Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah gizi masih cukup rawan dibeberapa wilayah Indonesia, terutama di wilayah
pemukiman kumuh daerah perkotaan, wilayah yang sering dilanda musim kering (NTB
dan NTT). Dimana kondisi masyarakat tersebut banyak yang kekurangan gizi, banyak
balita yang terkena gizi buruk. Gizi buruk / gizi kurang sering terjadi karena makanan
yang tidak seimbang, terutama dalam hal protein.
Protein sangat penting untuk membantu pertumbuhan anak-anak, dan meningkatkan
daya tahan tubuh mereka. Dan juga kelebihan protein juga akan menimbulkan penyakit,
seperti obesitas. Sehingga dapat menimbulkan penyakit seperti kwasiorkor, marasmus,
dan obesitas. Selain protein, ada juga zat gizi yang juga sangat penting bagi tubuh meski
hanya dibutuhkan dalam takaran yang sedikit (micronutrient).
Vitamin adalah senyawa-senyawa organic tertentu yang diperlukan dalam jumlah
kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolism dalam sel dan penting
untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Vitamin adalah
nutrisi yang sangat penting untuk pertumbuhan, energi, dan fungsi saraf. Tubuh kita
mendapatkan vitamin dari makanan, suplemen, atau hasil produksi flora
usus. Kebanyakan vitamin-vitamin ini tidak dapat disintesis oleh tubuh. Beberapa di
antaranya masih dapat dibentuk oleh tubuh, namun kecepatan pembentukannya sangat
kecil sehingga jumlah yang terbentuk tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Oleh
karenanya tubuh harus memperoleh vitamin dari makanan sehari-hari. Jadi vitamin
mengatur metabolisme, mengubah lemak dan kabohidrat menjadi energi, dan ikut
mengatur pembentukan tulang dan jaringan.
Sejarah penemuan vitamin dimulai oleh Eijkman yang pertama kali mengemukakan
adanya zat yang bertindak sebagai faktor diet esensial dalam kasus penyakit beri-beri.
Pada tahun 1897 ia memberikan gambaran adanya suatu penyakit yang diderita oleh anak
ayam yang serupa dengan beri-beri pada manusia. Gejala penyakit tersebut terjadi setelah
binatang diberi makanan yang terdiri atas`beras giling murni. Ternyata penyakit ini dapat
disembuhkan dengan memberikan makanan sisa gilingan beras yang berupa serbuk. Hasil
penemuan yang menyatakan bahwa dalam makanan ada faktor lain yang penting selain
kabohidrat, lemak dan protein sebagai energy, mendorong para ahli untuk meneliti lebih
lanjut tentang vitamin, sehingga diperoleh konsep tentang vitamin yang kita kenal
sekarang. Pada saat ini terdapat lebih dari 20 macam vitamin. Oleh karena itu, dalam

1
makalah ini akan dibahas lebih mendalam tentang jenis protein dan vitamin yang terdapat
dalam makanan serta manfaat dan dampaknya apabila tubuh kekurangan zat tersebut.

2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan macam protein dan vitamin?
2. Sumber makanan apa saja yang menjadi sumber protein dan vitamin?
3. Berapakah kebutuhan harian protein dan vitamin?
4. Permasalahan apa sajakah yang disebabkan oleh kekurangan maupun kelebihan
protein dan vitamin, serta bagaimana cara mencegah dan mengatasinya?

3. Tujuan
1. Apa definisi dan macam protein dan vitamin?
2. Sumber makanan apa saja yang menjadi sumber protein dan vitamin?
3. Berapakah kebutuhan harian protein dan vitamin?
4. Permasalahan apa sajakah yang disebabkan oleh kekurangan maupun kelebihan
protein dan vitamin, serta bagaimana cara mencegah dan mengatasinya?

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. PROTEIN
A. Pengertian Protein
Istilah Protein berasal dari bahasa yunani proteos, yang berarti yang utama atau yang
di dahulukan. Kata ini di perkenalkan oleh ahli kimia Belanda, Gerardus Mulder (1802-
1880). Ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting dalam setiap
organisme. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang
kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi
semua sel makhluk hidup dan virus.
Pengertian protein dalam ilmu gizi adalah suatu kelompok makronutrisi berupa
senyawa asam amino yang berfungsi sebagai zat pembangun dan pendorong metabolisme
dalam tubuh. Zat ini tidak dapat dihasilkan sendiri oleh manusia kecuali lewat makanan
seperti halnya makanan yang mengandung protein.
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh
sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi
lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Fungsi lain dari
protein adalah untuk mengatur keseimbangan air, pembentukan ikatan-ikatan essensial
tubuh, memelihara netralitas tubuh, sebagai pembentuk antibodi, mengatur zat gizi dan
sebagai sumber energi (Almatsier, 2001). Protein dikatakan sebagai sumber energi yang
ekivalen dengan karbohidrat karena menghasilkan 4 kkal/g protein (Barasi, 2007).
B. Macam macam protein dan fungsinya
a) Berdasarkan Sumber.
Sumber Protein Nabati
Protein nabati dapat dijumpai dalam tanaman/tumbuh tumbuhan, adapun sumber
protein nabati, terdapat pada ; biji bijian (misalnya pada gandum, beras,jagung,)
umbi-umbian, sayuran (buncis), Buah buahan (alpukat) dan sebagian besar pada
kacang kacangan (kacang tanah,kacang kedelai,kacang merah,kacang polong).
Beberapa Jenis makanan yang mengandung protein nabati.

3
a) Biji bijian
Gandum

Biji-bijian atau grains, seperti misalnya gandum, memang lebih banyak dikenal
sebagai sumber karbohidrat. Namun, telah diketahui pula pada gandum, kandungan
protein bisa mencapai sekitar 9%.
Beras merah

Nasi merah dari beras merah kaya mineral dan serat yang bagus untuk
menurunkan glikemik indeks. Makanan ini mengandung 2,5 % protein, dan
mengandung porotein yang kurang lengkap, Jadi campurkan dengan sumber protein
tidak lengkap lainnya untuk membuat asam amino.
Ubi

Ubi memiliki 3% protein lengkap yang dapat melengkapi protein lainnya. Enam
potongan kecil ubi sama dengan satu potong ayam.

4
b) Sayuran
Buncis

Buncis Merupakan sayur yang kaya akan Kandungan protein nabati dan juga
vitamin dapat membantu menurunkan tekanan darah serta menjaga metabolisme gula
darah dalam tubuh berjalan dengan baik. Sehingga buncis tetap aman dikonsumsi
oleh mereka yang mengidap penyakit diabetes maupun hipertensi.
c) Buah buahan
Alpukat

Alpukat mengandung 2% protein lengkap serta serat yang baik untuk


penceranaan. Makan 15 buah alpukat setara dengan protein satu potong ayam.
d) Kacang kacangan
Kacang kedelai

Kacang kedelai mengandung protei sekitar 40 %, lebih rincinya mengandumg 22


asam amino, kecuali methionin dan cystine.Dua protein utama yang umum diketahui
terkandung dalam kedelai adalah asam amino arginin dan glisin, kedua asam amino
ini merupakan kedua komponen hormin insulin dan glukogen yang disekresi oleh

5
kelenjar pankreas dalam tubuh kita. Selain itu kacang kedelai tidak mengandung
kolesterol, dan mempunyai rasio kalori yang rendah dibandingkan protein dan
bertindak sebagai makanan yang tidak menggemukkan bagi penderita obesitas.
Kedelai sangat cocok bagi yang menderita alergi laktosa atau sebagai pengganti
sumber protein hewani bagi vegetarian. Terdapat Protein digestibility Amino Acid
Score (PDCAAS) yaitu suatu standar nilai yang digunakan untuk mengukur kualitas
protein. Protein kacang kedelai meraih nilai PDCAAS tertinggi yaitu 1.0, ini artinya
protein kacang kedelai terbukti mampu menyediakan sebuah profil protein yang
komplit, yang merupakan protein nabati.
Fungsi Protein Nabati
Protein nabati walaupun mengandung asam amino tidak selengkap protein
hewani, tetapi memiliki peran yang sangat penting bagi tubuh. Penelitian ilmiah telah
membuktikan bahwa protein nabati merupakan protein yang berkwalitas tinggi dan
mengkonsumsi beraneka ragam makanan nabati adalah salah satu hal terbaik yang
dapat Anda lakukan untuk kesehatan.
Sumber Protein Hewani

Protein Hewani (Hewan) Protein hewani berasal dari daging, telur dan susu.
Protein hewani memberikan manfaat pertumbuhan sel-sel organ tubuh. Selain itu
juga membantu pembentukan otak manusia dan sel darah merah lebih kuat sehingga
tidak mudah pecah. Dengan demikian menjadikan otak organ cerdas. Kekurangan
protein menjadikan seseorang rentan terhadap penyakit dan akan gampang sakit.
Oleh karena itu dianjurkan agar daging telur dan susu sudah diberikan sejak dini.
Protein hewani bermutu tinggi sangat vital untuk pembentukan otak sejak anak masih
janin sampai umur 2 tahun.
Produk yang berasal dari hewan umumnya mengandung tinggi lemak. Walaupun
demikian, bukan berarti kita tidak boleh mengkonsumsinya. Konsumsi daging dan
susu yang rendah lemak merupakan solusi yang terbaik untuk mendapatkan kebaikan
produk hewani tanpa lemak yang berlebih yang akan memperlambat proses menuju
perut sixpack Anda. Protein hewani, berasal dari hewan. Umumnya mengandung

6
protein yang lengkap, terdapat pada ikan, daging, susu, telur, larva serangga, lebah,
belalang, laron, kepompong, dan lainlain.
Manfaat protein hewani Protein asal hewan yakni daging, telur dan susu memiliki
manfaat besar tidak hanya bagi anak-anak dan remaja, namun juga orang dewasa
Untuk balita, kekurangan protein hewani berisiko menyebabkan gangguan
pertumbuhan otak, perkembangan mental terhambat, produktifitas kerja kelak ketika
sudah dewasa menjadi rendah, dan mengakibatkan malnutrisi,serta meningkatkan
resiko terkena penyakit Bagi orang dewasa, protein hewani berguna untuk menopang
stamina tubuh, mempercepat proses regenerasi sel, menjaga sel darah tidak mudah
pecah, mencegah anemia. Protein hewani memiliki asam amino yang lengkap,
hampir-hampir tidak bisa digantikan dengan protein nabati (protein asal tumbuhan)
dalam hal mendukung fungsi otak untuk kecerdasan.
Daging digunakan untuk dianggap sebagai sumber protein sangat diperlukan
karena mengandung semua asam amino esensial. Nutrisi berbicara protein dianggap
berkualitas tinggi atau rendah tergantung pada seberapa banyak asam amino yang
dibutuhkan di dalamnya. Namun dengan benar menggabungkan berbagai sumber
protein nabati seseorang dapat menciptakan sebuah ?lengkap? protein. Makanan
dapat dibagi menjadi protein tinggi atau rendah protein. Makanan berprotein tinggi
adalah mereka yang mengandung protein minimal 10% volume. Daging adalah
makanan tinggi protein tapi masalahnya adalah bahwa tubuh tidak dapat mencerna
sejumlah besar daging pada satu waktu. Juga daging dengan sendirinya tidak mudah
melewati saluran pencernaan. Bahkan ketika makan daging itu masih merupakan ide
yang baik untuk mengkonsumsi jumlah yang lebih besar sayuran nonstarch dengan
itu untuk eliminasi yang lebih baik.
b) Berdasarkan bentuknya, protein dikelompokkan sebagai berikut :Protein
terdapat dalam bentuk serabut (fibrous), globular, dan konjungsi.
Protein dalam bentuk serabut (fibrous)
Protein ini terdiri atas beberapa rantai peptida berbentu spiral yang terjalin. Satu
sama lain sehingga menyerupai batang yang kaku. Karakteristik protein bentuk
serabut adalah rendahnya daya larut, mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi
untuk tahan terhadap enzim pencernaan. Kolagen merupakan protein utama jaringan
ikat. Elasti terdapat dalam urat, otot, arteri (pembuluh darah) dan jaringan elastis lain.
Keratini adalah protein rambut dan kuku. Miosin merupakan protein utama serat otot.
Contoh protein serabut : Kolagen, elastin, keratin, miosin.
7
Protein globular.
Berbentuk bola terdapat dalam cairan jaringan tubuh. Protein ini larut dalam
larutan garam dan encer, mudah berubah dibawah pengaruh suhu, konsentrasi garam
dan mudah denaturasi. Albumin terdapat dalam telur, susu, plasma, dan hemoglobin.
Globulin terdapat dalam otot, serum, kuning telur, dan gizi tumbuh-tumbuhan. Histon
terdapat dalam jaringan-jaringan seperti timus dan pancreas. Protamin dihubungkan
dengan asam nukleat. Contoh : Albumin, globumin, histon, protamin.
Menurut kelarutannya, protein globuler dibagi menjadi :
o Albumin: laut dalam air terkoagulasi oleh panas. Contoh : albumin telur,
albumin serum.
o Globulin: tidak larut air, terkoagulasi oleh panas, larut dalam larutan
garam, mengendap dalam larutan garam, konsentrasi meningkat. Contoh :
Ixiosinogen dalam otot.
o Glutelin: tidak larut dalam pelarut netral tapi tapi larut dalam asam atau
basa encer. Contoh : Histo dalam Hb.
o Plolamin/Gliadin: larut dalam alcohol 70-80% dan tidak larut dalam air
maupun alkohol absolut. Contoh : prolaamin dalam gandum.
o Histon: Larut dalam air dasn tak larut dalam ammonia encer. Contoh :
Hisron dalam Hb.
o Protamin: protein paling sederhana dibanding protein-protein lain, larut
dalam air dan tak terkoagulasi oleh panas. Contoh : salmin dalam
ikatan salmon.
Protein konjungsi.
Merupakan protein sederhana yang terikat dengan baha-bahan non-asam amino.
Nukleoprotein terdaoat dalam inti sel dan merupakan bagian penting DNA dan RNA.
Nukleoprotein adalah kombinasi protein dengan karbohidrat dalam jumlah besar.
Lipoprotein terdapat dalam plasma-plasma yang terikat melalui ikatan ester dengan
asam fosfat sepertu kasein dalam susu. Metaloprotein adalah protein yang terikat
dengan mineral seperti feritin dan hemosiderin adalah protein dimana mineralnya
adalah zat besi, tembaga dan seng. Contoh : Nukleoprotein, lipoprotein, fosfoprotein,
metaloprotein.

8
c. Berdasarkan senyawa pembentuk, terbagi sebagai berikut:
Protein sederhana (protein saja ) Contoh : Hb
Protein Kojugasi dan Senyawa Non Protein
Protein yang mengandung senyawa lain yang non protein disebut protein
konjugasi, sedang protein yang mengandung senyawa non protein disebut protein
sederhana. Contoh : 9 Glikoprotein terdapat pada hati.
Merupakan protein sederhana yang terikat dengan baha-bahan non-asam amino.
Nukleoprotein terdaoat dalam inti sel dan merupakan bagian penting DNA dan RNA.
Nukleoprotein adalah kombinasi protein dengan karbohidrat dalam jumlah besar.
Lipoprotein terdapat dalam plasma-plasma yang terikat melalui ikatan ester dengan
asam fosfat sepertu kasein dalam susu. Metaloprotein adalah protein yang terikat
dengan mineral seperti feritin dan hemosiderin adalah protein dimana mineralnya
adalah zat besi, tembaga dan seng.
d. Berdasarkan keberadaan asam amino esensial.
Dikelompokkan kedelapan asam amino esensial yang harus disediakan dalam bentuk
jadi dalam menu makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

Isoleusin
Leussin
Lisin
Methionin (asam amino esensial), fungsinya dapat digantikan sistin (semi
esensial) secara tidak sempurna.
Penilalanin, yang fungsinya dapat digantikan tirosin (semi esensial) tidak secara
sempurna, akan tetapi paling tidak dapat menghematnya.
Threonin
Triptopan
Valin

e. Klasifikasi protein pada biokimia didasarkan atas fungsi biologinya.


1. Enzim, yang berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam jasad hidup. pada
jasad hidup yang berbeda terdapat macam jenis enzim yang berbeda pula.
Molekul enzim biasanya berbentuk bulat (globular), sebagian terdiri atas satu
rantai polipeptida dan sebagian lain terdiri lebih dari satu polipeptida. Contoh
enzim: ribonuklease, suatu enzim yang mengkatalisa hidrolisa RNA (asam

9
poliribonukleat); sitokrom, berperan dalam proses pemindahan electron; tripsin;
katalisator pemutus ikatan peptida tertentu dalam polipeptida.
2. Protein Pembangun, protein pembangun berfungsi sebagai unsure pembentuk
struktur. Beberapa contoh misalnya: protein pembukus virus, merupakan selubung
pada kromosom; glikoprotein, merupakan penunjang struktur dinding sel; struktur
membrane, merupakan protein komponen membrane sel; -Keratin, terdapat dalam
kulit, bulu ayam, dan kuku; sklerotin, terdapat dalam rangka luar insekta; fibroin,
terdapat dalam kokon ulat sutra; kolagen, merupakan serabut dalam jaringan
penyambung; elastin, terdapat pada jaringan penyambung yang elastis (ikat sendi);
mukroprotein, terdapat dalam sekresi mukosa (lendir).
3. Protein Kontraktil, protein kontraktil merupakan golongan protein yang berperan
dalam proses gerak. Sebagai contoh misalnya; miosin, merupakan unsure filamen tak
bergerak dalam myofibril; dinei, terdapat dalam rambut getar dan flagel (bulu
cambuk).
4. Protein Pengankut, protein pengangkut mempunyai kemampuan mengikat molekul
tertentu dan melakukan pengangkutan berbagai macam zat melalui aliran darah.
Sebagai contoh misalnya: hemoglobin, terdiri atas gugus senyawa heme yang
mengandung besi terikat pada protein globin, berfungsi sebagai alat pengangkut
oksigen dalam darah vertebrata; hemosianin, befungsi sebagai alat pengangkut
oksigen dalam darah beberapa macam invertebrate; mioglobin, sebagai alat
pengangkut oksigen dalam jaringan otot; serum albumin, sebagai alat pengangkut
asam lemak dalam darah; -lipoprotein, sebagai alat pengangkut lipid dalam darah;
seruloplasmin, sebagai alat pengangkut ion tembaga dalam darah.
5. Protein Hormon, seperti enzim, hormone juga termasuk protein yang aktif. Sebagai
contoh misalnya: insulin, berfungsi mengatur metabolisme glukosa, hormone
adrenokortikotrop, berperan pengatur sintesis kortikosteroid; hormone pertumbuhan,
berperan menstimulasi pertumbuhan tulang.
6. Protein Bersifat Racun, beberapa protein yang bersifat racun terhadap hewan kelas
tinggi yaitu misalnya: racun dari Clostridium botulimum, menyebabkan keracunan
bahan makanan; racun ular, suatu protein enzim yang dapat menyebabkan
terhidrolisisnya fosfogliserida yang terdapat dalam membrane sel; risin, protein racun
dari beras.
7. Protein Pelindung, golongan protein pelindung umumnya terdapat dalam darah
vertebrata. Sebagai contoh misalnya: antibody merupakan protein yang hanya

10
dibentuk jika ada antigen dan dengan antigen yang merupakan protein asing, dapat
membentuk senyawa kompleks; fibrinogen, merupakan sumber pembentuk fibrin
dalam proses pembekuan darah; trombin, merupakan komponen dalam mekanisme
pembekuan darah.
8. Protein Cadangan, protein cadangan disimpan untuk berbagai proses metabolisme
dalam tubuh. Sebagai contoh, misalnya: ovalbumin, merupakan protein yangterdapat
dalam putih telur; kasein, merupakan protein dalam biji jagung.
C. Fungsi Protein
Fungsi protein. Protein selain berfungsi sebagai zat pembangun dalam tubuh, protein
juga berfungsi sebagai penyokong berbagai aktifitas organ tubuh dan metabolisme.
Fungsi protein bagi tubuh banyak sekali, berikut adalah beberapa fungsi protein :
a. Setiap gram dalam protein dapat menghasilkan 4,1 kalori, yang cocok sebagai
sumber energi.
b. Mengatur metabolisme tubuh.
c. Protein dapat sebagai asupan energi utama untuk yang sedang diet rendah gula.
d. Menjaga keseimbangan antara asam basa dan keseimbangan cairan dalam tubuh.
Protein berperan penting dalam menjaga stabilitas pH cairan tubuh.
e. Protein merupakan bahan dalam sintesis substansi seperti halnya hormon, zat
antibodi,dan organel sel lainnya
f. Protein membantu proses pertumbuhan pada anak-anak dan remaja karena sel-sel
tubuh mendapat cukup asupan zat pembangun.
g. Membantu kerja tubuh dalam menetralkan atau menghancurkan zat-zat asing yang
masuk ke dalam tubuh.
Selain itu protein memiliki peranan dan fungsi tertentu dalam tubuh. Fungsi tersebut
sebagai :
a. Sebagai enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa
makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang sangat sederhana seperti
reaksi transportasi karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti replikasi
kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem
biologis.

11
b. Alat pengangkut dan penyimpan
Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau
dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen
dalam eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam otot.Pengatur
pergerakan Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena
adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.
c. Penunjang mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen, suatu
protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut. Pertahanan tubuh atau
imunisasi Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus
yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke
dalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel- sel asing lain.
d. Media perambatan impuls syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya rodopsin,
suatu protein yang bertindak sebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel-sel
mata.
e. Pengendalian pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi
fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan.

12
D. Kebutuhan Protein Harian

Tabel 1. Angka Kecukupan Protein yang Dianjurkan untuk Orang Indonesia


(per orang per hari)
Kelompok Umur BB (kg) TB (cm) Protein (g)
Bayi/Anak
0-6 bulan 6 61 12
7-11 bulan 9 71 18
1-3 tahun 13 91 26
4-6 tahun 19 112 35
7-9 tahun 27 130 49
Laki-laki
10-12 tahun 34 142 56
13-15 tahun 46 158 72
16-18 tahun 56 165 66
19-29 tahun 60 168 62
30-49 tahun 62 168 65
50-64 tahun 62 168 65
65-80 tahun 60 168 62
80+ tahun 58 168 60
Perempuan
10-12 tahun 36 145 60
13-15 tahun 46 155 69
16-18 tahun 50 158 59
19-29 tahun 54 159 56
30-49 tahun 55 159 57
50-64 tahun 55 159 57
65-80 tahun 54 159 56
80+ tahun 53 159 55
Hamil (+an) +20
(Sumber: Kementrian Kesehatan RI, 2010)

13
Angka kecukupan protein yang dianjurkan untuk orang Indonesia menurut
Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2010 disajikan dalam Tabel 1. Berdasarkan tabel
tersebut, angka kecukupan protein berbeda menurut beberapa faktor utama, yaitu umur,
jenis kelamin, dan aktivitas (misalnya pada saat kehamilan). Selain ketiga faktor utama,
juga terdapat faktor bobot badan (massa tubuh) (kg) dan tinggi badan (cm). Pada
kelompok umur bayi/anak (usia 0-9 tahun), angka kecukupan protein berbanding lurus
dengan bertambahnya usia. Pada kelompok umur remaja hingga dewasa (10 tahun lebih
dari 80 tahun), angka kecukupan protein tertinggi (69 g/hari) terdapat pada kelompok usia
13-15 tahun baik pada laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut disebabkan oleh
pertumbuhan yang paling pesat terjadi pada usia tersebut (13-15). Selain itu, aktivitas
yang dilakukan pada kelompok usia tersebut lebih banyak (misalnya belajar). Secara
umum, angka kecukupan protein untuk orang dewasa menurut Kementrian Kesehatan RI
sebanyak 52 g/hari per orang.

Tabel 2. Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita per Hari di Indonesia, 2011
Protein (g)
Rincian Perkotaan
Perkotaan Perdesaan
+Perdesaan
Makanan dan
minuman yang
45,77 48,71 47,25
dimasak di
rumah
Makanan dan
11,46 6,57 9,01
minuman jadi
Jumlah 57,23 55,29 56,25
(Sumber: BPS Susenas, 2011)
Rata-rata konsumsi protein per kapitan per hari di Indonesia pada tahun 2011
menurut Badan Pusat Statistik Survei Sosial Ekonomi Nasional disajikan dalam Tabel 2.
Konsumsi protein diperoleh dari dua sumber, yaitu protein yang berasal dari makanan dan
minuman yang dimasak di rumah dan makanan dan minuman jadi. Berdasarkan tabel
tersebut, protein dalam makanan dan minuman yang dimasak di rumah lebih banyak
dikonsumsi oleh penduduk perdesaan daripada perkotaan. Sebaliknya, protein dalam
makanan dan minuman siap saji lebih banyak dikonsumsi oleh penduduk perkotaan

14
daripada perdesaan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh modernisasi makanan dan
minuman siap saji di perkotaan karena terdapat banyak produk makanan dan minuman
tinggi protein. Namun, makanan dan minuman yang dimasak di rumah memiliki nilai
rata-rata protein lebih banyak daripada produk siap saji. Secara umum, rata-rata konsumsi
protein di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 56,25 g/hari per kapita.
Tabel 3. Angka Kebutuhan Asam Amino Esensial menurut WHO
Kebutuhan
Asam Amino
(mg/ kg protein per hari)
Lisin 30
Leusin 39
Isoleusin 20
Valin 26
Treonin 15
Fenilalanin 25
(Sumber: World Health Organization, 2007)
Asam amino esensial merupakan asam amino yang diperoleh dari sumber makanan
dan minuman yang dikonsumsi oleh manusia. Angka kebutuhan asam amino esensial
menurut World Health Organization pada tahun 2007 disajikan dalam Tabel 3.
Berdasarkan tabel tersebut, setiap asam amino dalam jumlah tertentu diperlukan oleh
tubuh manusia. Asam amino dibutuhkan untuk segala aktivitas metabolisme di dalam
tubuh manusia.
E. Permasalahn gizi protein .
Kekurangan protein adalah salah satu penakit yang disebabbkan oleh rendahnya
konsumsi protein dalam makan sehari-hari. Kurang energi merupakan keadaan kurang
gizi yang disebabkan oleh rendahnya konumsi protein dalam makanan sehari hari (
depkes, 1999). Kurang protein disebabkan oleh defisiensi protein yang menimbullkan
berbagai macam gejala, kurang protein dalam jumlah banyak akan menyebabkan nak
mengalami kwasihorkor dan masramus. Kekurangan protein dapat disebbakn oleh faktor
langsung dan tidak langsung. Faktor langsung disebabkan karena kekurangan protein
dalam makanan, sedangkan faktor tidak langsung dapat disebabkan oleh zat gizi yang
terkandng dalam makanan, daya beli keluarga, fenomena sosial dan lingkungan.timbulnya
kekurangan protein selain dari makanan, dapat juga disebabkan oleh penyakit infeksi.
Anak yang sering menderita penyakit demam atau diare meskipun memiliki asupan gizi

15
yang baik jika mengalami penyakit yang SMA Negeri 1 Rogojampi secara terus
menenerus maka akan mengalami penyakit keurangan protein bahkan ddapat mengalami
gizi buruk. Jenis kekurangan protein antara lain :
1. Kwasihorkor
Merupkan keadaan dimana penderita mengalami kekurangan protein. Peyakit ini
umumnya disebabkan karena asupan gizi yang kurang yang sering terjadi di kawasan
negara berkembang atau pada daerah yang terjadi embargo politik.
2. Marasmus
Marasmus merupakan suatu keadaan dimana penderita mengalami kekurangan
protein yang diakibatkan rendahnya asupan karbohidrat. Kondisi fisik yang kurang baik
adalah salah satu faktor penyebab terjadinya kekurangan karbohirat. Kondisi tersebut dpat
meliputi jantung bawaan, retrdasi mentl, penyakit kanker, dan infeksi kronis.
Kekurangan Energi Protein sesungguhnya berpelung menyerang siapa saja terutama
bayi dan anak yang tengah bertumbuh-kembang. Marasmus sering menjangkiti bayi yang
baru berusia kurang dari 1 tahun, sementara kwashiorkor cenderung menyerang setelah
mereka berusia 18 bulan. Jika dialami oleh anak yang berumur lebih tua, kondisi tersebut
biasanya ringan karena mereka pada umumnya telah pandai mencari makan sendiri.
Remaja, dewasa muda (utamanya pria), wanita tidak hamil dan tidak menyusui, memiliki
angka prevalensi paling rendah.
F. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Sosial ekonomi tehadap balita Kurang
Energi Protein (KEP) :
a) Pendapatan Keluarga Perkapita
Komsumsi makanan yang berkurang sering dialami oleh penduduk yang
berpendapatan rendah.Hal ini disebabkan oleh daya beli keluarga yang rendah.
Pendapatan keluarga akan mempengaruhi pola pengeluaran komsumsi keluarga. Tingkat
pendapatan yang nyata dari keluarga menentukan jumlah dan kualitas makanan yang
diperoleh (Suhardjo,1989).
b) Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang berlangsung seumur hidup dalam
rangka mengalihkan pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain (Siagian,1991).
Pendidikan terutama pendidikan ibu berpengaruh sangat kuat terhadap kelangsungan anak
dan bayinya. Pada masyarakat dengan rata rata pendidikan rendah menunjukan
prevalensi gizi kurang yang tinggi dan sebaliknya pada masyarakat yang pendidikannya
cukup tinggi prevalensi gizi kurangnya rendah( Abunain,1988)

16
c) Pekerjaan
Anak nelayan tradisional mempunyai resiko menjadi kurang gizi tiga kali lebih besar
dibanding pada anak peternak, petani pemilik lahan, ataupun tenaga kerja terlatih.Efek
ganda ( interaksi ) dari berbagai faktor sosial ekonomi dalam menyebabkan jatuhnya
seorang anak pada keadaan kurang gizi perlu diperhitungkan (Mc Lean, W.1984).
d) Keadaan Sanitasi Lingkungan
Faktor utama yang mempengaruhi kesehatan anak dan juga kesehatan orang dewasa
adalah tersedianya air bersih dan sanitasi yang aman.
Penyebab langsung adalah asupan gizi dan penyakit infeksi. Timbulnya KEP tidak
hanya karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat
makanan yang cukup baik tetapi sering menderita diare atau demam, akhirnya akan
menderita kurang gizi. Penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan tingkat
keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
Ketahanan pangan di keluarga (household food security) adalah kemampuan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang
cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
G. Program penanggulangan KEP
Penanggulangan Kekurangan protein dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan
protein. Secara umun dikenal dua jenis protein yaitu protein yang berasal dari hewan dan
protein nabati yang berasal dari tumbuhan. Protein hewani dapat diperoleh dari berbagai
jenis makanan seperti ikan, daging, telur dan susu. Protein nabati terutama berasal dari
kacang-kacangan serta bahan makanan yang terbuat dari kacang (Elly Nurachmah, 2012).
Beberapa jenis protein nabati jika dikombinasikan dengan perbandingan yang tepat, dapat
dihasilkan campuran yang mempunyai nilai kualitas protein lengkap. Selain itu, sumber
protein nabati juga lebih murah harganya dibandingkan dengan sumber protein hewani,
sehingga dapat terjangkau oleh daya beli sebagian masyarakat (Achmad Djaeni, 1999).
Adapun penanggulangan lainnya pada penderita KEP yaitu :
1. Jangka pendek
a. Upaya pelacakan kasus melalui penimbangan bulanan di posyandu
b. Rujukan kasus KEP dengan komplokasi pengakit di RSU
c. Pemberian ASI Eklusif untuk bayi usia 0-6 bulan
d. Pemberian kapsul vitamin A
e. Pemberian makanan tambahan (PMP)

17
f. Pemulihan bagi balita gizi buruk dengan lama pemberian 3 bulan
g. Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) bagi balita keluarga miskin
usia 6-12 bulan
h. Promosi makanan sehat dan bergizi
2. Jangkah menengah
a. Revitalisasi Posyandu
b. Revitalisasi Puskesmas
c. Revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
3. Jangkah panjang
a. Pemberdayaan masyarakat menuju Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
b. Integrasi kegiatan lintas sektoral dengan program penanggulangan kemiskinan
dan ketahanan pangan.
Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP ) juga dapat dilakukan dengan
meningkatkan asupan protein. Secara umun dikenal dua jenis protein yaitu protein yang
berasal dari hewan dan protein nabati yang berasal dari tumbuhan. Protein hewani dapat
diperoleh dari berbagai jenis makanan seperti ikan, daging, telur dan susu. Protein nabati
terutama berasal dari kacang-kacangan serta bahan makanan yang terbuat dari kacang
(Elly, 2001:15).

18
2. VITAMIN
A. Definisi Vitamin
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik
amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap
organisme (Nurhari, 2010). Rahayu (2010) menambahkan, nama ini berasal dari
gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu
pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin
dianggap demikian. Vitamin adalah molekul organik yang di dalam tubuh mempunyai
fungsi yang sangat bervariasi. Fungsi vitamin dalam metabolisme yang paling utama
adalah sebagai kofaktor. Didalam tubuh diperlukan dalam jumlah sedikit (micronutrient).
Biasanya tidak disintesis di dalam tubuh, jika dapat disintesis jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan
tubuh, sehingga harus diperoleh dari makanan atau diet.
Vitamin dalam arti luas adalah senyawa organik, bukan karbohidrat, lemak maupun protein, yang
memiliki peranan vital untuk berjalannya fungsi tubuh yang normal, meskipun dibutuhkan dalam jumlah
kecil. Vitamin adalah zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena berperan mambantu proses
metabolisme tubuh yang normal. Beberapa vitamin tidak dapat dibuat tubuh dalam jumlah cukup,
sehingga harus dilengkapi dari bahan pangan, kecuali vitamin D. Defisiensi vitamin tertentu akan
menyebabkan berkembangnya suatu sindrome yang spesifik untuk tiap-tiap vitamin. Beberapa vitamin
tidak diperlukan dalam diet, dikarenakan vitamin-vitamin tersebut dapat disintesis sendiri dengan bantuan
mikroflora usus (Rahayu, 2010).
B. Fungsi Vitamin
Fungsi vitamin di dalam tubuh menurut Astuti 1986 dapat dibagi dalam dua kategori
yaitu:
1. Mencegah penyakit seperti beri-beri, pelagra, dan lain-lain.
2. Mengatur proses di dalam tubuh karena vitamin merupakan bagian dari sistem enzim,
bertinda sebagai katalis untuk berbagai proses biokimiawi dalam sel dan jaringan
C. Jenis Vitamin
Berdasarkan kelarutannya, vitamin dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Vitamin larut dalam lemak
Apabila vitamin ini jumlahnya berlebihan, tidak dapat dibuang melalui urine tetapi
disimpan dalam sel-sel adiposa dan dapat mengakibatkan gangguan fungsi tubuh. Adapun
jenis-jenis vitamin yang larut dalam lemak adalah sebagai berikut.

19
b. Vitamin larut dalam air
Apabila vitamin ini jumlahnya berlebihan di dalam tubuh, tdak membahayakan
karena vitamin akan di keluarkan melalui urine. Adapun jenis-jenis vitamin yang larut
dalam air yaitu vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin B12, Niasin, asam folat,
asam pantoneat, dan biotin.
Vitamin A (Retinol)

Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang
berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan
sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu, vitamin ini juga
berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan imunitas tubuh. Vitamin ini bersifat
mudah rusak oleh paparan panas, cahaya matahari, dan udara.
Vitamin A memiliki 2 bentuk aktif yang dapat dicerna tubuh, yaitu retinil palmitat
dan beta karoten. Retinil palmitat berasal dari makanan hewani, seperti daging sapi, hati
ayam, ikan, susu, dan keju. Beta karoten sendiri berasal makanan nabati, seperti bayam,
brokoli, dan wortel. Bila kekurangan vitamin ini maka tubuh dapat mengalami gangguan
pernafasan kerabunan dan bahkan kebutaan, sedangkan kelebihan asupan vitamin A dapat
menyebabkan mual, sakit kepala, nyeri sendi, iritasi, dan kerontokkan rambut.

Vitamin B
Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam
tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal ini terkait dengan
peranannya di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa koenzim yang dapat meningkatkan
laju reaksi metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi. Beberapa jenis
vitamin yang tergolong dalam kelompok vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan
sel darah merah (eritrosit). Sumber utama vitamin B berasal dari susu, gandum, ikan, dan
sayur-sayuran hijau.

20
Jenis Jenis Vitamin B :

Vitamin B1 (Thiamin)

Tiamina, vitamin B1, aneurin (bahasa Inggris: thio-vitamine, thiamine, thiamin)


adalah vitamin yang terlarut dalam air. Turunan fosfatnya ikut serta dalam banyak proses
sel. Tiamin disintesis dalam bakteri, fungi dan tanaman. Hewan harus memenuhi
keperluan tiamin dari makanan. Asupan yang tidak cukup menyebabkan penyakit beri-
beri, yang mempengaruhi sistem saraf tepi dan sistem kardiovaskular.

Vitamin B2 (Riboflavin)

Riboflavin, dikenal juga sebagai vitamin B2, adalah mikronutrisi yang mudah
dicerna, bersifat larut dalam air, dan memiliki peranan kunci dalam menjaga kesehatan
pada manusia dan hewan. Vitamin B2 diperlukan untuk berbagai ragam proses seluler.
Seperti vitamin B lainnya, riboflavin memainkan peranan penting dalam metabolisme
energi, dan diperlukan dalam metabolisme lemak, zat keton, karbohidrat dan protein.
Vitamin ini juga banyak berperan dalam pembetukkan sel darah merah, antibodi
dalam tubuh, dan dalam metabolisme pelepasan energi dari karbohidrat. Nama riboflavin
berasal dari kata ribosa dan flavin. Sumber vitamin B2 terbanyak ditemukan pada
makanan hewani, seperti daging, hati, ginjal, dan jantung, serta susu. Beberapa tanaman
juga mengandung vitamin ini dalam kadar yang cukup tinggi, antara lain kacang almond,

21
jamur, gandum, dan kacang kedelai. Tepung dan sereal biasanya juga diperkaya dengan
vitamin ini. Walaupun bersifat tahan panas, riboflavin cenderung larut dalam air selama
proses pemasakan. Makanan yang mengandung riboflavin sebaiknya tidak disimpan
dalam wadah transparan karena vitamin ini mudah rusak oleh paparan cahaya.

Vitamin B3 (Niasin)

Vitamin ini berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi,
metabolisme lemak, dan protein. Di dalam tubuh, vitamin B3 memiliki peranan besar dalam
menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai
jenis senyawa racun dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini.

Vitamin B5 (Asam Pantotenat)

Vitamin B5 (asam pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh.
Hal ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme,
seperti dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak. Peranan lain vitamin
ini adalah menjaga komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan otak dan
memproduksi senyawa asam lemak, sterol, neurotransmiter, dan hormon tubuh. Vitamin
B5 dapat ditemukan dalam berbagai jenis variasi makanan hewani, mulai dari daging,
susu, ginjal, dan hati hingga makanan nabati, seperti sayuran hijau dan kacang hijau.

22
Vitamin B6 (Piridoksin)

Vitamin B6 adalah suatu vitamin yang larut air dan termasuk dalam golongan
vitamin B kompleks. Piridoksal fosfat (PLP) adalah bentuk aktifnya dan merupakan
kofaktor dalam berbagai reaksi metabolisme asam amino, termasuk diantaranya proses
transaminasi, deaminasi, dan dekarboksilasi. PLP juga diperlukan dalam reaksi enzimatis
yang mengatur proses pelepasan glukosa dari glikogen.Vitamin ini merupakan salah satu
jenis vitamin yang mudah didapatkan karena vitamin ini banyak terdapat di dalam beras,
jagung, kacang-kacangan, daging, dan ikan.

Vitamin B12 (Sianokobalamin)

Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus
diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian
sering kali mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin
ini banyak berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga
termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel
saraf, pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah.[6] Telur, hati,

23
dan daging merupakan sumber makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin
B12.

Vitamin C (Askorbat Acid)

Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan
penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia
dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat
mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam.
Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita.
Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang
merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan
penyokong lainnya.
Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai
radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan sifatnya yang mampu
menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam
tubuh sehingga risiko timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat
diturunkan. Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari
berbagai jaringan di dalam tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan
luka saat terjadi pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi
mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga
kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit.

Vitamin D (Calsiferol)
Vitamin D adalah grup vitamin yang larut dalam lemak prohormon. Vitamin D
dikenal juga dengan nama kalsiferol. Penamaan ini berdasarkan Union of Pure and
Applied Chemist (IUPAC).

24
Di dalam tubuh, vitamin ini banyak berperan dalam pembentukkan struktur tulang
dan gigi yang baik. Vitamin ini banyak ditemukan pada jeruk, stroberi, tomat, brokoli,
dan sayuran hijau lainnya.
Vitamin ini sendiri merupakan turunan dari molekul steroid yang merupakan salah
satu turunan dari kolesterol. Terdapat dua bentuk aktif dari vitamin ini, yaitu vitamin D2
dan vitamin D3. Vitamin D2 atau dikenal juga dengan nama ergokalsiferol ini berasal dari
turunan senyawa kolesterol yang banyak ditemukan pada ragi dan tanaman. Vitamin D3
(kolekalsiferol) sendiri berasal dari turunan senyawa 7-dehidrokolesterol. Golongan
vitamin inilah yang paling banyak ditemukan pada kulit manusia.

Cholecalciferol (D3) ; Ergocalciferol (D2).


Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada
makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya, seperti keju.
Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D
ini dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera
memproduksi vitamin D saat terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet).
Vitamin D merupakan satu-satunya jenis vitamin yang diproduksi tubuh. Saat
terpapar cahaya matahari, senyawa prekursor 7-dehidrokolesterol akan diubah menjadi
senyawa kolekalsiferol.[3] Induksi ini terutama disebabkan oleh sinar ultraviolet B
(UVB).[3] Pada tahap selanjutnya, senyawa kolekalsiferol ini akan diubah menjadi
senyawa kalsitrol yang merupakan bentuk aktif dari vitamin D di dalam tubuh. Kalsitrol
sendiri diproduksi di ginjal yang kemudian akan diedarkan ke bagian-bagian tubuh yang
membutuhkan, terutama di organ tulang dan gigi.

Vitamin E (Tokoferol)

25
Vitamin E adalah nama umum untuk dua kelas molekul (tocopherol dan tocotrienol)
yang memiliki aktivitas vitamin E dalam nutrisi. Vitamin E bukan nama untuk setiap
satuan bahan kimia spesifik namun, untuk setiap campuran yang terjadi di alam yang
menyediakan fungsi vitamin E dalam nutrisi
Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh,
mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga
dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan
kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami.

Vitamin K (Filokuinona)
Vitamin K (K dari "Koagulations-Vitamin" dalam Bahasa Jerman dan Bahasa
Denmark, merujuk pada sekelompok vitamin lipofilik dan hidrofobik yang dibutuhkan
untuk modifikasi pascatranslasi dari berbagai macam protein, seperti dalam proses
pembekuan darah. Secara kimia vitamin ini adalah turunan 2-metil-1,4-naftokuinona.
Vitamin K bersifat tahan panas, tetapi akan segera rusak apabila terpapar senyawa asam,
basa, dan cahaya matahari.

menaquinon

phylloquinon

Vitamin K2 (menakuinona, menatetrenona) secara normal diproduksi oleh bakteri


dalam saluran pencernaan manusia, dan defisiensi gizi akibat diet yang sangat jarang

26
terjadi kecuali saluran pencernaan mengalami kerusakan yang sangat parah sehingga
tidak dapat menyerap molekul.
Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik
dan penutupan luka. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk
mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, kita perlu
banyak mengkonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang merupakan sumber
vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh
D. Sumber Makanan yang Mengandung Vitamin
Tabel 4. Tabel sumber makanan yang mengandung vitamin.

