AIRWAY MANAGEMENT
Saat difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat
inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbondioksida
akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran gas
tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara alveoli
dan kapiler paru.
Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit untuk setiap perbedaan
tekanan sebesar 1 mmHg disebut dengan kapasitas difusi. Kapasitas difusi oksigen dalam
keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit. Saat aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini juga
meningkat karena jumlah kapiler aktif meningkat disertai Dilatasi kapiler yang menyebabkan
luas permukaan membran difusi meningkat. Kapasitas difusi karbondioksida saat istirahat
adalah 400 450 ml/menit. Saat bekerja meningkat menjadi 1200 1500 ml/menit.
Difusi dipengaruhi oleh :
Back blow
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau
berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang
garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)
5. Apa indikasi kontra untuk triple airway maneuver
Apabila terjadi cidera servikal atau curiga terjadinya cidera servikal maka cukup dilakukan
jaw thrust saja.
6. Jelaskan cara membersihkan benda asing di jalan nafas secara manual
Dengan menggunakan teknik finger sweep (sapuan jari) atau teknik mengambil secara
langsung benda asing yang terlihat.
7. Jelaskan cara memberikan bantuan nafas dengan sungkup muka
Siapkan sungkup muka yang telah terpasang ambu bag (dapat langsung disambungkan ke
sumber oksigen jika ada)
Pasien diletakkan pada posisi supinasi
Lakukan triple airway maneuver (pada pasien tanpa kontraindikasi dilakukan triple airway
maneuver), kemudian pasangkan sungkup muka tersebut dengan posisi yang benar.
Berikan tekanan pada ambubag untuk memberikan udara pernafasan pada pasien dengan
volume sesuai perkiran volume tidal paru dan dengan laju 10-12kali per menit
Perkiran volume tidal paru 6-8 ml/kgBB
8. Jelaskan bagaimana cara-cara memberikan terapi oksigen
Pemberian terapi oksigen harus disesuaikan dengan indikasi, kebutuhan oksigen, dan cara
pemberiannya.
Berikut adalah beberapa alat yang umum digunakan untuk terapi oksigen :
11. Jelaskan macam-macam pengelolaan jalan nafas pada kondisi yang darurat
Secara manual tanpa alat : Triple airway maneuver
Dengan alat bantu sederhana : oropharyngeal atau nasopharyngeal tube
Dengan alat yang lebih advance : ETT, LMA, Combitube
Kontraindikasi:
Indikasi :
a. Sebagai pengganti untuk oral nasogastrik,bila ini tidak efektif, tidak memungkinkan dan
berbahaya. TPN digunakan dalam kondisi sebagai berikut: Kronik vomiting, Cancer,
radiotherapy atau chemoteraphy Stroke, Anorexia nervosa
b. Sebagai supplemen untuk pasien yang kehilangan banyak nitrogen ( pasien dengan luka
bakar,kanker metastatic,radiasi dan chemoteraphy.
c. Mengistirahatkan gastrointestinal : Gastrointestinal fistula, Extensive inflammatory bowel
disease, Intestinal resection, Intestinal obstruction , multiple gastro intestinal surgery,
gastro intestinal trauma, intolerance enteral feeding yang berat
d. Gangguan absorpsi makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia intestinal, kolitis
infektiosa, obstruksi usus halus
e. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreatitis berat, status preoperatif
dengan malnutrisi berat, angina intestinal, stenosis arteri mesenterika, diare berulang.
f. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan, pseudo-obstruksi dan
skleroderma.
g. Kondisi dimana jalur enteral tidak dimungkinkan seperti pada gangguan makan, muntah
terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis gravidarum.
Kontraindikasi :
Gastrointestinal fungsional
Kondisi katabolik yang dapat menggunakan GI dlm 5-7 hari
Gizi baik yang dapat diberikan diet oral atau enteral dalam waktu 7 10 hari
Lama terapi < 5 hari
Pemberian nutrisi yang agresif tidak dibutuhkan
Prognosis pasien tidak dapat dijamin dengan pemberian nutrisi yang agresif
Anoreksia atau tidak mampu mencerna cukup makanan secara oral . 22.
Prosedur :
1. Persiapan alat.
2. Memberitahukan pasien tentang tujuan daripada pengambilan darah arteri yang akan di
pungsi.
3. Memilih arteri yang akan di pungsi.
4. Menyiapkan posisi pasien :
a. Arteri Radialisi :
- Pasien tidur semi fowler dan tangan diluruskan.
- Meraba arteri kalau perlu tangan boleh diganjal atau ditinggikan.
- Arteri harus benar-benar teraba untuk memastikan lokalisasinya.
b. Arteri Dorsalis Pedis.
- Pasien boleh flat/fowler.
c. Arteri Brachialis
- Posisi pasien semi fowler, tangan di hyperekstensikan/diganjal dengan siku.
d. Arteri Femoralis.
- Posisi pasien flat.
5. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
6. Raba kembali arteri untuk memastikan adanya pulsasi daerah yang akan ditusuk
sesudah dibersihkan dengan kapas bethadine secara sirkuler. Setelah 30 detik kita ulangi
dengan kapas alkohol dan tunggu hingga kering.
7. Bila perlu obat anethesi lokal gunakan spuit 1 cc yang sudah diisi dengan obat
(adrenalin 1 %), kemudian suntikan 0,2-0,3 cc intracutan dan sebelum obat dimasukkan
terlebih dahulu aspirasi untuk mencegah masuknya obat ke dalam pembuluh darah.
8. Lokalisasi arteri yang sudah dibersihkan difiksasi oleh tangan kiri dengan cara kulit
diregangkan dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah sehingga arteri yang akan
ditusuk berada di antara 2 jari tersebut.
9. Spuit yang sudah di heparinisasi pegang seperti memegang pensil dengan tangan kanan,
jarum ditusukkan ke dalam arteri yang sudah di fiksasi tadi.
- Pada arteri radialis posisi jarum 45 derajat.
- Pada arteri brachialis posisi jarum 60 derajat.
- Pada arteri femoralis posisi jarum 90 derajat.
Sehingga arteri ditusuk, tekanan arteri akan mendorong penghisap spuit sehingga darah
dengan mudah akan mengisi spuit, tetapi kadang-kadang darah tidak langsung keluar.
Kalau terpaksa dapat menghisapnya secara perlahan-lahan untuk mencegah hemolisis.
Bila tusukan tidak berhasil jarum jangan langsung dicabut, tarik perlahan-lahan sampai
ada dibawah kulit kemudian tusukan boleh diulangi lagi kearah denyutan.
10. Sesudah darah diperoleh sebanyak 2 cc jarum kita cabut dan usahakan posisi
pemompa spuit tetap untuk mencegah terhisapnya udara kedalam spuit dan segera
gelembung udara dikeluarkan dari spuit.
11. Ujung jarum segera ditutup dengan gabus / karet.
12. Bekas tusukan pungsi arteri tekan dengan kapas alkohol campur dengan bethadine.
- Pada arteri radialis dan dorsalis pedis selama 5 menit.
- Pada arteri brachialis selama 7 10 menit.
- Pada arteri femoralis selama 10 menit.
- Jika pasien mendapat antikoagulan tekan selama 15 menit.
13. Lokalisasi tusukan tutup dengan kassa + bethadine steril.
14. Memberi etiket laboratorium dan mencantumkan nama pasien, ruangan, tanggal, dan
jam pengambilan, suhu, dan jenis pemeriksaan.
15. Bila pengiriman/pemeriksaannya jauh, darah dimasukkan kantong plastik yang diisi es
supaya pemeriksaan tidak berpengaruh oleh suhu udara luar.
16. Kembali mencuci tangan setelah selesai melakukan tindakan.