Justilawati, usia 40 tahun, jenis kelamin perempuan, dengan
alamat Jl. Gotong Royong lr. Swadara No.07, Palembang masuk rumah sakit tanggal 29 September 2017 dengan diagnosa hipertiroid. Pasien dikonsulkan ke poli gigi dengan keluhan nyeri pada gigi sejak 2 hari SMRS. Dari anamnesis pasien juga mengeluhkan keluar darah dari gusi. Pasien juga mengeluh demam (+) sejak 7 hari yang lalu. Pasien diberikan penurun panas namun demam tidak turun. Pasien juga mengeluh ujung lidah terasa panas, mulut terasa kering dan bibir pecah-pecah. Pasien mengaku sering cepat merasa haus dan sering merasa ingin BAK. Pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus, Hipertensi sejak tahun 2012. Pada keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88 x/menit, pernafasan 22 x/menit, dan suhu 36,7oC. Pada pemeriksaan ekstra oral ditemukan wajah simetris dan pada pasien terdapat struma (+). Pada pemeriksaan intra oral ditemukan adanya debris, plak dan kalkulus di semua regio. Dari pemeriksaan fisik status lokalis ditemukan gangren radix pada gigi 11, 12, 21, 35. Kemudian ditemukan adanya nekrosis pulpa pada gigi 15 dan abses pada gigi 24. Menurut lokasi dari abses, abses pada pasien digolongkan menjadi abses vestibular karena lokasi absesnya terdapat di Premolar 1 rahang atas pada pasien. Kemudian pada lidah pasien ditemukan lidah yang kering dimana menunjukkan tampak berkurangnya produksi saliva pada pasien ini yang disebut Xerostomia. Semua kelainan pada rongga mulut yang diderita pasien sebagian besar disebabkan oleh penyakit sistemik yaitu Diabetes Mellitus yang sudah dideritanya sejak tahun 2012. Menurut teori diabetes mellitus menyebabkan adanya angiopati diabetik didukung dengan oral hygiene pasien yang kurang menyebabkan perkembangan bakteri menjadi lebih pesat di rongga mulut pasien. Diabetes mellitus menyebabkan adanya penurunan produksi saliva pada rongga mulut (Xerostomia). Penurunan produksi saliva ini menyebabkan berkurangnya proses self cleansing yang dimiliki oleh saliva itu sendiri di rongga mulut, sehingga apabila terdapat oral hygiene yang buruk maka akan meningkatkan jumlah bakteri pada gigi dan sekitar rongga mulut. Hal ini yang menyebabkan rentan terjadinya infeksi pada gigi pasien dan abses pada rongga mulut pasien.