Makalah Imun
Makalah Imun
IMUNOSEROLOGI
MEKANISME IMUN PADA VIRUS DI MUKOSA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK VII
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat dan hidayah-
Nya, kami tetap diberikan kekuatan, kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul IMUNOSEROLOGI Mekanisme Imun Pada Virus Di Mukosa.
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai mekanisme imun , contoh-contoh penyakit
dan contoh pemeriksaannya, Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin agar para pembaca
memahami isi dari materi ini.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah. Semoga materi dari makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
PENULIS
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 26
B. Saran ........................................................................................................................ 26
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan
virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel
tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.
Kata imun berasal dari bahasa Latin immunitas yang berarti pembebasan
(kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka
terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah,
istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan
terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular. Sistem imun adalah
suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya,
yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti
kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh.
Imunitas adalah kemampuan untuk melawan infeksi oleh patogen. Kekebalan aktif
dihasilkan dari respon kekebalan terhadap patogen dan pembentukan sel-sel memori.
Kekebalan pasif hasil dari transfer antibodi terhadap orang yang belum terkena patogen.
Apakah memberikan suntikan imunisasi untuk anak-anak adalah hal yang baik? Banyak,
jika tidak sebagian besar, anak-anak benci pergi ke dokter, karena sering identik dengan
mendapat suntikan imunisasi.
Sistem imunitas mukosa merupakan bagian sistem imunitas yang penting dan
berlawanan sifatnya dari sistem imunitas yang lain. Sistem imunitas mukosa lebih bersifat
menekan imunitas, karena hal-hal berikut; mukosa berhubungan langsung dengan
lingkungan luar dan berhadapan dengan banyak antigen yang terdiri dari bakteri
komensal, antigen makanan dan virus dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan sistem
imunitas sistemik. Antigen-antigen tersebut sedapat mungkin dicegah agar tidak
menempel mukosa dengan pengikatan oleh IgA, barier fisik dan kimiawi dengan enzim-
enzim mukosa.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari imun
2. Untuk mengetahui pengertian dari imunologi mukosa
3. Untuk mengetahui pengertian dari mekanisme imun pada virus
4. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan pada mukosa
5. Untuk mengetahui contoh penyakit dari mukosa
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan
virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel
tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.
Apakah yang dimaksudkan dengan sistem imun? Kata imun berasal dari bahasa Latin
immunitas yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator
Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan
terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga
pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi,
terhadap penyakit menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri
dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif
dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau
racunnya, yang masuk ke dalam tubuh.
Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh, maka
sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada
umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena
tubuh belum mempunyai pengalaman. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan
seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga
pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih
banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya,
dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan
pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun,
tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah
pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan
tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah
imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah
antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan
ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain
adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai
jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan, misalnya
antibodi terhadap campak.
Kita cenderung menganggap kalau pikiran dan tubuh sebagai sesuatu yang terpisah,
padahal mereka merupakan satu kesatuan: psikoneiroimunologis. Sistem imun merupakan
pelindung kesehatan tubuh kita. Sedikit saja gangguan timbul, baik serangan penyakit
dari luar (bakteri maupun virus), atau gangguan dari dalam tubuh kita seperti stres dan
depresi akan dapat menimbulkan penyakit. hampir semua jenis penyakit dari reaksi alergi
hingga penyakit degeneratif, dan dari penyakit infeksi hinga kanker.
Dengan memahami seluk beluk sitem daya pertahanan tubuh yang terdiri atas
berbagai aspek biokimiawi dan berbagai macam sel darah putih, serta hubungan antara
otak, daya pikir, perasaan dan sistem imun maka kita seyogyanya tidak hanya bertindak
saat penyakit telah timbul, tetapi jauh sebelum itu. Sebagai petugas kesehatan, khususnya
sebagai perawat kita harus membantu setiap orang agar mampu hidup sehat dengan benar,
berfikir benar dengan cara hidup gembira, tidak stress, bahkan penuh cinta terhadap setiap
orang dan setiap keadaan.
Dengan cara berfikir positif, hidup penuh semangat jauh dari tekanan batin, depresi
dan lain sebagainya pasti sel tubuh akan menjadi sehat, termasuk sistem imun tubuh
karena zat biokimiawi yang dilepas otak itu mengandung unsur yang membangkitkan
kekuatan bagi sel tersebut, seperti misalnya endorfin.
Sistem imun adalah sistem pertahanan yang ada pada tubuh manusia yang berfungsi
untuk menjaga manusia dari benda-benda yang asing bagi tubuh manusia. Pada sistem
imun ada istilah yang disebut Imunitas. Imunitas sendiri adalah ketahanan tubuh kita atau
resistensi tubuh kita terhadap suatu penyakit. Jadi sistem imun pada tubuh kita
mempunyai imunitas terhadap berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan
tubuh kita.
d. Sistem imunitas mukosa saluran cerna Luas permukaan saluran cerna mencapai
hampir 400m2 dan selalu terpajan dengan berbagai antigen mikroba dan makanan
sehingga dapat menerangkan mengapa sistem limfoid saluran cerna (gut
associated lymphoid tissue /GALT) memegang peranan pada hampir 2/3 seluruh
sistem imun. Pertahanan mukosa adalah struktur komplek yang terdiri dari
komponen selular dan non selular. Pertahanan yang paling kuat masuknya antigen
ke jaringan limfoid mukosa adalah adanya enzim yang terdapat mulai dari mulut
sampai ke kolon. Enzim proteolitik di dalam lambung (pepsin, papain) dan usus
halus (tripsin, kimotripsin, protease pankreatik) berfungsi untuk digesti.
Pemecahan polipeptida menjadi dipeptida dan tripeptida bertujuan agar dapat
terjadi proses digesti dan absorpsi bahan makanan, dan membentuk protein
imunogenik yang bersifat nonimun (peptida dengan panjang asam amino <8-10
bersifat imunogenik yang buruk). Efek protease berlipat ganda dengan adanya
garam empedu yang memecah karbohidrat dan akan didapatkan suatu sistem yang
poten untuk meningkatkan paparan antigen(Ag). Kadar pH yang sangat rendah di
dalam lambung dan usus halus dan produk bakteri di dalam kolon berfungsi
sebagai respons imun terhadap antigen oral. Sebagian besar respons imun ini
berfungsi melindungi manusia dari bahann patogen. Perubahan untuk merespons
atau menekan respons imun berhubungan dengan cara antigen masuk ke dalam
tubuh. Patogen invasif (yang merusak pertahanan) memicu respons agresif,
sedangkan untuk kolonisasi luminal dibutuhkan yang lebih bersifat respons
toleran.
e. Komponen utama pertahanan tubuh adalah produk gen musin. Glikoprotein musin
melapisi permukaan epitel dari rongga hidung/orofaring sampai ke rektum. Sel
goblet yang menghasilkan mukus secara kontinu memberikan pertahanan yang
kuat pada persambungan epitel. Partikel, bakteri dan virus menjadi terperangkap
dalam lapisan mukus dan akan dikeluarkan dengan proses persitaltik. Pertahanan
ini mencegah patogen dan antigen masuk ke bagian bawah epitel, disebut proses
eksklusi nonimun. Musin juga berfungsi sebagai cadangan IgA. Antibodi ini
berasal dari epitel dan dikeluarkan ke dalam lumen.
f. Antibodi sIgA terdapat dalam lapisan mukus berikatan dengan bakteri/virus dan
mencegah menempel pada epitel. Hubungan faktor-faktor, disebut sebagai faktor
trefoil, membantu memperkuat pertahanan dan memicu pemulihannya bila
terdapat defek. Tidak adanya produk gen musin atau faktor trefoil, manusia
menjadi lebih rentan terhadap inflamasi dan kurang mampu memperbaiki
kerusakan barier. Apakah defek tersebut berperan pada pasien dengan alergi
makanan masih dalam penelitian.
g. Lapisan barier berikutnya adalah sel epitel. Bersama-sama dengan persambungan
bagian apeks dan basal yang kuat, membran dan ruang antara sel membatasi
masuknya makromolekul yang besar. Namun demikian, persambungan yang kuat
ini masih mungkin dilalui oleh di- dan tripeptida serta oleh ion-ion tertentu. Pada
keadaan inflamasi, persambungan ini menjadi kurang kuat sehingga
makromolekul dapat masuk ke dalam lamina propria, contohnya respons terhadap
antigen makanan atau masuknya mikroorganisme lumen. Pada keadaan ini,
antigen makanan akan menjadi antigen asing, dimana pada individu yang
memiliki bakat alergi akan menginduksi proses alergi menjadi berlanjut.
