Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ISSUE KESEHATAN IBU DAN ANAK

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk


Memenuhi Tugas Epidemiologi Kesehatan Ibu dan Anak
Pengampu : dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes

Disusun oleh:
Nila Kusumawati
NIM 6411415042
Peminatan EPID-BIOSTAT

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017
Issue kesehatan ibu dan anak
Isu kesehatan yang tengah hangat diperbincangkan adalah kasus kematian
ibu atau Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut media online Metrotvnews.com
yang menerbitkan artikel pada 09 Maret 2017 membahas mengenai jumlah angka
kematian ibu di jawa tengah diawal tahun 2017 sebanyak 79 kasus. Gubernur
jateng menyebutkan selama dua bulan pertama pada 2017 ini sudah tercatat 79
kasus AKI di Jateng. Rinciannya, terbanyak ada di Kabupaten Kudus dengan
tujuh kasus, Kabupaten Grobogan dan Kota Semarang masing-masing enam
kasus. Serta Kabupaten Rembang, Pemalang, dan Brebes berada diperingkat
ketiga dengan jumlah lima kasus. Sisanya, tersebar di beberapa wilayah Jateng.
Media online www.inilahkoran.com tanggal 15 Agustus 2017 merilis
artikel yang membahas kematian 6 ibu saat melahirkan di daerah Grobogan. Dari
Januari hingga Juli 2017, kejadian kematian ibu melahirkan di Kota Garut tersebut
mencapai sebanyak 26 kasus, dan kematian bayi baru lahir mencapai sebanyak
155 kasus. Sebanyak 60,8% kasus kematian ibu melahirkan di antaranya
disebabkan karena eklamsi atau hipertensi pada kehamilan, dan karena
perdarahan. Bisa juga karena ibu hamil terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan
ketika terjadi perdarahan. Sedangkan kematian bayi baru lahir, sebanyak 72,03%
di antaranya disebabkan berat badan lahir bayi rendah, dan asfiksia atau sesak.

Berdasarkan health.detik.com (14/03/2017) yang membahas mengenai


pernyataan Menteri Kesehatan mengenai angka kematian ibu yang memang turun
namun belum cukup signifikan AKI di Indonesia masih 305 per 100 kelahiran
sedangkan target MDGs adalah 102 per 100 ribu kelahiran masihlah menjadi
suatu masalah. Beberapa waktu lalu Direktur Kesehatan Keluarga, Kementerian
Kesehatan, dr Eni Gustina, MPH juga pernah menuturkan bahwa sepanjang tahun
2014 data menunjukkan angka kematian ibu di Indonesia mencapai 5.048 kasus.
Lanjut pada tahun 2015 berkurang menjadi 897 kasus dan data terakhir di tahun
2016 ada 4.834 kasus.
Program kesehatan ibu dan anak
Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) adalah program
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang didanai oleh United States
Agency for International Development (USAID), yang diluncurkan pada tahun
2011. Program 5 tahun (2011-2016) ini bekerja untuk mengurangi kematian ibu
dan bayi baru lahir di enam provinsi di Indonesia, yang berkontribusi terhadap 50
persen kematian ibu dan bayi baru lahir. Yaitu, Sumatra Utara, Banten, Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hampir 70 persen dari semua kematian ibu
dan 75 persen kematian bayi, terjadi di Jawa dan Sumatra, yang sebagian besar
diakibatkan oleh penyebab yang dapat dicegah.
Demi peningkatan layanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, program
EMAS bermitra dengan instansi pemerintah (nasional, provinsi dan kabupaten),
organisasi kemasyarakatan, fasilitas kesehatan milik negara dan swasta, organisasi
kesehatan profesional serta sektor swasta. Program EMAS adalah jalinan
kemitraan dari lima organisasi : Jhpiego (mitra pimpinan), Lembaga Kesehatan
Budi Kemuliaan (LKBK), Muhammadiyah, Save the Children dan Research
Triangle Institute (RTI).
Salah satu program yang dicangkan dalam program EMAS dan masih
berjalan hingga saat ini adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) dengan stiker yang berfungsi sebagai alat bantu untuk
memantau kondisi dan perkembangan ibu hamil dalam rencana persalinannya.
Program P4K merupakan upaya terobosan dalam menurunkan AKI melalui
kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan, dan sekaligus merupakan
kegiatan yang bertujuan membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian
masyarakat untuk persiapan dan tindakan dalam menyelamatkan ibu, khususnya
ibu hamil yang ada di wilayahnya.
Sedangkan stiker merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
memantau ibu dalam proses kehamilannya dari tahap pemeriksaan (antenatal
care), persalinan dan nifas serta penanganan resiko komplikasi. Dalam program
P4K dengan stiker, bidan diharapkan dapat berperan sebagai fasilitator dan
membangun komunikasi persuasif dan setara di wilayah kerjanya agar dapat
mewujudkan kerjasama dengan ibu, keluarga dan masyarakat. Tujuannya untuk
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesehatan ibu.
Program baru yang dicanangkan oleh Gubernur Jawatengah Ganjar Pranowo
adalah 5 Ng ( Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng). Program 5NG memiliki 4
fase yaitu Fase Pra Hamil, Fase Kehamilan, Fase Persalinan dan Fase Nifas.
Sistem Fase Pertama (Fase Sebelum Hamil);

Fase ini terdapat 2 terminologi yaitu Stop dan Tunda. Stop hamil jika ibu
dengan usia >35 tahun dan sudah memiliki anak; faktor kesehatan tidak
memungkikan/ berbahaya bagi kesehatan. Tunda jika usia <20 tahun dan kondisi
kesehatan belum optimal.

Sistem Fase Kedua (Fase Hamil); Fase Ini dapat dideteksi, di data,
dilaporkan secara sistem melalui teknologi informasi. Ibu yang hamil dicatat oleh
bidan desa, dengan bidan koordinator (Bikor) atau Gasurkes (petugas surveilans
kesehatan) sebagai koordinator wilayah, dikawal atau diperiksa oleh tenaga
kesehatan (minimal 1 kali oleh dokter) dan dapat diketahui atau dikenali faktor-
faktor resikonya. Ibu hamil dengan faktor risiko tinggi (risti) diberikan tanda. Ke
depan tanda bisa berupa gelangisasi seperti gelang haji yang dapat memuat
informasi tentang data kesehatan ibu hamil beserta faktor risikonya.

Sistem Fase Ketiga (Fase Persalinan); Ibu hamil yang akan melahirkan
dikawal didampingi. Ibu dengan persalinan normal bersalin di fasilitas kesehatan
dasar standar, sedangkan ibu hamil dengan resiko tinggi dirujuk ke Rumah Sakit
dan dipantau diinceng oleh PKK/ Dasa Wisma dan Masyarakat.

Proses rujukan melalui sistem SIJARI EMAS, untuk 12 Kabupaten/kota


yang sudah dilatih dan difasilitasi EMAS, sedangkan kabupaten lainnya dapat
menggunakan PSC (Public Service Center) atau SPGDT (Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu) untuk monitoring proses rujukan.

Sistem Fase Keempat (Fase Nifas); Ibu nifas diberikan asuhan keperawatan
pasca persalinan baik oleh dokter/bidan/perawat dan dipantau oleh PKK/Dasa
Wisma dan Masyarakat. Sistem fase keempat ini mencatat dan memonitor ibu
nifas dan bayi sampe 1000 Hari Pertama Kelahiran,

Apabila terdapat kasus kematian ibu atau bayi dicatat secara sistem
melalui SIKIB (Sistem informasi pemetaan kasus kematian ibu dan bayi), dst.

Indikator capaian upaya kesehatan ibu dan anak melalui Program Expanding
Maternal and Neonatal Survival (EMAS) :
a. Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir
minimal di 150 rumah sakit (PONEK) dan 300 Puskesmas/Balkesmas
(PONED)
b. Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan
Rumah Sakit
c. Program ini dirancang agar dapat memberidampak nasional (tidak hanya
sebatas area kerja)
d. Untuk menurunkan AKI dan AKN Indonesia sebesar 25%, program EMAS
dilaksanakan di propinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian yang besar.
e. Mengadvokasi kabupaten dan mitra bestari lain untuk proaktif menerapkan
pendekatan program EMAS.

Indikator capaian upaya kesehatan ibu dan anak melalui Program


Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker :
a. Memeriksakan kehamilan secara rutin
b. Melakukan persalinan aman yang dibantu oleh bidan atau tenaga kesehatan
terampil di bidang kebidanan
c. Melakukan perawatan nifas
d. Melakukan perawatan bayi baru lahir pada bidan atau tenaga kesehatan
terampil di bidang kebidanan.
Indikator capaian upaya kesehatan ibu dan anak melalui Program 5 Ng (
Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng) :

a. Ibu hamil, masyarakat semakin peduli atas kesehatan dan keselamatan ibu
dan anak. Dengan mengerti, menyadari faktor resiko tinggi dan faktor tak
langsung lainnya, dapat menjaga kesehatan dan keselamatannya, sehingga
menjadi masyarakat yang sehat, ber-pengetahuan, mandiri dan berdikari.
b. Meningkatnya derajat kesehatan masayarakat, dengan dapat ditekannya angka
kematian ibu dan bayi.
c. Meningkatnya peserta KB aktif, menurunnya dropout peserta KB dan un-met
need KB.
d. Pelayanan kesehatan publik menjadi lebih baik dan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai