Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behaviour). Pengetahuan merupakan unsur yang sangat

penting terbentuknya suatu tindakan perilaku (practice) yang

menguntungkan suatu kegiatan. Pengetahuan yang kurang akan

mengakibatkan kurang dapat menerapkan suatu keterampilan

(Notoatmodjo, 2010).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010).Pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya

dibagi dalam 6 (enam) tingkat pengetahuan, yakni ;

16
17

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya tahu bahwa

buah tomat banyak mengaundung vitamin c dan lain sebagainya. Untuk

mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat

menggunakan pertanyaan-pertanyaan misalnya apa penyebab penyakit

TBC (Tuberculosis) dan lain sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus

dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit

demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur,

menutup dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus

mengubur, menutup dan menguras.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah

paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan

program kesehatan di tempat ia bekerja.


18

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat

analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau

memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atau objek tersebut. Misalnya dapat membedakan antara

nyamuk Aedes agepty dengan nyamuk biasa.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas

dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca

atau didengar.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya


19

seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita

malnutrisi atau tidak.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang

lain.

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.

Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan.

c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa

mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya

positif maupun negatif.


20

d. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi,

majalah, koran, dan buku.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan

seseorang. Namun, bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka

dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas

sumber informasi.

f. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap

sesuatu.

4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Arikunto (2013) membuat kategori tingkat

pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai

persentase yaitu sebagai berikut :

1) Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya 75%

2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56-74%

3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%


21

B. Sikap

1. Pengetian Sikap

Sikap dalam bahasa inggris disebut attitude. Menurut Calhoun dan

Acocela dalam Notoatmodjo (2010), sikap adalah sesuatu yang melekat

pada keyakinan-keyakinan dan perasaan-perasaan terhadap suatu objek dan

predisposisi untuk berbuat terhadap objek dengan cara-cara tertentu.

Sikap menurut Myers adalah reaksi menyenangkan atau tidak

menyenangkan terhadap suatu objek berupa keyakinan-keyakinan, perasaan-

perasaan atau perilaku yang diharapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan sikap

adalah sesuatu yang melekat pada keyakinan dan perasaan dengan reaksi

menyenangkan atau tidak menyenangkan pada suatu objek tertentu.

Sikap mempunyai tiga komponen yaitu : (a) komponen kognitif

(keyakinan), (b) komponen emosi, dan (c) komponen perilaku (perbuatan).

2. Fungsi Sikap

Sikap mempunyai beberapa fungsi. Jika sudah terbentuk dalam diri

seseorang, maka akan mempengaruhi bagaimana berperilaku. Fungsi

sikap menurut Katz adalah :

a) Fungsi mengorganisasi pikiran, artinya keyakinan-keyakinan dalam

diri memungkinkan kita mengorganisi pengalaman sosial untuk

memberi arti pada suatu kejadian.


22

b) Sikap memberi fungsi manfaat atau kegunaan. Sikap digunakan

untuk mengkonfirmasi sikap orang lain dan memperoleh persetujuan

sosial. Contoh : seorang perawat bersikap tertentu kepada seorang

ibu yang mempunyai balita dan menanyakan perihal imunisasi

anaknya. Akhirnya ibu tersebut menyetujui anaknya diimunisasi.

c) Sikap memberikan fungsi perlindungan. Contoh : seseorang yang

dua kali gagal dalam perkawinan menimbulkan sikap negatif

terhadap perkawinan. Hal tersebut merupakan mekanisme

pertahanan diri sebagai proyeksi terhadap kegagalannya tersebut.

3. Sumber Sikap

Sumber-sumber terjadi atau terbentuknya sikap bermacam-macam,

yaitu pengalaman pribadi, perasaan negatif yang menyakitkan, dan

pengaruh sosial. Sumber sikap dari pengalaman pribadi baik pengalaman

yang menyenangkan maupun pengalaman yang pahit atau tidak

menyenangkan. Pengalaman yang menyenangkan akan membentuk sikap

positif sebaliknya pengalaman yang tidak menyenangkan akan membentuk

sikap yang negatif.

Sumber sikap yang lain adalah pelampiasan perasaan yang

menyakitkan. Hal ini menjadi penyebab terjadinya prasangka sosial.

Sumber yang lain adalah pengaruh sosial. Hal ini terjadi bila sebagian

besar atau hampir seluruh lingkungan sosial atau masyarakat telah

bersikap tertentu.
23

Komponen kognitif disebut juga komponen konseptual. Komponen

kognitif meliputi pandangan, pendapat, pikiran, kepercayaan, dan persepsi

terhadap objek sikap. Contoh : seseorang memahami bahwa debu itu tidak

baik bagi kesehatan manusia.

Komponen afektif disebut juga komponen emosional merupakan

perasaan seseorang terhadap suatu objek sikap. Peranan tersebut bersifat

subjektif artinya stimulus atau objek yang sama direspons dengan perasaan

yang belum tentu sama oleh individu yang berbeda.

Komponen konatif atau psikomotor atau disebut juga komponen

perilaku yang berhubunga dengan kecenderungan berbuat atau predisposisi

terhadap sesuatu objek sikap.

Fungsi sikap yang lain adalah fungsi penyesuaian sosial artinya

membantu individu menjadi bagian dari kelompok atau komunitas

tertentu. Sikap yang ditampilkan merupakan penyesuaian dari individu

dengan lingkungannya.

4. Ciri-ciri Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapa ciri-ciri sikap antara lain :

a) Sikap bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan

dibentuk melalui pengalaman.

b) Sikap mempunyai objek. Tidak ada sikap tanpa objek. Contoh sikap

terhadap program wajib belajar.


24

c) Sikap terhadap sesuatu bisa terjadi dalam waktu yang relatif sikap atau

berlangsung lama.

d) Sikap terhadap suatu objek bukan semata-mata ditentukan oleh

bagaiaman sikap itu, tetapi dipengaruhii juga oleh aspek lain seperti

pengetahuan, pendidikan dan budaya.

5. Pembentukan dan Pengubahan Sikap

Sikap bukan dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk

berdasarkan pengalaman individu sepanjang hayatnya. Pembentukan sikap

merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Walgito (2008)

menyebutkan pembentukan sikap seseorang adalah perpaduan faktor

internal dengan faktor eksternal. Faktor internal seperti keadaan fisiologis,

emosi, motif, minat dan aspek-aspek psikologis lainnya.

Faktor eksternal seperti pengalaman, norma-norma nilai dan

pedidikan. Sementara itu, Calhoum dan Acocella dalam Notoatmodjo

(2010) menyebutkan sikap itu muncul dari pengalamam pribadi,

pemindahan pengalaman yang menyakitkan dan pengaruh sosial. Pengaruh

sosial merupakan sumber pembentukan sikap yang paling penting, yaitu

orang tua, teman sebaya dan media massa.

Ada tiga jenis pengaruh sosial, yaitu : pertama, modeling artinya

orang belajar perilaku baru dengan meniru. Model akan ditiru bila : (1)

mempunyai kekuatan daya tarik, (2) ada reward (hadiah) dan (3) ada

persamaan dengan dirinya. Kedua. Konformitas artinya ada ketegasan,


25

kepercayaan, keyakinan atau perilaku seseorang yang membuat mereka

diakui dalam kelompok. Disini hal yang penting adalah adanya norma-

norma atau aturan-aturan yang diakui secara bersama dalam kelompok itu.

Ketiga, persuasi merupakan pengaruh sosial yang cukup ampuh untuk

mengubah sikap seseorang. Persuasi merupakan penyampaian informasi

untuk mempengaruhi orang lain. Dalam bidang kesehatan, teknik persuasi

digunakan untuk mengubah sikap masyarakat menjadi sikap positif atau

lebih peduli terhadap kualitas kesehatan.

6. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap digolongkan pada dua golongan yaitu

pengukuran secara langsung tidak berstruktur dan secara berstruktur.

a) Pengukuran Langsung Tidak Berstruktur

Caranya dengan melakukan wawancara bebas (free interview)

tetapi berpedoman pada panduan wawancara.

b) Secara Langsung Berstruktur

Pengukuran sikap secara langsung berstruktur artinya

menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun secara

sistematis dan berstruktur yang ditanyakan langsung kepada responden

baik secara lisan atau tertulis. Salah satu alat pengukuran sikap yang

cukup terkenal dan praktis adalah pengukuran sikap dengan skala likert.

Skala pengukuran ini disebut juga Summated Ratings.


26

Skala Likert mengukur sikap dengan sejumlah pernyataan berupa

berilah tanda centang () pada alternatif jawaban yang cocok dengan

pendapat atau diri anda masing-masing pada penyataan dibawah ini.

Alternatif jawaban adalah SS= Sangat Setuju dengan nilai skor 4, S=

Setuju dengan nilai skor 3, TS= Tidak Setuju dengan nilai skor 2 dan

STS=Sangat Tidak Setuju dengan nilai skor 1.

Selain skala Likert, pengukuran sikap dapat dilakukan secara tidak

langsung misalnya melalui skala sematik diferensial yang terstandar

yang dikembangkan oleh Charles E. Osgood.

Menurut Azwar (1995) dalam Budiman (2012) sikap berorientasi

pada respons adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable)

atau tidak memihak (unfavaorable) pada suatu objek. Sikap berorientasi

pada kesiapan respons adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu

objek dengan cara-cara tertentu.

C. Konsep Developmental Care

1. Definisi Developmental care

Developmental care adalah praktek profesional edukasi dan

penelitian dimana perawat perlu mengeksplorasi, mengevaluasi dan

menemukan secara terus-menerus perubahan teknologi lingkungan di unit

perawatan neonatus (Coughlin et al, 2009 dalam Zubaidah, 2015)


27

Developmental care merupakan asuhan yang memfasilitasi

perkembangan bayi melalui pengelolaan lingkungan perawatan dan

observasi perilaku sehingga bayi mendapatkan stimulus lingkungan yang

adekuat menurut Lissauer & fanaroff dan Maguire et al dalam Zubaidah

(2015).

Developmental care bertujuan untuk mengenali kerentanan fisik,

psikologi, dan emosional bagi bayi prematur atau bayi sakit. Developmental

care memberi struktur lingkungan perawatan yang mendukung, mendorong

dan mengantar perkembangan yang terorganisir bagi bayi prematur atau

bayi sakit.

Developmental care berakar pada teori keperawatan Florence

Nightingale dimana perawat bertanggung jawab untuk menciptakan dan

menjaga lingkungan yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan.

Developmental care meliputi modifikasi lingkungan bagi bayi, belajar untuk

membaca dan merespon perilaku bayi untuk memenuhi kebutuhan bayi

menurut Lissauer & fanaroff dan Maguire et al dalam Zubaidah (2015).

