Anda di halaman 1dari 8

Peggy Bhanuwati

240219150106

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Praktikum kali ini dilakukan pada tanggal 21 November 2016 dengan
judul Pengujian Sifat Sifat Desinfektan. Desinfektan adalah zat kimia yang
digunakan untuk mendesinfeksi. Usaha desinfeksi dapat bersifat sterilisasi
sempurna atau menghambat pertumbuhan mikroba. Hal ini tergantung pada jenis
desinfektan, kadar desinfektan, lamanya kontak desinfektan yang diuji, dan bahan
yang akan di desinfektan. Jadi pengaruh desinfeksi terhadap mikroorgansime
dapat mikrobisoda dan mikrobistatika (Dwidjoseputro 1994).
Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan
sangat menentukan efektifitas dan fungsi serta target mikroorganisme yang akan
dimatikan. Dalam proses desinfeksi yang sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik
(pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya
difokuskan kepada cara kimia, khususnya bahan kimia yang biasa digunakan serta
aplikasinya. Banyak bahan kimia yang berfungsi sebagai desinfektan, tetapi
umumnya dikelompokkan kedalam suatu golongan aldehid atau golongan
pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus COH (Pratiwi, 2008).
Suatu desinfektan idealnya seharusnya memiliki sifat-sifat berikut, antara
lain memiliki efektivitas tinggi terhadap tiap jenis mikroorganisme dalam
konsentrasi demikian rendah sehingga lebih ekonomis dan toksis untuk pakaian
atau alat terbuat dari logam. Selain itu desinfektan tersebut haruslah tidak
memiliki bau yang menyengat serta hilang kereaktifan jika terpapar bahan dari
luar. Selain itu desinfektan berbentuk cair yang apabila disemprotkan akan
menguap diharapkan memiliki daya mematikan bagi yang dituju dan tidak
merugikan kesehatan si pemakainya (Irianto, 2006).
Praktikum ini dilakukan untuk menguji kekuatan fenol dan turunan fenol
sebagai desinfektan. Selain itu juga, praktikum ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh tingkat pengenceran dan lamanya kontak terhadap pertumbuhan
mikroba. Cara pengujian desinfektan yang dipakai pada praktikum ini adalah
metode pengeceran dimana kekuatan desinfektan dinyatakan dengan koefisien
fenol. Metode koefisien fenol merupakan uji yang telah dibukukan dengan baik.
Dalam metode ini, mikroorganisme uji dimasukkan dalam larutan fenol murni dan
larutan zat kimia yang akan di evaluasi pada berbagai taraf pengenceran.
Peggy Bhanuwati
240219150106

Koefisien fenol dinyatakan sebagai suatu bilangan dan dihitung dengan cara
membandingkan aktivitas suatu larutan fenol dengan pengenceran terhadap
aktivitas larutan zat kimia dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji.
Hal pertama yang dilakukan, yaitu dengan dimasukkannya 2 ml larutan
yang telah dibuat dari 2 ml wipol dan 20 ml aquades ke dalam enam tabung yang
berbeda. Setelah itu, ditambahkan akuades pada masing masing tabung dengan
jumlah yang berbeda, yaitu 3 ml pada tabung pertama, 4 ml pada tabung kedua, 5
ml pada tabung ketiga, 6 ml pada tabung keempat, 7 ml pada tabung kelima, dan 8
ml pada tabung keenam, masing masing tabung dikocok sehingga larutan jadi
merata. Kemudian dilakukan penyamaan jumlah larutan hingga masing masing
tabung reaksi berisi 5 ml dengan cara diambil jumlah larutan berlebih pada tiap
tabung. Setelah semua tabung berisi 5 ml larutan, maka setiap tabung akan
memiliki perbandingan yang berbeda, yaitu 1:25 pada tabung pertama, 1:30 pada
tabung kedua, 1:35 pada tabung ketiga, 1:40 pada tabung keempat, 1:45 pada
tabung kelima, dan 1:50 pada tabung keenam.
Setelah itu, barulah masing masing tabung ditambahkan biakan. Biakan
tersebut berasal dari mikroorganisme yang diambil dari lantai dengan
menggunakan swab lalu diencerkan dengan NaCl fisiologis. Masing masing
tabung reaksi dilakukan kontak ke tabung yang berisi media NB 10 ml. Medium
Nutrient Broth (NB) merupakan medium yang berwarna coklat yang memiliki
konsistensi yang cair dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki
kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri sama seperti medium NA.
Kontak dilakukan dengan waktu yang berbeda, yakni 1 menit, 5 menit, 10 menit,
dan 15 menit. Penggunaan waktu yang berbeda ini bertujuan untuk melihat
efektifitas desinfektan dengan membandingkan daya bunuh bahan desinfektan
terhadap waktu kontak yang dilakukan. Setelah itu, tabung tabung reaksi tersebut
diinkubasi selama 2 hari dan diamati tingkat kekeruhannya.
Berikut hasil pengamatan yang telah dilakukan setelah 2 hari inkubasi.
Peggy Bhanuwati
240219150106

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Mikroorganisme


Bahan Pengenceran Pengamatan Kekeruhan Setelah
Waktu Kontak (Menit)
1 5 10 15
1:25 - - - -
1:30 - - - -
Fenol 1:35 - - - -
1:40 - - - -
1:45 - - - -
1:50 - - - -
1:25 - + - -

Wipol

1:30 - + + -

1:35 + + + +

1:40 + + + -

1:45 + - + +

1:50 + - + +

(sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)


Berdasarkan hasil praktikum dapat terihat bahwa fenol lebih ampuh
sebagai desinfektan dibandingkan pada turunan fenol. Hal ini dibuktikan dengan
tingkat kekeruhan pada larutan yang ditambahkan fenol masih tetap bening walau
telah diinkubasi selama 2 hari. Lain halnya dengan turunan fenol yang
Peggy Bhanuwati
240219150106

menunjukkan kekeruhan pada larutannya. Hal ini tidak sesuai dengan literatur,
seharusya turunan fenol lah yang lebih efektif daripada fenol itu sendiri.
Umunya, fenol dapat memberikan efek samping seperti: (1) bakteriostatik
pada kadar 0,02% - 1%; (2) bakterisid pada kadar 0,04% sampai di atas 1,6%; (3)
bersifat fungisid pada kadar di atas 1,3%; (4) tidak bersifat sporosidal. Efek
sistemik fenol yaitu pada mukosa mulut dan mukosa lambung usus, bahan ini
bersifat korosif, dapat merangsang muntah, dan menimbulkan rasa sakit di mulut
dan perut, bila diminum dalam percobaan bunuh diri dapat menimbulkan
keracunan sistemik, depresi kardio vaskular serta kematian.
Fenol tidak efektif dalam menyerang unenvelope viruses dan spora. Tapi
penggunaan fenol tersebut telah digantikan oleh bahan disinfektan lain yang
sedikit menimbulkan iritasi dan toksik serta penghambat mikroorganisme yang
lebih baik. Disinfektan lain tersebut ialah senyawa turunan fenol tersebut, yaitu
kresol. Kresol bersifat bakterisidal yang lebih kuat dibandingkan fenol, namun
selalu digunakan dalam konsentrasi tinggi, bersifat iritatif , lebih sering dipakai
untuk disinfektan alat, serta larut dalam air. Selain itu juga, kresol bersifat racun
dan harus digunakan di bagian luar tubuh atau secara eksternal. 50% larutan
kresol dalam sayuran disebut lisol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran
sabun dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-
desinfektan yang lain.
Kekeruhan menunjukkan adanya aktivitas mikroba pada larutan. Semakin
keruh larutan yang terbentuk, maka semakin banyak bakteri yang tumbuh.
Kekeruhan diukur dengan adanya pantulan cahaya (light scattering) oleh partikel
dalam air. Prinsip dasar dari kekeruhan sebagai tanda pertumbuhan bakteri adalah
jika cahaya mengenai sel, maka sebagian cahaya diserap dan sebagian cahaya
diteruskan. Jumlah cahaya yang diserap proposional (berbanding lurus) dengan
jumlah sel bakteri atau jumlah cahaya yang diteruskan berbanding terbalik dengan
jumlah sel bakteri (Pelczar, 1986).
Namun, terdapat kesalahan saat dilakukannya praktikum ini ialah pada
sampel turunan fenol. Pada menit ke-1 menunjukkan kekeruhan mulai terjadi pada
pengenceran 1:35. Pada menit ke-5 menunjukkan kekeruhan sudah terjadi pada
pengenceran 1:25, namun menjadi bening pada pengenceran 1:45 dan 1:50. Pada
Peggy Bhanuwati
240219150106

