240219150106
Koefisien fenol dinyatakan sebagai suatu bilangan dan dihitung dengan cara
membandingkan aktivitas suatu larutan fenol dengan pengenceran terhadap
aktivitas larutan zat kimia dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji.
Hal pertama yang dilakukan, yaitu dengan dimasukkannya 2 ml larutan
yang telah dibuat dari 2 ml wipol dan 20 ml aquades ke dalam enam tabung yang
berbeda. Setelah itu, ditambahkan akuades pada masing masing tabung dengan
jumlah yang berbeda, yaitu 3 ml pada tabung pertama, 4 ml pada tabung kedua, 5
ml pada tabung ketiga, 6 ml pada tabung keempat, 7 ml pada tabung kelima, dan 8
ml pada tabung keenam, masing masing tabung dikocok sehingga larutan jadi
merata. Kemudian dilakukan penyamaan jumlah larutan hingga masing masing
tabung reaksi berisi 5 ml dengan cara diambil jumlah larutan berlebih pada tiap
tabung. Setelah semua tabung berisi 5 ml larutan, maka setiap tabung akan
memiliki perbandingan yang berbeda, yaitu 1:25 pada tabung pertama, 1:30 pada
tabung kedua, 1:35 pada tabung ketiga, 1:40 pada tabung keempat, 1:45 pada
tabung kelima, dan 1:50 pada tabung keenam.
Setelah itu, barulah masing masing tabung ditambahkan biakan. Biakan
tersebut berasal dari mikroorganisme yang diambil dari lantai dengan
menggunakan swab lalu diencerkan dengan NaCl fisiologis. Masing masing
tabung reaksi dilakukan kontak ke tabung yang berisi media NB 10 ml. Medium
Nutrient Broth (NB) merupakan medium yang berwarna coklat yang memiliki
konsistensi yang cair dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki
kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri sama seperti medium NA.
Kontak dilakukan dengan waktu yang berbeda, yakni 1 menit, 5 menit, 10 menit,
dan 15 menit. Penggunaan waktu yang berbeda ini bertujuan untuk melihat
efektifitas desinfektan dengan membandingkan daya bunuh bahan desinfektan
terhadap waktu kontak yang dilakukan. Setelah itu, tabung tabung reaksi tersebut
diinkubasi selama 2 hari dan diamati tingkat kekeruhannya.
Berikut hasil pengamatan yang telah dilakukan setelah 2 hari inkubasi.
Peggy Bhanuwati
240219150106
Wipol
1:30 - + + -
1:35 + + + +
1:40 + + + -
1:45 + - + +
1:50 + - + +
menunjukkan kekeruhan pada larutannya. Hal ini tidak sesuai dengan literatur,
seharusya turunan fenol lah yang lebih efektif daripada fenol itu sendiri.
Umunya, fenol dapat memberikan efek samping seperti: (1) bakteriostatik
pada kadar 0,02% - 1%; (2) bakterisid pada kadar 0,04% sampai di atas 1,6%; (3)
bersifat fungisid pada kadar di atas 1,3%; (4) tidak bersifat sporosidal. Efek
sistemik fenol yaitu pada mukosa mulut dan mukosa lambung usus, bahan ini
bersifat korosif, dapat merangsang muntah, dan menimbulkan rasa sakit di mulut
dan perut, bila diminum dalam percobaan bunuh diri dapat menimbulkan
keracunan sistemik, depresi kardio vaskular serta kematian.
Fenol tidak efektif dalam menyerang unenvelope viruses dan spora. Tapi
penggunaan fenol tersebut telah digantikan oleh bahan disinfektan lain yang
sedikit menimbulkan iritasi dan toksik serta penghambat mikroorganisme yang
lebih baik. Disinfektan lain tersebut ialah senyawa turunan fenol tersebut, yaitu
kresol. Kresol bersifat bakterisidal yang lebih kuat dibandingkan fenol, namun
selalu digunakan dalam konsentrasi tinggi, bersifat iritatif , lebih sering dipakai
untuk disinfektan alat, serta larut dalam air. Selain itu juga, kresol bersifat racun
dan harus digunakan di bagian luar tubuh atau secara eksternal. 50% larutan
kresol dalam sayuran disebut lisol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran
sabun dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-
desinfektan yang lain.
Kekeruhan menunjukkan adanya aktivitas mikroba pada larutan. Semakin
keruh larutan yang terbentuk, maka semakin banyak bakteri yang tumbuh.
Kekeruhan diukur dengan adanya pantulan cahaya (light scattering) oleh partikel
dalam air. Prinsip dasar dari kekeruhan sebagai tanda pertumbuhan bakteri adalah
jika cahaya mengenai sel, maka sebagian cahaya diserap dan sebagian cahaya
diteruskan. Jumlah cahaya yang diserap proposional (berbanding lurus) dengan
jumlah sel bakteri atau jumlah cahaya yang diteruskan berbanding terbalik dengan
jumlah sel bakteri (Pelczar, 1986).
Namun, terdapat kesalahan saat dilakukannya praktikum ini ialah pada
sampel turunan fenol. Pada menit ke-1 menunjukkan kekeruhan mulai terjadi pada
pengenceran 1:35. Pada menit ke-5 menunjukkan kekeruhan sudah terjadi pada
pengenceran 1:25, namun menjadi bening pada pengenceran 1:45 dan 1:50. Pada
Peggy Bhanuwati
240219150106
sel keluar. Peningkatan sifat lipofil turunan fenol akan meningkatkan aktivitas
desinfektannya. Salah satu senyawa fenolik yang paling sering digunakan adalah
kresol (Siswandono, 1995; Kahrs, 1995).
Fenol digunakan sebagai senyawa baku dalam pengujian desinfektan
karena memiliki mekanisme kerja yang luas. Fenol dapat merusak dinding sel dan
membran sel, mengkoagulasi protein, merusak ATPase, merusak sulfohidril dari
protein, dan merusak DNA sehingga efektif membunuh bakteri (Siswandono,
1995; Fazlara and Ekhtelat, 2012).
Peggy Bhanuwati
240219150106
DAFTAR PUSTAKA
Brewer, C. 2010. Varations in Phenol Coefficient Determinations of Certain
hhhhDisinfectants. American Journal of Public. Health. 33(1): 261.