Stimulus lingkungan yang adekuat menyebabkan terjadinya

peningkatan stabilitas fisiologis tubuh dan penurunan stress menurut

Lissauer & fanaroff dan Maguire et al dalam Zubaidah (2015).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa developmental care

adalah kegiatan praktek profesional dengan cara memodifikasi lingkungan


28

ruang perawatan, membaca dan mempelajari respon bayi agar dapat

mendukung perkembangan bayi.

2. Latar belakang developmental care

Manusia merupakan makhluk yang senantiasa berinteraksi dengan

stimulus lingkungan secara terus menerus sepanjang kehidupannya.

Interaksi dengan lingkungan dimulai sejak manusia berada dalam

kandungan yang dikenal sebagai periode janin dan akan terus berlangsung

sepanjang kehidupan.

Di dalam kandungan, janin hidup dalam lingkungan yang hangat,

gelap, dan penuh cairan. Jenis suara yang dikenal janin secara konstan

adalah denyut jantung dan suara napas ibu (Wylie, 2005). Ketika periode

janin ini berakhir, lingkungan yang dihadapi adalah lingkungan di luar

kandungan yang sangat berbeda. Periode ini disebut sebagai periode bayi

dimana bayi akan terpapar dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah

seperti dalam hal pencahayaan, suhu, suara, dan lain sebagainya.

Pada periode ini pula, ketergantungan janin pada ibu melalui

hubungan dengan plasenta akan berbagai macam asupan nutrisi, pertukaran

oksigen, karbondioksida, dan darah berakhir dan bayi memulai

kemandiriannya (Bobak dkk, 2008).

Bayi dibekali dengan berbagai potensi diri untuk tumbuh dan

berkembang. Salah satu contoh potensi diri ini adalah kematangan sistem

organ yang prosesnya telah dimulai sejak dalam kandungan dan


29

mempersipakan bayi untuk dapat berinteraksi secara adaptif dengan

lingkungan (Lissauer & Fanaroff, 2009).

Interaksi yang adaptif dengan lingkungan bermanfaat bagi bayi

untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Bayi BBLR, terlebih yang lahir dengan

berat badan lahir sangat rendah dan lahir pada usia kehamilan kurang dari

37 minggu, seringkali mengalami hambatan kemampuan untuk melakukan

interaksi yang adaptif dengan lingkungan sebagai akibat imaturitas sistem

organ (Bobak dkk, 2008). Kondisi ini membuat bayi membutuhkan

dukungan perawatan intensif untuk menunjang kehidupan. Maguire,(2008)

mengatakan bahwa pemanfaatan kemajuan teknologi dalam perawatan

intensif telah mengantarkan perawatan intensif menjadi suatu jenis

perawatan yang dilengkapi dengan berbagai macam prosedur tindakan dan

fasilitas perawatan terkini serta telah menunjukkan keberhasilan dalam

penurunan angka mortalitas bayi-bayi yang dirawat.

Beberapa contoh prosedur tindakan yang dijumpai di ruang

perawatan intensif tersebut diantaranya seperti fisioterapi dada; intubasi;

pemasangan pipa endotrakeal dan selang nasogastrik; pemasangan jalur

vena sentral, perifer, dan perkutan. Adapun fasilitas perawatan penunjang

yang dapat dijumpai diantaranya berupa ventilator sebagai alat bantu

pernapasan; radiant warmer dan inkubator untuk mempertahankan suhu bayi

tetap berada dalam rentang normal; serta alat monitoring suhu, pernapasan,

denyut nadi, dan saturasi oksigen.


30

Kemajuan teknologi dalam lingkungan perawatan intensif ini disisi

lain juga sekaligus memberikan dampak negatif yaitu menjadi sumber stress

karena memberikan stimulasi yang berlebihan bagi bayi yang sedang

menjalani perawatan. Sumber stress tersebut berasal dari prosedur

pengobatan, perawatan, dan pemeriksaan lain yang dilakukan, serta

beberapa fasilitas penunjang yang digunakan.

Perpisahan dengan orang tua juga menjadi sumber stress lainnya

dalam lingkungan perawatan intensif ini (Lissauer & Fanaroff, 2009).

Maguire (2008) mengungkapkan bahwa bayi BBLR belum memiliki

kemampuan untuk meregulasi setiap rangsangan yang berlebihan yang

datang dari lingkungan. Kondisi lingkungan dan aktivitas perawatan yang

demikian menyebabkan bayi mengalami hipoksemia dan periode apnoe,

nyeri, ketidaknyamanan, serta adanya peningkatan kadar hormon stress.