h. Sel epitel usus dapat memproses sebagian antigen lumen dan
mempresentasikannya ke sel T dalam lamina propria. Dalam keadaan normal,
interaksi ini menyebabkan aktivasi selektif sel T CD8+ regulator. Pada penyakit
tertentu (contohnya inflammatory bowel disease), aktivasi beberapa sel rusak
sehingga menyebabkan inflamasi menetap. Pada alergi makanan, alergen yang
menembus epitel akan menempel pada sel mast mukosa .
i. Sel T yang teraktivasi dalam Peyers patch setelah paparan dengan antigen
disebut sebagai Th3. Sel ini berfungsi mengeluarkan transforming growth factor-
, memicu sel B untuk menghasilkan IgA dan berperan pada terjadinya toleransi
oral (aktivasi antigen spesifik non respons terhadap antigen yang masuk per oral).
j. Sel T regulator yang paling baru dikenal adalah dengan fenotip CD4+ CD25+
CD45RA+. Sel ini awalnya dikenal pada gastritis autoimun dan berfungsi
menghambat kontak antar sel dan dapat menyebabkan kelainan autoimun pada
neonatus yang mengalami timektomi.
Tes Lain-lain
Beberapa tes diagnostik rutin digunakan untuk menunjang pemeriksaan menyeluruh
dan memberikan informasi tambahan yang penting untuk menegakkan diagnosis definitif
dan rencana perawatan. Prosedur dan tes yang dilakukan harus berdasar pada nilai
diagnostik, resiko berkaitan (morbiditas) dan biaya. Diagnosis yang lebih awal biasanya
mengarah pada perawatan yang lebih awal dan prognosis yang lebih baik.
Biopsi jaringan lunak merupakan tes diagnostik yang paling sering digunakan.
Prosedur ini relatif sederhana dan operator berpengalaman biasanya mudah
melakukannya. Pencahayaan dan suction yang memadai sangat esensial. Antibiotika
premedikasi diperlukan pada pasien resiko endokarditis dan pasien dengan protesa sendi.
Vasokonstriktor (epinefrin) yang ada pada anestesi lokal disarankan digunakan untuk
mengontrol perdarahan dan mengurangi difusi anestesi lokal pada jaringan sekitar; meski
pada beberapa pasien, vasokonstriktor dikontraindikasikan karena hipersensitivitas atau
faktor komplikasi lainnya. Lidokain topikal secara rutin digunakan pada daerah insersi
jarum untuk meminimalisir ketidaknyamanan berkaitan dengan insersi jarum (Image 22).
Pemilihan lokasi biopsi dan teknik biopsi ditentukan berdasarkan diagnosis dugaan
dan lokasi lesi. Sebagai contoh, penyakit mukokutan memerlukan biopsi insisi untuk
menentukan diagnosis spesifik dan perawatannya. Pada kasus tersebut, biopsi punch insisi
berdiameter 3-4 mm sudah cukup (Image 23). Lesi yang bermasa lebih besar misalnya
mucocele di dasar mulut memerlukan eksisi scalper (Image 24).
Karena vaskularitas regio anatomis ini, incisi skalpel sebaiknya dilakukan pada arah
anteroposterior untuk meminimalisir perlukaan pada struktur neuromuskuler. Gingiva tepi
sebaiknya tidak diikutkan karena alasan estetik, terutama pada maksilla anterior.
Spesimen dijepit dengan forsep Adson daripada dengan forsep gigi-tikus yang dapat
merusak integritas spesimen. Spesimen selanjutnya diletakkan pada medium fiksatif
setelah keluar dari ronggamulut. Larutan buffer formalin netral 10 persen merupakan
pilihan, larutan Michel merupakan media transport terbaik jika akan dilakukan direct
immunofluoresence staining (Image 25).
