Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan

secara bersungguh-sungguh. Binatang juga memiliki pengetahuan, namun

pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya. Hanyalah manusia yang

mempunyai kemampuan rasional, melakukan aktivitas kognitif dan mendambakan

berbagai tujuan yang berkaitan dengan ilmu.

Pengetahuan dapat dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama

yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat mengkomunikasikan

informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Sebab

kedua, adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.

Pengetahuan juga merupakan khasanah kekayaan mental yang secara

langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar untuk

dibayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya pengetahuam itu tidak

ada, Karena pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan

yang muncul dalam kehidupan.

Pengetahuan dalam dunia filsafat dikenal dengan istilah epistemology.

Epistemology dalam dunia filsafat membicarakan tentang hakikat pengetahuan,

sumber pengatahuan dan cara memperoleh pengetahuan. Untuk lebih jelasnya

akan saya bahas alam bab II


BAB II
PERSOALAN PERSOALAN INTI DALAM
TEORI PENGETAHUAN
Berbicara tentang epistemology, dengan sendirinya harus maebicarakan

tentang hakikat pengetahuan, sumber pengetahuan dan metode memperoleh

pengetahuan. Ranah pertama yang menjadi kajian pengetahuan (epistemology)

adalah apakah hakikat pengetahuan itu. Secara umum dipahami, pengetahuan

adalah semua yang diketahui. Menurut Jujun S. Suriasumantri, pengetahuan

adalah sebuah produk dari suatu proses kegiatan mental yang berupa berpikir.

Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu persatu sebagai berikut.

1. Hakikat Pengetahuan

Dalam masalah hakikat pengetahuan terdapat dua teori yang saling

melengkapi, yaitu teori idealisme dan teori realisme. Pertama, teori idelisme

merupakan sebuah teori tentang hakikat pengetahuan yang didasarkan pada

pemahaman bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah jiwa atau ide, bukan materi.

Dengan kata lain jiwa di alam semesta ini menduduki posisi sentral.

Kedua teori realisme, teori ini didasarkan pada pandangan yang

mengatakan bahwa hakikat segala sesuatu di alam ini adalah benda-benda

sendirinya yang riil (being is being) dan bukan berada di alam ide. Kedua teori ini

menimbulkan perbedaan sifat dasar pengetahuan. Karena hakikat pengetahuan

didasarkan pada sesuatu yang bersifat abstarak (ide, jiwa, spirit), maka sifat

pengetahuan dari teori idealisme adalah subyektif. Artinya pengetahuan sangat

ditentukan oleh jiwa dan ide yang ada dalam diri seseorang. Sebaliknya, teori
realisme yang didasarkan pada sesuatu yang bersifat konkrit (misalnya: air, udara,

tanah,dll), maka lebih bersifat obyektif.

2. Sumber Pengetahuan

Pembicaraan selanjutnya adalah sumber pengetahuan. Berkaitan dengan

pengetahuan, telah muncul beberapa aliran yang semuanya memiliki kelebihan

dan kekurangan. Pertama, aliran rasionalisme, yaitu aliran epstemilogy yang

berpendapat bahwa suber dari seluruh pengetahuan manusia adalah easio atau

akal. Kaum rasioanlis menggunakan metode deduktif dalam menyusun

pengetahuannya. Rasionalisme dengan pemikiran deduktifnya sering

manghasilkan kesimpulan yang benar bila ditinjau dari alu-alur logikanya, namun

ternyata sangat bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya.

Yang kedua, empirisme, yaitu aliran epistemology yang berpendapat

bahwa sumber pengetahuan adalah pengalaman pancaindra. Pengalaman disini

bersifat lahiriah (sensation) ataupun bathiniah (reflection). Berlainan dengan kaum

tasionalis maka kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan

didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang

konkrit. Gejala-gejala alamiah menurut anggapan empirs adalah bersifat konkrit

dan dapat dinyatakan lewat tanggapan pancaindra manusia. Pengetahuan secara

empiris ini ialah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk

menjadi suatu kumpulan fakta-fakta.

Disamping rasionalisma dan empirisme masih terdapat cara untuk

mendapatkan pengetahuan yang lain. Yang penting untuk kita ketahui adala intuisi

dan wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan.

Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis

selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan.

Yang terakhir adalah wahyu, yaitu pengetahuan yang disampaikan oleh

Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang diutus-

Nya sepanjang zaman. Pengrtahuan ini didasarkan pada kepercayaan akan hal-hal

yang ghaib (supranatural). Kepercayaan kepada Tuhan yang merupakan sumber

pengetahuan, kepercayaan kepada Nabi sebagai perantara dan kepercayaan kepada

wahyu sebagai cara penyampaian, merupakan dasar dari penyusunan pengetahuan

ini.

3. Metode Memperoleh Pengetahuan

Selanjutnya, manusia dalam upaya untuk memperoleh pengetahuan telah

telah menggunakan berbagai cara. Sesuai dengan perkembangan sejarah manusia,

metode yang digunakan dalam memperoleh pengetahuan mengalami gradasi yang

cukup unik.

Pertama manusia memperoleh pengetahuan dengan cara melihat,

mendengar, membau dan memegang. Setelah manusia mengindera sesuatu yang

dilanjutkan dengan mengetahui sesuatu tersebut, maka muncul metode empirisme,

karena empirisme itu sendiri berarti pengalaman. Metode kedua adalah dengan

menggunakan akal yang mampu memahami sesuatu yang lebih tinggi. Istilah-

istilah abstrak, konsep atau bahkan ide-ide sederhana sekalipun. Dan metode yang

ketiga adalah dengan menggunakan hati nurani dan alat-alat indera dalam

memperoleh pengetahuan. Jadi secara singkat dapat dikatakan, metode yang


digunakan manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah dari pengalaman

indera lahir (empirisme), akal (rasionalisme) dan rasa atau indera batin

(intuisionisme).

Bila melihat hakikat, sumber dan metode memperoleh pengetahuan di atas

secara umum, maka pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama,

pengetahuan mistik merupakan pengetahuan yang pertama muncul dalam sejarah

manusia. Pengetahuan ini memiliki obyek yang abstrak supralogis atau

metarasioanl, menggunakan paradigma mistis. Metode yang digunakan untuk

mencapai pengetahuan ini adalah dengan latihan atau meditasi. Kebenarannya

ditentukan oleh rasa atau dzauq.

Kedua pengetahuan filsafat memiliki obyek abstrak tapi logis. Paradigma

yang digunakan adalah paradigna logis, dengan menggunakan metode rasio atau

pemikiran. Adapun kebenarannya diukur dengan apakah pengetahuan tesebut

logis atau tidak logis. Dan ketiga, pengetahuan sains memiliki obyek empiris,

mengunakan paradigma positif, metode yang ahrus digunakan adalah metode

ilmiah, dan kebenarannya diukur apakah pengetahuan tersebut logis dan terbukti

secara empiris atau tidak.

Pengetahuan yang dianggap benar atau valid dapat dilihat dari tingkat

koherensi, korespondensi dan pragmatisnya. Dengan kata lain untuk menguji dan

mengukur sebuah ide filosofis itu benar atau tidak terdapat teori yang

dikembangkan para filosofis. Pertama, teori koherensi. Kebenaran pada dasarnya

adalah terwujudnya konsistensi dan keharmonisan dari seluruh pernyataan.

Pernyataan pada berbagai tingkatannya harus konsisten daan harmonis. Kedua,


teori korespondensi. Kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang fakta

dengan fakta itu sendiri. dan ketiga, teori pragmatis. Kebenaran terletak pada

beberapa fungsionalnya kebenaran tersebut dalam kehidupan praktis, artinya hal

tersebut mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia. Kriteria pragmatis

ini juga dipergunakan oleh ilmuwan dalam menetukan kebenaran ilmiah dilihat

dalam perspektif waktu.


BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa

pengetahuan dalam dunia filsafat dikenal dengan istilah epistemology, yang

membicarakan tentang hakekat pengetahuan dimana terdapat dua teori yang saling

melengkapi, yaitu teori idealisme dan teori realisme.pembicaraan selanjutnya

adalah sumber pengetahuan yang berkaitan dengan rasionalisme, empirisme,

intuisionisme dan wahyu.dan yang terakhir adala metode yang dipakai manusia

untuk memperoleh pengetahuan diantaranya dengan cara menggunakan akal

(rasionalisme), pengalaman indera lahir (empirisme) dan rasa atau indera batin

(intuisionisme).

Oleh Karen itu pengetahuan dapat dikelompokkan maenjadi tiga, yaitu

pengetahuan mistis, pengetahuan filsafat dan pengetahuan sains. Adapun untuk

mengukur apakah pengetahuan itu benar atau tidak dapat mnusia dapat

menggunakan tiga teori, yaitu teori koherensi, teori korespondensi dan teori

pragmatis.
PERSOALAN PERSOALAN INTI DALAM
TEORI PENGETAHUAN

Disusun oleh :

Ecep Guntur Alam

FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2005
DAFTAR PUSTAKA

Asmoro Achmadi, Drs. Filsafat Umum. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.


Oktober 2001.

Hardiyanto, Soegeng. Pengenalan Awal Sebuah Pemahaman.

O.F.M, A.Epping, Dr. S F, Th C, Stockum. Filsafat Ensie. Jemmars Bandung.


1983.

Suriasumantri, jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar


Harapan, Jakarta. 2003.

Anda mungkin juga menyukai