruhi oleh jumlah migrasi dan penduduk yang lahir/mati. Walaupun dikatakan
laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan dan kecil dari tahun 2015 menuju
tahun 2016 sebesar 0,72%, tetap saja terjadi kenaikan jumlah penduduk ditunjukkan
dengan tingkat atau laju pertumbuhan penduduk yang bernilai positif rata- rata 0,8%.
Pertumbuhan penduduk yang masih cukup tinggi tersebut sangat dipengaruhi proses
alami yaitu kelahiran dikurangi kematian penduduk, selain itu juga dipengaruhi oleh
daya tarik Kota Semarang sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah yang sekaligus
sebagai pusat perekonomian dan pusat pendidikan yang berimbas makin banyaknya
pendatang di Kota Semarang.

Pertambahan jumlah penduduk juga dipengaruhi oleh potensi Kota Semarang


yaitu sebagai simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa
Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar
Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah (pelabuhan dan
Bandar Udara). Berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, merupakan
perlintasan moda transportasi darat (Kereta api, Bus dan Kendaraan) dari Provinsi DKI
Jakarta dan Jawa Barat dengan Provinsi Jawa Timur atau menuju Jawa Tengah Selatan
dan Provinsi Yogyakarta. Selain itu sebagai Koridor pembangunan Jawa Tengah yang
terdiri dari empat simpul pintu gerbang yaitu: koridor pantai Utara (pelabuhan); koridor
Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten/Kota Magelang, Kota Surakarta
dan Kota Salatiga yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah
Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara; dan
Koridor Barat menuju Kabupaten Kendal, Kabupaten/Kota Pekalongan. Kota Semarang
merupakan daerah Hinterland dan Area Metropolitan Kedungsapur (Kendal, Demak,
Ungaran / Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Purwodadi /Kabupaten Grobogan)
dengan penduduk sekitar 6 juta jiwa, merupakan Wilayah Metropolis terpadat ke 4,
setelah Jabodetabek (Jakarta), Gerbangkertosusilo (Surabaya), dan Bandung Raya
Tabel 4.1 Proyeksi Penduduk Kota Semarang Tahun 2017 - 2037

Kecamatan 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Mijen 56799 56920 58099 60335 63629 67981 73390 79857 87382 95965 105605
Gunungpati 75156 75257 76135 77791 80224 83435 87423 92188 97731 104051 111149
Banyumanik 124600 120954 117876 115366 113424 112050 111244 111006 111336 112234 113700
Gajahmungkur 63462 63492 63554 63648 63774 63933 64124 64347 64603 64891 65211
Semarang Selatan 82917 82665 81900 80622 78832 76529 73714 70385 66544 62190 57324
Candisari 79855 79867 79703 79362 78844 78149 77278 76229 75004 73602 72023
Tembalang 143523 144742 147919 153053 160144 169193 180198 193160 208080 224957 243791
Pedurungan 175980 176216 177285 179187 181923 185492 189894 195129 201198 208100 215835
Genuk 91843 92129 93562 96142 99870 104746 110768 117938 126256 135721 146333
Gayamsari 73586 73668 73796 73970 74190 74455 74767 75124 75527 75976 76471
Semarang Timur 78847 78848 78459 77678 76506 74943 72989 70645 67909 64782 61264
Semarang Utara 127905 128044 127967 127673 127164 126438 125496 124337 122963 121372 119564
Semarang Tengah 71597 71522 71167 70532 69618 68425 66951 65199 63166 60854 58263
Semarang Barat 58900 58923 58705 58245 57543 56600 55416 53989 52322 50412 48261
Tugu 30948 31061 31295 31650 32127 32725 33445 34285 35247 36331 37535
Ngaliyan 121140 121540 122666 124519 127098 130404 134436 139195 144680 150891 157829
Kota Semarang 1457058 1455848 1460087 1469775 1484912 1505498 1531532 1563016 1599948 1642329 1690158
(Lanjutan) Tabel 4.1 Proyeksi Penduduk Kota Semarang Tahun 2017 - 2037

Kecamatan 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037
Mijen 116303 128059 140873 154744 169673 185660 202704 220806 239966 260184
Gunungpati 119024 127676 137106 147313 158298 170060 182600 195917 210011 224883
Banyumanik 115734 118336 121506 125244 129550 134424 139866 145876 152454 159600
Gajahmungkur 65563 65948 66365 66814 67296 67810 68356 68934 69545 70188
Semarang Selatan 51945 46053 39648 32731 25300 17358 8902 -66 -9547 -19541
Candisari 70267 68334 66224 63938 61475 58835 56017 53024 49853 46505
Tembalang 264582 287330 312036 338698 367318 397895 430429 464920 501368 539773
Pedurungan 224404 233806 244041 255109 267011 279746 293314 307715 322950 339018
Genuk 158093 171000 185055 200257 216607 234104 252748 272540 293479 315566
Gayamsari 77012 77598 78231 78909 79633 80403 81219 82081 82988 83942
Semarang Timur 57355 53056 48365 43283 37810 31946 25692 19046 12009 4581
Semarang Utara 117541 115301 112845 110172 107284 104179 100858 97320 93566 89596
Semarang Tengah 55391 52241 48810 45100 41111 36842 32293 27465 22357 16970
Semarang Barat 45869 43234 40359 37241 33883 30282 26440 22356 18031 13464
Tugu 38861 40308 41877 43566 45377 47310 49363 51538 53834 56251
Ngaliyan 165493 173884 183001 192844 203414 214711 226733 239483 252958 267160
Kota Semarang 1743437 1802164 1866341 1935966 2011039 2091562 2177533 2268954 2365823 2468141
Sumber : hasil analisis, 2017
3000000