Macam-macam
Sumber
vitamin
Vitamin A Susu, ikan, sayuran berwarna hijau dan kuning, hati, buah-buahan warna
merah dan kuning (cabe merah, wortel, pisang, pepaya, dan lain-lain).

Vitamin B1 Gandum, daging, susu, kacang hijau, ragi, beras, telur, dan sebagainya.

Vitamin B2 Sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, susu, dan banyak lagi
lainnya

Vitamin B3 Buah-buahan, gandum, ragi, hati, ikan, ginjal, kentang manis, daging
unggas dan sebagainya.

Vitamin B5 Daging, susu, sayur mayur hijau, ginjal, hati, kacang ijo, dan banyak lagi
yang lain.

Vitamin B6 Kacang-kacangan, jagung, beras, hati, ikan, beras tumbuk, ragi, daging,
dan lain-lain.

Vitamin B7 daging, kuning telur, dan pisang. Selain itu, biotin juga dapat diperoleh
dari tanaman kacang-kacangan, molase, ragi, dan gandum.

Vitamin B9 bayam, lobak cina, kacang kering dan kacang polong, sereal, biji bunga
matahari serta buah-buahan dan sayuran tertentu.

Vitamin B12 Telur, hati, daging, dan lainnya.


Vitamin C Jambu klutuk atau jambu batu, jeruk, tomat, nanas, sayur segar, dan lain
sebagainya.

Vitamin D Minyak ikan, susu, telur, keju, dan lain-lain.


Vitamin E Ikan, ayam, kuning telur, kecambah, ragi, minyak tumbuh-tumbuhan,
havermut, dsb.

Vitamin K Susu, kuning telur, sayuran segar, dll.

27
E. Kebutuhan Harian Vitamin
1. Kebutuhan Vitamin B1

Tabel 5. Asupan Vitamin B1 berdasarkan kelompok umur. (Sumber: FAO/WHO, 2001)


Kelompok Umur Rekomendasi Asupan
(mg/hari)
Bayi dan Anak
0-6 bulan 0.2
7-12 bulan 0.3
1-3 tahun 0.5
4-6 tahun 0.6
7-9 tahun 0.9
Remaja 10-18 tahun
Perempuan 1.1
Laki-Laki 1.2
Dewasa, di atas 19 tahun
Perempuan 1.1
Laki-Laki 1.2
Hamil 1.4
Laktasi 1.5

2. Kebutuhan Vitamin B2

Tabel 6. Asupan Vitamin B2 berdasarkan kelompok umur. (Sumber: FAO/WHO, 2001)


Kelompok Umur Rekomendasi Asupan
(mg/hari)
Bayi dan Anak
0-6 bulan 0.3
7-12 bulan 0.4
1-3 tahun 0.5
4-6 tahun 0.6
7-9 tahun 0.9
Remaja 10-18 tahun
Perempuan 1.0
Laki-Laki 1.3
Dewasa, di atas 19 tahun
Perempuan 1.1
Laki-Laki 1.3
Hamil 1.4
Laktasi 1.6

28
3. Kebutuhan Vitamin B3

Tabel 7. Asupan Vitamin B3 berdasarkan kelompok umur. (Sumber: FAO/WHO, 2001)


Kelompok Umur Rekomendasi Asupan
(NE/hari)
Bayi dan Anak
0-6 bulan 2
7-12 bulan 4
1-3 tahun 6
4-6 tahun 8
7-9 tahun 12
Remaja 10-18 tahun 16
Dewasa, di atas 19 tahun
Perempuan 14
Laki-Laki 16
Hamil 18
Laktasi 17

4. Kebutuhan Vitamin B6

Tabel 8. Asupan Vitamin B6 berdasarkan kelompok umur. (Sumber: FAO/WHO, 2001)


Kelompok Umur Rekomendasi Asupan
(mg/hari)
Bayi dan Anak
0-6 bulan 0.1
7-12 bulan 0.3
1-3 tahun 0.5
4-6 tahun 0.6
7-9 tahun 1.0
Remaja 10-18 tahun
Perempuan 1.2
Laki-Laki 1.3
Dewasa
Perempuan, 19-50 tahun 1.3
Laki-Laki, 19-50 tahun 1.3
Perempuan, >50 tahun 1.5
Laki-Laki > 50 tahun 1.7
Hamil 1.9
Laktasi 2.0

29
5. Kebutuhan Vitamin B12

Tabel 9. Asupan Vitamin B12 berdasarkan kelompok umur. (Sumber: Food and Nutrition Board, Institute
of Medicine, National academy of Sciences, 1998).
Kelompok Umur Rerata Perkiraan Rekomendasi Asupan
Kebutuhan (g/hari) (g/hari)
Bayi dan Anak
0-6 bulan 0.32 0.4
7-12 bulan 0.32 0.5
1-3 tahun 0.7 0.9
4-6 tahun 1.0 1.2
7-9 tahun 1.5 1.8
Remaja 10-18 tahun 2.0 2.4
Dewasa
19-65 tahun 2.0 2.4
65 tahun ke atas 2.0 2.4
Hamil 2.2 2.6
Laktasi 2.4 2.8

6. Kebutuhan Vitamin C
Tabel 10. Asupan Vitamin C berdasarkan kelompok umur. (Sumber: FHO/WHO, 2001).
Kelompok Umur Rekomendasi Asupan
(mg/hari)
Bayi dan Anak
0-6 bulan 25
7-12 bulan 30
1-3 tahun 30
4-6 tahun 30
7-9 tahun 35
Remaja 10-18 tahun 40
Dewasa
19-65 tahun 45
65 tahun ke atas 45
Hamil 55
Laktasi 70

30
7. Kebutuhan Vitamin A

Tabel 11. Asupan Vitamin A berdasarkan kelompok umur. (Sumber: FHO/WHO, 2001).
Kelompok Umur Rerata Kebutuhan Rekomendasi Asupan
(g/hari) (g/hari)
Bayi dan Anak
0-6 bulan 180 375
7-12 bulan 190 400
1-3 tahun 200 400
4-6 tahun 200 450
7-9 tahun 250 500
Remaja 10-18 tahun 330-400 600
Dewasa
Perempuan, 19-65 tahun 270 500
Laki-Laki, 19-65 tahun 300 600
65 tahun ke atas 300 600
Hamil 370 800
Laktasi 450 850

8. Kebutuhan Vitamin D
Tabel 12. Asupan Vitamin D berdasarkan kelompok umur. (Sumber: FHO/WHO, 2001).
Kelompok Umur Rekomendasi Asupan
(g/hari)
Bayi dan Anak
0-6 bulan 5
7-12 bulan 5
1-3 tahun 5
4-6 tahun 5
7-9 tahun 5
Remaja 10-18 tahun 5
Dewasa
19-50 tahun 5
51-65 tahun 10
65 tahun ke atas 15
Hamil 5
Laktasi 5

9. Kebutuhan Vitamin E
Tidak terdapat data yang mencukupi untuk menentukan rekomendasi asupan vitamin
E berdasarkan kelompok umur, kecuali untuk bayi. Terdapat beberapa indikasi bahwa
bayi yang baru lahir, khususnya apabila lahir premature, rentan mengalami reaksi
oksidatif dalam metabolismenya apabila kekurangan asupan vitamin E, absorpsi nutrisi
yang terganggu, dan berkurangnya kemapuan transport akibat dari rendahnya konsentrasi
low-density lipoprotein (Lloyd JK, 1990).

31
10. Kebutuhan Vitamin K

Tabel 13. Asupan Vitamin K berdasarkan kelompok umur. (Sumber: FHO/WHO, 2001).
Kelompok Umur Rekomendasi Asupan
(g/hari)
Bayi dan Anak
0-6 bulan 5
7-12 bulan 10
1-3 tahun 15
4-6 tahun 20
7-9 tahun 25
Remaja 10-18 tahun
Perempuan 35-55
Laki-Laki 35-55
Dewasa
Perempuan 19-65 tahun 55
Perempuan 65 tahun ke atas 55
Laki-Laki 19-65 tahun 65
Laki-Laki 65 tahun ke atas 65
Hamil 55
Laktasi 55

F. Permasalahan gizi tentang vitamin dan cara mencegah serta mengatasinya


1. Vitamin A
Kelebihan dari konsumsi vitamin A dapat menyebabkan terjadinya hiperaminosis
vitamin A. Hiperaminosis vitamin A ini merupakan suatu kondisi dimana kadar
vitamin A di dalam darah atau jaringan tubuh sangat tinggi sehingga menyebabkan
timbulnya gejala-gejala yang tidak diinginkan. Hipervitaminosis vitamin A terbagi
menjadi 2 macam yaitu:
a. Hipervitaminosis akut yang disebabkan karena mengonsumsi vitamin A dengan dosis
yang tinggi atau pemberian berulang kali dengan dosis tunggal yang lebih kecil dan
dikonsumsi dalam periode 1-2 hari.
b. Hipervitaminosis kronis yang disebabkan oleh konsumsi vitamin A dengan dosis
yang tinggi dan berulang-ulang dalam jangka waktu beberapa bulan atau beberapa
tahun. (Sudiaoetama, 1999)
Kekurangan vitamin A

Gejala yang ditimbulkan oleh kekurangan konsumsi vitamin A ini yaitu berupa buta
senja (miktatopia). Penderita buta senja tidak dapat melihat dalam keadaan gelap. Jika
penyakit ini tidak segera ditangani maka akan menimbulkan dampak yang lebih parah

32
lagi seperti konjungtiva serosis yaitu terjadinya pengeringan selaput bening yang
menutupi bagian depan dari bola mata. Gejala lain yang ditimbulkan akibat kekurangan
vitamin A ini yaitu adanya bercak bitot pada mata. Bercak bitot merupakan bintik-bintik
berwarna kelabu terang dan berbusa yang terdapat pada konjungtiva mata serta adanya
pengeringan pada kornea mata atau yang disebut sebagai kornea serosis. Kornea serosis
ini merupakan gejala kekurangan vitamin A yang paling serius karena mata akan menjadi
keruh, kering dan melunak. Keseluruhan gejala yang timbul akibat kekurangan konsumsi
vitamin A disebut sebagai Xerophtalmia (Sudiaoetama, 1999)

Dampak dari kekurangan vitamin A pada anak


a. Rabun senja merupakan suatu kondisi dimana anak tidak bisa melihat pada waktu
gelap
b. Frinoderma Pembentukan epitelium kulit tangan dan kaki terganggu, sehingga
kulit kaki dan tangan akan tampak seperti bersisik
c. Pendarahan pada selaput usus, ginjal serta paru
d. Xerosis konjungtiva konjungtiva menjadi kering dan kusam
e. Xerosis kornea kornea mata menjadi kering dan kusam
f. Bercak bitot
g. Keratomalasia mata menjadi keruh, kering dan melunak
h. Ulserasi kornea seluruh kornea mata menjadi lunak seperti bubur
i. Xeroftahalmia Scars bola mata mengecil atau mengempis
2. Vitamin B
Defisiensi vitamin B1
Defisiensi vitamin B1 dapat menyebabkan penyakit beri-beri, yang ditandai dengan
adanya gangguan pada alat pencernaan makanan (sembelit), kaki dan tangan sering terasa
kesemutan, tungkai kaki mudah lelah dan lama kelamaan akan terjadi pembengkakan
pada tungkai bawah dan disertai dengan hilangnya rasa nyeri. Keadaan lain dari defisiensi
vitamin B1 yaitu jantung berdebar dan lama kelamaan akan mengakibatkan
pembengkakan jantung sehingga menyebabkan penderita mengalami sesak napas (
Sudiaoetama,1999).
Kelebihan konsumsi vitamin B1 dapat mempengaruhi sistem syaraf. Hal tersebut
dikarenakan adanya reaksi hipersensitivitas yang dapat berpengaruh terhadap kelelahan,
sakit kepala, sifat lekas marah dan susah tidur serta denyut nadi yang menjadi cepat.

33
3. Vitamin B2
Defisiensi vitamin B2
Defisiensi vitamin B2 ditandai dengan adanya gejala seperti luka-luka pada bagian
lutut, bibir kering dan pecah-pecah, radang pada lidah, kulit disekitar hidung dan bibir
kering, gangguan produksi air mata bertambah (lakrimasi) dan mata peka terhadap sinar
(photopobia) (Almatsier, sunita. 2009).

4. Vitamin B3
Defisiensi vitamin B3
Defisiensi vitamin B3 disebut sebagai pellagra yang ditandai dengan munculnya
gejala yang dikenal sebagai 3D yaitu diare, dermatitis (peradangan pada kulit yang
ditandai dengan timbulnya bercak merah) dan dimensi yang berupa kelainan saraf
(Almatsier, sunita. 2009).
5. Vitamin B6
Defisiensi vitamin B6
Defisiensi vitamin B6 ditandai dengan adanya gejala seperti tengkuk terasa kaku,
mudah kaget dan biasanya disertai dengan kejang-kejang (Almatsier, sunita. 2009)
Kelebihan vitamin B6
Kelebihan konsumsi vitamin B6 dalam jangka waktu berbulan-bulan akan
menyebabkan terjadinya kerusakan saraf yang tidak dapat diperbaiki yang ditandai
dengan kesemutan pada kaki, kemudian mati rasa pada tangan dan akhirnya tubuh tidak
mampu untuk bekerja. Gejala dari konsumsi vitamin B6 yang berlebih sudah dapat dilihat
bila mengonsumsi sebanyak 25 mg dalam sehari (Almatsier, sunita. 2009)
6. Vitamin B12
Defisiensi vitamin B12
Defisiensi vitamin B12 dapat mengakibatkan terjadinya anemia. Anemia pada kasus
kekurangan vitamin B12 berlainan dengan anemia yang disebabkan oleh kurangnya
kandungan zat besi. Pada kasus defisiensi vitamin B12 disebut sebagai anemia pernicioca
yang ditandai dengan adanya gejala lidah yang halus dan mengkilap serta terjadinya
gangguan saraf.

34
7. Vitamin C
Defisiensi vitamin C
Defisiensi vitamin C sering dikenal dengan sebutan scurvy yang ditandai dengan
gejala-gejala seperti mudah mengalami perdarahan karena dinding kapiler darah yang
lemah yang dapat terjadi pada bagian gusi dan mulut. Pada keadaan yang berat dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan yang terjadi pada saluran pencernaan dan otak .
Selain itu kekurangan Vitamin C dapat mengakibatkan perubahan pada tulang rawan
yang mendukung tulang biasa sehingga hubungan antar jaringan dari tulang rawan dan
tulang biasa akan terganggu dan akan berdampak pada penghambatan pertumbuhan
tulang. Penyakit lain yang ditimbulkan oleh defisiensi vitamin C yaitu kerusakan pada
jaringan jantung. Jika konsumsi vitamin C berkurang maka susunan sel dalam pembuluh
darah akan rusak, kerusakan tersebut pada akhirnya akan terjadi pada dinding jantung. Sel
yang rusak tersebut kemudian akan diisi oleh kolesterol dan jika kolesterol yang mengisi
sel tersebut banyak maka akan menyebabkan otot jantung melemah (Yuniastuti, ari.
2008).
Kelebihan vitamin C
Kelebihan vitamin C yang berasal dari suplemen dapat menimbulkan hiperoksaluria
(Hiperoksaluria terjadi jika seseorang megonsumsi vitamin C lebih dari 45 mg/ hari) dan
risiko tinggi terhadap batu ginjal. Konsumsi vitamin C dengan dosis 5-10 gram dalam
sehari dapat mengeluarkan asam askorbat dalam urin dengan jumlah yang kecil sehingga
dengan adanya konsumsi suplemen vitamin C dalam dosis tinggi akan meyebabkan risiko
terjadinya batu oksalat menjadi rendah. Namun hal tersebut tidak berarti terhadap
seseorang yang mempunyai kecenderungan pembentukan batu ginjal (Yuniastuti, ari.
2008).
8. Vitamin D
Defisiensi vitamin D
Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang atau
yang biasa disebut sebagai penyakit rachitis dan osteomalacia. Terhambatnya
pertumbuhan tulang tersebut dikarenakan menurunnya jumlah kalsium dan fosfat dalam
darah yang mana kalsium dan fosfat tersebut berguna dalam mempertahankan kesehatan
tulang dan juga berperan dalam proses pembentukan tulang. Jika kalsium di dalam darah
berkurang maka pengendapat kalsium untuk pembentukan tulang oleh osteoblas juga
akan terhambat. Rachitis ditandai dengan bentuk tulang X atau O. Osteomalasia
merupakan penyakit dimana unsur fosfor dan kalsium dalam tulang hilang secara

35
berlebihan yang sering ditemukan pada remaja sedangkan pada manula yang dapat terjadi
akibat defisiensi vitamin D yaitu osteoporosis atau pengkeroposan tulang. Selain itu jika
kalsium yang diserap berkurang akibat defisiensi vitamin D maka akan menyebabkan
terjadinya kontraksi otot yang lemah dimana saat kontraksi otot ion kalsium akan
berikatan dengan troponin yang nantinya akan menyebabkan pergeseran kerangkan
tropomiosin sehingga miosin dapat tertarik secara elektromagnetis. Jika ion kalsium yang
dihasilkan rendah maka pergerakan kerangka tropomiosin juga rendah dan kemungkinan
filamen miosin tidak dapat tertarik secara elektromagnetis dan menyebabkan kontraksi
otot terganggu (Yuniastuti, ari. 2008).
Kelebihan vitamin D
Konsumsi vitamin D dalam jumlah yang berlebihan (melampaui batas 5x AKG yaitu
lebih dari 25 mikrogram/hari) dapat menyebabkan keracunan. Gejala yang ditimbulkan
yaitu kelebihan absorbsi vitamin D yang pada akhirnya akan menyebabkan kalsifikasi
berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh seperti ginjal, paru dan organ tubuh lainnya.
Tanda-tanda yang khas dari kelebihan konsumsi vitamin D yaitu lemah, sakit kepala,
kurang nafsu makan, diare, muntah-muntah, gangguan mental dan pengeluaran urin yang
berlebihan. Jika vitamin D yang diberikan kepada bayi berlebihan maka akan
menimbulkan gangguan saluraan pencernaan, rapuh tulang, gangguan pertumbuhan dan
kelambatan perkembangan mental (Yuniastuti, ari. 2008).
9. Vitamin E
Defisiensi vitamin E
Defisiensi vitamin E pada manusia belum menunjukkan gejala yang jelas, namun
berdasarkan dari hasil percobaan terhadap binatang, defisiensi vitamin E dapat
menyebabkan terjadinya kemandulan baik pada individu betina maupun individu jantan,
gangguan pada otot dan kelainan saraf pusat (Almatsier, sunita. 2009).
Kelebihan vitamin E
Konsumsi vitamin E yang berlebihan dapat menimbulkan keracunan tetapi akibat
yang ditimbulkan tidak terlalu merugikan seperti halnya pada peristiwa kelebihan vitamin
A. gangguan yang ditimbulkan dari kelebihan konsumsi vitamin E yaitu gangguan saluran
pencernaan (jika dosis yang digunakan lebih dari 600 mg/hari), meningkatkan efek
antikoagulan yang dapat digunakan untuk mencegah penggumpalan darah (Almatsier,
sunita. 2009)
10. Vitamin K
Defisiensi vitamin K

36
Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan terhambatnya proses pembekuan darah,
sehingga bila terjadi luka maka perdaraha yang dialami tidak dapat berhenti. Vitamin K
dapat menyebabkan terhambatnya perdarahan karena dalam proses pembekuan darah
vitamin K berperan dengan kalsium untuk mengubah protombin menjadi trombin. Jika
konsumsi vitamin K berkurang maka pengubahan protombin menjadi trombin dalam
proses pembekuan darah akan terhambat sehingga tidak terbentuk benang-benang fibrin
yang akan memicu terjadinya penggumpalan darah pada saat terjadi luka akibatnya darah
terus mengalir dan biasanya penyakit ini disebut sebagai hemofilia (Yuniastuti, ari. 2008).

Kelebihan konsumsi vitamin K


Kelebihan dari konsumsi vitamin K akan menyebabkan terjadinya hemolisis sel
darah merah, sakit kuning dan kerusakan pada otak. Hemolisis merupakan pecahnya
membran eritrosit dan menyebabkan hemoglobin bebas ke dalam medium
disekelilingnya. Akibat dari hemolisis sel darah merah ini yaitu anemia. Vitamin K
merupakan vitamin yang larut dalam lemak sehingga setiap vitamin K yang terkandung
akan tersimpan di dalam hati. Kelebihan vitamin K yang berlebih akan membuat kerja
dari organ hati tersebut juga akan berlebih sehingga hati akan menyekresikan bilirubin
yang tidak sesuai pada tempatnya dan akhirnya mengakibatkan warna kulit dan mata
berubah menjadi kuning. Normalnya vitamin K yang diserap oleh tubuh akan dikeluarkan
melalui empedu sebanyak 40% dan melalui urin sebanyak 20%. Namun simpanan
vitamin K di dalam hati yang berasal dari makanan mencapai 90% belum lagi jika
ditambah konsumsi suplemen vitamin K yang tidak tepat akibatnya akan menimbulkan
efek keracunan pada hati dan kemudian akan menyebar melalui pembuluh darah dan jika
sampai pada otak maka akan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada otak
(Yuniastuti, ari. 2008).

Pencegahan dan cara mengatasi permasalahan gizi vitamin

1. Secara umum untuk mengatasi avitaminosis dapat dilakukan dengan cara


a. Memberikan suplemen vitamin kepada anak secara teratur
b. Memperhatikan asupan gizi
c. Memperbanyak konsumsi buah dan sayur sebagai sumber vitamin
d. Menghindari makanan yang berlemak atau berkolesterol
e. Menerapkan prinsip 4 sehat 5 sempurna
2. Untuk mengatasi hiperavitaminosis :

37
a. Menghentikan asupan suplemen vitamin
b. Menghindari makanan yang memiliki kadar vitamin yang tinggi
c. Memberikan obat yang membantu untuk mengobati gejala overdosis vitamin (sesuai
anjuran dokter)
d. Memeriksa label multivitamin dan suplemen terlebih dahulu agar mengetahui
seberapa besar dosis vitamin yang terkandung sehingga mampu mengontrol
konsumsi suplemen tersebut (Yuniastuti, ari. 2008)

38
BAB III

PENUTUP

1. SIMPULAN
Protein dan vitamin merupakan gizi yang dibutuhkan tubuh dalam menjalankan
fungsinya. Makanan yang merupakan sumber protein kebanyakan merupakan daging
dan makanan lain yang berasal dari hewani, sedangkan makanan sumber vitamin
kebanyakan berasal dari tumbuhan. Defisiensi protein dan mineral dalam tubuh dapat
mengakibatkan terganggunya sistem metabolisme dalam tubuh sehingga manusia
tidak akan berada dalam kondisi prima.

2. SARAN
Pengetahuan mengenai ilmu gizi terutama makanan sumber yang mengandung nilai
nutrisi yang dibutuhkan sehari-hari perlu ditanamkan sejak dini agar generasi
berikutnya dapat mencukupi kebutuhan gizinya sejak dini dan tumbuh sebagai
generasi yang sehat sehingga mampu mengabdi pada negara dengan prima.

39
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S.2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Arisman. 2009. Buku ajar ilmu gizi dari gizi dalam daur kehidupan. Jakarta; buku
kedokteran EGC
Artonang evawani. 2004. Kurang energi protein. Medan; USU digital library
Astuti, M.dan Gardjito,M.1986. Pangan dan Gizi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Auliana, Rizqie. Tanpa tahun. Vitamin. UNY. (online), (http://staff.uny.ac.id), diakses 23
Januari 2017.
Azmiwati Choiril dkk. 2009. Ilmuh Pengetahuan Alam 5. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional Sediaoetama, Drs. Ahmad Djaeni 2006. Ilmu
Gizi. Penerbit : Dian Rakyat. Jakarta
Balai Informasi Teknologi LIPI. 2009. (online) http://www.bit.lipi.go.id/pangan-
kesehatan/documents/artikel_kolesterol/gaya_hidup_sehat.pdf
BPS Susenas. 2011. Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi
2011. Jakarta: BPS Indonesia.
Edwin, Saputra Suriadi. 2009. Kejadian KEP. Jakarta FKM UI
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Laporan Nasional.
Jakarta: Balitbang.
Lloyd, J.K. 1990. The importance of vitamin E in nutrition. Acta Pediatr. Scand., 79: 6-
11.
FHO/WHO. 2001. Human Vitamin and Mineral Requirements. Rome: FAO.
Food and Nutrition Board, Institute of Medicine, National academy of Sciences. 1998.
Dietary reference intakes for thiamin, riboflavin, niacin, vitamin B6 , folate, and
vitamin B12, pantothenic aid, botin, and choline. Washington DC: National
Academy Press.
Nurhari, Ogi. 2010. Vitamin dan Mineral. Bandung: STF Bandung
Rahayu, I.D., 2010. Klasifikasi, fungsi dan metabolisme vitamin. Fakultas Pertanian-
Peternakan. Malang: Universitas Muhammadiyah.
Sudiaoetama, A.D. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat
WHO. 2007. Protein and Amino Acid Requirements in Human Nutrition. WHO technical
report series; no. 935.
Suyatno. Tanpa tahun. Lemak. Bagian Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro Semarang. (online), (http://suyatno.blog.undip.ac.id) , diakses 12
September 2017.
Syafiq, ahmad. 2011. Gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta; rajawali pers
Tuminah, S.2009. Efek Asam Lemak Jenuh dan Asam Lemak Tak Jenuh Trans
Terhadap Kesehatan. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Volume
XIX Tahun 2009, Suplemen II.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yuniastuti, ari. 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Kesehatan

40

Anda mungkin juga menyukai