Perkembangan terbaru teknik biopsi rongga mulut adalah biopsi sikal mukosa
(mucosal brush biopsy) (Image 26). Teknik ini menggunakan sikat disposable untuk
mengumpulkan sel sampel transepitelial. Sampel kemudian diskrining dengan komputer
berjaring neural yang diprogram untuk mendeteksi perubahan sitologis berkaitan dengan
premalignansi dan carcinoma sel skuamous. Spesimen kemudian ditinjau oleh ahli
patologi untuk mendapatkan diagnosis akhir. Teknik ini ideal untuk menentukan
kebutuhan akan biopsi skalpel pada leukoplakia mukosa yang tampak benigna.
4. Influenza (Flu)
Penyakit influenza disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang ditimbulkan antara
lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan terasa gatal. Influenza
merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh
demam, gigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan
batuk yang tidak berdahak. Lama sakit berlangsung antara 2-7 hari dan biasanya
sembuh sendiri.
5. Emfisema
Emfisema adalah penyakit pada paru-paru yang ditandai dengan pembengkakan pada
paru-paru karena pembuluh darahnya kemasukan udara. Emfisema disebabkan
hilangnya elastisitas alveolus. Emfisema ditandai dengan pernapasan yang pendek
yang disebabkan oleh kesulitan untuk menghembuskan seluruh udara keluar dari
paru-paru karena tekanan udara yang berlebihan dari kantung udara di dalam paru-
paru (alveoli). Penderita mengalami batuk kronis dan sesak napas. Asap rokok dan
kekurangan enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paru-
paru ini. ( Obat Emfisema Herbal )
6. Bronkitis
Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara
ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit
jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius. (
Obat Herbal Bronkitis )
7. Asbestosis
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang terjadi akibat menghirup
serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas. Asbestos
terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika
terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut.
Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura (selaput yang melapisi
paru-paru).
8. Sinusitis
Sinusitis merupakan penyakit peradangan pada bagian atas rongga hidung atau sinus
paranasalis. Penyakit sinusitis disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus,
menurunnya kekebalan tubuh, flu, stress, kecanduan rokok, dan infeksi pada gigi. (
Obat Sinusitis Herbal )
9. Tuberculosis (TBC)
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman
Mycobacterium tuberkulosis yang bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi pada
hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan
lokasi infeksi primer. Bakteri ini menyerang paru-paru sehingga pada bagian dalam
alveolus terdapat bintil-bintil. Penyakit ini menyebabkan proses difusi oksigen yang
terganggu karena adanya bintik-bintik kecil pada dinding alveolus. ( Obat Herbal
TBC )
10. Pneumonia
Pneumonia atau juga di sebut dengan Radang paru-paru merupakan suatu penyakit
pada paru-paru dimana pulmonary aveolus yang bertangggung jawab menyerap
oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat
disebabkan oleh beberapa penyebab termasuk oleh infeksi bakteria, virus, jamur, atau
pasilan (parasit). Radang paru-paru dapat disebabkan oleh bakteri streptococcus dan
mycopalsma pneumoniae. Radang paru-paru juga dapat disebabkan oleh kepedihan
zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit
lainnya.Seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol. ( Cara
Menyembuhkan Pneumonia )
11. Dipteri
Dipteri adalah infeksi pada saluran pernapasan bagian atas. Pada umumnya,
disebabkan oleh Corynebacterium diphterial. Pada tingkat lanjut, penderitanya dapat
mengalami kerusakan selaput jantung, demam, lumpuh, bahkan meninggal dunia.
12. Renitis
Renitis merupakan peradangan pada rongga hidung sehingga hidung menjadi bengkak
dan banyak mengeluarkan lendir. Gejala-gejala yang timbul pada seseorang yang
menderita renitis antara lain bersin-bersin, hidung gatal, hidung tersumbat, dan berair
(ingus encer). Renitis bisa timbul karena alergi atau faktor lain.
13. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
Upper Respiratory tract Infection (URI) merupakan penyakit yang menyerang sistem
pernapasan manusia bagian atas, yaitu hidung, laring (tekak), dan tenggorokan.
Penyakit ini sering dijumpai pada masa peralihan cuaca. Penyebab munculnya ISPA
hampir sama dengan influenza, yaitu karena kekebalan tubuh yang menurun.
