Anda di halaman 1dari 9

PLAGIARISME, PENGUTIPAN, DAN DAFTAR PUSTAKA

Melakukan tindakan plagiaris berarti menghadirkan kata- kata atau gagasan seseorang
seolah- olah milik sendiri. Tindakan plagiaris dapat dikatakan sebagai tindakan pencurian
gagasan atau kata- kata, atau pencurian pemikiran seseorang. Secara teknis, jika pemikiran
orang lain atau jika beberapa ide dari banyak sumber dijadikan sebagai tesis seorang penulis,
maka hal itu sudah dapat dianggap sebagai plagiaris dan orang yang melakukannya disebut
sebagai plagiat.
Kata plagiaris berasal dari bahasa Latin yang artinya penculik dan pencuri sastra
(Troyka, Lynn Quitman, 1990:581). Melakukan tindakan pencurian pemikiran atau gagasan
seseorang merupakan tindakan pelanggaran yang serius dan dapat dijatuhi hukuman, baik
disengaja maupun tidak. Oleh karenanya, mengetahui teknik mengutip dan hal- hal yang patut
dan layak dijadikan kutipan dapat menghindarkan seseorang dari tindakan plagiaris.

Pendokumentasian
Hal- hal yang tidak perlu dijadikan kutipan adalah sebagai berikut.
- Pengetahuan umum
Pengetahuan umum adalah pengetahuan yang sudah diketahui oleh masyarakat pada
umumnya termasuk masyarakat akademis. Contohnya, kemerdekaan Indonesia diperingati
setiap tanggal 17 Agustus. Akan tetapi, ketika seorang penulis hendak menulis tentang sejarah
kemerdekaan Indonesia dengan segala peristiwa rincinya, maka penulis itu sudah memasuki
kancah penelitian dan perlu melakukan dokumentasi data, yaitu fakta- fakta pendukung dari
berbagi sumber. Misalnya, Siapa pihak yang terlibat dalam proses kemerdekaan itu, bagaimana
pihak- pihak itu melakukan persiapan dalam peristiwa kemerdekaan itu, termasuk tanggal-
tanggal penting dan nama tempat dalam peristiwa tersebut.
- Pemikiran sendiri
Pemikiran seorang penulis didokumentasi dalam pernyataan tesis, A Thesis statement must
reflect your thinking (Troyka, 1990: 582), dan pernyataan- pernyataan lain yang mendukung
tesis. Pemikiran orang lain dalam bentuk kutipan merupakan bentuk dukungan terhadap
pemikiran pribadi penulis.

Pengutipan dan Tekniknya

Inti setiap tulisan ilmiah adalah pada isi tulisan. Tulisan ilmiah merupakan wujud
pemikiran seseorang. Akan tetapi, pemikiran seseorang itu hendaknya didukung oleh sumber-
sumber dari luar pemikiran pribadi penulis, seperti buku, artikel di jurnal ilmiah, dan

67
wawancara dengan informan atau narasumber. Pencantuman sumber- sumber pemikiran orang
lain di buku, jurnal, atau wawancara membutuhkan teknik tersendiri yang disebut dengan
mengutip. Teknik mengutip dapat dilakukan dengan cara mengutip secara langsung dan secara
tidak langsung. Adapun bentuk- bentuk pernyataan yang dikutip dapat dinyatakan dalam tiga
cara, yaitu parafrase, ringkasan, dan kuotasi.1
Parafrase adalah pernyataan tertulis dan tidak tertulis dari seseorang yang dinyatakan
kembali secara rinci oleh penulis dengan menggunakan kata- kata dan struktur kalimatnya
sendiri. Adapun Ringkasan adalah pernyataan tertulis dan tidak tertulis dari seseorang yang
ditulis dan dinyatakan ulang secara ringkas bagian- bagian pentingnya oleh penulis dengan
menggunakan kata- kata dan struktur kalimatnya sendiri, sedangkan Kuotasi adalah pernyataan
langsung dari seseorang yang dikutip seorang penulis secara persis sama, tanpa mengubah
sedikit pun pernyataan itu dan diletakkan dalam tanda kutip.
Mengutip pernyataan seseorang dalam bentuk Parafrase dan Ringkasan menggunakan
teknik mengutip secara tidak langsung, sedangkan mengutip Kuotasi berarti mengutip secara
langsung. Berikut ini adalah contoh- contoh kutipan dan tekniknya.

Contoh Cara Mengutip

Kutipan Langsung pada Teks (Kuotasi)

Contoh 1a:
Sudiyo percaya bahwa esensi dari kearifan lokal adalah rasa syukur kepada yang memberi hidup.
Adapun cara mewujudkan rasa syukur itu adalah dengan bersikap tekun, teken, dan tekan.
Tekun artinya terus bekerja, tidak putus asa, apa pun kesulitan yang ditemui. Teken itu
pegangan, artinya bekerja dengan memegang aturan yang berlaku. Tekan, artinya sampai. Kalau
tekun dan teken, akhirnya akan mendapat hasil yang diharapkan, ujarnya menjelaskan.
(Kompas, 4 Juni 2009, hlm. 16)

Contoh 2:
Jakarta dinyatakan sebagai kota dengan kualitas udara terburuk ketiga di dunia (Kompas, 28
Agustus, 2009, hlm. 25). Hal itu mengundang komentar dari Nirwono Yoga, Ketua Kelompok
Studi Arsitektur Lanskap Indonesia.
Penelitian Organisasi kesehatan Dunia itu biasanya dievaluasi antara tiga-lima tahun
sekali. Selama tiga tahun terakhir, saya tidak melihat perbaikan signifikan di Jakarta.
Tingkat polusi udara belum teratasi karena banyaknya kendaraan pribadi dan angkutan

1
Mengikuti Troyka, Lynn Quitman. (1990). Simon and Schuster Handbook for Writers. New Jersey: Prentice-
Hall. hlm. 580-601.

68
umum bobrok yang mencerminkan buruknya pelayanan pemerintah dalam hal
penyediaan transportasi publik.

Kutipan Tidak Langsung (Parafrase dan Ringkasan)

a. Parafrase (Contoh 3)

Sudiyo percaya bahwa esensi dari kearifan lokal adalah rasa syukur kepada yang memberi
hidup. Adapun cara mewujudkan rasa syukur itu adalah dengan bersikap tekun (tidak mudah putus
asa), teken (memegang aturan yang berlaku), dan tekan (sampai pada hasil yang diharapkan).
(Kompas, 4 Juni 2009, hlm. 16)

b. Ringkasan (contoh 4)
Sudiyo percaya bahwa esensi dari kearifan lokal adalah rasa syukur kepada yang memberi
hidup dengan bekerja keras dan menaati aturan. (Kompas, 4 Juni 2009, hlm. 16)

c. Parafrase (contoh 5)
Jakarta dinyatakan sebagai kota dengan kualitas udara terburuk ketiga di dunia. Hal itu
mengundang komentar dari Nirwono Yoga, Ketua Kelompok Studi Arsitektur Lanskap Indonesia.
Beliau menyatakan bahwa tingkat polusi udara di Jakarta belum teratasi karena banyaknya
kendaraan pribadi dan angkutan umum yang tidak terpelihara. Pelayanan transportasi publik oleh
pemerintah sangat buruk, sehingga memunculkan dampak buruknya kualitas udara tersebut.
(Kompas, 28 Agustus, 2009, hlm. 25)

d. Ringkasan (contoh 6)
Jakarta dinyatakan sebagai kota dengan kualitas udara terburuk ketiga di dunia. Menurut
Nirwono Yoga, Ketua Kelompok Studi Arsitektur Lanskap Indonesia tingkat polusi udara di Jakarta
belum teratasi karena pelayanan transportasi publik oleh pemerintah sangat buruk. ( Kompas, 28
Agustus, 2009, hlm. 25)

d. Ringkasan pada Catatan Kaki (contoh 7)


... Era emansipasi yang semakin maju, membuat para wanita memilih untuk hidup melajang.*)

____________________

69
*)Suryani (2007:93) menemukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan wanita, semakin terbuka
kemungkinannya untuk memilih hidup sendiri.

(Suryani, Angela Oktavia. Gambaran Sikap terhadap Hidup melajang dan Kecemasan
akan Ketidakhadiran pasangan pada Wanita Lajang Berusia di atas 30 Tahun. Manasa. Jurnal
Ilmiah Psikologi. Volume 1. No. 1. Juni 2007. Hlm. 75-95).

Ketentuan dalam Menyusun Parafrase, Ringkasan, dan Kuotasi


Di dalam membuat Parafrase, seorang penulis hanya menulisulang sumber dengan
menggunakan kata- katanya sendiri tanpa menghilangkan bagian- bagian tertentu, menafsir,
atau menduga isi sumber, dan apalagi menambahkan pemikiran penulis dalam parafrase atau
ringkasan yang dibuatnya. Semakin berbeda struktur kalimat (kata kerja aktif ke pasif atau pasif
ke aktif) dan kata yang digunakan (sinonim, penekanan) dari sumber yang dikutip, maka
semakin dekat hal itu dengan pengutipnya.
Dalam pada itu, Ringkasan sebagai bentuk kutipan yang paling singkat dapat disusun
dengan cara mencermati butir- butir penting di dalam paragraf, bab, atau bahkan sebuah
pernyataan. Setelah itu, dengan menggunakan kata- kata dan struktur kalimat pribadi, sebuah
pernyataan disusun berdasarkan butir- butir penting yang bersangkutan menjadi sebuah
ringkasan. Bisa jadi, butir penting dapat ditemukan dalam sebuah kalimat topik, sehingga
kalimat topik itulah yang hendak diringkas dalam kalimat pribadi seorang penulis. Di dalam
meringkas, jika sinonim sebuah butir penting tidak dapat ditemukan atau menghilangkan
makna pentingnya, maka butir penting itu dapat dikutip dengan menggunakan tanda kutip.
Bentuk kutipan ketiga, yaitu Kuotasi yang merupakan bentuk kutipan langsung dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu kutipan yang kurang dari atau sama dengan empat baris dan
kutipan yang lebih dari empat baris. Kuotasi yang kurang dari atau sama dengan empat baris
penyusunannya diintegrasikan dalam bacaan dengan mencantumkan tanda petik (lihat contoh 1
di atas), sedangkan Kuotasi yang lebih dari empat baris ditulis terpisah dari bacaan utama
dengan spasi rapat, Rata Kiri masuk kira- kira satu kali Tab, dengan sumber rujukan dinyatakan
dalam teks utama. Kuotasi yang dipandang terlalu panjang dan hendak dihilangkan bagian yang
dianggap kurang penting, dapat digunakan elipsis, yaitu berupa titik berjumlah tiga, seperti
contoh berikut.

Contoh 9a (Asli)
Sulaiman (1988:65) menyatakan bahwa pembuatan batik dapat dilakukan dengan
beberapa teknik dan hal itulah yang membedakan batik yang satu dan yang lain. Seperti
yang dinyatakannya dalam bukunya yang berjudul Batik sebagai Warisan Dunia berikut
ini.

70
Jenis batik dapat dibedakan karena teknik pembuatannya, yaitu
a. Batik Tulis, yaitu kain yang dihias dengan tekstur serta corak batik menggunakan
tangan. Pembuatannya memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
b. Batik Cap, yaitu kain yang dihias dengan teksture dengan corak batik yang
dibentuk dengancap. Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang
lebih 2-3 hari.
c. Batik Lukis, yaitu proses atau cara pembuatan batik dengan metode langsung
melukis pada kain putih

Contoh 9b (Elipsis)

Sulaiman (1988:65) menyatakan bahwa pembuatan batik dapat dilakukan dengan


beberapa teknik dan hal itulah yang membedakan batik yang satu dan yang lain dalam
bukunya, Batik sebagai Warisan Dunia. Batik Tulis adalah kain yang dihias corak batik
dengan menggunakan tangan; Batik Cap merupakan kain dengan tekstur dan corak batik
dengan alat cap; dan Batik Lukis, yaitu proses atau cara pembuatan batik dengan metode
langsung melukis pada kain putih.

Footnotes dan Endnotes


Informasi tentang dokumentasi yang digunakan dalam penulisan akademik dapat diletakkan
di bagian bawah halaman (footnotes/catatan kaki) atau di halaman terpisah sesudah sebuah
bagian tulisan (bab) berakhir (endnotes). Isi informasi tetap sama.
Endnotes secara teknis lebih mudah dari pada footnotes, tetapi hal itu bergantung pada
permintaan pembimbing, selera penulis, atau konvensi lembaga. Sifat khas footnotes dan
endnotes adalah bahwa isinya merupakan tambahan informasi yang jika dicantumkan di bagian
teks utama akan mengganggu kelancaran jalan pikiran yang dinyatakan dalam teks. Bentuk-
bentuk catatan kaki antara lain sumber-sumber tertulis, ucapan seseorang, definisi suatu istilah,
dan lain-lain selama masih terkait dengan masalah yang sedang dibahas oleh penulis.

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka atau biasa disebut bibliografi (bibliography) adalah daftar buku, artikel dari
majalah, tulisan di jurnal, atau jenis terbitan lain yang menjadi bahan acuan suatu tulisan ilmiah.
Semua jenis tulisan yang tercantum dalam daftar pustaka hendaknya merupakan bahan yang
dijadikan kutipan atau sumber rujukan yang menegaskan gagasan penulis sebuah tulisan ilmiah.

Beberapa kriteria pemilihan sumber pustaka. (Panduan Penulisan laporan Kerja Praktik dan
Tugas Akhir. 2008. Prodi Teknik Informatika dan Sistem Informatika, UKDW)

71
- Buku yang diterbitkan oleh penerbit yang telah memiliki reputasi baik
- Tulisan dalam jurnal atau risalah seminar baik nasiopnal maupun internasional
bernomor ISSN dan ISBN.
- Sumber belum lebih dari 7-8 tahun atau bersifat aktual.
- Jika berupa sumber elektronik, maka sumber tersebut haruslah memiliki nama
pengarang yang sesuai dengan bidang ilmu yang dikuasainya, muncul dalam sebuah
portal, muncul dalam jurnal on-line (sistem peer-review).

Dalam menyusun daftar pustaka, terdapat dua cara yang dikenal di dunia ilmiah, yaitu sistem MLA
dan APA. Berikut adalah perbedaan penulisannya.

Perbedaan Utama Penulisan Daftar Pustaka berdasarkan Konvensi MLA (Modern


Language Asscociation) dan APA (American Psychological Asscociation)

72
MLA APA
FORMAT Baris kedua dan seterusnya masuk 5 Baris kedua dan seterusnya masuk 3
(lima) spasi/ketuk (tiga) spasi/ketuk

NAMA Nama pertama ditulis lengkap, Semua nama kecil baik pertama,
PENGARANG selanjutnya (jika ada) dituliskan kedua, dan seterusnya (jika ada)
inisialnya. dituliskan inisialnya.

PENGARANG > 1 Urutan penyebutan nama pertama Semua nama dibalik urutannya.
disebut sesudah nama keluarga
(dipisahkan dengan tanda koma (,)),
selanjutnya nama-nama ditulis sesuai
urutan regular.

Penyebutan nama kedua atau ketiga Penyebutan nama kedua atau ketiga
menggunakan kata dan menggunakan lambang & (ampersand)

TAHUN Dituliskan di akhir penerbitan Dituliskan sesudah penyebutan nama


PENERBITAN pengarang, dipisahkan dengan tanda
titik (.)

JUDUL Diawali dengan huruf besar kecuali kata Hanya kata pertama, kata benda
depan tertentu, dan

KUOTASI (Tanda Digunakan dalam penyebutan judul Tidak digunakan tanda Kuotasi
Petik) karya pendek (bukan judul buku)

BUNGA RAMPAI Judul tulisan dengan tanda petik, Judul tulisan dengan tanda petik
dipisahkan dengan tanda titik diikuti ditambah dengan kata dalam diikuti
judul buku, kemudian titik. judul buku, kemudian titik.

PENERBIT Kebanyakan disingkat asal jelas (Gadjah Ditulis lengkap (Gadjah Mada
Mada UP; Prentice) University Press; Prentice Hall)

NOMOR HLM. Nomor halaman 1-99 ditulis lengkap. Ditulis lengkap


Jika berupa kelanjutan, hanya ditulis dua
digit di belakang: 103-08, kecuali 103-
201.

HLM. YG TDK URUT Jika menyebutkan sumber dengan Jika menyebutkan sumber dengan
halaman yang tidak urut, hanya halaman yang tidak urut, semua
disebutkan nomor halaman pertama nomor halaman ditulis. Contoh 32, 42-
ditambah dengan tanda plus (+), contoh 45, 48-50.
32+ 73
CONTOH Solomon, J. The Sign of Our Solomon, J. (1988). The Sign of Our
Time. Los Angeles: J. P.Tarcher. 1988. Time. Los Angeles: J. P.Tarcher.
Latihan: Susunlah buku, jurnal, dan majalah berikut menjadi sebuah daftar pustaka yang sesuai
dengan sistem yang dianggap dikuasai.

Pustaka yang diacu:


Troyka, Lynn Quitman, (1990). Handbook for Writers. New Jersey: Prentice-Hall

74
&&&

75

Anda mungkin juga menyukai