Anda di halaman 1dari 7

TELUR

SNI 3926:2008
a. Pemeriksaan telur yang baik
Dengan meneropong (candling) kearah sinar yang lebih kuat dapat dilihat bagian luar
dan dalam telur seperti : keretakan kerabang, kantung hawa ( makin tua umur teur
makin besar kantung hawa), kuning telur, adanya bercak-bercak darah dan
petumbuhan embrio.
b. Cara kerja :
Telur diarahkan ke sinar dari candler, diputar-putar dan dilihat kelainan yang mungkin
terlihat seperti keretakan kerabang, kantung hawa, adanya bercak-bercak darah dan
sebagainya. Catatlah semua yang ditemukan. Telur diletakkan di depan candler,
kemudian dengan pengukur dihitung diameter dan tinggi kantung hawa. Penentuan
mutu telur dilakukan dengan mengukur tinggi kantung hawa seperti dinyatakan mutu
1, mutu 2 dan mutu 3.
c. Penanganan telur yang baik :
- Telur dicuci dengan air bersih sebelum disimpan di lemari pendingin atau kulkas,
telur akan tetap baik sampai 14 hari.
- Simpan telur pada tempat yang bersih, ventilasi cukup dengan suhu dibawah 15oC
dengan kelembaban 75-90%
- Telur sebaiknya disimpan pada baki telur (egg tray) yang bersih dan telur yang
baik disimpan terpisah dengan telur yang rusak.
d. Ciri telur yang baik :
- Bersih, tidak pecah, retak atau bocor
- Tidak terdapat noda atau kotoran pada kulit
- Terdapat semacam pelapis zat tepung pada kulit
- Permukaan kering
- Bila diteropong isinya jernih dan tembus cahaya
- Bila dikocok tidak kopyor

PERIZINAN PENDIRIAN PETERNAKAN


Ketetapan dalam memperoleh izin usaha melalui mekanisme dan prosedur yang dapat
menjamin kepastian berusaha selaras dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi.
a. Persyaratan
e. Mengisi formulir permohonan izin
f. Melampirkan foto copy KTP
g. Melampirkan foto copy Akte Pendirian Perusahaan (untuk badan usaha)
h. Melampirkan Izin Lokasi atau Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT), Izin
Pemanfaatan Perairan Umum kecuali Izin
i. Usaha Penampungan Ikan
j. Melampirkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
k. Melampirkan Izin Undang-undang gangguan (HO) atau Surat Izin Tempat Usaha
(SITU)
l. Melampirkan salinan NPWP
m. Melampirkan Rekomendasi dari Dinas yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya
meliputi Bidang Pengairan (khusus untuk izin usaha budidaya ikan di perairan umum)
n. Melampirkan UKL / UPL, untuk usaha budidaya ikan dengan kapasitas atau luasan
tertentu. Untuk usaha pembudidayaan ikan/udang dengan luas 50 Ha atau lebih yang
terletak dalam satu hamparan dan jaring apung didanau dengan luas 2,5Ha atau lebih
atau dengan jumlah 500 (lima ratus) unit atau lebih (Untuk izin usaha budidaya ikan
di perairan umum), untuk usaha dengan kapasitas 5 (lima) ton atau lebih per hari
(untuk izin usaha penampungan ikan).
b. Masa berlaku izin
o. Masa berlaku izin Usaha peternakan dan perikanan selama pemegang izin melakukan
usaha dan wajib melakukan daftar ulang setiap 5 tahun.

PERIZINAN MENDIRIKAN PETERNAKAN AYAM


a. persyaratan
Tahapan-tahapan mendirikan usaha peternakan secara umum adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan dan rekomendasi
Mengajukan permohonan dan rekomendasi kepemilikan izin usaha kepada walikota
atau bupati setempat dengan syarat-syarat seperti:
a. Mengisi formulir surat rekomendasi yang ditujukan untuk walikota atau bupati setempat.
Dalam formulir surat rekomendasi izin usaha tersebut, terdapat beberapa syarat permohonan
izin usaha peternakan dan data yang harus diisi yaitu sebagai berikut:
p. Data pemohon meliputi nama, pekerjaan dan alamat calon pemilik usaha peternakan.
q. Data mengenai pertanahan yang mencakup luas tanah calon (dalam m2), lokasi calon
usaha (kelurahan dan kecamatan), alamat calon usaha, jenis tanah yang mau didirikan
tempat usaha (darat atau sawah), status tanah (tanah sertifikat atau akta jual beli atau
sewa atau kontrak), kondisi fisik (tanah kosong atau ada bangunan) serta kondisi
tanah tersebut saat ini (sudah atau belum dibangun).
b. Kelengkapan-kelengkapan lainnya, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Foto kopi KTP
- Foto kopi tanda lunas PBB
- Foto kopi NPWP
- kalau berbadan usaha harus disertakan lampirkan akte pendirian perusahaan
- Bukti kepemilikan tanah
- Gambar situasi
- IMB yang sudah ada bangunan atau IMB lama
- Surat ijin tetangga diatas segel Rp. 6000 diketahui lurah dan camat
- Surat kuasa apabila dikuasakan diatas materai Rp. 6000
2. Mengajukan Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Mengajukan permohonan IMB (izin mendirikan bangunan) dengan cara mengisi
formulir surat izin mendirikan bangunan yang ditujukan kepada walikota atau bupati
setempat, yaitu melalui kepala dinas pemukiman penduduk yang disertai dengan syarat-sarat
dan dokumen yang diperlukan.
3. Mengajukan Permohonan Izin Gangguan.
4. Mengisi formulir surat pernyataan kesanggupan mematuhi ketentuan teknis yang berlaku.
5. Membuat Tanda Daftar Industri (TDI).
TARIF RETRIBUSI IZIN USAHA PETERNAKAN AYAM POTONG
Prinsip Izin Usaha Peternakan Ayam Potong dan sasaran dalam penetapan struktur
dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah serta menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin usaha
peternakan dengan mempertimbangkan aspek-aspek keadilan serta kemampuan masyarakat
dan pengusaha dalam pembiayaan dalam sektor perizinan.
Adapun besarnya tarif retribusi sebagai berikut:
1. Ayam pedaging antara > 15.000 – 30.000 ekor / siklus sebesar Rp.250.000
2. Ayam pedaging antara > 30.000 – 50.000 ekor / siklus sebesar Rp. 750.000,
3. Ayam pedaging antara > 50.000 ekor / siklus sebesar Rp. 1.250.000.
Izin usaha peternakan ini mempunyai masa berlaku yakni selama 5 (lima) Th,
terhitung sejak tanggal dikeluarkan tanda daftar atau surat izin tersebut. Setelah peternak
memenuhi semua persyaratan serta melakukan prosedur pengurusan perizinan dan selama
pemegang izin melakukan usaha maka wajib melakukan daftar ulang setiap 5 (lima) Th.

RUMAH POTONG UNGGAS


SNI 01-6160-1999
Acuan : Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 557/Kpts/TN.520/9/1987 tentang Syarat-
syarat Rumah Pemotongan Unggas dan Usaha Pemotongan Unggas.
Persyaratan lokasi :
- Tidak bertentangan dengan Rancangan Umum Tata Ruang (RUTR), Rencana, Detail
Tata Ruang (RDTR) setempat dan/atau Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK).
- Tidak berada di bagian kota yang padat penduduknya serta letaknya lebih rendah dari
pemukiman penduduk, tidak menimbulkan gangguan atau pencemaran lingkungan.
- Tidak berada dekat industri logam dan kimia, tidak berada di daerah rawan banjir,
bebas dari asap, bau, debu dan kontaminan lainnya.
- Memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan Rumah Pemotongan Unggas.
Sarana dan Prasarana
- Sarana jalan yang baik menuju Rumah Pemotongan Unggas yang dapat dilalui
kendaraan pengangkut unggas hidup dan daging unggas.
- Sumber air yang cukup dan memenuhi persyaratan baku mutu air minum sesuai
dengan SNI 01-0220-1987. Persediaan air yang minimum harus disediakan yaitu 25-
35 liter/ekor/hari.
- Sumber tenaga listrik yang cukup.
- Persediaan air yang bertekanan 1,05 kg/cm2 (15 psi) serta fasilitas air panas dengan
suhu minimal 82o C.
- Kendaraan pengangkut daging unggas..

SUSU
SNI 3141.1:2011
Persyaratan mutu
HEWAN TERNAK
Undang-undang nomer 18 tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan.
Pengamanan terhadap penyakit hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
dilaksanakan melalui:
a. penetapan penyakit hewan menular strategis;
b. penetapan kawasan pengamanan penyakit hewan;
c. penerapan prosedur biosafety dan biosecurity;
d. pengebalan hewan;
e. pengawasan lalu lintas hewan, produk hewan, dan media pembawa penyakit hewan lainnya
di luar wilayah kerja karantina;
f. pelaksanaan kesiagaan darurat veteriner; dan/atau
g. penerapan kewaspadaan dini.
Pada pasal 45 Dalam hal wabah penyakit hewan menular sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan penyakit hewan menular eksotik, tindakan pemusnahan harus dilakukan
terhadap seluruh hewan yang tertular dengan memerhatikan status konservasi hewan yang
bersangkutan.

Pengawasan daging di pasaran


Pengawasan daging dilapangan dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Pertanian sesuai Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Pedoman Cara Ritel Pangan Yang Baik Di Pasar Tradisional.
Pemeriksaan daging meliputi : warna, bau, konsistensi, pengukuran pH dan
pemeriksaan awal pembusukan daging meliputi uji Eber dan uji Postma.

Penanganan produk yang rusak dipasaran :


Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Pedoman Cara Ritel Pangan Yang Baik Di Pasar
Tradisional.
Penanganan pangan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan dapat dilakukan sebagai
berikut :
a. Pangan yang telah kedaluwarsa dipindahkan ke tempat khusus dimana pembeli tidak
memiliki akses dan dikembalikan ke supplier atau dimusnahkan.
b. Pangan yang busuk/rusak, termasuk pangan kaleng yang penyok, gembung,
berkarat, atau labelnya rusak harus segera dibuang atau dimusnahkan, dan dipastikan
pangan tersebut tidak dimanfaatkan kembali untuk dikonsumsi.
c. Pangan yang dinyatakan berbahaya oleh Instansi yang berwenang, misalnya tahu
berformalin, ayam yang terkena penyakit tetelo, daging sapi pada saat ada wabah
sapi gila, harus dibuang atau dimusnahkan sesuai petunjuk yang disarankan.

Kewajiban RPH/RPU setelah diberikan izin pengoperasian RPH/RPU :


Melakukan pencatatan dan sistem admistrasi yang baik. Aspek admistrasi ini harus
dapat mencatat setiap kejadian yang berlangsung. Beberapa hal yang tercakup dalam aspek
administrasi adalah :
a. Harus ada catatan jumlah hewan yang disembelih setiap harinya.
b. Harus ada catatan mengenai hewan yang mati sebelum disembelih (bangkai)
c. Harus ada berita acara mengenai bangkai tersebut, dikemanakan dan dibuat apa.
Secara hukum harus ada kepastian bahwa bangkai tersebut tidak dimanfaatkan untuk
keperluan pangan.

Pengawasan saat pengoperasian RPH/RPU


a. Pengawasan secara langsung dilakukan oleh petugas kesmavet dilakukan dengan
pemantauan, surveilans dan verivikasi. Berdasarkan laporan hasil pengawasan secara
langsung, kepala dinas provinsi :
- Bila terjadi penyimpangan, memberikan peringatan dan atau pencabutan atas izin
yang dierikan
- Bila terjadi pemindahan lokasi, melakukan perubahan sertifikat perizinan
b. Pengawasan tidak langsung dapat dilakukan melalui sistem pelaporan
(konsumen/produsen)

Penanganan ketika ada kecacatan dalam bagian daging


Misalnya : terdapat cacing fasiola hepatika di hati dapi
- Dilakukan pemeriksaan untuk melihat ada tidaknya persebaran telur dari cacng
tersebut, selama tidak ditemukan pada bagian secara random maka daging boleh
dikonsumsi.
- Bagian hati dan jeroan sapi tidak boleh dikonsumsi

Anda mungkin juga menyukai