Anda di halaman 1dari 15

No. ID dan Nama Peserta : dr.

Jonathan Jeffry Pratama


No. ID dan Nama Wahana : RSUD Siwa
Topik : Gangguan Psikotik Non Organik Ytt (F29)
Tanggal Kasus : 12 April 2017
Nama Pasien : Tn. SDB No. RM : 062122
Pendamping : dr. Agus Salim, S. Ked/dr. A.
Tanggal Presentasi : 12 Juni 2017
Nurrahma Ramli, S. Ked
Tempat Presentasi : RSUD Siwa
Objek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Pasien Laki-laki 53 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan sejak 1 minggu
terakhir, awalnya pasien merasa sangat sedih ketika saudara laki lakinya yang tertua
meninggal karena sakit 1 bulan yang lalu. Keadaan ini diperhatikan semakin memberat dalam
1 minggu terakhir oleh keluarga pasien. Pasien sering terlihat berbicara sendiri tanpa ada
lawan bicara, bahkan sering ketakukan karena mendengar suara suara dari almarhum
kakaknya yang mengatakan akan membunuh dia, terkadang pasien sering terlihat melamun
dan menangis. Pasien sulit tidur pada malam hari dan mudah terbangun pada pagi hari. Pasien
juga didapati sempat melarikan diri dari rumah 4 hari sebelumnya dan ditemukan dengan
keadaan lemas.
Tujuan : Mendiagnosis kelainan pasien dengan gangguan jiwa non psikotik dan memberikan
penanganan tepat pada pasien yang dicurigai memiliki gangguan cemas.
Bahan Tinjauan
Riset Kasus Audit
Bahasan : Pustaka
Cara Presentasi dan
Diskusi Email Pos
membahas : diskusi

Data Pasien : Nama : Tn. SDB No. Registrasi : 062122


Nama klinik : RSUD Siwa
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Pasien Laki-laki 53 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan sejak 1 minggu
terakhir, awalnya pasien merasa sangat sedih ketika saudara laki lakinya yang tertua
meninggal karena sakit 1 bulan yang lalu. Keadaan ini diperhatikan semakin
memberat dalam 1 minggu terakhir oleh keluarga pasien. Pasien sering terlihat
berbicara sendiri tanpa ada lawan bicara, bahkan sering ketakukan karena mendengar
suara suara dari almarhum kakaknya yang mengatakan akan membunuh dia,
terkadang pasien terlihat melamun dan sering menangis. Pasien sulit tidur pada malam
hari dan mudah terbangun pada pagi hari. Pasien juga didapati melarikan diri dari
rumah 4 hari sebelumnya dan ditemukan dengan keadaan lemas. keluarga pasien
mengaku pernah berobat kedokter jiwa namun kehabisan obat
BAB : Kesan Biasa
BAK : Kesan Lancar
2. Riwayat Pengobatan :
Riwayat pengobatan sebelumnya (+)
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya :

1
Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya tidak ada.
4. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi alkohol, rokok (+) dan obat-obatan
terlarang.
5. Riwayat Keluarga :
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.
6. Riwayat kehidupan pribadi :
Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien Lahir dalam keadaan normal, cukup bulan, ditolong oleh dukun beranak dan
berat badan lahir tidak diketahui.
Riwayat masa kanak-kanak dan remaja
Pertumbuhan dan perkembangan pasien baik dan sesuai dengan anak seusianya. Tidak
ada masalah perilaku yang menonjol. Pasien mendapat ASI hingga berumur 2 tahun.
Pasien mempunyai banyak teman dan mudah bergaul.
Riwayat pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir SD
Riwayat agama
Pasien Beragama Islam
Hubungan dengan keluarga
Pasien sudah menikah dan memiliki tiga orang anak perempuan.
7. Riwayat Pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai seorang buruh tani
8. Riwayat kehidupan keluarga :
Pasien anak ke 3 dari 4 bersaudara (,,,,). Hubungan pasien dengan keluarga
dan saudara-saudaranya sangat baik. Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam
keluarga pasien. Orang tua pasien bekerja sebagai Petani dan ibu sebagai Ibu Rumah
Tangga
9. Situasi sekarang :
Pasien saat ini tinggal bersama istri dan anak-anaknya di Buriko Kabupaten Wajo,
Sulawesi Selatan. Pasien saat ini bekerja sebagai buruh tani.
Persepsi pasien terhadap dirinya :
Pasien merasa menyangkal dirinya sakit dan butuh pertolongan.
Daftar Pustaka :
1. Judul Buku: Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III; Penulis: Dr.
Rusdi Maslim, Sp.KJ; Cetakan 1, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,
Jakarta, 2001
2. Sadock BJ, Sadock VA: Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry 10 th.ed.
Lippincott Williams & Wilkins, 2007:579- 633.
3. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga.
Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: 2007. Hal. 23-41.
Hasil Pembelajaran :
1. Menegakkan diagnosis gangguan psikotik non organic YTT
2. Mengetahui penatalaksanaan gangguan psikotik non organik YTT, meliputi
psikofarmaka dan terapi suportif

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :


1. Subjektif :
Pasien Laki-laki 53 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan sejak 1 minggu
terakhir, awalnya pasien merasa sangat sedih ketika saudara laki lakinya yang
tertua meninggal karena sakit 1 bulan yang lalu. Keadaan ini diperhatikan semakin
2
memberat dalam 1 minggu terakhir oleh keluarga pasien. Pasien sering terlihat
berbicara sendiri tanpa ada lawan bicara, bahkan sering ketakukan karena
mendengar suara suara dari almarhum kakaknya yang mengatakan akan
membunuh dia, terkadang pasien terlihat melamun dan sering menangis. Pasien sulit
tidur pada malam hari dan mudah terbangun pada pagi hari. Pasien juga didapati
melarikan diri dari rumah 4 hari sebelumnya dan ditemukan dengan keadaan lemas.
keluarga pasien mengaku pernah berobat kedokter jiwa namun kehabisan obat
BAB : Kesan Biasa
BAK : Kesan Lancar
Riwayat Pengobatan :
Riwayat pengobatan sebelumnya ( + )
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Riwayat dengan keluhan yang sama tidak ada.
Riwayat Keluarga :
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.
Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi alkohol, rokok (+) dan obat-obatan
terlarang (-).
Riwayat kehidupan pribadi :
Riwayat pranatal
Pasien Lahir dalam keadaan normal, cukup bulan, ditolong oleh dukun beranak dan
berat badan lahir tidak diketahui.
Riwayat masa kanak-kanak dan remaja
Pertumbuhan dan perkembangan pasien baik dan sesuai dengan anak seusianya.
Tidak ada masalah perilaku yang menonjol. Pasien mendapat ASI hingga berumur 2
tahun. Pasien mempunyai banyak teman dan mudah bergaul.
Riwayat pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir SD
Riwayat agama
Pasien Beragama Islam
Hubungan dengan keluarga
Pasien sudah menikah dan memiliki dua orang anak laki laki dan dua orang anak
perempuan.
Riwayat Pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai seorang buruh tani
Riwayat kehidupan keluarga :
Pasien anak ke 3 dari 4 bersaudara (,,,,). Hubungan pasien dengan keluarga
dan saudara-saudaranya sangat baik. Orang tua pasien bekerja sebagai Petani dan
ibu sebagai Ibu Rumah Tangga
2. Objektif :
A. Deskripsi umum
Penampilan : Tampak seorang pasien laki-laki, tidak memakai baju , rambut
pasien hitam ikal dan acak - acakan. Jalan dan postur tubuh normal. Perawakan
tubuh kurang, wajah tampak sesuai umur. Perawatan buruk.
1. Kesadaran : Baik (Pasien Kooperatif)
2. Perilaku dan aktivitas motorik : Pasien terlihat gelisah.
3. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi kurang
4. Sikap terhadap pemeriksa : kurang kooperatif

3
B. Keadaan Afektif
1. Mood : depresif
2. Afek : gelisah
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi intelektual (kognitif)


1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan :Sesuai taraf pendidikan
2. Daya konsentrasi : buruk
3. Daya ingat : buruk
4. Orientasi (waktu,tempat,orang ) : Baik
5. Pikiran abstrak : tidak ada
6. Bakat kreatif : tidak ada.
7. Kemampuan menolong diri sendiri : buruk

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : auditori (+) suara ancaman ingin membunuhnnya
Visual (-)
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada

E. Proses Pikir
- Arus pikir :
a. Produktivitas : buruk
b. kontinuitas : irelevan dan inkoheren
c. hendaya berbahasa : tidak ada
- Isi pikir :
a. Preokupasi : Cemas dan khawatir karena
menghawatirkan akan dibunuh oleh almarhum
kakaknya
b. Gangguan isi pikir : waham kejaran

F. Pengendalian impuls : baik


G. Daya nilai :
a. Norma sosial : baik
b. Uji daya nilai : baik
c. Penilaian realitas : baik
H. Tilikan (insight) : Derajat I Pasien menyangkal dirinya sakit dan tidak memerlukan
pengobatan
I. Taraf dapat dipercaya : tidak dapat dipercaya
3. Assesment :
Berdasarkan subjektif dan objektif yang meliputi gejala klinis, pemeriksaan
fisis, maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan Psikotik non
Organik YTT.

PSIKOTIK
PENGERTIAN PSIKOTIK
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu

4
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau
atau aneh.
ETIOLOGI PSIKOTIK
Faktor psikodinamik yang harus diperhatikan di dalam kelompok gangguan psikotik
iniadalah stresor pencetus dan lingkungan interpersonal. Di dalam mengambil riwayat
penyakit dan memeriksa pasien, klinisi harus memperhatikan tiap perubahan atau stres pada
lingkungan interpersonal pasien. Pasien rentan terhadap kebutuhan psikosis untuk
mempertahankan jarak interpersonal tertentu; seringkali, pelanggaran batas pasien oleh
orang lain dapat menciptakan stres yang melanda yang menyebabkan dekompensasi.
Demikian juga, tiap keberhasilan atau kehilangan mungkin merupakan stresor yang penting
dalam kasus tertentu. Pemeriksaan pasien psikotik harus mempertimbangkan kemungkinan
bahwa gejala psikotik adalah disebabkan oleh kondisi medis umum (sebagai contohnya,
suatu tumor otak) atau ingesti zat (sebagai contohnya, phencyclidine). Kondisi fisik seperti
neoplasma serebral, khususnya di daerah oksipitalis dan temporalis dapat menyebabkan
halusinasi. Pemutusan sensorik, seperti yang terjadi pada orang buta dan tuli, juga dapat
menyebabkan pengalaman halusinasi dan waham. Lesi yang mengenai lobus temporalis dan
daerah otak lainnya, khususnya di hemisfer kanan dan lobus parietalis, adalah disertai
dengan waham. Zat psikoaktif adalah penyebab yang umum dari sindroma psikotik. Zat
yang paling sering terlibat adalah alkohol, halusinogen indol sebagai contohnya, lysergic
acid diethylamid (LSD) amfetamin, kokain. Mescalin, phencyclidine (PCP), dan ketamin.
Banyak zat lain, termasuk steroid dan thyroxine, dapat disertai dengan halusinasi akibat zat.
GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI (FOLIE A DEUX)
Sifat gangguan menyatakan bahwa perpisahan orang yang tunduk, orang yang memiliki
gangguan psikotik terbagi, dari orang dominan harus menyebabkan pemilihan dan
hilangnya gejala psikotik. Pada kenyataannya, hal tersebut kemungkinan terjadi kurang dari
40% dari semua kasus. Sering kali orang yang tunduk memerlukan pengobatan dengan obat
antipsikotik, demikian juga dengan orang yang dominan membutuhkan obat antipsikotik
untuk gejala psikotik yang dideritanya. Karena pasien hampir selalu berasal dari keluarga
yang sama, mereka biasanya berkumpul kembali bersama setelah dipulangkan dari rumah
sakit. KLASIFIKASI GANGGUAN PSIKOTIK

1. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya


a.Skizofrenia
Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia, dimana adanya gejala-gejala khas
tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase non psikotik prodromal).
b.Gangguan Skizotipal
Tidak terdapat onset yang pastidan perkembangan serta perjalanannya biasanya
menyerupai gangguan kepribadian.
c.Gangguan Waham Menetap
Kelompok ini meliputi gangguan dengan waham-waham yang berlangsung lama (paling
sedikit selama 3 bulan) sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang paling
mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental organic, skizofrenia atau
gangguan efektif.
d.Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Memiliki onset yang akut (dalam masa 2 minggu), kesembuhan yang sempurna biasanya
terjadi dalam 2-3 bulan, sering dalam beberapa minggu atau bahkan beberapa hari, dan
hanya sebagian kecil dari pasien dengan gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang
menetap dan berhendaya.
e.Gangguan Waham Induksi

5
Dua orang atau lebih mengalami waham atau system waham yang sama, dan saling
mendukung dalam keyakinan waham itu. Yang menderita waham orisinil (gangguan
psikotik) hanya satu orang, waham tersebut terinduksi (mempengaruhi) lainnya, dan
biasanya menghilang apabila orang-oarang tersebut dipisahkan. Hampir selalu orang-
orang yang terlibat mempunyai hubungan yang sangat dekat.
Jika ada alasan untuk percaya bahwa duaorang yang tinggal bersama mempunyai
gangguan psikotik yang terpisah, maka tidak satupun diantaranya boleh dimasukkan
dalam kode diagnosis ini.
f.Gangguan Skizoafektif
Merupakan gangguan yang bersifa episodic dengan gejala afektif dan skizofrenik yang
sama-sama menonjol dan secara bersamaan ada dalam episode yang sama.
g.Gangguan Psikotik Non-Organik Lainnya
Gangguan psikotik yang tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia atau untuk gangguan
afektif yang bertipe psikotik, dan gangguan-gangguan yang psikotik yang tidak
memenuhi kriteria gejala untuk gangguan waham menetap.

2. Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif})


a.Episode Manik
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah
dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan.
b.Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2 episode) dimana afek
pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada wktu tertentu terdiri dari
peningkatan afek disertai penembahan energy dan aktivitas (mania atau hipomania), dan
pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energy dan aktivitas
(depresi)

c. Episode Depresi
Gejala utama berupa afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya
energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Pada
episode depresi, dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 2
minggu untuk menegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan
jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
d.Gangguan Depresif Berulang
Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan episode depresi berat.
Masing-masing episode tersebut rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi
frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.
e.Gangguan Suasana Perasaan Menetap
Terbagi atas
1. Skilotimia : ciri esensialnya adalah ketidak-stabilan menetap dari afek(suasana
perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan,diantaranya
tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi criteria gangguan
afektif bipolar.
2. Distimia: cirri esensialnya ialah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang
tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi criteria gangguan
depresif berulang ringan atau sedang.
f.Gangguan Suasana Perasaan Lainnya
Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang tidak cukup parah atau
tidak berlangsung lama untuk memenuhi criteria skilotimia dan distimia.

6
GEJALA- GEJALA PSIKOTIK
A. Gangguan/ gejala Psikotik Akut
Gambaran Utama Perilaku
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
Kebingungan atau disorientasi
Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan,
bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan.
Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai
berikut :
Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,
mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak
ada bendanya)
Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima
oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka
diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa
diamati/diawasi oleh orang lain).
Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)
B. Gangguan Psikotik kronik
Gambaran Perilaku
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut merupakan perilaku
utama yang secara umum ada.
Penarikan diri secara social
Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri
Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh)
Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan yang
dilaporkan keluarga
Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :
Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi
Melaporkan bahwa individu mendengar suara-suara
Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal seperti : memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang hebat/terkenal
Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan atau objek yang
tak lazim di dalam tubuhnya
Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran Untuk lebih jelasnya
mengenai psikotik kronik, disini dapat dijelaskan melalui skizofrenia Dimana
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang
mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri
buruk. Gejala klinis dari skizofrenia dapat dilihat di bawah ini:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya

7
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
b. delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara
jelas merujuk kepergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran,
tindakan, atau penginderaan khusus);
delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifat mistik atau
mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara), atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;
b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;
d. gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
danrespons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overallquality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara

8
sosial.

PSIKOTIIK ATIPIKAL LAIN

Psikosis Autoskopik
Penjelasan klasik mengenai fenomena menyatakan bahwa pada sebagian besar
kasus sindroma tidak progresif maupun tidak menimbulkan ketidakmampuan.
Sindroma Capgras
Gejala sindroma ini
berespon terhadap terapi. Tetapi jika pasien memiliki gejala sindroma Capgras
sebagai gejala tunggal dari gangguan psikotiknya, klinis harus melakukan pemeriksaan
neuropsikologis yang luas untuk mengidentifikasi adanya lesi organik yang mungkin
menyebabkan sindroma.
Sindroma Cotard
Sindroma biasanya berlangsung hanya beberapa hari sampai minggu dan berespon
terhadap pengobatan yang diarahkan pada gangguan dasar. Bentuk sindroma jangka
panjang biasanya berhubungan dengan sindroma yang menyebabkan demensia, seperti
demensia tipe Alzheimer.

GANGGUAN PSIKOTIK LAIN YANG TIDAK DITENTUKAN

Psikosis Pascapersalinan
Perjalanannya mirip dengan orang pada gangguan mood. Secara spesifik, gangguan
mood biasanya merupakan gangguan episodik, dan pasien dengan psikosis pasca
persalinanmengalami episode gejala lainnya dalam satu atau dua tahun setelah persalinan.
Kehamilan selanjutnya adalah berhubungan dengan peningkatan resiko menderita episode
lainnya.

Gangguan Skizofreniform
Prognosis gangguan skizofreniform adalah bervariasi, sesuai kenyataan yang
dijawab didalam DSM-IV dengan membedakan pasien dengan dan tanpa ciri prognostik
yang baik. Ciri prognostik baik yang dinyatakan di DSM-IV digali dari literatur. Tetapi
keabsahan ciri tersebut telah dipertanyakan. Konfusi atau kebingungan pada puncak
episode psikotik adalah ciri yang paling baik dihubungkan dengan hasil akhir yang baik.
Keabsahan ciri lain masih tidak pasti.
Di samping itu, semakin singkat episode penyakit, semakin baik prognosisnya. Terdapat
resiko bunuh diri yang bermakna. Mereka kemungkinan memiliki suatu periode depresi
ringan setelah periode psikotik, san psikoterapi ditujukan untuk membantu pasien mengerti
episode psikotik tampaknya memperbaiki prognosis dan kecepatan pemulihan pasien.
Perawatan di rumah sakit seringkali diperlukan dalam pengobatan pasien dengan gangguan
skizofreniform.
Perawatan di rumah sakit memungkinkan pemeriksaan, pengobatandan pengawasan yang
efektif terhadap perilaku pasien. Gejala psikotik biasanya dapat diobati oleh pemberian obat
antipsikotik selama tiga sampai enam bulan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
pasien dengan gangguan skizofreniform berespon secara jauh lebih cepat terhadap terapi
antipsikotik dibandingkan dengan pasien skizofrenik. Satu penelitian telah menemukan
bahwa kira-kira tigaperempat dari pasien dengan gangguan skizofreniform, dibandingkan
dengan hanya seperlima pasien skizofrenik, berespon terhadap medikasi antipsikotik dalam
delapan hari. Terapi elektrokonvulsif (ECT;electroconvulsive therapy) mungkin
diindikasikan untuk beberapa pasien, khususnya pasien yang dengan ciri katatonik atau

