Salah satu agenda reformasi 1998 adalah reformasi hukum yang mana mencakup perubahan terhadap pasal-
pasal dalam UUD 1945. Dalam sidang MPR 1999 seluruh anggota dan pimpinan MPR sepakat
mengamandemen UUD 1945 dengan catatan:
1. Amandemen tidak mengubah bentu negara Kesatuan RI
2. Tidak mengubah pembukaan UUD 1945
3. Tetap mempertahankan sistem presidensial
4. Amandemen dilakukan secara adidum
5. Penjelasan UUS 1945 yang bernilai positif ditarik ke dalam batang tubuh.
Amandemen pertama
Amandemen pertama dilakukan pada tanggal 19 oktober 1999. Secara garis besar amandemen ini ditujukan
untuk mengurangi kewenangan presiden dan lebih memberdayakan peran DPR sebagai lembaga eksekutif.
Yang diamanademen pada kali ini adalah pasal 5, pasal7, pasal9, pasal13, pasal14, pasal15, pasal17, pasal20
dan pasal 21.
Amandemen Kedua
Amandemen ini dilakukan 18 Agustus 2000. Secara garis besar perubahan mengenai pemerintah daerah,
wilayah negara, DPR, warga negara dan penduduk, hak azasi manusia, pertahanan dan keamanan negara,
dan lambang negara serta lagu kebangsaan. Yang diamanademen antara lain pasal 18 A-B, pasal 19, pasal
20, pasal 22, pasal 25, pasal 26, pasal 27, pasal 28 A-J, pasal 30 dan pasal 36 A-C.
Amandemen Ketiga
Ditetapkan pada 9 november 2001. Secara garis besar amandemen meliputi:
1. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan menurut UUD (pasal 1 ayat 2)
2. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal1 ayat 3)
3. Tugas MPR mengubah dan menetapkan undang-undang (pasal2 ayat1)
4. MPR melantik presiden dan wakil presiden (pasal3 ayat 2)
Amandemen Keempat
Dilakukan dalam sidang umum MPR bulan agustus 2002, meliputi hal-hal berikut:
1. Pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung (pasal6; pasal8)
2. Pengangkatan DPD (pasal22)
3. Pendidikan nasional (pasal31)
4. Kebudayaan nasional (paal32)
5. Perekonomian nasioanl (pasal33)
6. Kesejahteraan sosial (pasal34)
Secara garis besar, UUD 1945 yang telah mengalami amandemen mulai dari yang pertama hingga keempat
yaitu:
1. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan diatur menurut undang-undang (pasal1)
2. MPR merupakan lembaga bikameral yang terdiri atas DPR dan DPD (pasal2)
3. Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat (pasal 6A)
4. Presiden memegang jabatan selama 5tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa
jabatan (pasal7)
5. Pencantuman Hak Asazi Manusia (pasal 28 A-J)
6. Penghapusan DPA sebagai lembaga tinggi negara, sebagai gantinya presiden dapat membentuk dewan
pertimbangan (pasal 16)
7. Presiden bukan mendataris MPR, dengan demikian MPR tidak lagi menyusun GBHN
8. Pembentukan mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Yudisial (KY) (Pasal 24B dan 24C)
9. Anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN (pasal31)
10. Negara kesatuan tidak boleh diubah (pasal37)
11. Penegasan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi keadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
(pasal 33)
Sistem Pemerintahan Era Reformasi
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia pada masa reformasi adalah sebagai berikut.
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara terbagi dalam
beberapa provinsi.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial.
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden
dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun. Untuk masa jabatan 2004-2009,
presiden dan wakil presiden akan dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan
Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan
kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan dibawahnya.
Tata Hukum Era Reformasi
Pada era reformasi diadakan tata urutan terhadap peraturan perundang-undangan sebanyak dua kali,
yaitu :
Menurut TAP MPR III Tahun 2000:
1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU
4. PERPU
5. PP
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah
Menurut UU No. 10 Tahun 2004:
1. UUD 1945
2. UU/PERPU
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah
Berikut adalah tata hokum yang ada di Inonesia:
a) Hukum perdata
Hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukumdan hubungan antara subyek
hukum.
b) Hukum pidana
hukum yg mengatur hubungan antara negara dengan warga negaranya.
c) Hukum tata negara
Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara lain dasar pendirian, struktur
kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara, hubungan hukum (hak dan kewajiban) antar
lembaga negara, wilayah dan warga negara.
d) Hukum tata usaha (administrasi) negara
Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan administrasi negara. Yaitu
hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam menjalankan tugasnya .
e) Hukum acara perdata
Hukum acara perdata Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beracara (berperkara di
badan peradilan) dalam lingkup hukum perdata.
f) Hukum acara pidana
Hukum acara pidana adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beracara (berperkara di badan
peradilan) dalam lingkup hukum pidana.
g) Hukum antar tata hokum
Hukum antar tata hukum adalah hukum yang mengatur hubungan antara dua golongan atau lebih yang
tunduk pada ketentuan hukum yang berbeda.
h) Hukum adat di Indonesia
Hukum adat adalah seperangkat norma dan aturan adat yang berlaku di suatu wilayah.
Fungsi dan Kedudukan Pancasila:
1. Pancasila Sebagai Dasar Negara bangsa Indonesia
Dasar negara merupakan fundamen atau Alas yang dijadikan pijakan serta dapat memberi kekuatan kepada berdirinya
suatu negara. Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu alas atau landasan yaitu Pancasila. Pancasila pada
fungsinya sebagai dasar negara, adalah sumber kaidah hukum yang mengatur Bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya
seluruh unsur-unsurnya yakni rakyat, pemerintah dan wilayah. Pancasila pada posisi seperti inilah yang merupakan
dasar pijakan penyelenggaraan negara serta seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Pancasila merupakan kristalisasi pengalaman hidup dalam sejarah bangsa indonesia yang telah membentuk watak,
sikap, prilaku, etika dan tata nilai norma yang telah melahirkan pandangan hidup. Pandangan hidup sendiri adalah
suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian dari nilai-nilai luhur. Pandangan
hidup berguna sebagai pedoman / tuntunan untuk mengatur hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan
Tuhan dan hubungan manusia dengan lingkungan.
3. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia
Ideoligi berasal dari kata Idea yang berarti konsep, gagasan, pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu
jadi Ideologi dapat diartikan adalah Ilmu pengertian-pengertian dasar. Dengan demikian Pancasila sebagai Ideologi
Bangsa dimana pada hakikatnya adalah suatu hasil perenungan atau pemikiran Bangsa Indonesia. Pancasila di angkat
atau di ambil dari nilai-nilai adat istiadat yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia, dengan kata
lain pancasila merupakan bahan yang di angkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia.
4. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat indonesia, hal tersebut melalui penjabaran instrumental
sebagai acuan hidup yang merupakan cita-cita yang ingin digapai serta sesuai dengan jiwa Indonesia serta karena
pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya Indonesia. Menurut Von Savigny bahwa setiap bangsa punya jiwanya
masing-masing yang disebut Volkgeist, artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa. Pancasila sebagai jiwa Bangsa lahir
bersamaan dengan adanya Bangsa Indonesia yaitu pada jaman dahulu kala pada masa kejayaan nasional.
5. Pancasila merupakan Sumber dari segala sumber tertib hukum
Poin ini dapat diartikan bahwa segala peraturan perundang-undangan / hukum yang berlaku dan dijalankan di
Indonesia harus bersumber dari Pancasila atau tidak bertentangan (kontra) dengan Pancasila. Karena segala kehidupan
negara indonesia berdasarkan pancasila.
6. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
Pancasila sebagai kepribadian bangsa karena Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia dan
merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah lakunya sehingga dapat membedakan
dengan bangsa lain. dan Pancasila Merupakan wujud peran dalam mencerminkan adanya kepribadian Negara
Indonesia yang bisa mem bedakan dengan bangsa lain, yaitu amal perbuatan, tingkah laku dan sikap mental bangsa
Indonesia.
7. Pancasila sebagai Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia
Dalan Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang menjadikan pancasila sebagai patokan atau
landasan pemersatu bangsa. dimana tujuan akhirnya yaitu untuk mencapai masyarakat adil, makmur yang merata baik
materiil maupun spiritual yang berdasarkan Pancasila.
8. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
Karena saat berdirinya bangsa indonesia, Pancasila merupakan perjanjian luhur yang telah disepakati oleh para pendiri
bangsa untuk dilaksanakan, di lestarikan dan di pelihara. Artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai
dasar negara tanggal 18-Agustus-1945 pada sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia), PPKI ini
merupakan wakil-wakil dari seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur (Pancasila) tersebut.
9. Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa Indonesia
Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk mempersatukan Bangsa Indonesia. Karena Pancasila merupakan
palsafah hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang oleh Bangsa
Indonesia diyakini paling benar, bijaksana, adil dan tepat bagi Bangsa Indonesia guna mempersatukan Rakyat
Indonesia.
10. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional memiliki konsekuensi bahwa di dalam segala aspek
pembangunan nasional wajib berlandasakan pada hakikat nilai nilai dari sila sila yang ada pada pancasila.
3. Yang dimaksud dengan Presiden adalah : kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
Tugas Presiden adalah menjalankan pemerintahannya sesuai dg UUD dan UU. Adalah tugas Presiden juga untuk
memastikan apakah jajaran pemerintahannya temasuk kepolisian dan kejaksaan telah patuh kepada UUD dan UU itu.
Fungsi Presiden :
Presiden sebagai Kepala Negara dikarenakan Presiden memegang kekuasan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut danAngkatan Udara,
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
Negara lain., menyatakan keadaan bahaya, Presiden mengangkat Duta dan Konsul, Presiden menerima Duta negara
lain, Presiden memberi grasi, amnesti,abolisi dan rehabilitasi, memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda
kehormatan.
Keterangan :
Lihat Pasal-pasal: 10, 11, 12, 13, 14, 15 UUD RI Tahun 1945)
Fungsi Pertimbangan
Tugas dan wewenang:
o Memberikan pertimbangan kepada DPR
Bidang Terkait:
o RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
o RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
o Pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan
Fungsi Pengawasan
Tugas dan wewenang:
o Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan menyampaikan hasil pengawasannya kepada
DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti
o Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan BPK
Bidang Terkait:
o Otonomi daerah
o Hubungan pusat dan daerah
o Pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah
o Pengelolaan sumberdaya alam serta sumberdaya ekonomi lainnya
o Perimbangan keuangan pusat dan daerah
o Pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)
o Pajak, pendidikan, dan agama
2. Fungsi Pengawasan
a. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan
dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar
dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim
dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor
14 Tahun 1970).
- Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah
Agung Nomor 14 Tahun 1985).
3. Fungsi Mengatur
a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan
apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap
untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal
27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
b. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara
yang sudah diatur Undang-undang.
4. Fungsi Nasehat
a. Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada
Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung
memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35
Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara
RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada
Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan pertimbangan
hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaannya.
b. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan disemua
lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung).
5. Fungsi Administratif
a. Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara)
sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan
finansial sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1)
Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
b. Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan
Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
6. Fungsi Lain-lain
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan
kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14
Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.
B. Terbentuknya PPKI
Jepang semakin sering menelan kekalahan dalam Perang Asia Timur Raya, sehingga Komando Tentara Jepang wilayah
Selatan pada saat itu mengadakan rapat dan memutuskan bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan pada tanggal 7
September 1945.
Keadaan Jepang semakin kritis karena kota Hirosima dan Nagasaki dibom atom oleh Amerika Serikat pada tanggal 6
Agustus 1945. Menghadap situasi krisis ini, pada tanggal 7 Agustus 1945, Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan
Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI dibentuk untuk melanjutkan tugas BPUPKI
dalam mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia.
PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan dibantu oleh Drs. Moh. Hatta sebagai wakilnya. Anggota PPKI sendiri berjumlah 21
orang yang terdiri dari perwakilan beberapa daerah di Indonesia. Adapun perwakilan-perwakilan tersebut diantaranya
adalah:
Jawa 12 perwakilan.
Sumatera 3 perwakilan.
Sulawesi 2 perwakilan.
Kalimantan 1 perwakilan.
Sunda Kecil 1 perwakilan.
Maluku 1 perwakilan.
Golongan penduduk Cina 1 perwakilan.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Rajiman Widyodiningrat dipanggil oleh Jendral Terauchi,
pimpinan Angkatan Perang Jepang yang berkedudukan di Saigon, untuk peresmian PPKI. Pertemuan tersebut
menegaskan bahwa Pemerintah Kekaisaran Jepang memutuskan untuk menyerahkan kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia.
Keanggotaan PPKI
PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno, dengan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua. Anggotanya sendiri berjumlah
21 orang yang merupakan tokoh utama pergerakan nasional Indonesia. Anggota PPKI terdiri dari berbagai
etnis Nusantara, meliputi 12 orang etnis Jawa, 3 orang etnis Sumatera, 2 orang etnis Sulawesi, 1 orang etnis
Kalimantan, 1 orang etnis Nusa Tenggara, 1 orang etnis Maluku, dan 1 orang etnis Tionghoa.
Yang termasuk anggota PPKI antara lain: Mr. Soepomo, Dr. Radjiman Wedyodiningrat, R. P. Soeroso,
Soetardjo Kartohadikoesoemo, Kiai Abdoel Wachid Hasjim, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandardinata,
Abdoel Kadir, Pangeran Soerjohamidjojo, Pangeran Poerbojo, Dr. Mohammad Amir, Mr. Abdul Maghfar,
Mr. Teuku Mohammad Hasan, Dr. GSSJ Ratulangi, Andi Pangerang, A.H. Hamidan, I Goesti Ketoet Poedja,
Mr. Johannes Latuharhary, Drs. Yap Tjwan Bing. Kemudian, tanpa sepengetahuan pemerintah Jepang,
anggota PPKI bertambah lagi 6 orang, yaitu: Achmad Soebardjo, Sajoeti Melik, Ki Hadjar Dewantara, R.A.
A. Wiranatakoesoema, Kasman Singodimedjo, Iwa Koesoemasoemantri.
Pada akhirnya, Jendral Terauchi memberikan keputusan bahwa pemerintah Jepang akan memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945
Peristiwa Rengasdengklok
PPKI semula berencana mengadakan sidang pada 16 Agustus 1945, tetapi tidak dapat terlaksana karena
terjadi peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa Rengasdengklok ini berhubungan dengan menyerahnya Jepang
kepada sekutu (15 Agustus 1945) sehinggga golongan muda mendesak agar segera mempersiapkan
kemerdekaan. Golongan pemuda yang termasuk di dalamnya Soekarni, Adam Malik, Kusnaini, Sutan
Sjahrir, Soedarsono, Soepomo, dan kawan-kawan mendesak Ir. Soekarno agar segera mengumandangkan
proklamasi. Namun sebaliknya, golongan tua menolak dengan alasan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
harus dipersiapkan secara matang.
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan golongan muda, dalam hal ini
dilakukan oleh Adam Malik dan Chaerul Saleh terhadap Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Pada pukul 04.30
WIB, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk didesak menyegerakan
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka mendesak sampai tercapai kesepakatan antara
golongan tua yang diwakili Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda
mengenai waktu pelaksanaan proklamasi.
Pembacaan Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta semula
direncanakan akan dilakukan pada hari Kamis, 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie
Siong. Naskah teks proklamasi sudah dibuat dan bendera merah putih juga sudah dikibarkan para pejuang
Rengasdengklok pada hari sebelumnya, Rabu tanggal 15 Agustus, karena mereka telah berpikir keesokan
harinya Indonesia akan merdeka.
Kunto dan Achmad Soebardjo yang tidak mendapat kabar dari Jakarta, memutuskan ke Rangasdengklok
untuk menjemput Ir. Soekarno dan Moh. Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di
Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, 17 Agustus 1945 dilakukan upacara pembacaan proklamasi dengan teks proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor
Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler
Sidang PPKI
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI melakukan persidangan di bekas Gedung Road van Indie di Jalan
Pejambon.
Pada akhirnya permusyawarahan itu berhasil membujuk pihak tokoh-tokoh golongan Islam agar bersedia
menghapuskan tujuh kata sila pertama Pancasila yang tertuang dalam Piagam Jakarta atau Jakarta Charter
dan menggantinya.
Setelah itu, Drs. Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang PPKI melakukan pembacaan tentang
empat perubahan hasil kesepakatan dan kompromi atas perbedaan pendapat para golongan tersebut.
Hasil sidang tersebut adalah:
1. Kata Muqaddimah yang merupakan kata bahasa Arab pada preambule Undang-Undang
Dasar diganti dengan kata Pembukaan.
2. Pada Pembukaan alenia keempat, berbunyi Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti menjadi Ketuhanan yang Maha Esa. Ini sekaligus
mengganti sila pertama Pancasila.
3. Pada Pembukaan alenia keempat, kalimat Menurut Kemanusiaan yang Adil dan Beradab diganti
menjadi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Ini sekaligus mengganti sila kedua Pancasila.
4. Pasal 6 Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama
Islam diganti menjadi Presiden adalah orang Indonesia asli.
Sidang pertama PPKI menyepakati hasil antara lain:
1. Melakukan pengesahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Setelah sebelumnya terjadi sedikit
perubahan di dalamnya.
2. Memilih, menetapkan, dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia. Keputusan
akhirnya ditetapkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
3. Untuk sementara waktu, presiden dibantu oleh komite bernama KNIP (Komite Nasional Indonesia
Pusat) sebelum DPR dan MPR dibentuk.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, diadakan sidang kedua PPKI. Hasil sidang kedua tersebut menghasilkan:
1. Membentuk kabinet yang terdiri atas 12 Kementrian dan 4 Mentri Negara.
2. Membentuk Pemerintah Daerah, yang tiap-tiap daerah dipimpin oleh seorang Gubernur.
Proklamasi Kemerdekaan RI dibacakan di jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta pada hari Jumat 17 Agustus 1945 atau 17
Agustus 2605 menurut tahun jepang.
2. 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan oleh Amerika serikat dikota Hirosima (Sumber : E-book Sejarah Indonesia )
3. 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan dikota Nagasaki
4. 7 Agustus 1945 Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau nama lain Doskuritsu
Junbi Cosakai Berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) Doskuritsu Junbi Inkai
5. UUD 1945 di Amandemen 4 Kali
- 19 Oktober 1999
- 18 Agustus 2000
- 9 November 2001
- 11 Agustus 2002
6. Dasar Hukum Pembentukan MK adalah UU No 24 Tahun 2003
7. Menurut pasal UUD 1945 Amandemen MPR tidak lagimelakukan sepenuhnya kedaulatan rakyat karena kedaulatan
berada di tangan rakyat
8. Pokok-pokok pikiran dalam UUD 1945
- Persatuan
- Keadilan
- Kedaulatan rakyat
- Ketuhanan dankemanusiaan
9. Hak-hak DPR :
- Interpelasi
- Hak angket
- Hak budget
- Hak menyatakan pendapat
10. Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang isinya mengolah SDA dan kesejahteraan masyarakat
11. Pasala 31 ayat 1 : Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan
12. Pasal 31 ayat 2 : Setiap warga wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya
13. Menurut pasal 24 ayat 1 UUD 1945 kekuasaan kehakiman dilakukan oleh mahkamah agung dan lain-lain badan
kehakiman
14. 4 pokok pikiran yang merupakan pancaran dari sila-sila pancasila terdapatdalam pembukaan UUD 1945
15. Pada alinea ke 4 pembukaan UUD 1945 termuat asas politik negara yaitu republic yang berdaulat
16. Politik luar negeri yang bebas aktif termuat dalam alinea ke 4 pembukaan UUD 1945. Selain itu juga berisi
pengakuan hak asasi atas kemerdekaan yang diwujudkan dalam satu negara hokum berdasar pancasila
17. Makna setiap alinea pembukaan UUD 1945 :
a. Alinea I
Terkandung motivasi, dasar dan pembenaran perjuangan (kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan
bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan)
b. Alinea II
Mengandung cita-cita bangsa Indonesia (Negara yang merdeka bersatu, berdaulat, adil dan makmur)
c. Alinea III
Memuat petunjuk atau tekad pelaksanaannya (menyatakan bahwa kemerdekaan atas berkat rahmat Allah yang maha
kuasa)
d. Alinea IV
- Merumuskan tujuan negara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan social
- Ketentuan adanya UUD, hal ini menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah negara hokum konstitusional
- Meyatakan asas politik negara Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
- Memuat rumusan kerohanian negara pancasila
18. Dalam kehidupan bernegara berdasarkan UUD 1945 kita mengenal adanyahukum dasar yang tidak tertulis yang
kedudukannya sejajar dengan UUD
19. Kemerdekaan mengeluarkan pendapat yang ditetapkan dalam pasal 28 UUD 1945 mengandung arti bahwa
kemerdekaan menyalurkan pendapat berarti menyalurkan pendapat melalui jalur yang tersedia.
20. Pengesahan UUD 1945 dilakukan oleh PPKI
21. Hak-hak anggota DPR :
a. Hak inisiatif : hak mengajukan RUU
b. Hak angket : hak menyelidiki sesuatu hal
c. Hak bertanya : hak untuk mengajukan pertanyaan secara tertulis kepada pemerintah
d. Hak interpelasi : hak bertanya / minta penjelasan atau pertanggung jawaban kepada pemerintah sesuatu hal, yang
biasanya diajukan secara lisan.
e. Hak Petisi : Hak mengajukan sesuatu (usul atau aturan ) kepada yang berwajib
22. Sampai dengan amandemen ke 4 dalam UUD 1945 telah terjadi banyak perubahan dalam pasal-pasalnya. Tetapi
dalam pasal 29 tidak terjadi perubahan karena berhubungan dengan agama
23. Pasal 29 : negara menjamin setiap warga negara untuk memeluk agama dan beribadah sesuai kepercayaanya
24. Pasal 17 ayat 2 UUD 1945 telah diamandemen selengkapnya menjadi menteri-menteri itu diangkat dan
diberhentikan oleh presiden
25. Pasal 21 ayat 1 Anggota-anggota DPR berhak mengajukan RUU Diubah menjadi Anggota-anggota DPR berhak
mengajukan usul RUU.
26. Pada tanggal 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950 Indonesia pernah menerapkan tatanan sistem
pemerintahan federasi dalam naungan Republik Indonesia Serikat (RIS). Dan berideologi pancasila
RIS
Konstitusi Republik Indonesia Serikat, atau lebih dikenal dengan atau Konstitusi RIS adalah konstitusi yang berlaku di
Republik Indonesia Serikat sejak tanggal 27 Desember 1949 (yakni tanggal diakuinya kedaulatan Indonesia dalam
bentuk RIS) hingga diubahnya kembali bentuk negara federal RIS menjadi negara kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus
1950.
Sejak tanggal 17 Agustus 1950, konstitusi yang berlaku di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia, atau dikenal dengan sebutan UUDS 1950.
Isi Konstitusi
Konstitusi Republik Indonesia Serikat terdiri atas mukadimah, isi dan piagam persetujuan. Isi Konsitusi Republik
Indonesia Serikat terdiri atas enam bab dan seratus sembilan puluh tujuh pasal.
Mukadimah
Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat berisi secara ringkas pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945,
yang menekankan aspek kesatuan, kedaulatan, ketuhanan dan filosofi negara (Pancasila).
Bab 1: Negara Indonesia Serikat
Bab 1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat ini terdiri atas enam bagian. Empat bagian pertama merupakan bagian
mengenai Bentuk Negara dan Kedaulatan, Daerah Negara, Lambang dan Bahasa Negara serta Kewarganegaraan dan
Penduduk Negara. Empat bagian pertama dalam bab 1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat menyatakan bahwa:
Negara Indonesia Serikat merupakan negara hukum yang berlandaskan demokrasi dan berbentuk federasi (pasal
1a), yang kedaulatannya dilaksanakan oleh Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat
(pasal 1b).
Negara Indonesia Serikat meliputi Negara Republik Indonesia berdasarkan Perjanjian Renville, Negara Indonesia
Timur, Negara Pasundan, Distrik Federal Jakarta, Negara Jawa Timur, Negara Madura dan Negara Sumatera Timur dan
Daerah-Daerah Otonom (Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan Barat (Daerah istimewa), Dajak Besar;
Daerah Bandjar, Kalimantan Tenggara, dan Kalimantan Timur) (pasal 2).
Bendera kebangsaan Republik Indonesia Serikat adalah bendera Sang Merah Putih (pasal 3 ayat 1), Lagu kebangsaan
adalah lagu "Indonesia Raya" (pasal 3, ayat 2) dan Bahasa resmi Negara Republik Indonesia Serikat adalah Bahasa
Indonesia (pasal 4).
Pemerintah menetapkan meterai dan lambang negara (pasal 3 ayat 3).
Kewarganegaraan dan pewarganegaraan (naturalisasi) serta Penduduk diatur oleh undang-undang federal (pasal 5,
ayat 1 dan 2 dan pasal 6).
Sedangkan, bagian lima dari bab 1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat mengatur mengenai Hak dan Kebebasan Dasar
Manusia (dengan kata lain Hak Asasi Manusia). Hal-hal yang diatur dalam bagian ini antara lain:
BAB XV
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN **)
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah sang merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.**
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.**)
Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-
undang.**)
ATURAN PERALIHAN
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini.****)
Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan
Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.**** )
Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala
kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.**** )
ATURAN TAMBAHAN
Pasal I
Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
untuk diambil putusan pada sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003.**** )
Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal****)