Bayi BBLR membutuhkan rangsangan yang adekuat dari lingkungan

untuk tumbuh dan berkembang (Lissauer & fanaroff, 2009; Maguire et al.,

2009). Strategi pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan untuk

menurunkan stress sebagai akibat stimulus lingkungan perawatan yang

berlebihan ini salah satunya adalah dengan asuhan perkembangan

(development care). Stimulus lingkungan yang adekuat menyebabkan

terjadinya peningkatan stabilitas fisiologis tubuh dan penurunan stress

(Coughlin et al, 2009; Lissauer & Fanaroff, 2009)


31

3. Intervensi Developmental Care

Menurut Coughlin et al. (2009) dalam Zubaidah (2015) terdapat 5

inti dalam developmental care, yaitu memfasilitasi tidur, pengkajian dan

manajemen stres dan nyeri, aktifitas sehari-hari, asuhan berpusat pada

keluarga dan lingkungan yang mendukung penyembuhan. Adapun

kategori intervensi developmental care adalah modifikasi lingkungan

(penerangan dan suara), handling (minimal handling, perawatan metode

kangguru, dan pemberin posisi yang tepat), mengelompokkan aktifitas

perawatan, dan memfasilitasi interaksi bayi dan orang tua.

a. Memfasilitasi tidur

Memfasilitasi tidur penting dalam developmental care, karena tidur

merupakan hal penting dalam status perilaku, yang merupakan dasar

dari seluruh aktifitas manusia (Couglin et al., 2009 dalam Zubaidah,

2015). Gangguan dalam siklus tidur secara signifikan berhubungan

dengan proses awal perkembangan sensori.

b. Manajemen stres dan nyeri

Bayi berat lahir rendah memiliki jalur persepsi nyeri yang matang,

sehingga memiliki kemampuan merasakan nyeri. Namun karena jalur

nyeri desending belum matur, maka bayi berat badan lahir rendah

mengalami rasa nyeri lebih lama. Neurotransmitter yang menghambat

rangsangan nyeri tidak berfungsi pada bayi berat badan lahir rendah

hingga 6 sampai 8 minggu setelah lahir. Peningkatan besar dan lamanya


32

durasi nyeri juga berhubungan dengan pertumbuhan syaraf pada area

sekitar kulit yang terluka (Couglin et al., 2009 dalam Zubaidah, 2015).

Stres fisik dan psikologis yang disebabkan nyeri, misalnya

menyebabkan depresi sistem imun dan meningkatkan risiko terhadap

infeksi. Penggunaan metode non farmakologis seperti penggunaan

sukrosa oral dapat mengurangi stres akibat prosedur yang menyakitkan

(Bredemeyer et al., 2008 dalam Zubaidah, 2012).

Tindakan lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres bayi

yang dilakukan prosedur invasif seperti pengambilan darah adalah

dengan memberikan posisi fleksi (Faciliated Tucking). Swaddling

(pembedongan) dan nesting (pembatasan) dapat mengurangi stres

fisiologis dan perilaku selama prosedur rutin seperti memandikan,

menibang berat badan dan penusukan pada tumit.

1) Pengertian Nesting

Nesting berasal dari kata nestyang berarti sarang. Filosofi ini

diambil dari sangkar burung yang dipersiapkan induk burung bagi

anak-anaknya yang baru lahir, ini dimaksudkan agar anak burung

tersebut tidak jatuh dan induk mudah mengawasinya sehingga posisi

anak burung tetap tidak berubah menurut Bayuningsih (2011) dalam

Indriansari (2011).

Nesting adalah suatu alat yang digunakan diruang

NICU/Perinatologi yang terbuat dari bahan plenel dengan panjang


33

sekitar 121 cm-132 cm, dapat disesuaikan dengan panjang badan

bayi yang diberikan pada bayi prematur atau BBLR.

Nesting ditujukan untuk meminimalkan pergerakan pada

neonatus sebagai salah satu bentuk konservasi energi merupakan

salah satu bentuk intervensi keperawatan menurut Bayuningsih

(2011) dalam Indriansari (2011).

Neonatus yang diberikan nesting akan tetap pada posisi fleksi

sehingga mirip dengan posisi seperti didalam rahim ibu. Posisi

terbaik pada bayi BBLR adalah dengan melakukan posisi fleksi

karena posisi bayi mempengaruhi banyaknya energi yang

dikeluarkan oleh tubuh, diharapkan dengan posisi ini bayi tidak

banyak mengeluarkan energi yang sebenarnya masih sangat

dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Pemberian

nesting atau sarang untuk menampung pergerakan yang berlebihan

dan memberi bayi tempat yang nyaman, pengaturan posisi fleksi

untuk mempertahankan normalitas batang tubuh dan mendukung

regulasi dini menurut Kenner & McGrath (2008) dalam Indriansari

(2011).

Pemasangan nesting atau sarang harus mengelilingi bayi, dan

posisi bayi fleksi, sesuai dengan perilaku bayi berat lahir rendah atau

prematur yang cenderung pasif dan pemalas (Indriansari, 2011).

Ekstermitas yang tetap cenderung ekstensi dan tidak berubah sesuai


34

pemosisian merupakan perilaku yang dapat diamati pada bayi berat

lahir rendah atau prematur (Wong et all., 2009), ini tentu berbeda

sengan bayi yang cukup bulan yang menunjukan perilaku normal

fleksi dan aktif, sehingga nesting merupakan salah satu asuhan

keperawatan yang dapat memfasilitasi atau mempertahankan bayi

dalam posisi normal fleksi.

Posisi fleksi merupakan posisi terapeutik karena posisi ini

bermanfaat dalam mempertahankan normalitas batang tubuh dan

mendukung regulasi dini karena melalui posisi ini bayi difasilitasi

untuk meningkatkan aktivitas tangan kemulut dan tangan

mengenggam menurut Bayuningsih (2011) dalam Indriansari (2011).

Gambaran bahwa bayi mampu mengorganisir perilakunya dan

menunjukan kesiapan bayi untuk berinteraksi dengan lingkungan

terlihat dari adanya kemampuan regulasi diri (Wong et al., 2009).

Menurut Bobak (2008) bahwa sikap fleksi pada bayi baru lahir

diduga untuk mengurangi pemajanan permukaan tubuh pada suhu

lingkungan sehingga posisi ini berfungsi sebagai pengaman untuk

mencegah kehilangan panas, karena bayi baru lahir berisiko tinggi

untuk mengalami kehilangan panas, tubuh bayi baru lahir memiliki

rasio permukaan tubuh besar terhadap berat badan.


35

3) Tujuan Penggunaan Nesting

Untuk meminimalkan pergerakan bayi, memberikan rasa

nyaman, meminimalkan stress (Indriansari, 2011).

4) Manfaat penggunaan Nesting

Manfaat penggunaan nesting pada neonatus menurut Indriansari

(2011) diantaranya adalah :

a) Memfasilitasi perkembangan neonatus

b) Memfasilitasi pola posisi hand to hand dan hand to mouth pada

neonatus sehingga posisi fleksi tetap terjaga

c) Mencegah komplikasi yang disebabkan karena pengaruh perubahan

posisi akibat gaya gravitasi

d) Mendorong perkembangan normal neonatus

e) Dapat mengatur posisi neonatus

f) Mempercepat masa rawat neonatus

5) Kriteria

a) Neonatus (usia 0-28 hari)

b) Prematur atau BBLR

6) Cara Kerja

a) Persiapan

(1) Pengkajian sebelum dan sesudah melakukan tindakan

(2) Evaluasi tindakan


36

(3) Alat-alat yang dibutuhkan: Bedongan bayi sebanyak 7 buah,

perlak dan selotip

b) Pelaksanaan

(1) Lakukan pengkajian awal pada bayi yang dirawat diruang

Perinatologi/NICU khususnya untuk bayi prematur dan BBLR

(2) Pengkajian meliputi skala nyeri, TTV serta tindakan-tindakan

yang akan dilakukan

(3) Saat melakukan tindakan perhatikan keadaan umum bayi, bila

bayi dalam keadaan stress dapat ditunjukandengan tangisan

yang melengking, perubahan warna kulit serta apnoe

(4) Setelah melakukan tindakan berikan sentuhan positif seperti

mengelus ataupun menggendong bayi

(5) Setelah bayi dalam kondisi tenang kemudian letakkan dalam

nesting yang sudah dibuat

(6) Cara membuat nesting: Buat gulungan dari 3 bedongan kemudian

ikat kedua ujungnya sehingga didapatkan 2 gulungan bedongan

dari 6 bedongan yang dipersiapkan. Gunakan selotip untuk

merekatkan sisi gulungan bedongan, 1 gulungan bedong tersebut

dibuat setengah lingkaran, jadi dari 2 gulungan bedongan

tersebut terlihat seperti lingkaran, kemudian bayi diletakkan

didalam nestdengan posisi fleksi diatas kaki dibuat seperti

penyangga dengan menggunakan kain bedongan


37

c) Evaluasi

Setelah melakukan tindakan yang dapat membuat stress

pada bayi, bayi yang terpasang nesttersebut tampak tenang tidak

rewel, dan nyaman didalam nest tersebut.

Pemasangan nesting atau sarang yang mengelilingi bayi dan posisi

fleksi juga merupakan aspek lain dari pengelolaan lingkungan

perawatan dalam development care. Nesting adalah suatu alat yang

digunakan pada bayi prematur atau BBLR yang terbuat dari bahan

plenel dengan panjang 121-132 centimeter sesuai panjang badan bayi

untuk meminimalkan pergerakan bayi menurut Priya & Biljlani (2005)

dalam Indriansari (2011).

Seperti diketahui bahwa perilaku bayi BBLR dan premature

cenderung pasif dan malas. Perilaku ini dapat diamati dari ekstremitas

yang tetap cenderung ekstensi dan tidak berubah sesuai dengan bayi

yang lahir cukup bulan yang menunjukkan perilaku normal fleksi dan

aktif. Nesting sebagai salah satu strategi dalam development care,

merupakan asuhan yang memfasilitasi atau mempertahankan bayi

berada dalam posisi normal fleksi. Nesting dapat menopang tubuh bayi

dan juga sekaligus memberi bayi tempat yang nyaman (Lissauer &

Fanaroff, 2009).

Posisi fleksi sendiri merupakan posisi terapeutik karena posisi ini

bermanfaat dalam mendukung regulasi diri karena melalui posisi ini,


38

bayi difasilitasi untuk meningkatkan aktivitas tangan ke mulut dan

tangan menggenggam (Lissauer & Fanaroff, 2009).

Kemampuan regulasi diri ini merupakan cerminan bahwa bayi

mampu mengorginisir perilakunya dan menunjukkan kesiapan bayi

untuk berinteraksi dengan lingkungan (Hockenberry & Wilson., 2009.;

Lissauer & Fanaroff, 2009).

Posisi fleksi bayi baru lahir diduga berfungsi sebagai sistem

pengaman untuk mencegah kehilangan panas karena sikap ini

mengurangi pemajangan permukaan tubuh pada suhu lingkungan

(Bobak, dkk. 2008). Bayi baru lahir memiliki risiko permukaan tubuh

besar terhadap berat badan sehingga berisiko tinggi untuk mengalami

kehilangan panas.

c. Minimal Handling

Minimal handling dilakukan untuk memberikan waktu istirahat dan

tidur bagi bayi tanpa adanya gangguan dari aktivitas pengobatan,

perawatan, dan pemeriksaan lainnya dengan cara sedikit mungkin

memberikan penanganan pada bayi atau memungkinkan penanganan bayi

untuk beberapa tindakan dalam satu waktu (Lissauer & Fanaroff, 2009).

Adapun contoh tindakan minimal handling ini adalah tindakan

reposisi dan pengaturan jadwal pemberian obat dalam periode waktu

yang besamaan, minimalisasi tindakan membuka dan menutup inkubator


39

untuk hal yang tidak perlu, dan pemberian jam tenang (Lissauer &

Fanaroff, 2009).

d. Pemberian posisi yang tepat

Perubahan postur yang teratur dengan posisi yang tepat dapat

mempertahankan fungsi neuromuscular dan osteoarticular serta

memberikan kesempatan terhadap perkembangan dan fungsi motorik

pada bayi berat badan lahir rendah. Posisi yang tepat dan anatomis

merupakan komponen penting dalam asuhan perkembangan menurut

Kenner & McGrath (2008) dalam Indriansari (2011). Prinsip-prinsip

dalam pemberian posisi adalah 1) posisi hendaknya diubah secara teratur

untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang simetris; 2)

posisi prone, miring atau supine hendaknya memfasilitasi ekstremitas

dalam keadaan fleksi dengan dipertahankan dengan menggunakan

nesting (pembatas) yang dapat dibuat dari gulungan kain menurut Kenner

& McGrath (2008) dalam Indriansari (2011).

Beberapa posisi yang dapat dilakukan adalah : 1) posisi prone,

yang dilakukan dnegan menelungkupkan bayi dimana ekstremitas bagian

bawah fleksi dan kepala dimiringkan ke salah satu sisi; 2) posisi supine,

yang dilakukan dengan memfleksikan eksteremitas bagian bawah; 3)

posisi miring yang dilakukan dengan memposisikan bayi ke salah satu

sisi dengan memfleksikan tangan dan kaki sehingga berada ditengah-

tengah tubuh.
40

e. Family centered care

Keterlibatan keluarga dalam perawatan bayi yang dirawat di NICU

sangat penting. Kontak fisik antara bayi dan orang tua meningkatkan

kedekatan emosi dan meningkatkan pemberian ASI pada usia selanjutnya

menurut Kenner & McGrath (2008) dalam Indriansari (2011).

Fasilitas ikatan atau interaksi orang tua anak juga merupakan

bagian dari pengelolaan lingkungan perawatan intensif ini. Fasilitas

ikatan atau interaksi orang tua-anak dapat berupa kunjungan orang tua

yang tidak dibatasi dan skin to skin contact atau yang dikenal juga

dengan perawatan metode kanguru, dimana keduanya sangat penting

untuk mendukung proses adaptasi bayi dan orang tua terhadap

kehadiran dan penerimaan satu sama lain menurut Kenner & McGrath

(2008) dalam Indriansari (2011).

1) Pengertian Perawatan Metode Kanguru

Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode

Kanguru (PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir

rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak langsung

antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin to skin contact, dimana

ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi.

Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI

sehingga meningkatkan lama dan pemberian ASI (Perinasia, 2008).

Metode Kanguru adalah metode perawatan dini dan terus

menerus dengan sentuhan kulit ke kulit (Skin to skin contact)


41

antara ibu dan bayi prematur dan BBLR dalam posisi seperti

kanguru (Perinasia, 2008).

2) Prinsip Perawatan Metode Kanguru

Menurut Perinasia(2008) menggantikan perawatan bayi

baru lahir dalam incubator dengan ibu bertindak seperti ibu

kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan

suhu bayi stabil dan optimal (36.50C 37.50C).

Berdasarkan tipe pelaksanaannya, PMK dibedakan menjadi

2 (dua) tipe yaitu:

a) PMK sewaktu-waktu (intermitten)

Tipe ini dilakukan apabila bayi masih mendapat cairan atau

obat-obatan intravena, bantuan khusus seperti oksigen atau

minum melalui oral gastric tube (OGT). Asuhan harus

dilakukan selama lebih dari 1 (satu) jam untuk memberikan hasil

yang optimal dan mengurangi stress pada bayi.

b) PMK secara terus menerus (continue)

Tipe ini dilakukan pada bayi yang sudah memenuhi kriteria

dan tidak memerlukan bantuan khusus untuk bernafas. Tipe ini

dilakukan untuk meningkatkan berat badan bayi, meningkatkan

kemampuan bayi menyusui dan kemampuan ibu untuk merawat

bayinya sampai kriteria pemulangan bayi terpenuhi.


42

3) Manfaat Perawatan Metode Kanguru

Untuk mempelajari manfaat dan penerapan PMK sebaiknya

diketahui tentang proses kehilangan panas pada bayi baru lahir.

