Oleh
(1590861004)
Pada dasarnya kedua sistem pertanian ini menggunakan teknik sama, namun yang
membedakan adalah penggunaan bahan untuk membantu proses pertumbuhan dan hasil
tanaman. Apabila dengan sistem organik bahan-bahan yang digunakan relatif aman karena
berbahan dasar dari alam sedangkan sistem konvensional lebih cenderung menggunakan
bahan-bahan kimia untuk mempercepat proses panen tanaman. Ketahanan pangan, sistem
organik akan stabil menjaga ketahanan pangan nasional daripada metode pertanian secara
konvensional yang tinggi diawal namun semakin lama ketahanan pangan akan menurun.
Berbagai penelitian mengenai pertanian berkelanjutan telah banyak dilakukan,
diantaranya menunjukkan bukti bahwa pertanian organik mampu meningkatkan
produktivitas lebih tinggi daripada pertanian konvensional. Studi terhadap 286 proyek
pertanian organik di 57 negara berkembang di Afrika, Asia dan Amerika antara tahun 1999
dan 2000 menunjukkan terjadinya kenaikan hasil rata-rata hingga 79%. Proyek-proyek
tersebut menerapkan teknik penggunaan air yang lebih efisien, peningkatan jumlah bahan
organik dalam tanah serta pemerangkapan karbon, dan pengendalian hama, gulma dan
penyakit tanaman dengan teknik pengelolaan hama terpadu. Pada tahun tersebut, tercatat
12,6 juta petani telah mengadopsi praktek pertanian organik dengan luas areal pertanian
berkisar 37 juta hektar atau setara dengan 3% dari luas lahan yang dapat ditanami di
Afrika, Asia dan Amerika Latin (Rukmana, 2012).
Studi yang dilakukan Rodale Institute pada tahun 2011 menunjukkan keunggulan
pertanian organik, yang merupakan contoh dari pertanian berkelanjutan, dibandingkan
dengan pertanian konvensional. Rodale Institute menemukan fakta bahwa pertanian
organik tiga kali lebih menguntungkan dibandingkan dengan pertanian konvensional. Data
selama periode 2008-2010 menunjukkan keuntungan yang diperoleh pertanian organik
mencapai $ 1.395/hektar setiap tahunnya, sementara pertanian konvensional hanya
memperoleh $ 475/hektar/tahun. Iowa State University juga melakukan kajian yang serupa
dan mengungkap keuntungan yang diperoleh pertanian organik untuk setiap tahunnya
mencapai $ 500/hektar lebih besar dari pertanian konvensional. Hal ini disebabkan
rendahnya biaya produksi pertanian organik karena tidak memerlukan biaya untuk
pembelian pestisida dan pupuk sintetis dengan harga yang cukup mahal, serta harga
tanaman organik yang relatif lebih tinggi di pasaran (Maquito, 2012).
Penerapan pertanian konvensional pada tahap-tahap permulaan mampu
meningkatkan produktivitas pertanian dan pangan secara nyata, namun kemudian efisiensi
produksi semakin menurun karena pengaruh umpan balik berbagai dampak samping yang
merugikan. Bila kita terapkan prinsip ekonomi lingkungan dengan menginternalisasikan
biaya lingkungan dalam perhitungan neraca ekonomi suatu usaha dan program
pembangunan pertanian maka yang diperoleh pengusaha dan negara adalah kerugian besar.
Perhitungan GNP dan GDP yang dilakukan Pemerintah saat ini sebenarnya tidak realistis.
Sayangnya biaya lingkungan jarang dimasukkan sepenuhnya dalam perhitungan neraca
usaha dan pertumbuhn ekonomi nasional.
III. Penutup
Perbandingan antara pertanian organik dengan pertanian konvensional dari segi
ekonomi berkelanjutan menunjukkan bahwa pertanian organik terbukti memiliki
keunggulan. Dalam hal ketahanan pangan, sistem organik lebih stabil menjaga ketahanan
pangan nasional daripada metode pertanian secara konvensional yang hanya tinggi di awal,
namun semakin lama ketahanan pangan akan menurun. Penerapan pertanian konvensional
pada tahap-tahap permulaan mampu meningkatkan produktivitas pertanian dan pangan
secara nyata, namun kemudian efisiensi produksi semakin menurun karena pengaruh
umpan balik berbagai dampak samping yang merugikan. Bila kita terapkan prinsip
ekonomi lingkungan dengan menginternalisasikan biaya lingkungan dalam perhitungan
neraca ekonomi suatu usaha dan program pembangunan pertanian maka pengusaha dan
negara mengalami kerugian besar.
Daftar Pustaka
Anonim. 2014. Perbedaan Pertanian Organik dengan Konvensional.
http://www.revolusiilmiah.com/2014/05/7-perbedaan-pertanian-organik-yes.html
(diakses tanggal: 10 April 2016)
Aditya, R. 2014. Penerapan Pertanian Berkelanjutan untuk Menerapkan Ketahanan
Pangan. http://rucsyaditya.blogspot.co.id/2014/07/penerapan-pertanian-
berkelanjutan-untuk.html (diakses tanggal: 10 April 2016)
Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, Kota Pontianak. 2015. Bersahabat dengan
Lingkungan Melalui Pertanian Berkelanjutan.
http://pertanian.pontianakkota.go.id/artikel/29-bersahabat-dengan-lingkungan-
melalui-pertanian-berkelanjutan.html (diakses tanggal: 10 April 2016)
Handayani, S. 2013. Inovasi Teknologi dalam Bidang Pertanian untuk Mendukung
Pertanian Berkelanjutan. http://sitinuryantiii.blogspot.co.id/2013/03/inovasi-
teknologi-dalam-bidang.html (diakses tanggal: 10 April 2016)
Silvia, M. 2014. Pengertian dan Konsep Pertanian Berkelanjutan.
http://hutantani.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-dan-konsep-pertanian-
berkelanjutan.html (diakses tanggal: 10 April 2016)
Warino, J. Perbedaan Pertanian Organik dan Konvensional.
http://jokowarino.id/perbedaan-pertanian-organik-dan-konvensional/ (diakses
tanggal: 10 April 2016)