Anda di halaman 1dari 7

Perbandingan Pertanian Organik dengan Pertanian Konvensional

dari Sisi Ekonomi Berkelanjutan

(Disampaikan sebagai Tugas Mata Kuliah Pertanian Organik)

Oleh

NI NYOMAN ALIT PURWANINGSIH

(1590861004)

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
I. Pendahuluan
Sektor pertanian merupakan bagian integral dari sistem pembangunan nasional
dirasakan akan semakin penting dan strategis. Hal tersebut dikarenakan sektor pertanian
tidak terlepas dan sejalan dengan arah perubahan dan dinamika lingkup nasional maupun
internasional (Departemen Pertanian, 2010).
Dalam satu abad terakhir jumlah penduduk dunia telah meningkat secara
eksponensial dan diperkirakan mencapai angka 8,3 miliar menjelang tahun 2025. Dengan
semakin bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan lahan untuk pemukiman dan aktifitas
industri meningkat, sehingga memaksa manusia berusaha tani pada lahan yang marginal.
Guna memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk dunia yang diproyeksikan terus
meningkat ini, produksi rata-rata tanaman serealia harus meningkat setidaknya 80 persen
hingga tahun 2025 (Zulkarnaen, 2009).
Di lain pihak, hampir seluruh lahan pertanian di dunia telah menurun secara drastis
secara kualitas ekosistem dikarenakan oleh sistem pertanian terdahulu yang disebut
dengan sistem pertanian tradisional dan Revolusi Hijau atau sistem pertanian
konvensional. Diperlukan suatu strategi pertanian khusus untuk bisa tetap bertahan agraris
yakni pertanian berkelanjutan.
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi 3 fungsi dasar
pembangunan pertanian berkelanjutan. Fungsi tersebut adalah fungsi sosial, fungsi
ekonomi, dan fungsi ekologi. Fungsi tersebut direpresentasikan dengan sistem pertanian
yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem
pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi
kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan
tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada
pelaksanaan pertanian.
Thrupp (1996) menjelaskan pertanian berkelanjutan sebagai praktek-praktek
pertanian yang secara ekologi layak, secara ekonomi menguntungkan, dan secara sosial
dapat dipertanggungjawabkan. Achmad-Suryana (2005) menghubungkan ketiga pilar
tersebut menjadi sebuah diagram Segitiga Pilar Pertanian Berkelanjutan, seperti yang
terdapat dalam Gambar 1.
Gambar 1. Segitiga Pilar Pertanian Berkelanjutan
Sumber: Achmad-Suryana (2005)
Salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan adalah input minimal (low input).
Penggunaan input minimal dalam pendekatan berkelanjutan pada sistem pertanian
digunakan dengan alasan bahwa pertanian itu sendiri memiliki kapasitas internal yang
besar untuk melakukan regenerasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya internal
(Departemen Pertanian, 2010).
Pertanian berkelanjutan secara ekonomi dimaksudkan sebagai pembangunan yang
mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinyu untuk memelihara keberlanjutan
pemerintahan dan menghindari ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi
pertanian dan industri (Fauzi, 2004). Hal tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan
pengelolaan tanah dan rotasi tanaman dengan tetap menjaga kualitas tanah dan
ketersediaan air sehingga peningkatan produksi pertanian dapat terus dipertahankan hingga
jangka panjang. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pertanian berkelanjutan,
diperlukan perbedaan fungsi dan contoh dari setiap sistem pertanian, baik sistem
pertanian organik, maupun sistem pertanian konvensional.

II. Perbandingan Pertanian Organik dengan Pertanian Konvensional dari Sisi


Ekonomi Berkelanjutan
Keberlanjutan secara ekonomi dimaksudkan sebagai pembangunan yang mampu
menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan
pemerintahan dan menghindari ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi
pertanian dan industri (Fauzi, 2004). Pertanian berkelanjutan dapat dilakukan melalui
peningkatan pengelolaan tanah dan rotasi tanaman dengan tetap menjaga kualitas tanah
dan ketersediaan air sehingga peningkatan produksi pertanian dapat terus dipertahankan
hingga jangka panjang.
Tabel berikut menyajikan secara garis besar perbedaan antara pertanian organik dengan
pertanian konvensional/modern dari sisi ekonomi berkelanjutan:
No. Pertanian Organik Pertanian Konvensional
1. Ketahanan pangan jangka panjang Ketahanan pangan jangka pendek dan
berkelanjutan dan kemandirian. ketergantungan pada import.
2 Keuntungan yang maksimal bukan Keuntungan yang maksimal adalah
tujuan utama.
segalanya dengan cara-cara yang instan.
3 Input dari luar rendah dan Input dari luar tinggi sehingga ongkos
produksi menjadi mahal.
meminimalkan ongkos produksi dengan
memanfaatkan sampah dan bahan yang
sudah tersedia di alam.
4 Pada umumnya tidak membutuhkan Membutuhkan investasi modal yang besar
investasi modal yang besar untuk produksi dan pengembangan teknologi
5 Biaya upah tenaga kerja lebih tinggi Biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga
karena dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja relatif rendah karena hanya dibutuhkan
kerja sedikit tenaga kerja
6 Penggunaan bahan bakar fosil dalam Ketergantungan yang tinggi pada
proses produksi relatif lebih rendah penggunaan bahan bakar untuk sumber
karena minim penggunaan mesin energi pada produksi pertanian, produksi
pertanian, tidak memproduksi pupuk pupuk, pengepakan, transportasi, dan
kimiawi, dan dalam pemasarannya pun pemasaran
lebih menekankan pada pemasaran
secara langsung dan bersifat lokal (areal
pertanian dekat dengan konsumen
sehingga jalur distribusi lebih pendek
dibandingkan dengan sistem pertanian
konvensional)

Pada dasarnya kedua sistem pertanian ini menggunakan teknik sama, namun yang
membedakan adalah penggunaan bahan untuk membantu proses pertumbuhan dan hasil
tanaman. Apabila dengan sistem organik bahan-bahan yang digunakan relatif aman karena
berbahan dasar dari alam sedangkan sistem konvensional lebih cenderung menggunakan
bahan-bahan kimia untuk mempercepat proses panen tanaman. Ketahanan pangan, sistem
organik akan stabil menjaga ketahanan pangan nasional daripada metode pertanian secara
konvensional yang tinggi diawal namun semakin lama ketahanan pangan akan menurun.
Berbagai penelitian mengenai pertanian berkelanjutan telah banyak dilakukan,
diantaranya menunjukkan bukti bahwa pertanian organik mampu meningkatkan
produktivitas lebih tinggi daripada pertanian konvensional. Studi terhadap 286 proyek
pertanian organik di 57 negara berkembang di Afrika, Asia dan Amerika antara tahun 1999
dan 2000 menunjukkan terjadinya kenaikan hasil rata-rata hingga 79%. Proyek-proyek
tersebut menerapkan teknik penggunaan air yang lebih efisien, peningkatan jumlah bahan
organik dalam tanah serta pemerangkapan karbon, dan pengendalian hama, gulma dan
penyakit tanaman dengan teknik pengelolaan hama terpadu. Pada tahun tersebut, tercatat
12,6 juta petani telah mengadopsi praktek pertanian organik dengan luas areal pertanian
berkisar 37 juta hektar atau setara dengan 3% dari luas lahan yang dapat ditanami di
Afrika, Asia dan Amerika Latin (Rukmana, 2012).
Studi yang dilakukan Rodale Institute pada tahun 2011 menunjukkan keunggulan
pertanian organik, yang merupakan contoh dari pertanian berkelanjutan, dibandingkan
dengan pertanian konvensional. Rodale Institute menemukan fakta bahwa pertanian
organik tiga kali lebih menguntungkan dibandingkan dengan pertanian konvensional. Data
selama periode 2008-2010 menunjukkan keuntungan yang diperoleh pertanian organik
mencapai $ 1.395/hektar setiap tahunnya, sementara pertanian konvensional hanya
memperoleh $ 475/hektar/tahun. Iowa State University juga melakukan kajian yang serupa
dan mengungkap keuntungan yang diperoleh pertanian organik untuk setiap tahunnya
mencapai $ 500/hektar lebih besar dari pertanian konvensional. Hal ini disebabkan
rendahnya biaya produksi pertanian organik karena tidak memerlukan biaya untuk
pembelian pestisida dan pupuk sintetis dengan harga yang cukup mahal, serta harga
tanaman organik yang relatif lebih tinggi di pasaran (Maquito, 2012).
Penerapan pertanian konvensional pada tahap-tahap permulaan mampu
meningkatkan produktivitas pertanian dan pangan secara nyata, namun kemudian efisiensi
produksi semakin menurun karena pengaruh umpan balik berbagai dampak samping yang
merugikan. Bila kita terapkan prinsip ekonomi lingkungan dengan menginternalisasikan
biaya lingkungan dalam perhitungan neraca ekonomi suatu usaha dan program
pembangunan pertanian maka yang diperoleh pengusaha dan negara adalah kerugian besar.
Perhitungan GNP dan GDP yang dilakukan Pemerintah saat ini sebenarnya tidak realistis.
Sayangnya biaya lingkungan jarang dimasukkan sepenuhnya dalam perhitungan neraca
usaha dan pertumbuhn ekonomi nasional.