Sedangkan bakteri yang dapat menyebabkan ISPA berasal dari jenis Stafilokokus,
Streptokokus, dan Pneumokokus.ISPA dibagi dalam tiga tingkat, yaitu ringan, sedang,
dan berat. Gejala ISPA ringan berupa batuk, suara serak, hidung berlendir
(mengeluarkan ingus), dan demam (atau suhu badan terasa meningkat tidak seperti
biasanya). ( Cara Menyembuhkan ISPA
14. Kanker Paru-Paru
Penyakit ini merupakan salah satu yang paling berbahaya. Sel-sel kanker pada paru-
paru terus tumbuh tidak terkendali. Penyakit ini lamakelamaan dapat menyerang
seluruh tubuh. Salah satu pemicu kanker paru-paru adalah kebiasaan merokok.
Merokok dapat memicu terjadinya kanker paru-paru dan kerusakan paru-paru.
15. SARS
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah sebuah penyakit pernapasan yang
disebabkan oleh virus Coronavirus dari ordo Coronaviridae. Virus ini menginfeks i
saluran pernapasan. Gejalanya berbedabeda pada tiap penderita, misalnya pusing,
muntah-muntah, disertai panas tinggi dan batuk. Sementara itu, gangguan yang tidak
disebabkan oleh infeksi antara lain rinitis, yaitu peradangan pada membran lendir
(mukosa) rongga hidung. Banyaknya lendir yang disekresikan, mengakibatka n
peradangan. Biasanya, terjadi karena alergi terhadap suatu benda, seperti debu atau
bulu hewan.
16. Rinitis
Rinitis adalah radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh virus, missal virus
influenza. Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi alergi terhadap perubahan cuaca,
serbuk sari, dan debu. Produksi lendir meningkat.
17. Laringitis
Laringitis adalah radang pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara.
Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alkohol, dan
terlalu banyak serak.
18. Legionnaries
Legionnaries adalah penyakit paru-paru yang disebabkan bakteri legionel la
pneumophilia. Bentuk infeksinya mirip dengan pneumonia.
19. Asfiksi
Asfiksi adalah gangguan dalam pengangkutan jaringan toksigen ke jaringan yang
disebabkan oleh terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh darah, atau jaringan tubuh.
Asfiksi disebababkan oleh: tenggelam (akibat alveolus terisi air), pneumonia
(akibatnya alveolus terisi cairan lendir dan cairan limfa), keracunan CO dan HCN,
atau gangguan sitem sitokrom (enzim pernapasan )
20. Hipoksia
Hipoksia yaitu gangguan pernapasan dimana kondisi sindrom kekurangan oksigen
pada pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian.Pada
kasus yang fatal dapat menyebabkan kematian pada sel-sel. Namun pada tingkat yang
lebih ringan dapat menimbulkan penekanan aktivitas mental (kadang-kadang
memuncak sampai koma), dan menurunkan kapasitas kerja otot. ( Obat Herbal untuk
Penderita Hipoksia )
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan
virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel
tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.
Sistem imunitas mukosa merupakan bagian sistem imunitas yang penting dan
berlawanan sifatnya dari sistem imunitas yang lain. Sistem imunitas mukosa lebih bersifat
menekan imunitas, karena hal-hal berikut; mukosa berhubungan langsung dengan
lingkungan luar dan berhadapan dengan banyak antigen yang terdiri dari bakteri
komensal, antigen makanan dan virus dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan sistem
imunitas sistemik. Antigen-antigen tersebut sedapat mungkin dicegah agar tidak
menempel mukosa dengan pengikatan oleh IgA, barier fisik dan kimiawi dengan enzim-
enzim mukosa.
3.2 SARAN
Imunoserologi mengenai mekanisme imun pada virus di mukosa yang telah disajikan
dalam makalah ini, dapat dijadikan referensi ataupun tambahan wawasan bagi pembaca sehingga
Nakamura RMand Fucher ES. Antybody as reagent. Dalam: Henry JB(ed) Todd-Sanford-
Davidshon, Clinical Laboratory Imunology.3rded. Washington DC,Am SocMicrobiol
1986; 14-24
Connor JM,Ferguson-Smith MA. DNA analysis. Dalam: Essential medical Geneyics. 3rd ed.
Lando, Blackwell SC Publ 1991;22-25
Rolfs A, Schuller I, Finckh U,Waber-Rolfs I. PCR : Clinical diagnostic and research. Berlin;
Springer Verlag, 1992