Pendahuluan
1
Hal-hal tersebut diatas merupakan modal utama untuk menangkal
bahaya laten komunisme ataupun laten-laten yang lain. Cara pandang
masyarakat mengenai Pancasila mulai masa Orde Baru sampai Orde
Reformasi mengalami perkembangan persepsi yang berbeda. Masa
Orde Baru dimana penerapan Pancasila dilaksanakan secara
konsisten dan terarah walaupun masih banyak penyimpangannya. Dari
dulu hingga sekarang kita kenal dengan Wawasan Nusantara yang
artinya cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungan nya kini lambat laun pudar dan hampir-hampir siswa
sekolah kurang mengerti akan hal ini, itu merupakan salah satu contoh
kemunduran dari penerapan dari nilai-nilai Pancasila. Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang biasa kita kenal
dengan P4 mungkin merupakan salah satu contoh upaya pemerintah
dalam menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila
tapi pada masa reformasi nilai-nilai tersebut mulai pudar dan hilang
dalam pandangan masyarakat Indonesia. Pada masa reformasi
penghayatan dan pengamalan Pancasila rupanya mulai hilang dari
benak warga Indonesia. Ancaman disintegrasi bangsa merupakan
salah satu contoh kurangnya pemahaman terhadap nilai luhur
Pancasila. Toleransi beragama pun juga mengalami pengapuran. Jadi
bila dibandingkan dengan masa reformasi penerapan nilai-nilai luhur
Pancasila lebih baik pada masa orde baru yang pelaksanaannya
dilakukan dengan konsisten serta tanggungjawab. Tapi mengapa TAP
MPR No. 2 tahun 1978 di cabut tanpa harus ada formula
penggantinya? Banyak sekali permasalahan yang harus kita sikapi
dengan cermat mengenai perlunya kita memahami Pancasila dan
bagaimana menjalankannya secara murni dan konsekuen ?
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis Pancasila beserta Permasalahannya yang berkaitan
dengan masalah SARA, HAM dan Krisis Ekonomi
2
2. Dapat memahami dan memperluas wawasan tentang
permasalahan-permasalahan yang sering terjadi dewasa ini di
Indonesia
3. Menyimpulkan dan mencari jalan keluar (solusi) dari berbagai
macam masalah yang berkaitan dengan penerapan dan
pengamalan Pancasila.
3
BAB II
PANCASILA dan PERMASALAHANNYA
(SARA, HAM dan KRISIS EKONOMI)
2. Permasalahan
2. 1. Isu SARA
Realitas budaya nusantara yang plural berdasarkan
kemajemukan komunitas etnis yang hidup di atas pulau atau
gugusan pulau yang dipisahkan oleh lautan menunjukkan
berbagai macam perbedaan. Perbedaan peta geografis dan etnis-
kultural inilah yang berpotensi sebagai sumber dari berbagai jenis
konflik yang timbul secara alamiah atau yang dengan sengaja
direkayasa menjadi konflik. Jenis konflik ditimbulkan, antara lain,
oleh isu SARA dan oleh adanya ketegangan antara keinginan
untuk mempertahankan diri sebagai komunitas lokal pada satu
sisi, dan pada sisi lain lemahnya perekat keadilan yang
seharusnya dapat merekat seluruh komunitas agar dapat
mempersatukan diri sebagai sebuah bangsa dengan makna
dalam ungkapan bhinneka tunggal ika sebagai jatidiri.
4
Di antara konflik yang paling meresahkan ialah konflik yang
bersumber dari isu SARA dan isu yang ditimbulkan oleh
kecenderungan kuat sebagian warga dan kelompok komunitas
nusantara yang menolak persatuan Indonesia (NKRI) atau tak
menginginkan terbangunnya masyarakat baru yang bernama
bangsa Indonesia. Konflik di dalam membangun sebuah
masyarakat bangsa yang utuh, aman, dan damai ditimbulkan oleh
transformasi politik yang diwujudkan melalui pembangunan
bangsa secara tak adil atau yang menyimpang dari tujuan
nasional sebagai manifestasi dari kepentingan bersama.
5
Berbagai kerusuhan yang bernuansa SARA selama ini dan
api pemberontakan di tahun 50-an dan sesudahnya beraroma
separatisme sudah berhasil dipadamkan. Namun, bara apinya
mungkin saja masih tersisa. Lanjutan tindakan pemulihan
kehidupan masyarakat melalui pembangunan yang berkeadilan
dan berkeseimbangan adalah jawaban jitu untuk benar-benar
memadamkan seluruh sumber api kerusuhan dan pemberontakan
dalam berbagai bentuknya. Terwujudnya keadilan akan
menyempitkan kesenjangan sebagai lahan subur bagi tumbuh
dan berkembangnya potensi konflik, baik yang bernuansa SARA,
maupun yang bermuatan isu separatisme.
6
dijabarkan dalam butir-butir Pancasila tentunya kasus-kasus
konflik social yang menjurus pada SARA tentunya dapat kita
hindari. Dengan semangat saling menghormati perbedaan
keyakinan, toleransi beragama dan tenggang rasa tentu kita
bisa mewujudkan suasana kehidupan yang harmonis dan
penuh kerukunan menuju Indonesia yang Merdeka seutuh-
utuhnya.
7
Hak Asasi Manusia yang kemudian disingkat HAM adalah
permasalahan yang selama dua atau tiga tahun terakhir menjadi
bahan perbincangan masyarakat. Banyak contoh kasus-kasus
pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Pelanggaran HAM
pada saat pelaksanaan jajak pendapat Referendum Timor Timur.
Kasus Daerah Operasi Militer (DOM) di daerah Serambi Mekkah
Aceh yang banyak menelan korban jiwa dari pihak masyarakat
sipil dan disinyalir banyak di lakukan oleh oknum-oknum tentara
yang notabene adalah para aparat-aparat Negara sampai dengan
kasus sengketa tanah yang melibatkan salah satu unsur alat
pertahanan negara yaitu tentara dalam hal ini Marinir dengan
warga Alas Tlogo Pasuruan. Hal ini sangat bertentangan dengan
apa yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila. Banyak tokoh
yang dinyatakan sebagai tersangka tapi pada kenyataannya para
pelaku masih bebas berkeliaran sementara keluarga korban
menanti kepastian hukum tentang apa yang dialaminya. Tapi
perlu kita ketahui sebenarnya kesalahan maupun pelanggaran itu
juga tidak sepenuhnya dilakukan oleh para oknum tentara.
Masyarakat sipil mempunyai hak untuk hidup tentara pun
demikian. UU No. 39 tahun 1999 juga menentukan Kewajiban
Dasar Manusia yaitu seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak
asasi manusia. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang
Dasar 1945 pasal 28i ayat 5 (amandemen ke 2) yang berbunyi
Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai
dengan prinsip Negara hukum yang demokratis maka
pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan
dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 28j ayat 1 dan 2
(amandemen ke 2) yang intinya setiap manusia wajib
menghormati hak asasi manusia dan wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang sesuai dengan
8
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis. Jadi dalam masalah
ini kita perlu secara cermat menanggapi kasus-kasus seperti ini
karena permasalahan yang demikian sangatlah kompleks dan
sangat rentan terhadap perpecahan atau ancaman diintegrasi
bangsa.
9
zaman dahulu terdiri dari dua lapisan besar : lapisan atas,
minoritas, yang mempunyai hak-hak; dan lapisan bawah, yang
tidak mempunyai hak-hak tetapi hanya mempunyai kewajiban-
kewajiban, sehingga mereka diperlakukan sewenang-sewenang
oleh lapisan atas. Kesadaran itu memicu upaya-upaya
perumusan dan pendeklerasian HAM, menurut catatan sejarah
HAM berkembang melalalui beberapa tahap. Hal ini terutama
dapat dilihat dalam sejarah ketatanegaraan di Inggris dan
Prancis. Yaitu ditandainya dengan keberhasilan rakyat Inggris
memperoleh hak tertentu dari raja dan pemerintahan Inggris yang
dituangkan dalam berbagai piagam seperti: Petition Of Rights
tahun 1628, Habeas Corpus Act tahun 1679 dan Bill Of Rights
tahun 1689 serta dikeluarkannya Declaration des D du Citoyen
tahun 1789 di Prancis.ii Selain dua negara di atas, Bill Of Rights
juga terjadi di negara bagian Virginia tahun 1776, deklarasi
kemerdekaan 13 Negara Bagian Amerika Serikat tahun 1789.
10
biasa. Apapun kedaaannya hak-hak yang dianggap sebagai
intisari dari HAM harus tetap dihormati.
11
3. Dan hak kolektif mencakup hak semua bangsa untuk menentukan
nasibnya sendiri, hak semua ras dan suku bangsa untuk bebas
dari segala bentuk diskrimainasi, hak masyarakat untuk bebas
dari neo-kolonialisme (pasal 28-30).
12
Dari latar historis beberapa perumusan dan dekalarasi HAM
(yaitu: perlindungan terhadap kebebasn individu di depan
kekuasan raja, kaum feodal atau negara yang domina atau
tersentaralisasi), dan kesadaran ontologis tentang struktur
deklarasi PBB, serta kesadaran historis tentang peradaban yang
melahirkannya, dapatlah diidentifikasi karektaristik utama HAM.
Perspektif Barat dalam melihat HAM dapat disebut bersifat
antrhoposentris, dengan pengertian bahwa manusia dipandang
sebagai ukuran bagi segala sesuatu karena ia adalah pusat atau
ttitik tolak dari semua pemikiran dan perbuatan. Produk dari
perspektif antrhoposentris ini tidak lain adalah individu yang
otonom.
13
disamping hak-hak asasi, wajib-wajib asasi harus kita penuhi
terlebih dahulu dengan penuh rasa tanggungjawab. Hak-hak
asasi manusia dilaksanakan dalam rangka hak-hak serta
kewajiban warga Negara.
2. 3. Krisis Ekonomi
TAHUN 1998 menjadi saksi bagi tragedi perekonomian
bangsa. Keadaannya berlangsung sangat tragis dan tercatat
sebagai periode paling suram dalam sejarah perekonomian
Indonesia. Mungkin dia akan selalu diingat, sebagaimana kita
selalu mengingat black Tuesday yang menandai awal resesi
ekonomi dunia tanggal 29 Oktober 1929.
14
Seperti efek bola salju, krisis yang semula hanya berawal
dari krisis nilai tukar baht di Thailand 2 Juli 1997, dalam tahun
1998 dengan cepat berkembang menjadi krisis ekonomi, berlanjut
lagi krisis sosial kemudian ke krisis politik.
Dari total utang luar negeri per Maret 1998 yang mencapai
138 milyar dollar AS, sekitar 72,5 milyar dollar AS adalah utang
swasta yang dua pertiganya jangka pendek, di mana sekitar 20
milyar dollar AS akan jatuh tempo dalam tahun 1998. Sementara
pada saat itu cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 milyar dollar
AS.
15
dengan cepat ke level sekitar Rp 17.000/dollar AS pada 22
Januari 1998, atau terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak mata
uang tersebut diambangkan 14 Agustus 1997.
16
kaya sibuk menyerbu toko-toko sembako dalam suasana
kepanikan luar biasa, khawatir harga akan terus melonjak.
17
Di sisi lain, sektor ekspor yang diharapkan bisa menjadi
penyelamat di tengah krisis, ternyata sama terpuruknya dan tak
mampu memanfaatkan momentum depresiasi rupiah, akibat
beban utang, ketergantungan besar pada komponen impor,
kesulitan trade financing, dan persaingan ketat di pasar global.
Anomali
Krisis kepercayaan ini menciptakan kondisi anomali dan
membuat instrumen moneter tak mampu bekerja untuk
menstabilkan rupiah dan perekonomian. Sementara di sisi lain,
sektor fiskal yang diharapkan bisa menjadi penggerak ekonomi,
juga dalam tekanan akibat surutnya penerimaan.
18
sempat menghilangkan berbagai momentum atau kesempatan
untuk mencegah krisis yang berkelanjutan.
19
Laksamana Sukardi menilai, kondisi perekonomian di tahun
1999 berada dalam situasi yang kritis. Artinya perekonomian
nasional berada di persimpangan jalan antara kemungkinan
terjadi recovery dan kehancuran. Peluangnya separuh-separuh.
20
Kita sama-sama menghendaki, pemerintahan yang
demokratis dan didukung rakyat. Pemerintah sekarang berani
mengakui, bahwa dirinya bersifat transisi dan hanya
mempersiapkan pemerintahan yang akan datang. Sebaliknya
tokoh-tokoh nasional juga harus berani mengakui pemerintahan
yang sekarang.
21
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia,
Haryadi B Sukamdani mengatakan, sebagai pengusaha pihaknya
memang harus optimis. Tetapi kalau melihat di lapangan terutama
perkembangan politik yang ada, maka yang ada hanya rasa
waswas dan gamang. Sebab pemilu masih jauh, tetapi intensitas
kekerasan sudah cukup tinggi, apalagi nanti kalau mendekati
kampanye dan pemilu.
22
Jangan sampai malah menimbulkan kebingungan dan
ketidakjelasan.
23
yang melakukan pelanggaran. Ini akan memberikan
kepercayaan dan kepastian usaha.
24
i
ii