Pada intinya ada 4 cara kehilangan panas pada bayi baru lahir

menurut Perinasia (2008) yaitu:

a) Evaporasi, merupakan proses kehilangan panas melalui proses

penguapan dari kulit yang basah.

b) Radiasi, meliputi kehilangan panas melalui pemancaran panas

dari tubuh bayi ke lingkungan sekitar yang lebih dingin. Hal

ini terjadi misalnya bayi yang baru lahir segera diletakkan di

ruang ber AC yang dingin maka suhu tubuh bayi akan

berkurang karena panasnya terpancar ke sekitarnya yang

bersuhu lebih rendah.

c) Konduksi, yaitu cara kehilangan panas melalui persinggungan

dengan benda yang lebih dingin misalnya ditimbang pada alat

timbangan logam tanpa alas.

d) Konveksi, yaitu kehilangan panas melalui aliran udara. Hal ini

misalnya terjadi pada bayi baru lahir diletakkan di dekat

jendela atau pintu yang terbuka maka akan ada aliran udara

luar (yang mungkin lebih dingin) yang akan berpengaruh pada

suhu bayi atau bisa juga kehilangan panas secara konveksi

apabila bayi dibiarkan telanjang. Udara sekitar bayi lebih

panas dari udara jauh dari bayi. Udara panas lebih ringan dan
43

naik ke atas digantikan oleh udara dingin sehingga terjadi juga

aliran udara yang mengambil suhu bayi.

Hukum Boyle menyatakan kemampuan mempertahankan suhu

serta kenaikan berat badan pada BBLR yang dilakukan PMK

menunjukkan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, PMK sangat

berguna dalam pencegahan hipotermia pada perawatan BBLR di

rumah.

Secara garis besar, manfaat PMK menurut Perinasia (2008)

adalah sebagai berikut:

a) Manfaat PMK bagi bayi

(1) Suhu tubuh bayi, denyut jantung dan frekuensi pernapasan

relatif terdapat dalam batas normal.

(2) BBLR lebih cepat mencapai suhu yang 36,5 C terutama

dalam waktu 1 jam pertama.

(3) ASI selalu tersedia dan mudah didapatkan sehingga

memperkuat sistem imun bayi karena meningkatnya produksi

ASI.

(4) Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan

sehingga menurunkan stres ditandai dengan kadar kortisol

yang rendah.

(5) Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat.

(6) Meningkatkan ikatan bayi-ibu


44

(7) Waktu tidur menjadi lebih lama yang antara lain ditandai

dengan jumlah waktu terbangun yang lebih rendah.

(8) Menurunkan infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi

saluran pernapasan bawah.

(9) Memperpendek masa rawat.

(10) Menurunkan risiko kematian dini pada bayi.

(11) Memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur.

(12) Kelangsungan hidup pada bayi BBLR lebih cepat membaik

pada kelompok PMK daripada bayi dengan metode

konvensional pada 12 jam pertama dan seterusnya.

b) Manfaat PMK bagi Ibu

(1) Mempermudah pemberian ASI

(2) Ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi

(3) Hubungan lekat bayi-ibu lebih baik, ibu sayang kepada

bayinya.

(4) Pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu dan keluarga (ibu

lebih puas, kurang merasa stres).

(5) Peningkatan produksi ASI, peningkatan lama menyusui dan

kesuksesan dalam menyusui


45

c) Manfaat PMK bagi Ayah

(1) Ayah memainkan peranan yang lebih besar dalam

perawatan bayinya.

(2) Meningkatkan hubungan antara ayah-bayinya, terutama

berperan penting di negara dengan tingkat kekerasan pada

anak yang tinggi.

d) Manfaat PMK bagi petugas kesehatan

Bagi petugas kesehatan paling sedikit akan bermanfaat

dari segi efisiensi tenaga karena ibu lebih banyak merawat

bayinya sendiri. Dengan demikian beban kerja petugas akan

berkurang. Bahkan petugas justru dapat melakukan tugas lain

yang memerlukan perhatian petugas misalnya pemeriksaan lain

atau kegawatan pada bayi maupun memberikan dukungan

kepada ibu dalam menerapkan PMK.

f. Memodifikasi lingkungan untuk meminimalkan stimulasi lingkungan

1) Mengurangi kebisingan

Kebisingan lingkungan perawatan berkontribusi terhadap

peningkatan kadar hormon stress pada bayi BBLR. Strategi

development care untuk menurunkan stress pada bayi yang

bersumber dari kebisingan ruang perawatan ini adalah pemasangan

penutup telinga(Hockenberry & Wilson., 2009).


46

2) Mengurangi penerangan

Pengaturan pencahayaan juga menjadi bagian penting dari

pengelolaan lingkungan perawatan dalam development care.

Pengelolaan lingkungan perawatan terkait pencahayaan ini adalah

dengan memberikan penutup incubator dan menurunkan

pencahayaan ruang perawatan (Hockenberry & Wilson., 2009).

3) Sentuhan terapeutik

Sentuhan merupakan salah satu lingkungan fisik bayi berat

badan lahir rendah. Oleh karena itu sentuhan yang terapeutik

diperlukan bayi BBLR dimana dengan sentuhan terapeutik

menunjukkan bahwa respon bayi terhadap sentuhan terapeutik

diantaranya yaitu menurunkan denyut nadi, meningkatkan koordinasi

dalam menghisap, menelan dan bernapas, serta meningkatkan

kemampuan untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Memanggil bayi

dengan namanya secara lembut serta menyentuh secara perlahan

bagian tubuh bayi dapat mengurangi gangguan mendadak sebelum

tindakan (Hockenberry & Wilson, 2009).

4. Kompetensi Perawat Dalam Developmental Care

Perawat selayaknya memiliki kemampuan dalam mengenali

perilaku bayi karena merupakan dasar pemberian asuhan perkembangan

(development care) sehingga pada akhirnya dapat memberikan perawatan

yang sesuai dengan kebutuhan setiap individu bayi. Perubahan dalam


47

keseimbangan fisiologis, tingkat kewaspadaan, aktivitas motorik, dan

perhatian merupakan petunjuk yang dapat digunakan oleh seorang perawat

untuk menilai kemampuan bayi beradaptasi dengan suatu kondisi dalam

mengatur dirinya sendiri untuk berespon terhadap stimulus lingkungan

(Lissauer & Fanaroff, 2009).

Contoh perilaku yang dapat diamati adalah perilaku tersentak dan

tidak teratur, tampak tegang, dan pola tidur yang sering terjaga. Perilaku

ini merupakan respon stress bayi terhadap kondisi lingkungan yang tidak

mendukung seperti lingkungan yang bising dan 20 pencahayaan yang

terang dan menunjukkan bahwa bayi belum kompeten dalam mengatur

dirinya sendiri untuk berespon terhadap stimulus lingkungan (Lissauer &

Fanaroff, 2009).

D. Konsep Bayi Berat Lahir Rendah

1. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram)

(Wong, 2009).

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat

lahir rendah dibedakan dalam: (1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat

lahir 1500 2500 gram; (2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),

berat lahir < 1500 gram ; (3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER)

berat lahir < 1000 gram.


48

2. Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah

Menurut Wong (2009) bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat

dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a. Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) terdapat derajat

prematuritas di golongkan menjadi 3 kelompok:

1) Bayi sangat prematur (extremely prematur ): 24-30 minggu.

2) Bayi prematur sedang (moderately prematur ) : 31-36 minggu.

3) Borderline Premature : 37-38 minggu.

Bayi ini bersifat premature dan mature. Beratnya seperti bayi matur

akan tetapi sering timbul masalah seperti yang dialami bayi

prematur, seperti gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia dan

daya hisap lemah.

b. Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) terdapat banyak

istilah untuk menunjukkan bahwa bayi KMK dapat menderita

gangguan pertumbuhan di dalam uterus (intra uterine growth

retardation / IUG) seperti pseudo premature, small for dates,

dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis fetal distress, IUGR

dan small for gestasionalage ( SGA ).

Ada dua bentuk IUGR menurut Wong (2009) yaitu :

1) Propornitinate IUGR: janin menderita distress yang lama,

gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai

berbulan-bulan sebelum bayi lahir. Sehingga berat, panjang dan


49

lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi

keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang sebenarnya.

2) Disproportinate IUGR : terjadi akibat distress sub akut.

Gangguan terjadi beberapa Minggu dan beberapa hari sebelum

janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala

normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi.

Tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak dibawah kulit, kulit

kering, keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan

lebih panjang.

3. Manifestasi Klinis

Menurut Wong (2009) adapun tanda dan gejala yang terdapat pada

bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR ) adalah :

a. Berat badan < 2500 gram

b. Letak kuping menurun

c. Pembesaran dari satu atau dua ginjal

d. Ukuran kepala kecil

e. Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap

kurang)

f. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)

4. Masalah pada BBLR

Menurut Wong (2009) masalah yang terjadi pada bayi dengan berat

lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena


50

ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR

yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf

pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro interstinal, ginjal, termoregulasi.

a. Sistem Pernafasan

Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas

segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih

sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi

dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps

pada saat ekspirasi). Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau

obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, lemah

atau tidak adanya gangguan refleks dan pembuluh darah paru yang

imatur. Hal hal inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan

sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).

b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)

Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma

susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan

intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan

proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia

berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem

susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan oksigen

dan kekurangan perfusi.


51

c. Sistem Kardiovaskuler

Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan

janin, yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intra uterine

ke kehidupan ekstra uterine berupa keterlambatan penutupan ductus

arteriosus.

d. Sistem Gastrointestinal

Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti

bayi yang cukup bulan, hal ini disebabkan antara lain karena tidak

adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 3334

minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat

menyerap lemak dan mencerna protein

e. Sistem Termoregulasi

Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil,

yang disebabkan antara lain: kehilangan panas karena perbandingan

luas permukaan kulit dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh

bayi relatife luas ), kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak

cokelat ), jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit dan tidak adanya

refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.

f. Sistem Hematologi

Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah

hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan.


52

Penyebabnya antara lain adalah: usia sel darah merahnya lebih pendek,

pembuluh darah kapilernya mudah rapuh, hemolisis dan berkurangnya

darah akibat dari pemeriksaan laboratorium yang sering.

g. Sistem Imunologi

Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang

terbatas, sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap

infeksi.

h. Sistem Perkemihan

Bayi BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di

mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu

untuk menggelola air, elektrolit, asam basa, tidak mampu

mengeluarkan hasil metabolisme dan obat obatan dengan memadai

serta tidak mampu memekatkan urin.

i. Sistem Integument

Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan

transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.

j. Sistem Pengelihatan

Bayi dengan BBLR dapat mengalami Retinopathy of Prematurity

(ROP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.


53

5. Penatalaksanaan pada BBLR

Menurut Wong (2009) perawatan pada bayi berat lahir rendah

(BBLR) adalah :

a. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami

hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dipertahankan dengan

ketat.

b. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi,

memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci

tangan sebelum memegang bayi.

c. Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh

sebab itu pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat.

d. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi

bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu

penimbangan dilakukan dengan ketat.

e. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih,

pertahankan suhu tubuh tetap hangat.

f. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.

g. Tali pusat dalam keadaan bersih.

h. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.

Anda mungkin juga menyukai