2500000

2000000

1500000

1000000

500000

0
2023

2032
2017
2018
2019
2020
2021
2022

2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031

2033
2034
2035
2036
2037
Sumber : hasil analisis, 2017

Gambar 4.1 Grafik Proyeksi Penduduk Kota Semarang 2017 2037

Tabel 4.2 Persamaan Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Semarang


Kecamatan Persamaan
Mijen 2
Y = 528.86(x) - 1465.7x + 57736
Gunungpati Y = 388.71(x)2 - 1065.3x + 75833
Banyumanik Y = 284 (x)2 - 449.8x + 128814
Gajahmungkur Y = 16.143 (x)2 - 18.857x + 63465
Semarang Selatan Y = -256.36(x)2 + 517.04x +82656
Candisari Y = -88.429(x)2 +277.97x +79665
Tembalang Y = 978.57 (x)2 - 1716x + 144260
Pedurungan Y = 416.64 (x)2 - 1014.2x + 176578
Genuk Y = 573.71(x)2 - 1435.5x + 92705
Gayamsari Y = 22.929(x)2 + 13.329x + 73550
Semarang Timur Y = -195.5(x)2 + 587.7x + 78455
Semarang Utara Y = -108.14(x)2 + 463.66x + 127549
Semarang Tengah Y = -139.79(x)2 + 344.01x +71393
Semarang Barat Y = -120.79(x)2 + 385.61x + 158635
Tugu Y = 60.643(x)2 - 68.957x + 30956
Ngaliyan Y = 363.21(x)2 -689.59x +121466
Sumber : hasil analisis, 2017
Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk dari tabel dan grafik diatas dapat
dilihat jumlah penduduk di Kota Semarang terus meningkat setiap tahunnya. Kecamatan
yang mempunyai nilai laju pertumbuhan penduduk (r) yang paling besar yaitu
Kecamatan Mijen, Pedurungan dan Tembalang. Sedangkan kecamatan yang memiliki
nilai laju pertumbuhan penduduk negatif yaitu Kecamatan Semarang selata, Semarang
Timur, Semarang Utara, Semarang Tengah dan Kecamatan Semarang Barat.

Laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Mijen dipacu oleh tingginya arus


urbanisasi. Kota Semarang menjadi daerah tujuan urbanisasi di Jawa Tengah, mengingat
semakin berkembangnya industri besar maupun kecil di Kota Semarang. Kurangnya
lapangan kerja di desa menyebabkan semakin tingginya minat penduduk desa untuk
pindah ke kota. Industri di kota membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga para
pekerja banyak berbondong-bondong menuju kota dan menetap di kota Semarang
dengan pertimbangan dekat lokasi kerja. Kecamatan Mijen merupakan kecamatan yang
diprioritaskan pembangunannya di Kota Semarang. Sedangkan Kecamatan yang
memiliki nilai pertumbuhan penduduk rendah sangat dipengaruhi oleh jumlah kelahiran,
kematian dan migrasi.

Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan semakin tingginya


kebutuhan sarana dan prasarana kebutuhan masyarakat. Perlu dilakukan manajemen
anallisis kebutuhan prasarana di masa mendatang untuk meminimalisasi dampak negatif
dari pertumbuhan penduduk yang tinggi dan meningkat pada setiap tahunnya. Prasarana
yang dibangun juga perlu memperhatikan pola laju pertumbuhan penduduk agar tidak
terjadi kekesalahan peruntukan pembangunan prasarana. Dengan adanya proyeksi
penduduk maka dapat dihitung pula proyeksi berbagai jenis prasarana seperti air minum,
system sanitasi atau limbah, persampahan, telekomunikasi dan jaringan listrik di Kota
Semarang.

4.2. Analisis Air Minum

4.2.1 Kebutuhan Air Domestik

Kebutuhan air bersih dapat diperkirakan melalui proyeksi kebutuhan air bersih,
tujuannya agar diperoleh perkiraan ketersediaan air bersih di masa yang akan datang
dengan memperhatikan supply dan demand air bersih. Analisis ini menjelaskan proyeksi
kebutuhan air bersih domestik.
Tabel 4.3 Kebutuhan Air Domestik (liter/detik) Kota Semarang

Tahun
No. Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2027 2032 2037
1 Mijen 166.41 171.67 177.10 182.71 188.49 194.45 227.23 265.53 310.28
2 Gunungpati 207.14 210.68 214.28 217.94 221.66 225.44 245.36 267.04 290.64
3 Banyumanik 342.42 344.95 347.51 350.08 352.67 355.28 368.63 382.48 396.85
4 Gajahmungkur 162.52 162.67 162.82 162.97 163.12 163.27 164.03 164.79 165.55
5 Smg Selatan 200.41 199.26 198.11 196.97 195.84 194.71 189.18 183.80 178.57
6 Candisari 199.81 198.81 197.82 196.84 195.85 194.88 190.07 185.38 180.81
7 Tembalang 410.70 416.46 422.29 428.21 434.21 440.30 472.02 506.03 542.49
8 Pedurungan 465.94 469.42 472.93 476.46 480.02 483.61 501.94 520.98 540.73
9 Genuk 258.48 263.68 268.98 274.40 279.92 285.55 315.46 348.51 385.02
10 Gayamsari 188.59 188.45 188.31 188.17 188.03 187.88 187.18 186.47 185.77
11 Smg Timur 193.24 191.44 189.65 187.87 186.12 184.38 175.92 167.85 160.15
12 Smg Utara 322.14 320.58 319.03 317.48 315.94 314.40 306.85 299.47 292.28
13 Smg Tengah 176.32 175.15 173.98 172.82 171.66 170.52 164.91 159.48 154.24
14 Smg Barat 399.72 398.26 396.80 395.36 393.91 392.48 385.37 378.39 371.53
15 Tugu 81.81 82.03 82.25 82.48 82.70 82.93 84.06 85.21 86.38
16 Ngaliyan 325.03 327.37 329.72 332.10 334.49 336.90 349.20 361.96 375.18
Kota Semarang 4100.67 4120.87 4141.58 4162.83 4184.63 4206.98 4327.40 4463.36 4616.45
Sumber: Hasil Perhitungan 2017
600.00 Mijen
Gunungpati
Banyumanik
500.00
Gajahmungkur
Smg Selatan
400.00 Candisari
Tembalang
300.00 Pedurungan
Genuk
Gayamsari
200.00
Smg Timur
Smg Utara
100.00 Smg Tengah
Smg Barat
0.00 Tugu
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2027 2032 2037 Ngaliyan

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017

Kota Semarang
7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2027 2032 2037

Kota Semarang 3710,1 3709,868 3724,222 3753,874 3798,82384 3833,444 4303,644 5120,702 6284,617

Gambar 4.2 Grafik Kebutuhan Air Domestik Kota Semarang


Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air bersih domestik di atas
dapat di simpulkan bahwa Kota Semarang setiap tahunnya akan mengalami peningkatan
kebutuhan air bersih domstik terutama pada tahun 2037 sebesar 4616,45 liter/detik.
Kecamatan yang memiliki kebutuhan air bersih domestik terbesar adalah Kecamatan
Pedurungan yang terlihat dari hasil proyeksi dari tahun 2017 sebesar 465,94 liter/detik,
tahun 2018 sebesar 469,42 liter/detik, tahun 2019 sebesar 476,46 liter/ detik, tahun 2020
sebesar 480,02 liter/ detik, tahun 2021 sebesar 483,61 tahun 2022 sebesar 501,94
liter/detik, tahun 2027 sebesar 520,98 liter/detik, tahun 2031 sebesar 520,98 liter/detik
dan tauhn 2037 sebesar 540,73 liter/detik. Sedangkan nilai domestik kebutuhan air
paling sendah adalah Kecamatan Tugu pada tahun 2017 sebesar 81,81 liter/detik, tahun
2018 sebesar 82,03liter/detik tahun 2019 sebesar 82,25 liter/detik tahun 2020 sebesar
82,48 liter/detik tahun 2021 sebesar 82,70 liter/detik tahun 2022 sebesar 82,93
liter/detik, tahun 2027 sebesar 84,06 liter/detik, tahun 2032 sebesar 85,21 liter/detik dan
pada tahun 2037 sebesar 86,38 liter/detik. Sedangkan pada tahun ini 2017 kebutuhan air
bersih domestik yang di salurkan di Kota Semarang adalah 4100,67 liter/detik.

4.2.2 Kebutuhan Air Bersih Non Domestik

Kebutuhan air bersih dapat diperkirakan melalui proyeksi kebutuhan air bersih,
tujuannya agar diperoleh perkiraan ketersediaan air bersih di masa yang akan datang
dengan memperhatikan supply dan demand air bersih. Analisis ini menjelaskan proyeksi
kebutuhan air bersih non domestik.

Besarnya kebutuhan air dimungkinkan terus bertambah seiring dengan


pertambahan jumlah penduduk, tetapi meningkatnya pemanfaatan air tidak semata-mata
karena pertambahan penduduk saja melainkan juga karena pesatnya perkembangan
industri (Babbit, 1967). Penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam
tergantung dari jenis pemakaiannya (Hariyanti, 1997). Jenis kegiatan pengguna air,
seperti perumahan, niaga, industri, fasiltas umum, serta adanya air tak berekening dapat
mempengaruhi kebutuhan air (Qasim, 2000).

Kebutuhan air non domestik adalah segala kebutuhan air yang digunakan untuk
kegiatan domestik adalah tarif sosial khusus, seluruh tarif lembaga pendidikan, seluruh
tarif instansi pemerintah, seluruh tarif niaga, dan seluruh tarif industri. Pelanggan non
domestik memiliki pengaruh terhadap kebutuhan air perkapita dikarenakan semakin
besar jumlah pelanggan non domestik maka pemakaian air pelanggan non domestik akan
semakin turun per pelanggan. Hal ini dibuktikan dari perubahan kebutuhan air non
domestik yang semakin menurun seperti pada tabel dibawah ini.

Penggunaan atau Kebutuhan Air Non Domestik dan Domestik tidak memiliki
pengaruh terhadap kehilangan air, dikarenakan setiap daerah memiliki ciri ciri
masyarakat yang berbeda dan masalah lingkungan yang berbeda pula. Hal tersebut
diperkuat dengan adanya literatur dari (Sasongko, 1991) yang menyatakan penggunaan
air dipengaruhi ciri dan masalah lingkungan.

Kebutuhan air nonn domestik juga tidak lepas dipengaruhi oleh perkembangan
wilayah, salah satunya perkembangan kawasan permukiman. Kawasan permukiman
yang akan dikembangkan di wilayah pengembangan baru Kota Semarang adalah
permukiman dengan kepadatan yang cukup tinggi terutama di wilayah barat. Persentase
pelayanan selama 20 tahun direncanakan untuk tetap naik hingga tahun 2015 pada target
sebesar 75% untuk perkotaan. Pada akhir perencanaan pada tahun 2030 mencapai 100%.
Kebutuhan air yang digunakan untuk keperluan non domestik mencakup kebutuhan air
untuk fasilitas pendidikan, pusat perbelanjaan, sarana kesehatan, fasilitas perkantoran,
komersial, serta rekreasi dan olahraga. Perhitungan kebutuhan air untuk Non Domestik
ditetapkan berdsarkan proyeksi pertumbuhan kawasan.
Tabel 4.4 Kebutuhan Air Non Domestik (liter/detik) Kota Semarang (liter/detik)

Tahun
No. Kecamatan
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2027 2032 2037
1 Mijen 49.92 51.50 53.13 54.81 56.55 58.34 68.17 79.66 93.08
2 Gunungpati 62.14 63.20 64.28 65.38 66.50 67.63 73.61 80.11 87.19
3 Banyumanik 102.73 103.49 104.25 105.02 105.80 106.58 110.59 114.74 119.05
4 Gajahmungkur 48.76 48.80 48.85 48.89 48.94 48.98 49.21 49.44 49.67
5 Smg Selatan 60.12 59.78 59.43 59.09 58.75 58.41 56.75 55.14 53.57
6 Candisari 59.94 59.64 59.35 59.05 58.76 58.46 57.02 55.61 54.24
7 Tembalang 123.21 124.94 126.69 128.46 130.26 132.09 141.61 151.81 162.75
8 Pedurungan 139.78 140.83 141.88 142.94 144.01 145.08 150.58 156.29 162.22
9 Genuk 77.54 79.10 80.70 82.32 83.98 85.67 94.64 104.55 115.51
10 Gayamsari 56.58 56.54 56.49 56.45 56.41 56.36 56.15 55.94 55.73
11 Smg Timur 57.97 57.43 56.89 56.36 55.84 55.31 52.78 50.35 48.04
12 Smg Utara 96.64 96.17 95.71 95.24 94.78 94.32 92.05 89.84 87.68
13 Smg Tengah 52.90 52.54 52.19 51.85 51.50 51.16 49.47 47.85 46.27
14 Smg Barat 119.91 119.48 119.04 118.61 118.17 117.74 115.61 113.52 111.46
15 Tugu 24.54 24.61 24.68 24.74 24.81 24.88 25.22 25.56 25.91
16 Ngaliyan 97.51 98.21 98.92 99.63 100.35 101.07 104.76 108.59 112.55
Kota Semarang 1230.20 1236.26 1242.47 1248.85 1255.39 1262.09 1298.22 1339.01 1384.94
Sumber : Hasil Perhitungan Tahun 2017
180.00 Mijen
Gunungpati
160.00
Banyumanik
140.00 Gajahmungkur
Smg Selatan
120.00 Candisari
Tembalang
100.00
Pedurungan
80.00 Genuk
Gayamsari
60.00
Smg Timur
40.00 Smg Utara
Smg Tengah
20.00
Smg Barat
0.00 Tugu
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2027 2032 2037 Ngaliyan

Sumber : hasil analisis tahun 2017

Gambar 4.3 Grafik Kebutuhan Air Non Domestik Kota Semarang


(liter/detik)

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air non domestik di Kota Semarang


menunjukan bahwa dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, proyeksi
kebutuhan air non domestik tertinggi adalah Kecamatan Pedurungan, yaitu pada tahun
2017 sebesar 139,78 liter/detik, tahun 2018 sebesar 140,83 liter/ detik, tahun 2019
sebesar 141,88 liter/ detik, tahun 2020 sebesar 142,94 liter/ detik, tahun 2021 sebesar
144,01 liter/ detik, tahun 2022 sebesar 145,08 liter/detik, tahun 2027 sebesar 150,58
liter/detik, tahun 2032 sebesar 156,29 liter/detik dan pada tahun 2037 sebesar 162,22
liter/detik. Sedangkan nilai kebutuhan air non domestik paling rendah terdapat di
Kecamtan Tugu pada tahun 2017 hanya memiliki nilai sebesar 24,54 liter/detik, tahun
2022 sebesar 24,88 liter/ detik, tahun 2027 sebesar 25,22 liter/ detik, tahun 2032 sebesar
25,56 liter/ detik dan pada tahun 2037 sebesar 25,91 liter/ detik. Saat ini air bersih non
domestik yang di salurkan di Kota Semarang pada tahun 2017 sebesar 1230,20
liter/detik.
4.2.3 Kehilangan Air Bersih

Menurut Dharmasetiawan, 2004, kehilangan air dapat didefinisikan sebagai


selisih antara jumlah air yang tercatat masuk ke sistem dan jumlah air yang tercatat
keluar dari sistem. Dalam suatu sistem penyediaan air minum tidak seluruhnya air yang
diproduksi instalasi sampai ke konsumen. Biasanya terdapat kebocoran disana-sini yang
disebut dengan kehilangan air.

Kehilangan air dalam perencanaan menjadi salah satu hal yang harus
diperhitungkan agar dalam merencanakan besar kebutuhan air suatu daerah terpenuhi
dengan baik. Nilai kehilangan air ditiap wilayah pastilah berbeda dikarenakan tiap
daerah memiliki kebiasaan yang berbeda pula dalam pemakaian airnya. Selain itu,
(Goh,2003) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kehilangan air disebabkan
kebocoran pipa, kerusakan meteran air, pengananan yang lambat, dan pengerjaan
perbaikan. Menurut (Goh, 2003) juga menyatakan di beberapa negara berkembang,
kehilangan air yang terjadi dengan tingkat yang cukup tinggi sekitar 30 60 % dalam
pendistribusiannya.

Semakin besar Rasio ND/D yang ada di suatu wilayah pelayanan, maka tingkat
kehilangan airnya juga semakin besar. Namun, formulasi yang didapatkan di atas belum
akurat karena nilai pengaruhnya 30%. Hal ini disebabkan karena tingkat kehilangan air
merupakan kesalahan yang tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan oleh konsumsi
tak resmi, kesalahan penanganan data, dan kebocoran pada pipa (IWA, 2000).

Secara finansial, kehilangan air menyebabkan kerugian pendapatan yang cukup


besar bagi perusahaan. Menurut data resmi Departemen Pekerjaan Umum, rata-rata
kehilangan air PDAM di Indonesia mencapai sekitar 37 persen, Dengan tingkat
kehilangan air 37 persen, peluang pendapatan yang hilang mencapai Rp 1,139 triliun per
tahun.

Tabel 4.5 Proyeksi Kehilangan Air Bersih (liter/detik)

Tahun 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2027 2032 2037
Kota Semarang 2666384 2695823 2719982 2737961 2746163 2742368 2641974 2364727 1910627
Sumber :Hasil Analisis, Tahun 2017
Kota Semarang
3000000

2500000

2000000

1500000

1000000

500000

0
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2027 2032 2037

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2017

Gambar 4.4 Grafik Proyeksi Kehilangan Air Bersih (liter/detik)


Berdasarkan tabel dan grafik proyeksi kehilangan air di Kota Semarang tidak
selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, dapat dilihat bahwa pada proteksi tahun
2027,2032 dan 2037 mengalami penurunan hal tersebut terjadi karena pemerintah Kota
Semarang dapat menurunkan tingat kehilangan air bersih dengan memperbaiki
infastruktur perpipaan air bersih yang ada di Kota semarang. Kehilang air bersih
meningkat setiap tahunnya dari 2017-2022 sebesar 2,85% atau sekitar 75984 liter/detik
dan mengalami penurunan sebesar 30,32% atau sekitar 831741 liter/detik pada proyeksi
tahun 2037.

Kehilangan air PDAM ada dua macam, yaitu kehilangan fisik (real losses) dan
kehilangan komersial (apparent losses). Kebocoran air sering terjadi dalam sistem
PDAM, penyebabnya banyak faktor. Jenis kehilangan ini lebih mahal penanganannya
daripada jenis kehilangan komersial. Kehilangan air komersial terdiri dari : konsumsi tak
resmi dan kesalahan penanganan data dan kesalahan pembacaan meter (IWA, 2001).
Kehilangan air pada sistem penyediaan air minum PDAM akan selalu ada mengingat
banyak faktor yang menyebabkannya. Hanya saja angka kehilangan air tersebut harus
selalu dapat dikendalikan atau ditekan sekecil mungkin.

4.2.4 Hasil Proyeksi Kebutuhan Hidran Umum

Kondisi Hidran di Kota Semarang sudah cukup baik, dari perhitungan proyeksi
kebutuhan hidran umum diatas dan dari grafik yang disajikan, pada periode Tahun 2017
2037, jumlah kebutuhan air liter/ detik dan jumlah unit hidran umum semakin
meningkat, tetapi pada tahun 2018 kebutuhan air menurun dari tahun sebelumnya
dikarenakan penurunan jumlah proyeksi pertumbuhan penduduk. Hal ini disebabkan
karena semakin bertambahnya jumlah penduduk Kota Semarang.

Besarnya kebutuhan air dimungkinkan terus bertambah seiring dengan


pertambahan jumlah penduduk, tetapi meningkatnya pemanfaatan air tidak semata-mata
karena pertambahan penduduk saja, melainkan juga karena pesatnya perkembangan
industri (Babbit, 1967). Penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam
tergantung dari jenis pemakaiannya (Hariyanti, 1997). Jenis kegiatan pengguna air,
seperti perumahan, niaga, industri, fasiltas umum, serta adanya air tak berekening dapat
mempengaruhi kebutuhan air (Qasim, 2000).

Tabel 4. Proyeksi Kebutuhan Air Hidran Umum Kota Semarang (liter/detik)

Kebutuhan Air HU 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2027 2032 2037
(liter/detik) Kota
Semarang 506.02 505.89 507.85 511.89 518.02 526.24 598.61 723.13 899.80
Sumber: hasil perhitungan, 2017

Tabel 4. Proyeksi Kebutuhan Unit Hidran Umum Kota Semarang

2017 2018 2019 2020 2021 2022 2027 2032 2037


Jumlah unit HU
14573 14570 14626 14742 14919 15156 17240 20826 25914
Sumber: hasil perhitungan, 2017

Berdasarkan tabel diatas, kebutuhan air hidran umum di Kota Semarang rata
rata naik pada setiap tahunnya. Diproyeksikan pada tahun 2018 kebutuhan air hidran
umum menurun dari tahun 2017, yakni berkurang sebesar 0,13 liter/detik. Hal itu
dikarenakan pada jumlah penduduk pada tahun 2018 berkurang di dalam jumlah
penduduk yang telah diproyeksikan.

Pada dua puluh tahun mendatang, jumlah kebutuhan air terus meningkat, debit
air yang dikeluarkan pun semakin banyak, maka perlu dibangun infrastruktur atau
prasarana air bersih yang baik dan terintegrasi.

Berdasarkan tabel proyeksi jumlah unit Hidran Umum di atas, dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak jumlah kebutuhan air yang diakibatkan oleh jumlah
pertumbuhan penduduk tinggi akan berdampak pula pada pertambahan kebutuhan unit
hidran umum yang harus disediakan. Isu di Kota Semarang bahwa ada beberapa hidran
yang bocor dan tidak baik lagi kualitasnya, hal itu dapat menyebabkan masyarakat tidak
bisa memenuhi kebutuhan air bersihnya. Jumlah unit pada 2037 diperkiran sekitar
25.914 unit hidran umum.
Gambaran umum menganai kenaikan dan penurunan jumlah kebutuhan air
hidran umum dan proyeksi unit hidran umum di Kota Semarang tahun 2017 2037
dapat dilihat pada grafik atau gambar dibawah ini.

1000.00
800.00
600.00
400.00 Kebutuhan Air HU
200.00 (liter/detik) Kota
Semarang
0.00

Sumber: hasil perhitungan, 2017

Gambar 4. Proyeksi Kebutuhan Air Hidran Umum Kota Semarang (liter/detik)

30000

25000

20000

15000
Jumlah unit HU

10000

5000

0
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2027 2032 2037

Sumber: hasil perhitungan, 2017

Gambar 4. Proyeksi Kebutuhan Unit Hidran Umum Kota Semarang


Jumlah kebutuhan unit hidran umum di Kota Semarang cukup besar, karena
termasuk kota yang memiliki jumlah penduduk lebih dari satu juta jiwa. Kecamatan
Pedurungan adalah kecamatan yang memiliki kebutuhan hidran umum paling banyak
yaitu pada tahun 2022 sebesar 1899 unit dan kebuutuhan air 65,95 liter/detik.
Kecamatan Tugu dengan nilai terkecil yaitu 11,31 liter/detik dengan kebutuhan unit
sebanyak 326 unit.

Berdasarkan tabel proyeksi jumlah hidran umum di Kota Semarang menunjukan


bahwa dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, proyeksi kebutuhan total yang
paling tinggi terdapat di Kecamatan Pedurungan, yaitu pada tahun 2017 sebesar 1830
unit, tahun 2018 sebesar 1844 unit, tahun 2019 sebesar 1857 unit, tahun 2020 sebesar
1871 unit, tahun 2021 sebesar 1885 unit, tahun 2022 sebesar 1899 unit, tahun 2027
sebesar 1971 unit, tahun 2032 sebesar 2046 unit, dan pada tahun 2037 sebesar 2124 unit.
Sedangkan nilai kebutuhan hidran umum paling rendah terdapat di Kecamtan Tugu yang
mengalami laju pertumbuhan penduduk relative kecil dan jumlah penduduk yang sedikit
pada setiap tahunnya dengan kebutuhan unit hidran umum yaitu pada tahun 2017 hanya
memiliki nilai 321 unit, tahun 2018 sebesar 322 unit, tahun 2019 sebesar 323 unit, tahun
2020 sebesar 324 unit, tahun 2021 sebesar 325 unit, tahun 2022 sebesar 326 unit, tahun
2027 sebesar 330 unit, tahun 2032 sebesar 335 unit, dan pada tahun 2037 sebesar 339
unit.

4.2.5 Hasil Proyeksi Jumlah Sambungan Rumah

Tabel 4.10 Jumlah Proyeksi Unit Sambungan Rumah 2017 - 2037

Kecamatan 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2027 2032 2037
Mijen 13070 13484 13911 14351 14805 15273 17848 20856 24371
Gunungpati 16270 16548 16830 17118 17410 17708 19272 20975 22828
Banyumanik 26895 27095 27295 27497 27701 27906 28954 30042 31171
Gajahmungkur 12765 12777 12789 12801 12812 12824 12884 12943 13004
Semarang Selatan 15741 15651 15561 15471 15382 15294 14859 14436 14026
Candisari 15694 15616 15538 15461 15383 15307 14929 14561 14202
Tembalang 32259 32711 33169 33634 34105 34583 37075 39746 42610
Pedurungan 36597 36871 37146 37424 37703 37985 39425 40920 42472
Genuk 20302 20711 21127 21553 21986 22429 24778 27374 30241
Gayamsari 14813 14802 14791 14780 14769 14757 14702 14646 14591
Semarang Timur 15178 15036 14896 14757 14619 14482 13818 13184 12579
Semarang Utara 25303 25180 25058 24936 24815 24695 24101 23522 22957
Semarang Tengah 13849 13757 13665 13574 13483 13394 12953 12527 12115
Semarang Barat 31396 31281 31167 31053 30940 30827 30269 29721 29182
Tugu 6426 6443 6461 6478 6496 6514 6603 6693 6785
Ngaliyan 25529 25713 25898 26085 26273 26462 27428 28430 29468
Jumlah 322089 323675 325303 326972 328684 330439 339898 350577 362601
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Kebutuhan akan unit sambungan rumah dan kebutuhan air (liter/detik) akan terus
meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Kecamatan
yang paling tinggi tingkat kebutuhannya yaitu Kecamatan Pedurungan, Kecamatan
Tembalang, dan Kecamatan Semarang Barat. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit
membutuhkan kebutuhan unit sambungan rumah yaitu Kecamatan Tugu, Kecamatan
gajahmungkur dan Kecamatan Mijen.

Hal tersebut dikarenakan, kecamatan kecamatan yang memiliki kebutuhan unit


sambungan rumah yang tinggi adalah wilayah padat penduduk yang sedang
diprioritaskan pembangunanya, oleh sebab itu terjadi banyak angka migrasi dan
penduduk yang berpindah ke wilayah tersebut dan menetap sebagai warga masyarakat
yang bersifat tetap maupun temporer.

Sambungan rumah merupakan sambungan untuk meneruskan jaringan air bersih


atau air minum ke rumah atau pemukiman masyarakat di Kota Semarang guna untuk
memenuhi kebutuhan domestik warga masyarakatnya.
45000 Mijen
Gunungpati
40000 Banyumanik
35000 Gajahmungkur
Semarang Selatan
30000 Candisari
Tembalang
25000
Pedurungan
20000 Genuk
Gayamsari
15000
Semarang Timur
10000 Semarang Utara
Semarang Tengah
5000
Semarang Barat
0 Tugu
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2027 2032 2037 Ngaliyan

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Gambar 4.9 Grafik Proyeksi Jumlah Sambungan Rumah Kota Semarang

Berdasarkan tabel proyeksi jumlah sambungan rumah di Kota Semarang


menunjukan bahwa dari tahun selalu mengalami peningkatan, proyeksi kebutuhan
Sambungan Rumah total yang paling tinggi terdapat di Kecamatan Pedurungan pada
tahun 2017 sebesar 36.597 unit, tahun 2018 terdapat sebesar 36.871 unit, tahun 2019
sebesar 37.156 unit, tahun 2020 sebesar 37424. unit, tahun 2021 sebesar 37.703 unit,
tahun 2022 sebesar 37.985 unit, tahun 2027 sebesar 39.425 unit, tahun 2032 sebesar
40.920 unit, dan tahun 2037 sebesar 42.472 unit. Sedangkan total unit Sambungan
Rumah paling kecil terdapat di Kecamatan Tugu, yakni tahun 2017 sebesar 6.424 unit,
pada tahun 2018 sebesar 6.443 unit, pada tahun 2019 sebesar 6.461 unit, pada tahun
2020 sebesar 6.478 unit, pada tahun 2021 sebesar 6.496 unit, pada tahun 2022 sebesar
6.514 unit, pada tahun 2027 sebesar 6.603 unit, pada tahun 2032 sebesar 6.693 unit dan
pada tahun 2037 sebesar 6.785 unit.
4.2.6 Kebutuhan Air Total

Tabel 4.11 Proyeksi Kebutuhan Air Rata-Rata (liter/detik)


