Anda di halaman 1dari 4

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1. Lokasi Penelitian
Pemeliharaan, perlakuan terhadap sapi yang diteliti, dan pengambilan sampel
feses dilakukan di Laboratorium Lahan Kering Terpadu, Universitas Nusa Cendana
dan pengamatan, identifikasi jenis telur cacing, dan pemeriksaan kuantitatif di
lakuan di Laboratorium Ilmu Penyakit Hewan Dan Kesehatan Masyarakat
Veteriner (Bagian Parasitologi), Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Nusa
Cendana.

3.1.2. Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2017 sampai dengan
November 2017.

3.2. Materi
3.2.1.Hewan coba
Pada penelitian ini hewan coba yang digunakan yaitu sapi bali sebannyak 12
ekor sapi dewasa.
3.2.2.Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu, parang, karung,
terpal, timbangan, ember, termometer, stopwatch, stetoskop, gelas beker, pipet,
saringan teh, objek glass, cover glass, tabung reaksi, sentrifuge, buku, dan bolpoint.
3.2.3. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu diantaranya feses sapi, NaCl
fisiologis, NaCl jenuh, bahan pakan kelor (Moringa oleifera) dan pakan lokal
sebagai pakan pendukung suplemen pakan kelor seperti rumput gajah, (Pennisetum
purpureum), dan lamtoro (Leucaena leucocephala), .
3.3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan yang
menggunakan Rancangan Acak Lengkap.
3.3.1.Perlakuan terhadap sapi
Pada penelitian ini, pengukuran hasil berdasarkan berat badan sapi dan
infestasi cacing nematoda pada gastrointestinal. Penelitian dilakukan pada 12 ekor
sapi yang dibagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok
kontrol positif (dengan obat cacing) dan kelompok perlakuan dengan pemberian
kelor dengan masing-masing setiap kelompok terdiri dari 4 ekor sapi. Pada
kelompok kontrol negatif sapi hanya diberi pakan lokal tanpa diberi obat cacing dan
daun kelor. Pada kelompok kontrol positif, sapi diberi pakan lokal saja dan diberi
obat cacing dan pada kelompok perlakuan, sapi diberi pakan lokal dan daun kelor.
Kelompok sapi perlakuan dan kontrol positif (selain kelompok kontrol) diadaptasi
selama satu minggu agar sapi terbiasa terhadap pakan yang dicampur dengan pakan
kelor. Pakan diberikan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan malam (07.00, 13.30
dan 18.30).
Pengamatan terhadap penambahan berat badan dilakukan selama 3 bulan,
yang terdiri atas pengukuran berat badan pada hari ke 1, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90.
3.3.2.Pengambilan Sampel Tinja
Pengambilan sampel feses untuk pengukuran infestasi cacing nematoda
gastrointestinal dilakukan pada hari ke 1, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90. Sampel feses
di pisahkan berdasarkan kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, kontrol positif
dan kelompok perlakuan. Setiap sampel yang diambil ditaruh dalam wadah koleksi
sampel dan diberi label. Telur cacing diidentifikasi berdasarkan bentuk dan
morfologi telur, selanjutnya jumlah telur cacing per gram (EPG) dihitung
menggunakan metode McMaster.
3.3.1.Pemeriksaan feses sapi sebelum perlakuan
3.3.1.1.Metode Uji Apung
Sampel feses ditimbang sebanyak 2 gram dengan menggunakan timbangan
analitik digital, selanjutnya ditambahkan NaCl sebanyak 30 ml dan diaduk sampai
homogen. Kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan ampas feses
selajutnya air saringan tersebut dituangkan ke dalam tabung sentrifus sampai
setinggi batas tabung sentrifus. Sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan 1500 rpm
selama 5 menit. Tabung sentrifus diletakkan di atas rak dengan posisi tegak lurus,
diteteskan NaCl jenuh dengan pipet tetes sampai permukaan cairan di dalam tabung
sentrifus menjadi cembung, tempelkan Cover glass di atas permukaan yang
cembung tadi dengan hati-hati dan biarkan selama 2-3 menit selanjutnya diletakkan
diatas objek glass dan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x dan
lakukan pengamatan dan identifikasi jenis telur cacing. (Soulsby, 1982 dalam
inriani 2015)
3.3.1.2.Pemeriksaan Kuantitatif dengan Metode McMaster
Pemeriksaan ini bertujuan menghitung telur cacing menggunakan kamar
hitung McMaster. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengetahui derajat
infeksi. Tinja diambil sebesar 2 gram lalu ditambah dengan cairan pengapung
sebanyak 58 ml. Tinja diaduk sampai tercampur merata dengan cairan
pengapung/air, kemudian campuran tinja dimasukkan ke dalam cawan lainnya.
Campuran dihomogenkan lalu cairan dipipet ke dalam kamar hitung McMaster,
kemudian didiamkan 3-5 menit. Jumlah telur yang ada di kamar hitung dihitung.
Penghitungan dilakukan untuk setiap tipe telur. (Soulsby, 1982 dalam inriani 2015)
Penghitungan jumlah telur dalam tiap gram tinja (TTGT) menggunakan rumus
(Soulsby, 1982 dalam inriani 2015) :

TTGT = n/bt x Vtotal/vhitung

Keterangan:
n : jumlah telur yang ditemukan dalam kamar hitung
bt : berat tinja (g)
V total : volume cairan pengapung + tinja (ml)
V hitung : volume cairan yang dimasukkan ke dalam kamar hitung (ml)

Anda mungkin juga menyukai