STRUKTUR
ORGANISASI DEWAN PEMBINA
H.EDDY R ROSIDI.SH
BARONI.SE
BAHRUDIN.HN
DR.H.MUNAWAR FUAD.MA
-DEWAN PENASEHAT
H.AGUS SANUSI.SH
YUDI KURNIAWAN.BA
TB.DIDIN SARIP
DEWAN PENGURUS
KETUA UMUM : RIBAH SETIAWAN RUSBAN
WAKIL : MUSTOFA HAMDI.SH
SEKERTARIS : KURNIAWAN JHONI
BENDAHARA : AHMAD DASUKI.SE
HUMAS : ENDANG SUPRIATNA
BIDANG-BIDANG
-BID.INVESTIGASI ADVOKASI LINGKUNGAN HIDUP
GUNIN GUNAWAN
DADANG
ANNAS MUTTAQIEN
JAMAL KUNCIR
MAT SLAMET
ABDUL FURKON
HERU AHMAD EM
-PUBLIKASI & DOKUMENTASI IT
DELLY SURYADI
YUSUF MAULANA
ARDAN
PERWAKILAN – PERWAKILAN
Share this:
Twitter
Facebook3
1. LSM-GEMPAL berkata:
Semoga alam makin lestari mari berjuang bersama kami menjaga bumi dari kerusakan
dan pencemaran
Balas
1. suryana berkata:
verygood,,,,,maju terus
Balas
1. LSM-GEMPAL berkata:
2. LSM-GEMPAL berkata:
trims
2. LSM-GEMPAL berkata:
Balas
3. david berkata:
saya David sangat tertarik memberikan Informasi Dan Kerja sama terhadap Kegiatan
Perusahaan yang membawa dampak kerusakan lingkungan atau perusahaan yang
sudah memiliki Dokumen Lingkungan Hidup tetapi tidak bisa menjaga Lingkungan
Hidup kegiatan Perusahaan nya Dan tidak komitmen sesuai dengan dokumen yang di
susun nya ..
kira nya mohon di beri informasi no HP Perwakilan Sulut supaya saya bisa
menghubungi mereka ..
Terima kasih
David
Balas
1. LSM-GEMPAL berkata:
mohon maaf pak david saat ini kami belum memiliki perwakilan di
sulut…mudahan akan segera kami bentuk disana … trims
Balas
1. rezadavidwullur berkata:
by David ..
4. Sisvo berkata:
mau nanya, program/kegiatan yang pernah ditangani oleh LSM GEMPAL ini apa aja
ya klw saya boleh tau? Terima kasih.
Balas
1. LSM-GEMPAL berkata:
Balas
Balas
1. LSM-GEMPAL berkata:
Menurutnya itu sikap ICW bermuatan politik dan telah mencemarkan nama baik Yusril.
Karena itu, kini pihaknya kembali melakukan serangan dengan menuding bahwa LSM anti
korupsi itu adalah illegal. "Sebagaimana yang saya ketahui, ICW belum terdaftar di
Kemenkumham dan Kemendagri sebagai sebuah organisasi perkumpulan. Ya dia boleh saja
mengklaim bahwa ICW legal, tetapi kan mesti dibuktikan, bukan hanya ngomong tanpa bukti
dan landasan hukum," ujarnya, Sabtu (9/6/2012). Bahkan ia juga meminta ICW transparan
menyebutkan dana-dana yang selama ini digunakan untuk pembiayaan kantor LSM tersebut
kepada masyarakat. "Sebagai lembaga masyarakat, ICW semestinya transparan dan bisa
menjelaskan dana-dana yang selama ini menjadi andalan ICW," tambahnya
http://nasional.inilah.com/read/deta...dan-kemendagri
INILAH.COM, Jakarta - Langkah Indonesian Corruption Watch (ICW) yang akan melakukan
praperadilan atas putusan SP3 Sisminbakum dinilai oleh Juru Bicara YUsril Ihza Mahendra,
Jurhum Lantong, hanya sebatas ketidaksukaan pribadi belaka. "Langkah ICW tersebut hanya
ketidaksukaan personal, jauh dari langkah-langkah penegakan hukum dan pemberantasan
korupsi. Memang ICW dalam tahun-tahun ini, selalu menyudutkan Yusril Ihza Mahendra,
terutama dalam kasus Sisminbakum. langkah tersebut hanya ingin mencemarkan nama baik
Yusril Ihza mahendra saja, tak lebih," ujar Jurhum Lantong, Sabtu (9/6/2012).
Faktanya, menurut Jurhum, dalam pemberantasan korupsi, ICW tidak konsisten. Lembaga
tersebut, seringkali menyudutkan kelompok lain sementara tak pernah kritis dalam perkara
kelompoknya. "Malah ICW saat ini terkesan tak pernah kritis terhadap kasus-kasus yang
diduga melibatkan kelompok dekat Istana dan Partai Demokrat," ujar Jurhum.
Ketidakkonsistenan ICW misalnya terlihat dalam posisi wakil menteri yang minggu ini
diputus oleh MK. Wakil menteri yang kedudukannya problematis tersebut telah
menghabiskan anggaran negara yang tidak sedikit. "Mana komentar ICW soal kebijakan SBY
yang tidak memiliki kepastian hukum dan bahkan menghabiskan uang negara tersebut,"
tanyanya.
Padahal, ia menyakini jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang terdaftar dan mencapai
ribuan. Mereka tidak terdaftar secara resmi dan kemungkinan illegal. Maka, ia beranggapan
dengan merevisi UU Ormas No 8/1985, keberadaan ormas dan LSM akan lebih tersistem dan
terdata. Karena selama ini, ada saja ormas dan LSM yang hanya berpapan nama, tanpa
program yang jelas, tidak berbadan hukum, dan dibentuk hanya atas dasar kongkow. Ada
kemungkinan, dalam revisi UU Ormas ini, DPR dan pemerintah membuat klaster ormas dan
LSM agar lebih memudahkan pendataan.
Apalagi ormas dan LSM pada dasarnya mendapatkan bantuan berupa dana dari pemerintah.
"Dengan begitu, mereka punya kewajiban untuk membuat laporan pertanggungjawaban serta
membuat program yang jelas," kata politisi Partai Demokrat. Ia menegaskan revisi UU
Ormas bukan untuk membatasi keberadaan ormas dan LSM. Ruang untuk eksistensi dan
keterbukaan berserikat dan berkumpul tetap ada, tetapi pengaturan atas mereka juga harus
dilakukan. Jangan sampai, lanjut dia, masyarakat diresahkan dengan tindakan yang
kontraproduktif dari ormas dan LSM yang tidak bertanggung jawab.
http://www.republika.co.id/berita/na...dan-lsm-ilegal
Berdasarkan aturan UU nomor 8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakat, memang tidak
ada kewajiban bagi ormas maupun LSM untuk mendaftarkan diri, namun ketika sudah
terdaftar sebenarnya ada manfaat yang bisa diperoleh. Untuk mendaftarkan diri, dia
mengatakan ormas atau LSM cukup melampirkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga organisasi. "Dan tentunya kita juga berharap mereka punya sekretariat sehingga
mudah dalam koordinasi," jelasnya.
Badan Kesbangpol dan Linmas menurutnya sudah melaksanakan pendataan lapangan dan
berharap untuk organisasi yang belum mendaftar bisa segera mendaftarkan diri ke kita. "Saya
lihat ada hal urgen, setidaknya dalam ruang gerak organisasi, sebagai pemerintah kami bisa
memonitoring dan melakukan pembinaan, selain itu mereka bisa melakukan kegiatan dengan
legal, meskipun tidak ada sanksi ketika tidak mendaftar karena peran ormas dan LSM adalah
mitra pemerintah," tukasnya.
http://www.kalimantan-news.com/berita.php?idb=12211
----------------
Lhaaa itu aparat hukum, keamanan dan intel kita pada kemana, kalau ada ormas LSM kayak
ICW itu galaknya, kok kagak tahu asal-usulnya? Atau ada sesuatu kekuatan besar di balik
ICW? yang jadi 'the God Father'nya? Maybe!
Pada era 70-an, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) muncul dan memberi warna terhadap
strategi pembangunan indonesia. LSM tampil sebagai penganjur pembangunan alternatif
yang didasari keyakinan ‘bahwa masyarakat memiliki potensi”, terutama pada masyarakat
miskin (baik di kota maupun di desa). LSM berusaha menggali potensi laten masyarakat ini,
dengan strategi “grass roots” (akar rumput), yang pada masa lalu tidak tersentuh oleh strategi
penetesan ke bawah.
Ralston mencatat bahwa LSM dapat memainkan peran dalam mendukung kelompok swadaya
masyarakat yaitu:
Untuk mewujudkan peran-peran ini, keberadaan pekerja lapangan atau tenaga lapangan
menjadi sangat penting. Melalu mereka LSM akan melakukan supervise yang sinambung
kepada kelompok-kelompok sasaran. Pekerja lapangan merupakan wakil LSM di lokasi
binaan, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pekerja lapangan merupakan penentu
keberhasilan proyek LSM.
1. LSM dekat dengan kaum miskin dan punya organisasi terbuka yang memudahkan
informasi keatas
4. LSM cukup kecil, terdesentralisasi, luwes dan mapan menerima feedback dari proyek yang
dipromosikan
5. LSM lebih mampu mendorong penggunaan jasa-jasa pemerintah yang lebih baik
o Organisasi primordial grassroots LSM jenis ini mengacu kepada kepentingan kelompok
kecil (khususnya golongan miskin) dan dilandasi kepentingan bersama (afiliasi keagamaan
atau kekerabatan dekat). LSM jenis ini merupakan organisasi rakyat, dengan struktur
organisasi longgar, berukuran kecil, bersifat local, terpencar, kurang terorganisir dan
mengacu kepada kelangsungan hidupnya. Kepemimpinannya bersifat tradisional.
o Organisasi amal, fenomena kelas menengah Tujuan organisasi ini adalah mengumpulkan
dana dari masyarakat untuk di sumbangkan kepada kaum miskin, cacat fisik maupun mental,
dalam bentuk makanan, obat-obatan dan uang.
2. Akhir 60an dan awal 70an Lahir LSM jenis baru dengan semangat gelora pembangunan
dan upaya mempropagandakan semangat membangun. Mulai disadari bahwa masalah
kemiskinan tidak bisa diatasi dengan penyediaan makanan atau obat-obatan. Mulai disadari
bahwa perbaikan hidup golongan miskin akan sangat tergantungng pada kemampuan mereka
sendiri untuk memenuhi kebutuhan dari sumber-sumber:
o Organisasi pembangunan setempat berskala kecil dikelola oleh kelas menengah dan
menekankan program pembangunan terpadu dan berskala kecil memalui prakarsa di bidang
kesehatan, pertanian, industry kecil, teknologi tepat guna dan sebagainya.
3. Pada awal 1980an, bangkit kesadaran yang lebih besar tentang pentingnya partisipasi
masyarakat dalam proses pembangunan, serta perlu dicari terobosan untuk mengadakan
perombakan social secara damai dan demokratis.
o Dalam waktu yang bersamaan timbul jenis LSM lain lagi yaitu LSM yang memperoleh
bantuan dari pemerintah dan perusahaan multinasional.
Peter Hannam telah melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Bentuk Bangunan
Alternatif Pengalaman LSM di Indonesia” penelitian ini mencoba melihat bagaimana LSm
menjalankan peran yang telah disebutkan oleh Goran Hayden diatas. Hasil penelitian
menunjukkan hal sebagai berikut:
1. Pada umumnya, LSM di Indonesia cenderung kurang member perhatian kepada pekerja
lapangan, insentif kurang sementara beban kerja para pekerja lapangan terlalu berat. Kondisi
ini menyebabkan komunikasi kurang lancer. Pihak LSM kurang memperhatikan laporan kerja
dari pekerja lapangan. Hal ini, dapat mengakibatkan pekerja lapangan akan memilih keluar
dari lembaga, dan informasi ke atas akan terhambat.
2. Manakala sebuah LSM semakin bertambah usianya, semangat individu yang tergabung
dalam LSM cenderung menurun. Komunikasi semakin tersentralisir. Gagasan-gagasan yang
dilontarkan cenderung tidak up to date. Kalaupun ada yang tetap bersemangat biasanya
adalah pimpinan LSM itu sendiri. Sementara pekerja lapangan biasanya kurang bersemangat
karena mereka bergabung hanya demi memperoleh pekerjaan saja.
3. Efektivitas biaya hanya berlaku pada LSM kecil, dimana LSM dapat bekerja walaupun
dana yang tersedia kecil.
4. Setiap LSM yang baik akan maju dan berkembang menjadi kelompok professional dalm
bidangnya. LSM ini akan mengakan konsultasi, pelatihan, yang membuat LSM semakin
bekerja sebagai organisasi yang top down. Kondisi ini menyebabkan jarak LSM dengan
kaum miskin semakin jauh.
5. LSM mampu bekerja sama dengan pemerintah. Contohnya lurah diminta dukungannya
untuk mendirikan koperasi. Hanya saja keterlibatan pihak pemerintaha dalam proyek LSM
dapat menimbulkan masalah, dimana proyek yang akan direncanakan akan dikooptasi
sehingga LSm tidak leluasa menjalankan misinya. Proyek akan diarahkan sesuai dengan
kepentingan kaum elit (pemerintah), sementara kaum miskin terabaikan. Kecenderungan
semacam ini sudah semakin Nampak, dimana pada akhirnya LSM tidak independent lagi
dalam menjalankan tugasnya.