menit ke 10 menunjukkan kekeruhan hampir pada semua pengenceran kecuali


pada pengenceran 1:25. Sedangkan pada menit ke-15 menunjukkan kekeruhan
muncul di pengenceran 1:35, 1:45, dan 1:50. Hal ini tentu tidak sesuai dengan
literatur dimana seharusnya semakin larutan tersebut encer, maka besar
kemungkinannya untuk menjadi keruh karena terdapat pertumbuhan bakteri
disana.
Faktor-faktor kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan tersebut antara
lain adalah: pada saat pengerjaan praktikum secara paralel, waktu pengerjaan yang
tidak tepat.selain itu juga disebabkan karena ketidakakuratan dalam pengambilan
bakteri dengan ose dan pengenceran desinfektan yang tidak akurat.
Digunakannya waktu yang berbeda beda pada saat kontak dengan bakteri
dikarenakan keaktifan suatu disinfektan bergantung pada lama tidaknya waktu
kontak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Volk (1993) bahwa dalam penggunaan
disinfektan keefektifannya bergantung pada waktu kontak. Reaksi-reaksi kimia
atau fisika yang akan terjadi memerlukan waktu yang cukup untuk bergabung dan
waktu yang diperlukan ini bergantung pada sifat disinfektan, konsentrasi, pH,
suhu, dan sifat organisme yang dihadapi dan perlu diperhatikan bahwa sel-sel
dalam populasi bakteri memiliki kesensitifan yang berbeda-beda terhadap
disinfektan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas desinfektan yang digunakan
untuk membunuh jasad renik adalah ukuran dan komposisi populasi jasad renik,
konsentrasi zat antimikroba, lama paparan, temperatur, dan lingkungan sekitar
(Pratiwi, 2008).
Fenol sendiri mempunyai efek antiseptik dan desinfektan. Golongan fenol
diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisid namun tidak
bersifat sporisid. Senyawa turunan fenol yang dikenal sebagai senyawa fenolik
mengandung molekul fenol yang secara kimiawi dapat diubah. Perubahan struktur
kimia tersebut bertujuan untuk mengurangi efek iritasi kulit dan meningkatkan
aktivitas antibakteri (Brewer, 2010).
Senyawa fenolik seringkali digunakan dalam campuran sabun dan
deterjen. Aktivitas antimikroba senyawa fenolik disebabkan kemampuannya
merusak lipid pada membran plasma mikroorganisme sehingga menyebabkan isi
Peggy Bhanuwati
240219150106

sel keluar. Peningkatan sifat lipofil turunan fenol akan meningkatkan aktivitas
desinfektannya. Salah satu senyawa fenolik yang paling sering digunakan adalah
kresol (Siswandono, 1995; Kahrs, 1995).
Fenol digunakan sebagai senyawa baku dalam pengujian desinfektan
karena memiliki mekanisme kerja yang luas. Fenol dapat merusak dinding sel dan
membran sel, mengkoagulasi protein, merusak ATPase, merusak sulfohidril dari
protein, dan merusak DNA sehingga efektif membunuh bakteri (Siswandono,
1995; Fazlara and Ekhtelat, 2012).
Peggy Bhanuwati
240219150106

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
1. Sampel fenol pada praktikum ini tidak menunjukan adanya kekeruhan, itu
artinya fenol efektif terhadap pertumbuhan mikroba.
2. Sampel turunan fenol (kristol) menunjukan adanya kekeruhan pada
larutan, itu artinya kristol terhadap pertumbuhan mikroba.
3. Seharusnya turunan fenol lebih efektif dibandingkan fenol itu sendiri.
6.2 Saran
Terdapat beberapa kesalahan pada praktikum sehingga hasilnya tidak
sesuai dengan literatur. Oleh karena itu, sebaiknya praktikum dilakukan dengan
sungguh sungguh dan dalam perhitungan waktu, sebaiknya setiap kelompok
secara bersama sama melakukannya agar tidak ada praktikan yang tertinggal.
Peggy Bhanuwati
240219150106

DAFTAR PUSTAKA
Brewer, C. 2010. Varations in Phenol Coefficient Determinations of Certain
hhhhDisinfectants. American Journal of Public. Health. 33(1): 261.

Dwidjoseputro, S. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan . Malang

Fazlara, A and Ekhtelat, M. 2012. The Disibfectant Effect of Benzalkonium


hhhhCloride on Some Important Foodborne Pathogens. American Eurasian
hhhhJournal of Agricultural & Environment Scientifique. 12(1): 125-126.

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi. Bandung: Yrama Widya.

Kahrs, R.F. 1995. Disinfectant, Antiseptics, Sanitizers, and Sterilizing Agents.


hhhhRevue Scientifique et Technique de LOffice International Des Epizooties.
hhhh14(1): 105-122.

Pratiwi, ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Siswandono. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press.

Volk, W. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai