Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling

dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan

pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita

harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode

yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan

dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk

memperoleh kontrasepsi.

Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan

Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu

pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan

dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan

dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi

pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan

Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/

masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan.

Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya ibu

mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap,

akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya

mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien.

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 1


Mengikuti Kegiatan KB Pria
Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan

keluarga berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya membebaskan wanita dari rasa khawatir

terhadap terjadinya kehamilan yang tidak di inginkan, terjadinya gangguan fisik atau psikologik

akibat tindakan abortus yang tidak aman, serta tuntutan perkembangan social terhadap peningkatan

status perempuan masyarakat, sehingga perlunya pria untuk berpartisipasi dalam ber-KB.

Rendahnya tingkat partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh

banyak faktor seperti pendidikan, umur, sosial budaya, agama. Ekonomi, geografi serta

pangatahuan pria PUS terhadap kontrasepsi. Menurut WHO (2010), kesetaraan dan keadilan

gender dalam keluarga berencana telah menjadi salah satu strategi utama dalam pelaksanaan

program KB didunia. Dengan di adopsinya MDGs sebagai tujuan pembangunan global, maka

masalah kesetaraan dan keadilan gender memperoleh prioritas yang lebih tinggi. Adapun

pencapaian MOP di dunia 3,4%, Negara maju 5,3%, Negara berkembang 3,0%, dan di Indonesia

0,4%.

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2011 menunjukkan partisipasi

pria untuk mengikuti KB masih rendah. Persentase tertinggi pemakaian kondom hanya mencapai

1,3 persen, sedangkan vasektomi belum pernah mencapai satu persen sejak 1991. Berdasarkan data

BKKBN Tahun 2011 pencapaian akseptor KB pria baru yang tertinggi berada di Propinsi Jawa

Tengah yaitu 29.727 akseptor (0,44%), yang terendah di Propinsi Gorontalo yaitu 607 akseptor

(0,01%), dan Sumatera Utara berada telah mencapai 0,3% (22.161 akseptor) dari total 6.799.819

akseptor KB pria baru di Indonesia (3,25%). Padahal, perkiraan permintaan masyarakat (PPM)

nasional yang ditargetkan, partisipasi pria dalam ber-KB adalah 4,5% dari seluruh akseptor.

Secara umum penerapan program KB dimasyarakat dalam menggunakan alat kontrasepsi

dapat dikatakan telah berhasil, akan tetapi dalam pelaksanaannya ditemukan kendala dalam

mewujudkan keluarga kecil sejahterah melalui program KB. Permasalah utama dalam

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 2


Mengikuti Kegiatan KB Pria
penyelenggaraan program KB terjadi pada partisipasi masyarakat khususnya partisipasi dari pria.

Partisipasi pria diperlukan dalam penerapan program KB khususnya dalam penggunaan alat

kontrasepsi, hal ini dikarenakan pria sebagai anggota dalam keluarga juga merupakan actor KB.

Dengan kata lain orang yang ikut berperan dalam KB, sehingga keberhasilan program KB tidak

hanya ditentukan oleh wanita tetapi juga oleh pria sebagai anggota dalam sebuah keluarga yang

berkewajiban untuk mewujudkan keluarga kecil sejahterah, rendahnya partisipasi pria dalam ber-

KB ini disebabkan oleh alasan alasan tertentu, Oleh karena itu penelitian ini menitikberatkan

pada mendeskripsikan mengapa partisipasi pria dalam ber-KB rendah dengan kata lain faktor yang

mempengaruhi rendahnya partisipasi pria dalam implementasi program KB.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan mengapa partisipasi pria di Indonesia sangat

rendah. Alasan mengapa angka partisipasi pria di Indonesia sangat kecil menurut Soemarji

dikarenakan keterbatasan pengetahuan suami tentang kesehatan reproduksi serta paradigma yang

berkaitan dengan budaya patriarki yang masih dianut di Indonesia dimana peran pria lebih besar

daripada wanita. Selain itu, sudah tercipta mindset dimasyarakat bahwa penggunaan alat

kontrasepsi itu adalah urusan wanita. Untuk itu penting adanya kesetaraan gender dalam

mendukung keberhasilan jalannya program KB.

Melihat dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya kesertaan pria dalam

ber KB, oleh karena itu kami tertarik untuk membuat makalah yang berjudul Kurangnya

Partisipasi Pria dalam Ber-KB

2. RUMUSAN MASALAH

Dari masalah tersebut diatas dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat partisipasi pria dalam melakukan program KB khususnya penggunaan alat

kontrasepsi?

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 3


Mengikuti Kegiatan KB Pria
2. Bagaimana cara untuk meningkatkan partisipasi pria dalam melakukan program KB

khususnya penggunaan alat kontrasepsi?

3. TUJUAN MAKALAH

Dengan adanya masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai pada makalah ini adalah,

1. Mengetahui tingkat partisipasi pria dalam melakukan program KB khususnya penggunaan alat

kontrasepsi.

2. Mendeskripsikan cara untuk menaikan tingkat partisipasi pria dalam melakukan program KB

khususnya penggunaan alat kontrasepsi.

3. Mendeskripsikan faktor faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi pria dalam

melakukan program KB khususnya penggunaan alat kontrasepsi.

4. METODE PENGUMPULAN DATA

a. Wawancara

Dalam memperoleh data dan informasi kami menggunakan model wawancara langsung

kepada responden. Wawancara adalah tehnik yang paling banyak di gunakan untuk menilai

kompetensi berbicara seseorang dalam sesuatu bahasa.

b. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan tidak hanya mengukur sikap

dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai

fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Observasi langsung kami lakukan terhadap klien dan

keluarganya di daerah kabupaten Lebong.

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 4


Mengikuti Kegiatan KB Pria
BAB II

ISI

2.1 KELUARGA BERENCANA

Pada awalnya program ini diperkenalkan sebagai upaya menjarangkan kelahiran, untuk

mensejahterakan ibu dan anak, dan untuk mengobati kemandulan. Dalam upaya memperkenalkan

keluarga berencana di Indonesia, para pelopor keluarga berencana mengaitkan dengan kesehatan.

Melihat tingginya angka kematian ibu dan bayi serta penderitaan yang dialami oleh ibu ibu yang

sering melahirkan, nasihat pembatasan kehamilan diberikan pada ibu ibu yang tergolong dalam

kelompok (high risk group) bila melahirkan.

Dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) NO.IV/MPR/1978 Agar

pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat dapat terlaksana dengan cepat,

harus dibarengi dengan pengaturan pertumbuhan jumlah penduduk melalui program keluarga

berencana, yang mutlak harus dilaksanakan dengan berhasil, karena kegagalan pelaksanaan

keluarga berencana akan mengakibatkan hasil usaha pembangunan menjadi tidak berarti dan

dapat membahayakan generasi yang akan datang.

Tujuan dibentuknya program keluarga berencana ini bahwa, mewujudkan keluarga kecil

bahagia dan sejahtera yang merupakan sumber daya manusia dengan mengendalikan kelahiran

dalam rangka menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk di Indonesia.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka penggarapan program nasional keluarga berencana

diarahkan pada dua sasaran:

1. Langsung : Pasangan usia subur didorong secara bertahap untuk menjadi peserta keluarga

berencana.

2. Tidak Langsung : orang, tokoh masyarakat, instansi, dan swasta memberikan dukungan

terhadap proses pembentukan system nilai di kalangan masyarakat.

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 5


Mengikuti Kegiatan KB Pria
Agar tujuan tersebut tercapai maka program keluarga berencana harus mulai dilakukan oleh

masyarakat yang sadar akan manfaat dari melakukan program keluarga berencana. Karena jika

penggunaan KB dilakukan dengan kesadaran penuh dari masyarakat maka hal hal berikut dapat

dicegah sehingga dapat mengurangi resiko berikut ini:

a. Kehamilan terlalu dini

Perempuan yang sudah hamil tatkala umurnya belum mencapai 17 tahun sangat terancam

oleh kematian sewaktu persalinan. Karena tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh, belum cukup

matang dan siap untuk dilewati oleh bayi. Lagipula, bayinya pun dihadang oleh risiko kematian

sebelum usianya mencapai 1 tahun.

a. Kehamilan terlalu telat

Perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan terancam

banyak bahaya. Khususnya bila ia mempunyai problema-problema kesehatan lain, atau sudah

terlalu sering hamil dan melahirkan.

b. Kehamilan-kehamilan terlalu berdesakan jaraknya

Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh perempuan. Kalau

ia belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak sempat memulihkan

kebugaran, dan berbagai masalah bahkan juga bahaya kematian, menghadang.

c. Terlalu sering hamil dan melahirkan

Perempuan yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian akibat

pendarahan hebat dan macam-macam kelainan lain, bila ia terus saja hamil dan persalin lagi.

2.2 PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA

Keterlibatan pria didefinisikan sebagai partisipasi dalam proses pengambilan keputusan

KB, pengetahuan pria tentang KB dan penggunaan kontrasepsi pria. Keterlibatan pria dalam KB

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 6


Mengikuti Kegiatan KB Pria
diwujudkan melalui perannya berupa dukungan terhadap KB dan penggunaan alat kontrasepsi

serta merencanakan jumlah keluarga. Untuk merealisasikan tujuan terciptanya Norma Keluarga

Kecil Bahagia Sejahtera.

Bentuk partisipasi pria dalam keluarga berencana dibagi menjadi dua, yaitu secara

langsung maupun tidak langsung.

a. Secara Langsung

Partisipasi pria secara langsung adalah sebagai peserta pria dengan menggunakan salah

satu cara atau metode kontrasepsi, seperti dengan menggunakan alat kontrasepsi kondom,

vasektomi, metode senggama terputus, dan metode pantang berkala / sitem kalender.

b. Tidak Langsung

Partisipasi pria secara tidak langsung adalah dengan mendukung setiap kegiatan KB dan

juga sebagai motivator sesuai dengan pengetahuan tentang KB yang dimilikinya.

Mendukung dalam ber-KB

Apabila disepakati istri yang akan ber-KB peran suami adalah mendukung dan

memberikan kebebasan kepada istri untuk menggunakan kontrasepsi atau metode KB.

Dukungan tersebut meliputi:

1. Memilih kontrasepsi yang cocok yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan dan

kondisi istrinya

2. Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar, seperti

mengingatkan saat minum pil KB, dan mengingatkan istri untuk control

3. Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi dari

pemakaian alat kontrasepsi

4. Mengantarkan istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan

5. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan tidak cocok

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 7


Mengikuti Kegiatan KB Pria
6. Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan metode pantang berkala,

7. Menggantikan pemakaian kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri tidak

memungkinkan.

Sebagai motivator

Selain sebagai peserta KB, suami juga dapat berperan sebagai motivator, yang

dapat berperan aktif memberikan motivasi kepada anggota keluarga atau saudaranya yang

sudah berkeluarga dan masyarakat disekitarnya untuk menjadi peserta KB, dengan

menggunakan salah satu kontrasepsi. Untuk memotivasi orang lain, maka seyogyanya dia

sendiri harus sudah menjadi peserta KB, karena keteladanan sangat dibutuhkan untuk

menjadi seorang motivator yang baik.

2.3 CARA KB PRIA

Dalam usaha untuk meningkatkan pemeriksaan gerakan keluarga berencana nasional

peranan pria sebenarnya sangat penting dan menentukan. Pada dasarnya alat kontrasepsi pria

digunakan untuk membantu melindungi terhadap penularan infeksi seksual , termasuk HIV.

Dengan menggunakan alat kontrasepsi merupakan satu-satunya metode yang dapat melindungi

terhadap kehamilan dan menularnya infeksi secara seksual.

Saat ini hanya terdapat dua cara pria dalam menggunakan alat kontrasepsi. Pria

menggunakan kondom atau melakukan vasektomi. Keduanya merupakan satu satunya alat

kontrasepsi yang dapat dipercaya dan relative aman untuk digunakan. Namun dalam Engelmann

et. Al dan Hargreave (1992), cara lain yang dapat digunakan selain dengan menggunakan kondom

dan vasektomi adalah dengan senggama terputus.

Adapun cara KB Pria yang banyak dikenal terdiri dari :

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 8


Mengikuti Kegiatan KB Pria
a. Kondom

Menurut sejarah kondom sudah diketahui sejak jaman Mesir Kuno dan dibuat dari kulit

atau usus binatang. Atas perintah raja Charles II Inggris, dokter Condom membuat kondom

dari kulit binatang dengan panjang 190 mm, diameter 60 mm, dan tebal 0,038 mm. Teknik dan

biaya pembuatannya cukup mahal dan keberhasilannya masih rendah sebagai alat kontrasepsi.

Dokter Fallopio dari Italia membuat kondom dari linen dengan tujuan utama untuk

menghindari infeksi hubungan seks tahun 1564. Dokter Hercule Saxonia pada tahun 1597

membuat kondom dari kulit binatang yang bila hendak dipakai direndam dulu. Kondom

terbuat dari karet dikembangkan oleh dokter Hancock pada tahun 1944 dan Goodyer 1970.

1) Pengertian

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan

diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang

pada penis saat berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk

silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau

mempunyai bentuk seperti putting susu, berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik

untuk meningkatkan efektifitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai

aksesoris aktifitas seksual. Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi pria yang paling

mudah dipakai dan diperoleh baik di apotik maupun di toko-toko obat dengan berbagai merek

dagang.

2) Fungsi Kondom

Kondom mempunyai tiga fungsi yaitu :

Sebagai alat KB

Mencegah penularan PMS termasuk HIV/AIDS

Membantu pria atau suami yang mengalami ejakulasi dini

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 9


Mengikuti Kegiatan KB Pria
3) Kelebihan Kondom

Efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar

Murah dan mudah didapat tanpa resep dokter

Praktis dan dapat dipakai sendiri

Tidak ada efek hormonal

Dapat mencegah kemungkinan penularan penyakit menular seksual (PMS) termasuk

HIV/AIDS antara suami-isteri

Mudah dibawa

4) Keterbatasan Kondom

Kadang-kadang pasangan ada yang alergi terhadap bahan karet kondom

Kondom hanya dapat dipakai satu kali

Secara psychologis kemungkinan mengganggu kenyamanan

Kondom yang kedaluarsa mudah sobek dan bocor

5) Penggunaan Kondom

Bila hubungan seksual dilakukan pada saat isteri sedang dalam masa subur

Bila isteri tidak cocok dengan semua jenis alat/metode kontrasepsi

Setelah vasektomi, kondom perlu dipakai sampai 15 kali ejakulasi

Sementara menunggu penggunaan metode/alat kontrasepsi lain

Bagi semua yang isterinya calon peserta pil KB sedang menunggu haid

Apabila lupa minum pil KB dalam jangka waktu lebih dari 36 jam

Apabila salah satu dari pasangan suami-isteri menderita penyakit menular seksual

termasuk HIV/AIDS

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 1


Mengikuti Kegiatan KB Pria 0
Dalam keadaan tidak ada kontrasepsi lain yang tersedia atau yang dipakai pasangan

suami-isteri

Sementara menunggu pencabutan implant/susuk KB/alat kontrasepsi bawah kulit,

bila batas waktu pemakaian implant sudah habis

6) Efektivitas Kondom

Kondom efektif sebagai kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar

Angka kegagalan teoritis 3%, praktis 5-20%

Sangat efektif jika digunakan pada waktu isteri dalam periode menyusui, akan lebih

efektif

b. Vasektomi

Operasi pria yang dikenal dengan nama vasektomi merupakan operasi ringan, murah,

aman, dan mempunyai arti demografis yang tinggi, artinya dengan operasi ini banyak

kelahiran yang dapat dihindari.1

1) Pengertian

Vasektomi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan untuk menghentikan kapasitas

reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi

sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.

Vasektomi merupakan tindakan penutup (pemotongan, pengikatan, penyumbatan) kedua

saluran mani pria/suami sebelah kanan dan kiri; sehingga pada waktu bersanggama, sel mani

tidak dapat keluar membuahi sel telur yang mengakibatkan tidak terjadi kehamilan. Tindakan

yangdilakukan adalah lebih ringan dari pada sunat atau khinatan pada pria, dan pada umumnya

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 1


Mengikuti Kegiatan KB Pria 1
dilakukan sekitar 15-45 menit, dengan cara mengikat dan memotong saluran mani yang

terdapat di dalam kantong buah zakar.

2) Peserta Vasektomi

a. Suami dari pasangan usia subur yang dengan sukarela mau melakukan vasektomi

serta sebelumnya telah mendapat konseling tentang vasektomi.

b. Mendapat persetujuan dari isteri :

Jumlah anak yang ideal, sehat jasmani dan rohani

Umur isteri sekurang-kurangnya 25 tahun

Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya

Menandatangani formulir persetujuan (informedconsent).

3) Kelebihan

Efektivitas tinggi untuk melindungi kehamilan

Tidak ada kematian dan angka kesakitannya rendah

Biaya lebih murah, karena membutuhkan satu kali tindakan saja

Prosedur medis dilakukan hanya sekitar 15-45 menit

Tidak mengganggu hubungan seksual

Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit jika dibandingkan dengan kontrasepsi lain

4) Keterbatasan

Masih memungkinkan terjadi komplikasi (misal perdarahan, nyeri, dan infeksi).

Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.

Harus menggunakan kondom selama 12-15 kali sanggama agar sel mani menjadi

negative

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 1


Mengikuti Kegiatan KB Pria 2
Pada orang yang mempunyai problem psikologis dalam hubungan seksual, dapat

menyebabkan keadaan semakin terganggu.

5) Vasektomi tidak dapat dilakukan apabila

Pasangan suami-isteri masih menginginkan anak lagi

Suami menderita penyakit kelainan pembekuan darah

Jika keadaan suami-isteri tidak stabil

Jika ada tanda-tanda radang pada buah zakar, hernia, kelainan akibat cacing tertentu

pada buah zakar dan kencing manis yang tidak terkontrol.

2.4 Hasil Observasi dan Wawancara

Tn. Jumadi dan Ny. Marni merupakan satu dari banyak warga yang mengikuti program

transmigrasi dari pemerintah. Mereka telah tinggal di daerah transmigrasi Kabupaten Lebong sejak

tahun 1997 hingga sekarang. Sehari-harinya Tn. J adalah marbot masjid Al Jihad Muhammadiyah

Lebong, sedangkan istrinya adalah ibu rumah tangga. Selama menikah, mereka telah dikaruniai 9

orang anak, dengan jarak lahir masing-masing anak sekitar 2-3 tahun ( data terlampir). Ibu

bukannya tidak ingin ber-Kb, beliau sudah mencoba mengikuti berbagai macam jenis KB yang

disarankan oleh pemerintah, namun karena riwayat Hipertensi-nya lah (200/140 mmHg), maka KB

nya selalu gagal, dan tidak berani menggunakan IUD. Sedangkan suami sendiri tidak ingin ber-

KB, karena beliau tidak pernah mendapatkan informasi mengenai KB pria dan memiliki keyakinan

di agamanya dilarang ber-KB.

Kami berusaha memberikan pengertian kepada ibu tersebut bahwa di usia 35 tahun keatas

jika masih memiliki anak, maka ibu akan memiliki resiko yang besar, seperti perdarahan, kelahiran

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 1


Mengikuti Kegiatan KB Pria 3
premature, BBLR, cacat dan kelainan kromosom, diabetes gestasional dan gangguan kesehatan

lain pada ibu.

Kepada suami, kami menjelaskan bahwa, jika ibu kembali hamil lagi, maka resiko

perdarahan dapat terjadi, karena hamil pada usia diatas 35 tahun dapat meningkatkan resiko

keguguran karena sel telur yang dihasilkan kemungkinan sudah menurun kualitasnya. Sehingga

dapat menyebabkan janin tidak dapat berkembang secara sempurna. Hal ini pada akhirnya akan

dapat menimbulkan keguguran, dimana sang janin akan mengalami kematian dan sang ibu akan

mengalami perdarahan.

Kami juga menjelaskan pandangan Hukum Islam tentang Keluarga Berencana, secara

prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera

yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at

Islam yaitu mewujudkan kemaslahatan bagi umatnya. Selain itu, KB juga memiliki sejumlah

manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB

yang dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi

kebolehan KB dalam Islam.

Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB) yang

dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan

kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk

kepentingan (maslahat) keluarga. MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga telah mengeluarkan fatwa

serupa dalam Musyawarah Nasional Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan

tahun 1983. Betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa ulama yang membolehkan KB dalam

arti tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode

kontrasepsi yang akan digunakan untuk ber-KB.

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 1


Mengikuti Kegiatan KB Pria 4
Keluarga berencana menjadi persoalan yang polemik karena ada beberapa ulama yang

menyatakan bahwa keluarga berencana dilarang tetapi ada juga ayat al-quran yang mendukung

program keluarga berencana. Dalam al-quran dicantumkan beberapa ayat yang berkaitan dengan

keluarga berencana, diantaranya :

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan

dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.

Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang benar.(Qs.An-Nisa : 9 )

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;

ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya

dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-

Kulah kembalimu.(Qs.Lukman : 14)

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri

akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat

baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu

berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat

kerusakan.(Qs.Al-Qashash: 77)

Ayat-ayat al-quran diatas menunjukan bahwa islam mendukung adanya keluarga berencana

karena dalam QS. An-Nissa ayat 9 dinyatakan bahwa hendaklah takut kepada Allah orang-orang

yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Anak lemah yang
Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 1
Mengikuti Kegiatan KB Pria 5
dimaksud adalah generasi penerus yang lemah agama , ilmu , pengetahuan sehingga KB menjadi

upaya agar mewujudkan keluarga yang sakinah.

Pada intinya Keluarga berencana dalam pandangan islam diperbolehkan apabila dilakukan

dengan cara yang sesuai syariat islam, dilakukan dalam konteks pengaturan keturunan bukan

pembatasan keturunan dan dilakukan apabila dalam kondisi yang darurat yang dapat mengancam

keselamatan masyarakat itu sendiri.

Setelah mendengarkan penjelasan dari kami, Tn. J dan Ny. M ingin melakukan KB.

Dikarenakan ibu dan suami tidak mau menggunakan KB hormonal, jadi kami menyarankan ibu

dan suami untuk ber-KB secara alami seperti KB kalender atau kondom. Ibu dan suami memahami

apa yang kami jelaskan dan ibu mengatakan akan mencoba KB seperti yang disarankan.

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 1


Mengikuti Kegiatan KB Pria 6
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dewasa ini pencangan program KB setelah berakhirnya masa pemerintahan Soeharto,

terdapat pergeseran makna pelaksanaan keluarga berencana yang pada masa pemerintahan

Soeharto pelaksanaan KB berpusat kepada partisipasi wanita, kini mulai diarahkan kepada

menaikan partisipasi pria dalam melaksanakan KB. Pergeseran makna pelaksanaan KB ini terkait

dengan wacana kesetaraan gender yang diusung oleh Indonesia dari World Bank dalam rangka

pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Peningkatan partisipasi pria

dalam Program KB dan Kesehatan Reproduksi adalah langkah yang tepat dalam upaya mendorong

kesetaraan gender dan menyuksekan pencapaian pembangunan Milenium (MDGs) 2015. Akses

informasi dan akses pelayanan KB pria menjadi terbatas karena minimnya kualitas pelayanan yang

belum sesuai harapan, terbatasnya pilihan cara dan metode KB pria yakni kondom dan MOP,

serta rendahnya dukungan politis dan sosial budaya sebagai alasan mengapa partisipasi pria dalam

penggunaan alat kontrasepsi masih rendah.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam penggunaan alat

kontrasepsi, yaitu : faktor sosial dan individu, nilai anak dan keinginan memilikinya, permintaan

KB, faktor intermediate lain (umur menarchea, umur kawin, mati haid, postpartum infecundability,

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 1


Mengikuti Kegiatan KB Pria 7
fecundabilitas, anak lahir mati, aborsi sengaja). Program pembangunan, faktor persediaan KB,

output pelayanan (akses, kualitas pelayanan, image), pemanfaatan pelayanan.

Kurangnya pengetahuan KB pada pria membuat Tn. J dan Ny. M memiliki 9 orang anak

dengan jarak kelahiran 2-3 tahun. Ibu tidak dapat mengikuti KB karena riwayat hipertensi.

Sedangkan suami kurang mengetahui tentang KB pria serta memiliki keyakinan tidak boleh berKB

dalam agamanya. Namun setelah melakukan wawancara dan sedikit memberikan informasi tentang

KB pria dan bahaya kehamilan, ibu dan suami memutuskan untuk melakukan ingin mencoba KB

kalender ataupun kondom.

3.2 SARAN

Dari hasil makalah yang kami buat, kami sadar masih banyak terdapat banyak kekurangan.

Untuk para pembaca tentunya kami membutuhkan saran dan kritik yang membangun untuk kami,

yang berikutnya akan membuat kami lebih baik.

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 1


Mengikuti Kegiatan KB Pria 8
DAFTAR PUSTAKA

Asy syarawi, M.M., 1995. Anda Bertanya Islam Menjawab Jilid 1-5. Gema Insani Press.Jakarta

http://www.stikesyarsi.ac.id/index.php/artikel-islam/102-pandangan-hukum-islam-tentang-keluarga-

berencana-.html

Manggiasih, Bunga.2011.Penduduk Indonesia Masukk Peringkat 4 Dunia. Diakses dari:

http://www.tempo.co/read/news/2011/07/14/173346495/Penduduk-Indonesia-Masuk-

Peringkat-4-Dunia.

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencanauntuk Pendidikan

Bidan. EGC. Jakarta.

Silviana, Septinia Eka, dkk. 2012. Partisipasi Masyarakat dalam Pemerintahan Daerah. Diakses

dari : http://shintahappyyustiari.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/KELOMPOK-2.docx.

Sukardi, S.Pd, 2011. Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana. Diakses dari:

http://sulbar.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=112&ContentTypeId=0x01003DC

ABABC04B7084595DA364423DE7897. Artikel BKKBN

Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 1


Mengikuti Kegiatan KB Pria 9
LAMPIRAN

Nara Sumber Makalah

Nama : Bapak Jumadi dan Ibu Marni Maryam

Umur : 45 tahun dan 40 tahun

Alamat : Desa Trans Pelabai, Kecamatan Pelabai, Kabupaten Lebong

Pekerjaan : Marbot Masjid dan Ibu rumah tangga

No Nama Anak Umur Tempat Tinggal


1 Adiansyah 21 Tahun Orang Tua
2 Muhlisin 18 Tahun Panti Asuhan Al Jihad Lebong
3 Ahmad Ridwan Hanafi 16 Tahun Sekolah (Penjaga sekolah)
4 Ahmad Faisal Safari 14 Tahun Panti Asuhan Qurrota Ayun Lebong
5 Siti Humairah Amriana 12 Tahun Panti Asuhan Qurrota Ayun Lebong
6 Rido Ihsan 9 Tahun Nenek
7 Siti Anisa Darmawati 7 Tahun Orang tua
8 Ahmad Kayo Mulyo 6 Tahun Orang tua
9 Ahmad Dahlan Nur Jaya 2 Bulan Orang tua

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 2


Mengikuti Kegiatan KB Pria 0
a. Ibu Marni beserta anak ke 8 dan 9
b. Anak ke 7 dan ke 8

Character Building | Pembangunan Karakter Pria (Tn. J) Dalam 2


Mengikuti Kegiatan KB Pria 1

Anda mungkin juga menyukai