Kebutuhan Air Rata-Rata (liter/detik)
No Kecamatan 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2027 2032 2037
1 Mijen 281.23 290.13 299.31 308.78 318.55 328.63 384.02 448.74 524.37
2 Gunungpati 350.07 356.05 362.13 368.31 374.60 381.00 414.66 451.30 491.17
3 Banyumanik 578.69 582.97 587.29 591.64 596.02 600.43 622.99 646.39 670.67
4 Gajahmungkur 274.65 274.91 275.16 275.42 275.67 275.93 277.21 278.49 279.79
5 Smg Selatan 338.69 336.75 334.81 332.88 330.97 329.06 319.71 310.62 301.79
6 Candisari 337.68 335.99 334.32 332.65 330.99 329.34 321.22 313.29 305.56
7 Tembalang 694.09 703.82 713.68 723.68 733.82 744.10 797.71 855.19 916.80
8 Pedurungan 787.43 793.32 799.24 805.22 811.23 817.29 848.29 880.45 913.84
9 Genuk 436.82 445.61 454.58 463.73 473.06 482.58 533.13 588.98 650.68
10 Gayamsari 318.72 318.48 318.24 318.00 317.76 317.52 316.33 315.13 313.95
11 Smg Timur 326.58 323.53 320.50 317.51 314.54 311.60 297.30 283.66 270.65
12 Smg Utara 544.42 541.78 539.15 536.54 533.93 531.34 518.57 506.11 493.95
13 Smg Tengah 297.98 296.00 294.02 292.06 290.11 288.18 278.70 269.53 260.66
14 Smg Barat 675.52 673.05 670.60 668.15 665.71 663.28 651.27 639.48 627.89
15 Tugu 138.26 138.63 139.01 139.39 139.77 140.15 142.07 144.01 145.98
16 Ngaliyan 549.29 553.25 557.23 561.24 565.29 569.36 590.15 611.71 634.05
Total 6930.13 6964.26 6999.27 7035.19 7072.02 7109.79 7313.31 7543.08 7801.80
Sumber: Hasil Analisis, 2017

Kebutuhan air total (rata-rata) diperoleh dari keseluruhan jumlah kebutuhan air
domestik ditambah kebutuhan air non domestik juga ditambahkan dengan jumlah debit
kehilangan air. Kebutuhan air total sangat dipengaruhi oleh penggunaan air masyarakat
dan ciri ciri llingkungan setempat, jadi antara satu wilayah dengan wilayah lain tidak
akan sama kebutuhan air totalnya karena dipengaruhi pula oleh jumlah unit hidran
umum dan sambungan rumah.

Pengembangan sistem jaringan distribusi atau biasa disebut SPAM merupakan


kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik
(teknik) dan non-fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan
hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Kebutuhan air yang semakin meningkat
menjadi acuan PDAM untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas pelayanannya.
Kondisi masyarakat menjadi hal yang dipertimbangkan dalam pengembangan jaringan
distribusi. Dalam hal ini khusunya pengaruh komposisi domestik dan non domestic
(ND/D) sangat erat kaitannya dengan faktor faktor kebutuhan air di masyarakat.
Besarnya nilai - nilai komposisi tersebut juga bervariasi dilihat dari karakteristik dan
luas wilayah dilayani oleh PDAM. Selama ini dalam merencanakan dan
mengembangkan jaringan distribusi, PDAM masih menggunakan pedoman Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007 untuk menentukan faktor - faktor yang
mempengaruhi kebutuhan air seperti Faktor Jam Puncak (peak hour), Faktor Harian
Maksimum (maximum day), dan besar pemakaian air rata-rata. Akan tetapi, pedoman
tersebut tidak dapat diterapkan di setiap wilayah dikarenakan tiap wilayah memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dan bervariasi.

Berdasarkan permasalahan yang ada maka dari itu diperlukanlah sebuah


pendekatan terhadap wilayah pelayanan PDAM untuk mengetahui faktor - faktor
kebutuhan air yang dipengaruhi Rasio Non Domestik dan Domestik. Pendekatan
tersebut dilihat dari besarnya pemakaian air di tiap wilayah pelayanan PDAM.

1000.00 Mijen
900.00 Gunungpati
Banyumanik
800.00 Gajahmungkur
700.00 Smg Selatan
Candisari
600.00
Tembalang
500.00 Pedurungan
400.00 Genuk
Gayamsari
300.00 Smg Timur
200.00 Smg Utara
Smg Tengah
100.00
Smg Barat
0.00 Tugu
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2027 2032 2037 Ngaliyan

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Gambar 4.10 Proyeksi kebutuhan air total (rata-rata) Tahun 2017-2037

Berdasarkan tabel proyeksi kebutuha rata-rata air di Kota Semarang menunjukan


bahwa dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan di setiap kecamatannya namun
ada kecamatan yang mengalami penurunan kebutuhan rata-rata air bersih yaitu di
Kecamatan Semarang Selatan, proyeksi kebutuhan rata-rata air paling tinggi terdapat di
Kecamatan Pedurungan, yaitu pada tahun 2017 sebesar 787,43 liter / detik, tahun 2018
sebesar 793,32 liter / detik, tahun 2019 sebesar 799,24 liter / detik, tahun 2020 sebesar
805,22 liter / detik, tahun 2021 sebesar 811,23 liter / detik, tahun 2022 sebesar 817,29
liter / detik, tahun 2027 sebesar 848,29 liter / detik, tahun 2032 sebesar 880,45 liter /
detik, dan pada tahun 2037 sebesar 913,84 liter / detik. Sedangkan proyeksi kehilangan
air paling rendah terdapat di Kecamtan Tugu pada tahun 2017 hanya memiliki nilai
138,26 liter / detik, tahun 2018 nilainya 138,63 liter / detik, tahun 2019 nilainya 139,01
liter / detik, tahun 2020 nilainya 139,39 liter / detik, tahun 2021 nilainya 139,77 liter /
detik, tahun 2022 nilainya 140,15 liter / detik, tahun 2027 nilainya 142,07 liter / detik,
tahun 2032 nilainya 144,01 liter / detik dan pada tahun 2037 nilainya hanya 145,98
liter/detik.

Anda mungkin juga menyukai