Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kependudukan merupakan isu penting bagi setiap negara di dunia, karena

penduduk merupakan subjek sekaligus objek pembangunan. Sebagai subjek

pembangunan penduduk merupakan pelaku ekonomi, penduduk yang produktif

dan berkualitas akan berperan besar untuk mempercepat tercapainya

pembangunan ekonomi maupun sosial suatu negara, sebagai objek dari

pembanguna penduduk merupakan pihak yang berhak untuk mendapatkan intensif

dari hasil pembangunan suatu negara. Kesadaran pada pentingnya masalah

kependudukan telah ada sejak dahulu, Pluto (427-347) menyarankan agar pranata

sosial dan pemerintahan sebaiknya direncanakan dengan pertumbuhan penduduk

yang stabil sehingga terjadi keseimbangan antara jumlah penduduk dan

pertumbuhan ekonomi.

Sebagai negara yang sedang berkembang (NSB) Indonesia kini masih

dihadapkan pada berbagai masalah kependudukan yang berupa besarnya jumlah

penduduk, ketidakmerataan persebaran penduduk serta kurang berkualitasnya

penduduk yang di tunjukan dari masih tingginya angka kemiskinan, rendahnya

angka harapan hidup, rendahnya pendidikan dan tingginya angka pengangguran.

Dalam menghadapi permasalahan penduduk tersebut pemerintah melakukan

serangkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu cara

yang dilakukan pemerintah adalah dengan mengatur jarak kelahiran dan jumlah

anak melalui Program keluarga Berencana (KB) yang merupakan sebuah program

1
2

yang berada dibawah pengawasan Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) yang mempunyai visi yaitu Penduduk Tumbuh Seimbang

2015 serta misi mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan dan

mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang menjadi

dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran

sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

Sesuai dengan peraturan pemeritntah No 52 tahun 2009 Tentang

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyatakan bahwa

pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang

hidup dalam lingkungan yang sehat dan keluarga berencana adalah upaya

mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan

melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Sejarah mengenai upaya pengendalian penduduk melalui usaha penurunan

fertilitas di Indonesia, diawali dengan turut sertanya Presiden Sueharto

menandatangani Deklarasi Perserikatan Bangsa - bangsa (PBB) tentang

kependudukan dunia (United Nations Declaratin On Population) pada tahun

1967. Kemudian diikuti dengan berdirinya Lembaga Keluarga Berencana

Nasional (LKBN) pada tahun 1969 sebagai lembaga semi Pemerintah. Pada tahun

1970 ditingkatkan menjadi badan pemerintah melalui Keppres (keputusan

Presiden) nomor 8 tahun 1970 dan di beri nama BKKBN (Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional) yang keberadannya dikuatkan dengan Peraturan

Presiden Nomor 62 tahun 2010 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah


3

Nasional (RPJM) 2010-2014 yang bertanggung jawab kepada Presiden dan

bertugas mengkoordiansikan perencanaan, pengawasan, dan penilaian

pelaksanaan Program Keluarga Berencana.

Melalui KB masyarakat di anjurkan untuk mengatur jumlah kelahiran anak

yaitu setiap keluarga memiliki maksimal dua anak dengan penggunaan alat-alat

kontrasepsi. Melalui KB diharapkan penduduk tumbuh seimbang pada tahun 2015

dan terus berlanjut sampai dengan tahun 2035. Untuk mencapai kondisi penduduk

tumbuh seimbang diharapkan angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR)

sebesar 2,1 dan angka reproduksi atau Net Reproduction Rate (NRR) sebesar 1

pada tahun 2010-2035.

Berdasarkan sensus penduduk (SP) 2010 jumlah penduduk Indonesia

sebanyak 237.641.326 jiwa. Jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai negara

dengan jumlah penduduk terbesar ke 4 di dunia setelah China,India dan AS. Di

antara negara Asociation of Southheast Asian Nations (ASEAN) Indonesia dengan

luas wilayah terbesar tetap menjadi negara dengan jumlah penduduk terbanyak,

jauh diatas 9 anggota negara lain. Dengan angka fertilitas mencapai 2,6 terbesar

ke empat setelah negara kamboja (2,8), Filipina (3,0) dan Laos (3,2). (world

population Data Sheet 2013). Hal ini menunjukan Angka fertilitas Indonesia

masih berada di atas rata-rata TFR negara ASEAN yaitu 2,4 dan tidak dapat

mencapai tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM)

yang menargetkan angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) 2,1 per

wanita pada tahun 2015.


4

Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia juga terkait dengan persebaran

penduduk yang tidak merata antar pulau dan provinsi. Pulau jawa yang luasnya

hanya 7% dari luas keseluruhan Indonesia namun dihuni oleh 58% dari seluruh

penduduk Indonesia menjadikannya sebagai wilayah dengan kepadatan penduduk

tertinggi yaitu 1.055/km2 (SUPAS 2015).

Diantara provinsi-provinsi yang terdapat di pulau Jawa, Jawa Barat dipilih

sebagai daerah yang diteliti karena merupakan provinsi dengan jumlah penduduk

terbanyak sekaligus menjadi provinsi penyumbang penduduk terbesar di

Indonesia. Perkembangan penduduk di Jawa Barat selalu mengalami kenaikan

selama hampir 15 tahun. Berdasarkan Badan Pusat Statistik jumlah penduduk di

Jawa Barat mengalami kenaikan dari tahun 2000 sebesar 35.729.537 jiwa menjadi

46.709.569 jiwa di tahun 2015. Dimana jumlah Penduduk laki-laki sebesar

2.792.907 jiwa lebih besar dibandingkan penduduk perempuan yaitu 2.666.761

jiwa. Sehingga sex ratio di Jawa Barat sebesar 102,83 yang artinya terdapat 102

penduduk laki-laki dalam setiap 100 penduduk perempuan. Dari keseluruhan

penduduk perempuan di Jawa Barat terdapat sekitar 12.837.948 jiwa penduduk

usia subur (15-49 tahun). Secara nasional Jawa Barat berada pada urutan pertama

dengan jumlah penduduk terbesar di susul oleh Jawa Timur (38.828.061 jiwa) dan

Jawa Tengah (33.753.023 jiwa).

Sedangkan Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk mengalami

penurunan. Sejak tahun 1971-1980 laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,66

persen, dan menurun pada tahun 1980-1990 menjadi 2,57 persen, di tahun 1990-

2000 laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan yang sangat rendah


5

menjadi 2,03 persen, tahun 2000-2010 menurun kembali menjadi 1,90 persen,

tahun 2010-2015 laju pertumbuhan penduduk masih mengalami penurunan dari

1,90 menjadi 1,56 persen. Meskipun laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat

mengalami penurunan dalam kurun waktu 44 tahun tetapi penurunan tersebut

masih berada di atas standar nasional yaitu 1,38 persen pertahun. Di samping itu

pertumbuhan penduduk di Jawa Barat juga tidak mengalami penurunan dan

cenderung mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh tingginya angka

kelahiran dan migrasi masuk di Jawa Barat.

Sumber : badan Pusat Statistik

Gambar 1.1
Perkembangan Total Fertiity Rate di Jawa Barat, Jawa Timur dan
Jawa Tengah ( persen )
6

Gambar 1.1 memperlihatkan bahwa dalam kurun waktu empat tahun

terakhir yaitu 2012-2015 TFR di Jawa Barat terus mengalami penurunan. Pada

tahun 2012 angka TFR di Jawa Barat sebesar 2,5 perwanita, jumlah ini sama

besarnya dengan provinsi Jawa tengah, sedangkan Jawa Timur berada pada

kisaran 2,3 lebih rendah dari Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Selanjutnya

pada tahun 2013 TFR di Jawa Barat menurun lagi menjadi 2,37 angka ini

akhirnya berada di bawah angka nasional yaitu 2,42, Hal ini berbanding terbalik

dengan angka kelahiran di Jawa Timur yang naik menjadi 2,4. Pada tahun 2014

TFR di Jawa Barat kembali turun menjadi 2,18 dan lebih rendah dari TFR di Jawa

Tengah yang naik menjadi 2,5. Penurunan di Jawa Barat terjadi didominasi oleh

adanya peningkatan pemakaian kontrasepsi suntik dan IUD. Memasuki tahun

2015 TFR di Jawa Barat mengalami sedikit kenaikan menjadi 2,28. Pemicu

kenaikan ini di karenakan masih banyaknya pemakaian kontrasepsi non metode

terutama pil dan suntik serta pamakaian metode kontrasepsi jangka panjang yang

masih rendah dan mengalami penurunan.

Dengan melihat perkembangan 4 tahun terakhir ini menunjukan

keberhasilan realisasi positif dari program KB di Jawa Barat memang sudah

terwujud dalam menanggulangi angka kelahiran, akan tetapi penrurunan ini masih

jauh dari angka yang di targetkan pemerintah yaitu menurunkan angka TFR

menjadi 2,1 anak per wanita pada tahun 2015.

Fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita untuk

menghasilkan kelahiran hidup merupakan salah satu faktor penambahan jumlah

penduduk disamping migrasi masuk. Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu
7

disertai dengan menurunnya angka kematian bayi akan menyebabkan bayi

tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dan lima belas tahun

kemudin akan membentuk kelompok usia subur yang akan menikah dan

melahirkan bayi.

Dalam melakukan pengukuran terhadap tingkat fertilitas, terdapat

beberapa persoalan yang dihadapi, sehingga pengukuran terhadap fertilitas ini

dilakukan melalui dua macam pendekatan yaitu yearly performance dan

Reproductive history yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa teknik

perhitungan yang masing-masing memiliki kebaikan dan kelemahan. Salah satu

teknik yang termasuk dalam pendekatan yearly performance adalah Total Fertility

Rate (TFR) atau angka kelahiran total.

Total Fertility Rate (TFR) merupakan jumlah rata-rata anak yang di

lahirkan setiap wanita. Kebaikan dari teknik ini adalah merupakan ukuran untuk

seluruh wanita usia 15-49 tahun yang dihitung berdasarkan angka kelahiran

menurut kelompok umur, berbeda dengan teknik yang lain yang perhitungnnya

tidak memisahkan antara penduduk laki-laki dan perempuan serta tingkat usia

produktif bagi wanita.

Fertilitas dipengaruhi dan ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor

demografi dan non demografi. Faktor demografi meliputi umur, umur perkawinan

pertama,lama perkawinan, paritas atau jumlah persalinan yang pernah di alami

dan proporsi perkawinan, sedangkan faktor non demografi meliputi keadaan

ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status wanita, urbanisasi dan

industrilisasi (Rusli, 1996:97)


8

Menurut Muchtar dan Purnomo (2009:5) Faktor pendidikan sangat erat

kaitannya dengan sikap dan pandangan hidup suatu masyarakat. Pendidkan jelas

mempengaruhi usia kawin, dengan sekolah maka wanita akan menunda

perkawinannya, yang kemudian berdampak pada penundaan untuk memiliki anak.

Rata-rata lama sekolah dipilih sebagai faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

fertilitas di Jawa Barat. Rata-rata lama sekolah mengindikasikan makin tinggi

pendidikian yang dicapai oleh masyarakat disuatu daerah, semakin tinggi Rata-

rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidkan yang di jalani semakin

rendah kesuburan yang di miliki seorang perempuan.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 1.2
Rata-Rata Lama Sekolah di Jawa Barat ( Tahun )
9

Pada gambar di atas bisa kita lihat bahwa rata-rata lama sekolah di Jawa

Barat menunjukan perbaikan dalam empat tahun terakhir, pada tahun 2011 rata-

rata lama sekolah mencapai 7.46 tahun, pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah

naik 7.52 tahun, dan pada tahun 2013 naik lagi menjadi 7.58 pada 2014

mengalami peningkatan menjadi 7.71 dari tahun sebelumnya, pada tahun 2015

rata-rata lama sekolah di Jawa Barat tetap mengalami peningkatan menjadi 7.86

tahun. Kondisi tersebut menunjukan kualitas penduduk Jawa Barat khususnya di

bidang pendidikan sudah bagus.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi fertilitas adalah pendapatan

perkapita, pendapatan disini bisa dilihat dari PDRB Perkapiita. Keterkaitan

pendapatan dengan fertilitas adalah ketika pendapat seorang naik akan semakin

besar pengaruhnya terhadap penurunan fertilitas yang terjadi. Apabila ada

kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua menginginkan

anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biaya (cost) nya naik. Sedangkan

kegunaanya menurun sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan

tetapi balas jasa ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga tidak bergantung

dari sumbangan anak, jadi biaya membesarkan anak lebih besar daripada

kegunaanya. Hal ini mengakibatkan demand terhadap anak menurun atau

dengan kata lain fertilitas turun. (M.radifan)

Selama periode 2012-2014 kinerja perekonomian di Jawa Barat

berfluktuasi dan memiliki kecenderungan menurun. Rata-rata pertumbuhan

ekonomi selama periode tersebut sebesar 6,1 persen per tahun. Namun demikian
10

laju pertumbuhan tersebut belum cukup mengurangi kesenjangan pendapatan

perkapita Provinsi Jawa Barat dari angka rata-rata nasional sebesar 5,90 persen.

Sumber; Badan Pusat Statistik

Gambar 1.3
PDRB Perkapita di Jawa Barat ( Rupiah )

Dari gambar 1.3 memperlihatkan bahwa PDRB perkapita Jawa Barat terus

mengalami peningkatan selama periode 2012-2015 yang menunjukan

meningkatnya tingkat kesejahteraan di provinsi ini meskipun lebih rendah dari

rata-rata nasional pada periode tersebut. Pada tahun 2012 PDRB perkapita

masyarakat Jawa Barat atas dasar harga konstan mencapai 23,04 juta , kemudian

naik menjadi 24,12 juta pada tahun 2013 dan meningkat kembali menjadi 24,97

juta pada tahun 2014, di tahun 2015 PDRB Peerkapita tetap mengalami

peningkatan menjadi 25,84 juta.


11

Wanita usia subur sering dikaitkan dengan tingkat fertilitas, umur wanita

usia subur berkisar pada usia 15-49 tahun. Dimana penduduk berada dalam masa

reproduksi. Masa reproduksi adalah usia dimana seorang perempuan mampu

untuk melahirkan, yakni sejak mendapat haid pertama (Manarche) dan berakhir

saat berhenti haid (menopause). Perkembangan jumlah wanita usia di jawa barat

terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal ini bisa kita lihat dari gambar di

bawah ini.

Sumber:Badan Pusat Statistik

Gambar 1.4
Jumlah Wanita Usia Subur di Jawa Barat (Orang)

Dilihat dari gambar 1.4 pada data jumlah wanita usia subur di provinsi

Jawa Barat selama 4 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan, pada

tahun 2012 Jumlah wanita usia subur sebesar 10.233.144 jiwa. Di tahun 2013

jumlah wanita usia subur mengalami kenaikan yang signifikan menjadi


12

12.452.174 jiwa begitu pula di tahun 2014 yaitu 12.646.174 jiwa dan pada tahun

2015 jumlah wanita usia subur tetap mengalami peningkatan menjadi 12.837.948

jiwa. Kenaikan tersebut akan berdampak pada besarnya angka kelahiran bila tidak

di dukung dengan kesadaran wanita usia reproduktif untuk menunda

pernikahannya ataupun menunda untuk memiliki anak lagi.

Selain dapat mempengaruhi jumlah penduduk migrasi juga berperan besar

terhadap tingginya tingkat kelahiran di suatu daerah. Banyak penduduk yang

masuk ke Jawa Barat kurang lebih 740.000 penduduk per 5 tahun. Jumlah ini

lebih besar apabila di bandingkan dengan migrasi yang keluar. Menurut

Hendershot di dalam teori sosial umum (General Social Theories), pada teori

pertama yaitu Social Disorganization theory menyatakan bahwa fertilitas migran

jauh lebih tinggi daripada fertilitas penduduk nonmigran di daerah asal.


13

Sumber:Badan Pusat Statistik

Gambar 1.5
Migrasi Neto di Jawa Barat ( Orang )

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa Migrasi Risen Neto dari tahun

2000-2015 mengalami fluktuasi. Pada hasil sensus Penduduk tahun 2000 jumlah

Migrasi Risen Neto sebanyak 465.268 jiwa dimana migrasi masuk ke Jawa Barat

sebanyak 1.097.021 jiwa lebih besar dari pada migrasi yang keluar yang hanya

sebesar 493.039 jiwa, itu berarti Migrasi Risen Neto di Jawa Barat bersifat positif.

Kemudian di tahun 2005 jumlah Migrasi Risen Neto mengalami penurunan

menjadi 287.839 jiwa, terjadinya penurunan disebabkan oleh adanya peraturan

pemeritah tentang transmigrasi yang tercantum di dalam undang-undang No. 32

tahun 2004 dan berlakunya otonomi daerah. Namun demikina hingga tahun 2010

Migrasi Neto Risen kembali mengalami kenaikan menjadi 453.087 jiwa. kenaikan
14

tersebut dikarenakan Pembangunan di Jawa Barat yang relatif cepat tetap menjadi

magnet bagi migran di luar provinsi Jawa Barat untuk memperoleh penghidupan

yang lebih layak, Sehingga banyak masyarakat yang datang untuk mencari

pekerjaan yang akhirnya menetap dan mempunyai keluarga di dekat tempat

kerjanya. Selain itu Jawa Barat yang memiliki iklim yang jauh lebih sejuk di

bandingkan dengan DKI Jakarta atau kota-kota besar lainnya memungkinkan

menjadi salah satu tujuan bagi imigran untuk menetap di Jawa Barat. Di tahun

2015 jumlah Migrasi Neto Risen mengalami penurunan kembali menjadi 244.926

jiwa, jumlah ini lebih sedikit bila di bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Hal ini menunjukan adanya keberhasilan tentang kebijakan pemerintah untuk

menanggulangi permasalahan penduduk yaitu migrasi melalui program

Transmigrasi Swakarsa Berbantu (TSB) dan Transmigrasi Swakarsa Mandiri

(TSM). Sehingga minat masyarakat Jawa Barat terhadap program transmirasi

cukup tinggi. Sejak tahun 2010 hingga 2014 provinsi Jawa Barat sudah

memberangkatkan sekitar 2000 KK lebih sebagai Transmigran.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penulisan skripsi dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Fertilitas di Jawa barat tahun 2000-2015

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah


15

1. Bagaimana pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah, PDRB Perkapita, Jumlah

Penduduk Wanita Usia Subur, dan Migrasi Risen Neto secara Parsial terhadap

tingkat fertilitas di Jawa Barat?


2. Bagaimana pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah, PDRB Perkapita, Jumlah

Penduduk Wanita Usia Subur dan Migrasi Risen Neto secara bersama-sama

terhadap tingkat Fertilitas di Jawa Barat


1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah diatas maka Tujuan dilaksanakannya

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah, PDRB Perkapita,

Jumlah Wanita Usia Subur, dan Migrasi Risen Neto secara parsial terhadap

tingkat Fertilitas di Jawa Barat?


2. Untuk mengetahui pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah, PDRB Perkapita,

Jumlah Wanita Usia Subur dan Migrasi Risen Neto secara bersama-sama

terhadap tingkat Fertilitas di jawa Barat.


1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut :

1Bagi peneliti, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan peneliti yang berhubungan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi fertilitas

2Bagi Pemerintah, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan dan rekomendasi yang dapat digunakan dalam mengambil

kebijakan di bidang kependudukan dalam kaitannya dengan usaha-usaha

penurunan jumlah kelahiran anak (Fertilitas)

1.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian


1.5.1 Lokasi Penelitian
16

Lokasi penelitian ini dilakukan di provinsi Jawa Barat


1.5.2 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan maret 2017 seperti pada tabel di

bawah ini:

Tabel 1.1
Rencana Jadwal Penelitian

Tahun 2017
Keterangan Maret April Mei Juni Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Perizinan
Pengajuan Judul
Penyusunan
usulan
penelitian
Bimbingan
Seminar Usulan
Penelitian
Revisi Seminar
Usulan
Penelitian

Anda mungkin juga menyukai