III. Penutup
Perbandingan antara pertanian organik dengan pertanian konvensional dari segi
ekonomi berkelanjutan menunjukkan bahwa pertanian organik terbukti memiliki
keunggulan. Dalam hal ketahanan pangan, sistem organik lebih stabil menjaga ketahanan
pangan nasional daripada metode pertanian secara konvensional yang hanya tinggi di awal,
namun semakin lama ketahanan pangan akan menurun. Penerapan pertanian konvensional
pada tahap-tahap permulaan mampu meningkatkan produktivitas pertanian dan pangan
secara nyata, namun kemudian efisiensi produksi semakin menurun karena pengaruh
umpan balik berbagai dampak samping yang merugikan. Bila kita terapkan prinsip
ekonomi lingkungan dengan menginternalisasikan biaya lingkungan dalam perhitungan
neraca ekonomi suatu usaha dan program pembangunan pertanian maka pengusaha dan
negara mengalami kerugian besar.

Daftar Pustaka
Anonim. 2014. Perbedaan Pertanian Organik dengan Konvensional.
http://www.revolusiilmiah.com/2014/05/7-perbedaan-pertanian-organik-yes.html
(diakses tanggal: 10 April 2016)
Aditya, R. 2014. Penerapan Pertanian Berkelanjutan untuk Menerapkan Ketahanan
Pangan. http://rucsyaditya.blogspot.co.id/2014/07/penerapan-pertanian-
berkelanjutan-untuk.html (diakses tanggal: 10 April 2016)
Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, Kota Pontianak. 2015. Bersahabat dengan
Lingkungan Melalui Pertanian Berkelanjutan.
http://pertanian.pontianakkota.go.id/artikel/29-bersahabat-dengan-lingkungan-
melalui-pertanian-berkelanjutan.html (diakses tanggal: 10 April 2016)
Handayani, S. 2013. Inovasi Teknologi dalam Bidang Pertanian untuk Mendukung
Pertanian Berkelanjutan. http://sitinuryantiii.blogspot.co.id/2013/03/inovasi-
teknologi-dalam-bidang.html (diakses tanggal: 10 April 2016)
Silvia, M. 2014. Pengertian dan Konsep Pertanian Berkelanjutan.
http://hutantani.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-dan-konsep-pertanian-
berkelanjutan.html (diakses tanggal: 10 April 2016)
Warino, J. Perbedaan Pertanian Organik dan Konvensional.
http://jokowarino.id/perbedaan-pertanian-organik-dan-konvensional/ (diakses
tanggal: 10 April 2016)

Anda mungkin juga menyukai