9
terdepresi yang nyata. Percobaan pemberian lithium (Eskalith), atau valproate (Depakene)
mungkin diperlukan untuk pengobatan dan pencegahan (profilaksis) jika pasien memiliki
episode yang rekuren. Psikoterapi biasanya diperlukan untuk membantu pasien
mengintegrasikan pengalaman psikotik ke dalam pengertiannya tentang pikiran, otak dan
kehidupan.

Gangguan Skizoafektif
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai
prognosis di pertengahan antara prognosis pasien skizofrenia dan prognosis pasien dengan
gangguan mood.
Prognosisnya jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, lebih buruk dari
pada pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik dari pada
pasien dengan skizofrenia. Insidensi bunuh diri di antara pasien dengan gangguan
skizoafektif diperkirakan sekurangnya 10%.
Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah sakit,
medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk
gangguan psikoafektif adalah bahwa protokol anti depresan dan antimanik diikuti jika
semuanya diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk
pengendalian jangka pendek. Jika protokol thymoleptic tidak efektif di dalam
mengendalikan gejala atas dasar berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat diindikasikan.
Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium,
carbamazepine (Tegretol), valproate (Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut
jika satu obat saja tidak efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus
diberikan percobaan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka
diputuskan tidak responsif terhadap terapi antidepresan.

Gangguan Delusional
Gangguan delusional diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup stabil. Kurang
dari 25% dari semua pasien gangguan delusional menjadi skizofrenia, kurang dari 10%
menjadi gangguan mood. Kira-kira 50% pasien pulih pada follow-up jangka panjang, 20%
lainya mengalami penurunan gejalanya dan 30% lainnya tidak mengalami perubahan.
Pasien dengan waham kejar, somatik dan erotik diperkirakan memiliki prognosis yang lebih
baik daripada pasien dengan waham kebesaran dan cemburu.
Pada umumnya, pasien dengan gangguan delusional dapat diobati atas dasar rawat jalan.
Tetapi, klinis harusi harus mempertimbangkan perawatan di rumah sakit karena sejumlah
alas an tertentu. Pertama, diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis yang lengkap pada
diri pasien untuk menentukan apakah terdapat kondisi medis nonpsikiatrik yang
menyebabkan gangguan delusional. Kedua, pasien perlu diperiksa tentang kemampuannya
mengendalikan impuls kekerasan, seperti bunuh diri dan membunuh, hal tersebut mungkin
berhubungan dengan material waham. Ketiga, perilaku pasien tentang waham mungkin
secara bermakna telah mempengaruhi kemampuannya untuk berfungsi di dalam keluarga
atau pekerjaannya, dengan demikian memerlukan intervensi professional untuk
menstabilkan hubungan sosial atau pekerjaan Jika dokter yakin bahwa pasien akan paling
baik jika diobati di rumah sakit, harus diusahakan untuk membujuk pasien supaya
menerima perawatan di rumah sakit; jika hal tersebut gagal, komitmen hukum mungkin
diindikasikan. Seringkali, jika dokter meyakinkan pasien bahwa perawatan di rumah sakit
adalah diperlukan, pasien secara sukarela masuk ke rumah sakit untuk menghindari
komitmen hukum.
Gangguan Psikotik Singkat

10
Pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang
cukup baik. Kecil kemungkinannya untuk menderita episode selanjutnya dan skizofrenia
atau suatu gangguan mood.
Jika seorang pasien psikotik secara akut, perawatan singkat di rumah sakit mungkin
diperlukan untuk pemeriksaan dan perlindungan pasien. Pemeriksaan pasien membutuhkan
monitoring ketat terhadap gejala dan pemeriksaan tingkat bahaya pasien terhadap dirinya
sendiri dan orang lain. Di samping itu, lingkungan rumah sakit yang tenang dan terstruktur
dapat membantu pasien memperoleh kembali rasa realitasnya. Sambil klinisi menunggu
lingkungan dan obat menunjukkan efeknya, pengurungan, pengikatan fisik, atau monitoring
berhadap-hadapan dengan pasien mungkin diperlukan.

FARMAKOTERAPI
Pada keadaan gawat darurat, seorang pasien yang teragitasi parah harus diberikan
suatu obat antipsikotik secara intramuskular. Walaupun percobaan klinik yang dilakukan
secara adekuat dengan sejumlah pasien belum ada, sebagian besar klinisi berpendapat
bahwa obat antipsikotik adalah obat terpilih untuk gangguan delusional. Pasien gangguan
delusional kemungkinan menolak medikasi karena mereka dapat secara mudah menyatukan
pemberian obat ke dalam system wahamnya. Dokter tidak boleh memaksakan medikasi
segera setelah perawatan di rumah sakit, malahan, harus menggunakan beberapa hari untuk
mendapatkan rapport dengan pasien. Dokter harus menjelaskan efek samping potensial
kepada pasien, sehingga pasien kemudian tidak menganggap bahwa dokter berbohong.
Riwayat pasien tentang respon medikasi adalah pedoman yang terbaik dalam memilih suatu
obat. Seringkali, dokter harus mulai dengan dosis rendah sebagai contoh, haloperidol
(haldol) 2 mg dan meningkatkan dosis secara perlahan-lahan. Jika pasien gagal berespon
dengan obat pada dosis yang cukup dalam percobaan selama enam minggu, antipsikotik
darikelas lain harus dicoba. Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa pimozide (Orap)
mungkin efektif dalam gangguan delusional, khususnya pada pasien dengan waham
somatik. Penyebab kegagalan obat yang tersering adalah ketidakpatuhan, dan kemungkinan
tersebut harus diperhitungkan.
Jika pasien tidak mendapatkan manfaat dari medikasi antipsikotik, obat harus
dihentikan.Pada pasien yang berespon terhadap antipsikotik, beberapa data menyatakan
bahwa dosis pemeliharaan adalah rendah. Walaupun pada dasarnya tidak ada data yang
mengevaluasi penggunaan antidepresan, lithium (Eskalith), atau antikonvulsan sebagai
contohnya, carbamazepine (Tegretol) dan valproate (Depakene) di dalam pengobatan
gangguan delusional, percobaan dengan obat-obat tersebut mungkin diperlukan pada pasien
yang tidak responsif terhadap obat antipsikotik. Percobaan dengan obat-obat tersebut harus
dipertimbangkan jika seorang pasien memiliki ciri suatu gangguan mood atau suatu riwayat
keluarga adanya gangguan mood.

PSIKOTERAPI
Elemen penting dalam psikoterapi yang efektif adalah menegakkan suatu hubungan
dimana pasien mulai mempercayai ahli terapi. Terapi individual tampaknya lebih efektif
daripada terapi kelompok. Terapi suportif berorientasi-tilikan, kognitif, dan perilaku
seringkali efektif. Pada awalnya, ahli terapi tidak boleh setuju atau menantang waham
pasien. Walaupun ahli terapi harus menanyakan tentang waham untuk menegakkan luasnya,
pertanyaan terus menerus tentang waham kemungkinan harus dihindari. Dokter dapat
menstimulasi motivasi untuk mendapatkan bantuan dengan menekankan kemauan untuk
membantu pasien mengatasi kecemasan atau iritabilitasnya, tanpa menyatakan bahwa
waham yang diobati. Tetapi, ahli terapi tidak bolehsecara aktif mendukung gagasan bahwa
waham merupakan kenyataan.

11
Kejujuran ahli terapi yang kokoh adalah penting. Ahli terapi harus tepat pada waktunya dan
membuat perjanjian seteratur mungkin, tujuan yang akan dikembangkan adalah hubungan
yang kuat dan saling mempercayai dengan pasien. Kepuasan yang berlebihan malahan
dapat meningkatkan permusuhan dan kecurigaan pasien karena disadari bahwa tidak semua
kebutuhan dapat dipenuhi. Ahli terapi dapat menghindari kepuasan yang berlebihan dengan
tidak memperpanjang periode perjanjian yang telah ditentukan, dengan tidak memberikan
perjanjian ekstra kecuali mutlak diperlukan, dan tidak toleran terhadap bayaran.
Ahli terapi tidak boleh membuat tanda-tanda yang meremehkan tentang waham atau
gagasan pasien tetapi dapat secara simpatik menyatakan pada pasien bahwa keasyikan
mereka dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu
kehidupan yang konstruktif. Jika pasien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, ahli terapi
dapat meningkatkan tes realitas dengan meminta pasien memperjelas permasalahan mereka.
Faktor psikodinamika.
Pengalaman internal dari pasien delusional adalah bahwa mereka merupakan korban dunia
yang menyiksa diri mereka. Proyeksi adalah mekanisme pertahanan yang utama, dan semua
kebencian diproyeksikan kepada orang-orang atau institusi di lingkungan. Dengan
mensubtitusi ancaman eksternal dengan ancaman internal, pasien delusional merasakan
suatu pengendalian. Kebutuhan untuk mengendalikan setiap orang di sekitar mereka
mencerminkan harga diri yang rendah pada inti paranoia. Pasien paranoid mengkompensasi
perasaan kelemahan dan inferioritas dengan menganggap bahwa mereka adalah sangat
penting sehingga badan pemerintah, orang penting, dan orang penting lain di dalam
lingkungan semuanya sangat memperhatikan diri mereka dan mencoba menyiksanya.
Klinisi yang berusaha mengobati pasien dengan gangguan delusional harus menghormati
kebutuhan pasien akan pertahanan proyeksi. Ahli psikoterapi harus mau berperan sebagai
penampung semua perasaan negatif yang diproyeksikan oleh pasien; tiap usaha untuk
mengembalikan perasaan tersebut secara prematur akan menyebabkan pasien merasa
diserang dan dipermalukan. Satu akibat wajar dari prinsip tersebut adalah bahwa waham
tidak boleh ditantang saat bekerja secara psikoterapi dengan pasien delusional. Malahan,
ahli terapi harus semata-mata meminta penjelasan lebih jauh tentang persepsi dan perasaan
pasien.
Pendekatan lain yang berguna dalam membangun ikatan terapetik adalah bersikap empati
dengan pengalaman internal pasien yang sedang dilanda penyiksaan. Mungkin membantu
mengeluarkan komentar, Anda pasti merasa lelah, mengingat apa yang telah anda lalui.
Tanpa menyetujui setiap mispersepsi delusional, ahli terapi dapat menyadari bahwa, dari
pandangan pasien, persepsi tersebut menciptakan penghilangan ketegangan yang baik.
Tujuan akhir adalah membantu pasien memiliki keraguan tentang persepsinya. Saat pasien
menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritas yang menyertai depresi dapat
timbul. Saat pasien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan
terapetik yang positif telah ditegakkan, dan pekerjaan terapetik yang konstruktif menjadi
dimungkinkan.

Terapi keluarga
Jika anggota keluarga hadir, klinisi dapat memutuskan untuk melibatkan mereka di dalam
rencana pengobatan. Tanpa menjadi terlihat berpihak pada musuh, klinisi harus berusaha
mendapatkan keluarga sebagai sekutu di dalam proses pengobatan. Sebagai akibatnya, baik
pasien dan anggota keluarganya perlu mengerti bahwa konfidensialitas dokter-pasien akan
dijaga oleh ahli terapi dan komunikasi dengan sanak saudara akan dibicarakan pada suatu
saat dengan pasien. Keluarga akan mendapat manfaat dengan membantu ahli terapi dan
dengan demikian membantu pasien.
Hasil terapi yang baik tergantung pada kemampuan dokter psikiatrik untuk berespon

12
terhadap ketidakpercayaan pasien terhadap orang lain dan konflik interpersonal, frustasi,
dan kegagalan yang dihasilkannya. Tanda terapi yang berhasil mungkin adalah suatu
kepuasan penyesuaian sosial, bukannya menghilangkan waham pasien.

FARMAKOTERAPI
Dua kelas utama obat yang harus dipertimbangkan di dalam pengobatan gangguan
psikotik singkat adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan benzodiazepine.
Jika dipilih suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi sebagai contohnya,
haloperidol (Haldol) biasanya digunakan. Khususnya pada pasien yang berada dalam
resiko tinggi untuk mengalami efek samping ekstrapiramidal (sebagai contohnya, orang
muda), suatu obat antikolinergik kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan
antipsikotik sebagai profilaksis terhadap gajala gangguan pergerakan akibat medikasi.
Selain itu, benzodiazepine dapat digunakan dalam terapi singkat psikosis. Walaupun
benzodiazepine memiliki sedikit kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan jangka
panjang gangguan psikotik, obat dapat efektif untuk jangka singkat dan disertai dengan efek
samping yang lebih jarang daripada antipsikotik. Pada kasus yang jarang benzodiazepine
disertai dengan peningkatan agitasi, dan pada kasus yang lebih jarang lagi, dengan kejang
putus obat (withdrawal seizure), yang biasanya hanya terjadi pada penggunaan dosis tinggi
terus menerus. Penggunaan obat lain dalam terapi gangguan psikotik singkat, walaupun
dilaporkan di dalam laporan kasus, belum didukung oleh penelitian skala besar. Tetapi,
medikasi hipnotik seringkali berguna selama satu sampai dua minggu pertama setelah
resolusi episode psikotik. Pemakaian jangka panjang medikasi harus dihindari dalam
pengobatan gangguan ini. Jika medikasi pemeliharaan diperlukan, klinisi harus
mempertimbangkan ulang diagnosis.

MITOS MENGENAI PSIKOTIK


Penyakit jiwa, sampai saat ini masih dianggap sebagai penyakit yang memalukan,
menjadi aib bagi si penderita dan keluarganya. Masyarakat kita menyebut penyakit jiwa
pada tingkat yang paling kronis, seperti hilang ingatan, dengan sebutan yang sebenarnya
sangat kasar seperti: sinting, otak miring atau gila (istilah yang menurut seorang psikolog
sudah tidak dipakai lagi dalam dunia psikologi) serta sebutan-sebutan kasar lainnya. Yang
lebih menyedihkan, orang yang sakit jiwa, yang sering kita temui di keramaian atau
dijalanan, oleh masyarakat kita dianggap sebagai, meminjam istilah Irwanto, Phd, sampah
sosial yang kotor dan hina. Lihat saja kenyataan, orang-orangmungkin termasuk kita
sendiri jika melihat atau berpapasan dengan orang yang sakit jiwa, dengan sepontan akan
menertawakan, mencemooh, memaki-maki bahkan melemparinya. Menganggap orang yang
sakit jiwa sebagai mahluk kotor, rendah dan hina, bahkan mungkin dianggap lebih hina dari
hewan.
Apa yang diungkapkan di atas adalah persepsi umum masyarakat yang sebenarnya keliru
terhadap penderita kelainan mental dalam kadar yang paling kronis yaitu hilang ingatan.
Persepsi masyarakat terhadap penderita kelainan jiwa dalam pengertian yang lebih luas pun
mengarah pada persepsi yang keliru ini.
Penyakit mental dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun
status sosial-ekonomi. Penyakit mental bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi.
Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit
mental, ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada
yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya.
Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena si
sakit tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat.

13
4. Plan
Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan gejala klinis yang
bermakna berupa mengamuk, menghancurkan barang-barang disekitarnya, mengejar
orang dengar parang, serta berbicara sendiri. Keadaan ini menimbulkan penderitaan
(distress) dan terdapat pula hendaya pekerjaan, hendaya social, dan hendaya waktu
senggang sehingga digolongkan dalam gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental pasien didapatkan hendaya berat dalam
menilai realita (kesadaran berubah), hendaya berat fungsi sehari-hari (hendaya
sosial, hendaya pekerjaan, hendaya waktu senggang, hendaya merawat diri disertai
gangguan persepsi (terdapat halusinasi auditorik dan visual) sehingga dimasukkan
dalam gangguan jiwa psikotik.
Pada pemeriksaan internus, dan pemeriksaan neurologis pasien tidak
ditemukan adanya gannguan medis umum yang dapat menimbulkan gangguan otak
sehingga digolongkan gangguan psikotik non-organik.
Pada alloanamnesis dan autoanamnesis ditemukan adanya halusinasi visual
dan audiotorik serta waham yang bersifat sementara dan tidak terus menerus. Tidak
didapatkan gangguan isi fikir. Sehingga berdasarkan Pedoman Penggolongan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III) pasien didiagnosis sebagai Gangguan
Psikotik Non Organik YTT (F29)
Aksis II
Ciri kepribadian tidak khas.
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Faktor stressor psikososial tidak jelas
Aksis V
GAF Scale 50-41: yaitu gejala berat (serius), disabilitas berat
PROGNOSIS
Dubiat et malam
Faktor Pendukung:
Faktor stressor jelas
Tidak ada kelainan organobiologik
Factor penghambat :
Keadaan Psikososial yang kurang memadai
RENCANA TERAPI
Farmakoterapi
- Haloperidol 1.5 mg 2x1
- Fluoxetine 20 mg 0 0 1
- Trihexylphenydil 2 mg 2x1
- Chlorpromazine 100mg 0 0
- Pasien dianjurkan untuk berkonsultasi dengan ahli psikiatrik untuk dapat mengobati
lebih lanjut penyakit yang sedang dideritanya.

Psikoterapi suportif
- Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan
dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.
- Konseling: memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien sehingga dapat
membantu pasien dalam memahami penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya
dan menganjurkan untuk berobat teratur.
14
- Sosioterapi: memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang-orang
disekitarnya sehingga mereka dapat memberikan dukungan moral dan menciptakan
lingkungan yang kondusif agar dapat membantu proses penyembuhan.

Pendidikan
Menjelaskan prognosis penyakit dan efek samping dari farmakoterapi yang mungkin
terjadi
Konsultasi
Dilakukan konsultasi pada dokter spesialis jiwa
Rujukan
Diperlukan jika terjadi komplikasi dan efek samping dari farmakoterapi serius yang harus
ditangani di rumah sakit dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.

Siwa, 12 Juni 2017

Peserta, Pendamping, Pendamping

dr. Jonathan Jeffry Pratama dr. Agus Salim, S. Ked dr. A. Nurrahma Ramli, S.
Ked

15

Anda mungkin juga menyukai