Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN MATERNITAS

PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU MENYUSUI

Oleh:

Kelompok 3

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
Tinjauan Pustaka

2.1 ASI

A. Definisi ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan paling sempurna untuk bayi

karena didalamnya terkandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi (Depkes, 2002; WHO, 2003).

Sedangkan, menurut Soetjiningsih (1997) Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak

dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh

kedua kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi.

ASI merupakan makanan pilihan utama untuk bayi, menyusui memberi

banyak keuntungan baik dalam hal nutrisi, immunologi dan psikologis (Bobak,

2005).

B. Definisi Pemberian ASI Eksklusif

Menurut Roesli (2004) ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara

eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti

susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat

seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biskuit, bubur nasi dan tim.

Menurut WHO (2006) pengertian pemberian ASI eksklusif adalah bayi

hanya diberikan ASI saja, baik secara langsung ataupun tak langsung (diperah).

Secara keseluruhan pemberian ASI eksklusif mencakup hal sebagai berikut : yaitu

hanya ASI saja sampai umur enam bulan dimana menyusui dimulai tiga puluh

menit begitu setelah bayi lahir dan tidak memberikan makanan prelktal seperti air

gula atau air tajin kepada bayi baru lahir. Menyusui sesuai kebutuhan bayi,

memberikan kolostrum kepada bayi, menyusui sesering mungkin (tanpa jadwal),


termasuk pemberian ASI pada malam hari dan cairan yang dibolehkan hanya

vitamin atau mineral dan obat dalam bentuk drops atau sirup.

C. Alasan Pemberian ASI Eksklusif sampai Enam Bulan

ASI sangat cocok diberikan pada bayi karena (Linkanges, 2002):

a. ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin

tumbuh kembang sampai umur enam bulan

b. bayi dibawah usia enam bulan belum mempunyai enzim pencernaan yang

sempurna, sehingga belum mampu mencerna makanan dengan baik.

c. Ginjal bayi yang masih muda belum mampu bekerja dengan baik

d. Makanan tambahan bagi bayi yang muda mungkin menimbulkan alergi

(Perinasia, 2003).

D. Manfaat ASI

ASI merupakan makanan ideal dengan komposisi yang tepat serta

disesuaikan dengan kebutuhan bayi (Depkes, 2002). ASI juga mengandung

nutrien-nutrien khusus yang diperlukan untuk pertumbuhan otak manusia. Nutrien

ini sedikit atau tidak didapati sama sekali pada susu sapi, antara lain taurin suatu

bentuk zat putih telur (protein) yang hanya terdapat pada ASI yang penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan sel otak (Perinasia, 2003).

Asam lemak ikatan panjang merupakan asam lemak utama ASI (70%) yang

hanya sedikit sekali didapatkan pada susu sapi. Asam lemak ikatan panjang ini

penting untuk pertumbuhan otak dan jaringan saraf. Laktosa merupakan zat hidrat

arang utama ASI untuk perkembangan saraf pusat. Dapat dimengerti bahwa

pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI eksklusif selama enam bulan akan

optimal dengan kualitas prima. Berikut ini berbagai manfaat dari ASI :
a. Manfaat bagi bayi

Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang dirasakan,

berikut manfaat bagi bayi :

1) ASI sebagai nutrisi, ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal

dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan

pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling

sempurna,baik kualitas maupun kuantitasnya (Suharyono, 1992;

Roesli, 2004; Perinisia, 2003).

2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Bayi yang baru lahir secara

alamiah mendapat immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya

melalui plasenta, namun kadar zat ini akan cepat sekali menurun

segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat

kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada

waktu berusia sekitar sembilan sampai dua belas bulan. Pada saat itu

zat kekebalan menurun, sedangkan yang dibentuk badan bayi belum

mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan yang akan

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit

dan jamur (Roesli, 2004; Perinasia, 2003).

3) ASI meningkatkan kecerdasan karena ASI mengandung nuterin khusus

yang diperlukan otak bagi agar tumbuh optimal, nutrien-nutrien khusus

tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit sekali terdapat pada susu

sapi, nutrien tersebut adalah : taurin, laktosa, asam lemak ikatan

panjang (A, DHA, omega-3. Omega-6). Mengingat hal tersebut,

pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI secara eksklusif selama enam
bulan akan tumbuh optimal dengan kualitas yang optimal pula (Roesli,

2000; Perinasia, 2003; Suradi, 2004).

4) ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang. Bayi yang sering

berada dalam dekapan ibunya karena menyusu akan merasakan kasih

sayang ibunya. Ia akan aman dan tenteram, terutama karena masih

dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam

kandungan. Perasaan terlindungi dan disayang inilah yang menjadi

dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang

percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Suharyono, 1992; Roesli,

2004; Perinasia, 2003; Suradi, 2004).

5) ASI mengurangi kejadian kerja dentis. Insiden karies dentis pada bayi

yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi diabnding dengan yang

mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot

terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak

dengan sisa susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan

merusak gigi. Kecuali itu ada anggapan bahwa kadar selenium yang

tinggi dalam ASI akan mencegah karies dentis (Perinasi, 2003).

6) ASI mengurangi kejadian maloklusi. Salah satu penyebab maloklusi

rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat

menyusu dengan botol dan dot (Roesli, 2004; Perinasia, 2003).

b. Manfaat ASI bagi ibu

Manfaat ASI bagi ibu dapat :

1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Pada ibu yang menyusui

terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk meningkatkan


konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih

cepat berhenti, mengurangi perdarahan sehingga mengurangi

kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia karena

kekurangan besi. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu

melahirkan (Roesli, 2004; Perinasia, 2003; Suradi, 2004).

2) Menjarangkan kehamilan, menyusui merupakan cara kontrasepsi yang

aman, murah dan cukup berhasil. Hal ini terjadi melalui mekanisme

hormon untuk ovulasi sehingga terjadi Lactational Amenorrhea

(LAM). Selama LAM memberikan efek pencegahan yang baik terhdap

kemungkinan terjadinya kehamilan (Roesli, 2004; Nindya, 2001;

Perinasia, 2003; Suradi, 2004). Ibu memberikan ASI eksklusif dan

belum haid. 98% akan tidak hamil sampai bayi berusia dua belas bulan

(Roesli, 2004). Mengecilkan rahim, kadar oksitosin ibu menyusui yang

meningkat akan sangat membantu rahim akan kembali ke ukuran

sebelum hamil (Roesli, 2004).

3) Lebih cepat langsing kembali, oleh karena menyusui memerlukan

energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun

selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan

lebih cepat kembali keberat badan sebelum hamil (Roesli, 2004).

4) Tidak merepotkan dan menghemat waktu (Roesli, 2004).

5) Lebih ekonomis dan murah (Roesli, 2004).

6) Praktis dan mudah dibawa kemana-mana. ASI dapat diberikan dimana

saja dan kapan saja dalam keadaan siap dimakan atau minum serta

dalam suhu yang selalu (Roesli, 2004).


c. Manfaat ASI bagi Negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adanya faktor

protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi

yang dapat menurunkan angka kematian bayi. Beberapa penelitian

epidemiologis menyebutkan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari

penyakit infeksi (Roesli, 2004; Perinasia, 2003).

2) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit. Anak yang mendapat ASI lebih

jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapat susu

formula (Roesli, 2004; Perinasia, 2003).

3) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula (Roesli, 2004;

Perinasia, 2003).

4) Meningkatkan kualitas generasi penerusan bangsa. Anak yang hanya

mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal, sehingga

kualitas penerus bangsa akan terjamin (Roesli, 2004; Perinasia, 2003).

2.2 Teknik Menyusui Yang Benar

A. Pengertian Teknik Menyusui Yang Benar

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi

dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).

B. Pembentukan dan Persiapan ASI

Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada

kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta

berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit.

Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk


memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin

menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam.

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :

1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas

tidak menumpuk.

2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan

isapan bayi.

3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan

operasi.

C. Posisi dan perlekatan menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong

biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994)


Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca

operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas.

Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui

bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi

ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan

posisi ini bayi tidak tersedak.


Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 1994)

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan
(Perinasia, 2004)

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)

Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)


Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)

D. Langkah-langkah menyusui yang benar

Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan

disekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai.

Gambar 9. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)

Gambar 10. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)

1. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh

bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus,

hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan

puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke

puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.


Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)

2. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi

terletak di bawah puting susu. 3. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu

dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi

membuka lebar.

Gambar 12. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)

Gambar 13. Perlekatan salah (Perinasia, 2004)


E. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu

menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI

selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar

maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :

1. Bayi tampak tenang.

2. Badan bayi menempel pada perut ibu.

3. Mulut bayi terbuka lebar.

4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.

5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak

yang masuk.

6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.

7. Puting susu tidak terasa nyeri.

8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

9. Kepala bayi agak menengadah.

Gambar 14. Teknik menyusui yang benar (Perinasia, 2004)


F. Lama dan frekuensi menyusui

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui

bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan

sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan

karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap)

atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat

mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan

kosong dalam waktu 2 jam.

Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan

akan mempunyai pola tertentu setelah 1 2 minggu kemudian. Menyusui yang

dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada

rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai

kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja

dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan

pada malam hari akan memicu produksi ASI.

Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya

setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar

berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi

lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir

disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang

dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.


Gambar 15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui (Perinasia, 2004)

G. Cara Meningkatkan ASI

1. Adalah dengan memberikan lebih sering, siang dan malam, setiap waktu

sampai bayi tidak mau.

2. Bagi ibu memakan makanan dengan gizi seimbang dan dengan pola makan

yang benar dan teratur.

2.3 Gizi Ibu Menyusui

A. Definisi

Gizi seimbang pada ibu menyusui dapat diartikan bahwa konsumsi

makanan ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri

dan untuk pertumbuhan serta pekembangan bayinya (Kemenkes RI. 2014).

Gizi seimbang pada saat menyusui merupakan seuatu yang penting bagi

ibu menyusui karena sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, Oleh

karena itu, pemenuhan gizi yang baik bagi ibu menyusui akan berpengauh

terhadap status gizi ibu menyusui dan juga tumbuh kembang bayinya

(Dewi, A.B.F.K., Pujiastuti, N., Fajar, I. 2013)

Komponen-komponen di dalam ASI diambil dari tubuh ibu sehingga harus

digantikan oleh makan makanan yang cukup pada ibu menyusui

tersebut. Oleh karena itu, ibu menyusui membutuhkan zat gizi yang lebih

banyak dibandingkan dengan keadaan tidak menyusui dan masa


kehamilan, tetapi konsumsi pangannya tetap harus beranekaragam dan

jumlah serta poposinya sesuai (Kemenkes RI. 2014).

B. Manfaat Gizi Seimbang Bagi Ibu Menyusui

1. Untuk melakukan aktivitas.

2. Melakukan berbagai proses di dalam tubuh.

3. Mengembalikan alat-alat kandungan ke keadaan sebelum hamil.

4. Sebagai cadangan dalam tubuh.

5. Sangat erat kaitannya dengan produksi ASI yang diperlukan untuk

pertumbuhan bayi.

Jika ibu berhasil memenuhi gizi seimbang saat menyusui,

maka pertumbuhan bayi juga akan berhasil dan tubuh ibu bisa menjadi sehat dan

kuat serta kualitas dan kuantitas produksi ASI menjadi baik (Astuti. 2010)

C. Kebutuhan Gizi Seimbang Saat Menyusui

Kebutuhan gizi ibu menyusui meningkat dibandingkan dengan tidak

menyusui dan masa kehamilan (Kemenkes RI. 2014)

Ibu dalam 6 bulan pertama menyusui membutuhkan tambahan energi

sebesar 500 kalori/hari untuk menghasilkan jumlah susu normal (Dewi,

A.B.F.K., Pujiastuti, N., Fajar, I. 2013)

Sehingga total kebutuhan energi selama menyusui akan meningkat

menjadi 2400 kkal per hari yang akan digunakan untuk memproduksi ASI

dan untuk aktivitas ibu itu sendiri8 yang dalam pelaksanaannya dapat

dibagi menjadi 6 kali makan (3x makan utama dan 3x makan


selingan) sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang yang dianjukan

(Kemenkes RI. 2014)

Untuk mengetahui terpenuhinya energi dengan cara menimbang berat

badan. Bila terjadi penurunan >0,9 kg per minggu setelah 3 minggu pertama

menyusui berarti kebutuhan kalori tidak tercukupi sehingga akan mengganggu

produksi ASI. Kebutuhan zat gizi lain juga akan meningkat selama menyusui,

yaitu:

1. Karbohidrat

Saat 6 bulan pertama menyusui, kebutuhan ibu meningkat sebesar 65 gr per

hari atau setara dengan 1 porsi nasi (Kurniasih, D,. Hilmansyah, H., Astuti,

M.P. & Imam, S. 2010)

2. Protein

Sangat diperlukan untuk peningkatan produksi air susu. Ibu menyusui

membutuhkan tambahan protein 17 gr atau setara dengan 1 porsi daging (35 gr)

dan 1 porsi tempe (50gr).

3. Lemak

Lemak berfungsi sebagai sumber tenaga dan berperan dalam produksi ASI serta

pembawa vitamin larut lemak dalam ASI. Kebutuhan minyak dalam tumpeng gizi

seimbang sebanyak 4 porsi atau setara dengan 4 sendok the minyak (20

gr). Lemak yang dipelukan untuk ibu menyusui yaitu lemak tak jenuh ganda

seperti omega-3 dan omega-6 (Kemenkes RI. 2014).


4. Vitamin dan mineral

Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin & mineral dari ibu

hamil (Kemenkes RI. 2014). Kadar vitamin dalam ASI sangat dipengaruhi

oleh vitamin yang dimakan ibu, jadi suplementasi vitamin pada ibu akan

menaikkan kadar vitamin ASI.

Vitamin yang penting dalam masa menyusui adalah vitamin B1, B6, B2,

B12, vitamin A, yodium & selenium. Jumlah kebutuhan vitamin &

mineral adalah 3 porsi sehari dari sayuran dan buah-buahan.

Ibu menyusui rentan terhadap kekurangan gizi. Untuk mencegahnya, Anda

memerlukan suplemen baik berupa makanan maupun vitamin dan mineral

khususnya vitamin A dan zat besi.

D. Cairan

Ibu menyusui sangat membutuhkan cairan agar dapat menghasilkan air susu

dengan cepat. Dianjurkan minum 2-3 liter air per hari atau lebih dari 8 gelas air

sehari (12-13 gelas sehari). Terutama saat udara panas, banyak berkeringat dan

demam sangat dianjurkan untuk minum >8 gelas sehari (Kemenkes RI. 2011;

Kemenkes RI. 2014; Sari, M.D. 2011)

Waktu minum yang paling baik adalah pada saat bayi sedang menyusui atau

sebelumnya, sehingga cairan yang diminum bayi dapat diganti (Sari, M.D.

2011) Kebutuhan cairan dapat diperoleh dari air putih, susu, jus buah-buahan dan

air yang tersedia di dalam makanan (Kemenkes RI. 2011; Kemenkes RI. 2014)
E. Sumber Makanan Bergizi

Menurut Kemenkes RI (2014) dan Kemenkes RI (2011), kandungan makanan

bergizi dapat diperoleh dari:

1. Karbohidrat :Nasi, ubi, kentang, singkong, bihun, mie, roti, makaroni dan

jagung

2. Protein Hewani : Ikan, daging, telur, unggas, susu dan hasil olahannya

3. Protein Nabati :Tahu, tempe, kacang-kacangan dan hasil olahannya (susu

kedelai)

4. Lemak

Omega 3 : ikan salmon, tuna, kakap, tongkol, lemuru, tenggiri, sarden dan

cakalang

Omega 6 : minyak kedelai, minyak jagung dan minyak bunga matahari

DHA merupakan asam lemak omega 3 yang penting dan dibutuhkan oleh

bayi untuk perkembangan otak. Anda dapat memperkaya DHA dalam ASI

dengan mengonsumsi ikan 2-3 kali per minggu.

5. Vitamin dan Mineral : Buah-buahan dan sayur-sayuran.


Sumber : Waryana (2010) dalam Triyani (2012); Sari, 2011

F. Dampak Kekurangan Gizi Pada Ibu Menyusui

Ibu menyusui sering kekurangan energi karena kebutuhan ibu menyusui yang

meningkat tidak diimbangi dengan pola makan bergizi Seimbang. Dampak

kekurangan gizi bagi ibu menyusui akan mempengaruhi ibu serta bayinya, antara

lain:

1. Pada bayi

Proeses tumbuh kembang terganggu

Daya tahan tubuh menurun sehingga bayi mudah sakit


Mudah terkena infeksi

Menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang

2. Pada ibu

Gangguan pada mata

Kerusakan gigi dan tulang

Mengalami kekurangan gizi dan darah

Kualitas ASI menurun

2.4 Pijat Oksitosin

A. Definisi

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidak lancaran

produk ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang

(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk

merangsang hormin prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Purnama, 2013).

B. Manfaat

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau reflek let

down. Selain untuk merangsang let down manfaat pijat oksitosin adalah untuk

memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),

mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin,

mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Purnama, 2013).

C. Langkah-langkah Pijat Oksitosin

Cara pijat oksitosin menurut Widuri (2013), yaitu dengan cara:

a. Ibu duduk dengan meletakkan kedua tangannya di kursi atau sandaran yang

diletakkan di depannya
b. Bebaskan punggung ibu dari pakaiannya

c. Kedua jari ibu pemijat dicelupkan ke dalam baby oil lalu lakukan gerakan

pada punggung, tepatnya disamping tulang punggungnya

d. Lakukan gerakan melingkar pada kedua ibu jari dari atas sampai kebawah,

lakukan untuk beberapa kali sampai ibu merasakan lebih rileks

e. Kemudian bisa mengecek pengeluaran ASU dengan memencet puting

payudara ibu

Tanda-tanda yang dirasakan apabila refleks oksitosin aktif (Widuri, 2013):

a. Ibu akan merasa diperas atau tajam pada payudara saat sebelum meneteki

bayi atau selama meneteki

b. ASI mengalir pada payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar

tangisnya

c. ASI menetes dari payudara sebelah lain, jika bayi menetek pada payudara

lainnya

d. Nyeri karena kontraksi rahim, kadang dengan aliran darah, selama menetek

dalam minggu pertama ibu melahirkan

e. Isapan pelan dan dalam dari bayi serta bayi melihat ataupun terdengar

menelan ASI merupakan tanda bahwa ASI mengalir kedalam mulut bayi

2.5 Perawatan Payudara

A. Definisi

Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan pada ibu hamil usia 7-

9 bulan (Depkes, 2004). Selama kehamilan payudar sebaiknya dipersiapkan untuk

menghasilkan ASI bagi bayi neonatus segera setelah lahir. Karena berat payudara
dapat meningkat lebih dari 1 pound, diharapkan ibu menggunakan bra yang dapat

menyangga payudara dengan baik untuk perlindungan sejak kehamilan 6-8

minggu. Payudara mengalami perubahan berupa pembesaran payudara, terasa

lebih padat, kencang, sakit dan tampak pembuluh darah dipermukaan kulit yang

jelas serta melebar, serta kelenjar-kelenjar motgomer daerah aerola tampak lebih

nyata dan menonjol (Hamilton, 2005).

Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa

meyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang

merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini

mungkin (Anwar, 2008).

B. Tujuan perawatan payudara pada masa hamil yaitu:

1. Untuk memelihara kebersihan payudara

2. Melenturkan dan menguatkan puting susu

3. Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat menyembul keluar

sehingga siap untuk disusukan pada bayinya

4. Mempersiapkan produksi ASI (Manuaba, 2009).

Perawatan payudara adalah pemeliharaan payudara yang dilakukan untuk

memperlancar ASI dan menghindari kesulitan pada saat menyusui dengan

melakukan pemijatan (Welford, 2009). Perawatan payudara sangat penting

dilakukan selama hamil sampai menyusui. Hal ini karena payudara merupakan

satu-satu penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi baru lahir sehingga

harus dilakukan sedini mungkin (Azwar, 2008).


C. Cara Melakukan Perawatan Payudara

Perawatan payudara bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara,

memperbanyak atau memperlancar pengeluaran ASI sehinga dapat dengan mudah

untuk proses menyusui (Anggraini, 2010). Adapun cara melakukan breast care,

yaitu (Depkes RI, 2007) :

a. Ibu berbaring

b. Memasang handuk pada bagian perut bawah dan bahu sambil melepaskan

pakaian atas, handuk dikaitkan dengan peneliti

c. Mengompres kedua puting dengan kapas yang dibasahi minyak kelapa atau

baby oil selama 2-3 menit

d. Mengangkat kapas sambil membersihkan puting dengan melakukan gerakan

memutar dari dalam keluar

e. Dengan kapas yang baru, bersihkan bagian tengah puting dari sentral keluar,

melakukan penarikan bila puting inverted

f. Membasahi kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil dan

melakukan pengurutan dengan telapak tangan berada diantara kedua payudara

dengan gerakan ke atas, ke samping, ke bawah dan ke depan sambil

menghentakkan payudara

g. Pengurutan dilakukan sebanyak 20-30 kali. Setelah itu melakukan terapi

ketuk mengelilingi payudara dari luar kearah puting sebanyak 20-30 kali

h. Meletakkan waskom di bawah payudara dan menggunakan waslap yang

dibasahi air hangat


i. Mengguyur payudara sebanyak 5 kali, kemudian di lap dengan waslap

bergantian dengan air dingin, masing-masing 5x guyuran kemudian diakhiri

dengan air hangat

j. Mengeringkan payudara dengan handuk yang di pasang di bahu. Lalu

membiarkan payudara dalam keadaan basah

k. Memakai BH dan pakaian atas ibu dan menganjurkan klien memakai BH

yang menopang payudara

a. Pengurutan buah dada dari tengah payudara lalu keatas

b. Pengurutan buah dada dari atas ke samping kebawah

c. Pengurutan buah dada dengan terapi ketuk menuju puting

d. Membersihkan payudara dengan waslap

2.6 Olahraga Untuk Ibu Menyusui

A. Informasi Olahraga untuk Ibu Menyusui

Olahraga merupakan salah satu kebutuhan manusia pada setiap fase

kehidupan. Tak terkecuali ibu hamil dan menyusui. Namun, faktanya tidak sedikit

Ibu menyusui yang tidak mau berolahraga karena berbagai alasan. Alasan utama
yang diungkapkan adalah kekhawatiran akan ASI nya. Ada yang beranggapan

berolahraga dapat mempengaruhi komposisi ASI dan rasa ASI. Sehingga khawatir

bayi akan menolak menyusu.

Penelitian-penelitian laktasi terkini membuktikan bahwa olahraga ringan

hingga sedang tidak mempengaruhi komposisi ASI. American Academy of

Pediatrics (AAP) menyatakan bahwa olahraga sedang meningkatkan kesehatan

jantung tanpa memengaruhi kadar antibody Immunoglobulin A (IgA), protein

laktoferin dan enzim lysozyme dalam ASI. Berbagai hasil penelitian menunjukkan

bahwa olahraga sedang yang dilakukan oleh Ibu menyusui tidak akan

mempengaruhi :

Produksi ASI

Faktor imunitas dalam ASI yaitu antibody IgA (Immunoglobulin A), protein

Laktoferin dan enzim lysozyme

Mineral dalam ASI seperti kalsium, phosphor, magnesium, potassium dan

sodium

Zat gizi utama dalam ASI yaitu lemak, protein dan laktosa

pH ASI.

B. Manfaat Olahraga Bagi Ibu menyusui

Meningkatkan kebugaran dan kesehatan jantung

Meningkatkan kesehatan mental, mengurangi stress dan mencegah depresi

Menjaga berat badan (Tujuan Ibu berolahraga sebaiknya bukan untuk

menurunkan berat badan secara drastis karena dikhawatirkan Ibu

cenderung akan melakukan olahraga berat)

Meningkatkan kekuatan tulang dan otot


Memberi contoh hidup sehat sedini mungkin kepada anak-anak dan

keluarga.

C. Waktu Memulai Olahraga

American College of Obstetricins and Gynecologists (ACOG) menyatakan

bahwa Ibu dapat memulai berolahraga ringan bertahap ketika Ibu merasa pulih.

Umumnya 6 minggu pasca persalinan dan diperiksa terlebih dahulu kondisi fisik

Ibu. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil penilaian kesiapan tubuh Ibu.

Jika selama kehamilan rutin berolahraga dan melahirkan secara persalinan

normal (per vaginal) tanpa komplikasi maka Ibu dapat mulai berolahraga ringan

seperti peregangan dan jalan kaki jarak pendek beberapa hari setelah persalinan.

Ketika Ibu makin pulih dan kuat maka Ibu dapat mulai meningkatkan low impact

aerobic seperti jalan kaki dengan jarak bertahap lebih jauh.

Apabila Ibu melahirkan melalui SC (Sectio Caesarea) tunggu sekitar 6

minggu) hingga luka operasi pulih, namun bukan berarti Ibu hanya berbaring dan

tidak melakukan aktivitas. Jalan kaki secara perlahan sangat dianjurkan agar

mempercepat pemulihan dan mencegah penggumpalan darah dan komplikasi

pasca SC lainnya. Sendi dan jaringan ikat di tubuh Ibu pasca persalinan akan lebih

kendur hingga 3 5 bulan pasca persalinan.

D. Tips Olahraga Untuk Ibu Menyusui

1. Susui bayi atau perah ASI sebelum Ibu berolahraga terutama olahraga high

impact seperti berlari. Hal ini dapat mengurangi ketidaknyamanan karena

payudara penuh dan juga bayi sudah terpenuhi kebutuhan menyusunya

2. Gunakan bra yang dapat menyangga payudara dengan baik dan

nyaman. Beberapa Ibu mengenakan dobel bra yaitu bra untuk menyusui
lalu di luarnya bra untuk olahraga (sport bra). Kenakan breast

pad/bantalan payudara supaya mencegah ASI merembes saat Ibu

berolahraga

3. Pastikan cukup minum selama dan setelah berolahraga. Biasakan

membawa botol minum yang mudah diraih ketika berolahraga untuk cegah

dehidrasi

4. Setelah berolahraga keringkan badan terutama payudara. Kemudian

mandilah, bayi tidak menyukai badan dan payudara Ibu yang berkeringat

dan akan terasa asin

5. Lakukan olahraga secara perlahan dan bertahap, atur intensitasnya. Seiring

meningkatnya intensitas olahraga, pastikan tidak sampai membuat Ibu

kelelahan. Ibu dapat melakukan latihan aerobik ringan-sedang seperti jalan

kaki, berenang selama 45 menit per hari, 5x seminggu. Department of

Health and Human Services dan WHO merekomendasikan durasi olahraga

paling tidak 150 menit per minggu

6. Libatkan bayi dalam berolahraga. Lakukan olahraga bersama dengan anak

dan bayi ketika melakukan peregangan, senam, berjalan kaki dan lain-lain

7. Stop olahraga jika Ibu merasakan nyeri dan segera konsultasikan dengan

tenaga kesehatan terdekat.


Daftar Pustaka

Astuti. 2010. Manajemen Laktasi Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas

Kesehatan di Puskesmas. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

Direktorat Gizi Masyarakat: Jakarta.

Bobak, I. M., dkk. (1995) Maternity Nursing. Edisi 4. Jakarta: EGC

Depkes RI, 2002. Strategi Nasional Peningkatan Penggunaan ASI Sampai

Sampai Tahun 2005 Kerjasama Depkes, Depdagri, Depnaker dan Trans,

Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan, WHO, Program For

Appropiate Technology in Health Jakarta. Direktorat Gizi Masyarakat.

Jakarta: Dpkes RI

Dewi, A.B.F.K., Pujiastuti, N., Fajar, I. 2013. Ilmu Gizi untuk Praktisi

Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 30-35.

Kemenkes RI. 2011. Makanan Sehat Ibu Menyusui. Kementrian Kesehatan RI:

Direktorat Bina Gizi.

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Kementrian Kesehatan RI:

Direktorat Bina Gizi.

Kurniasih, D,. Hilmansyah, H., Astuti, M.P. & Imam, S. 2010. Sehat & Bugar

Berkat Gizi Seimbang. Jakarta : P.T Penelitian Sarana Bobo.

Lingkages. 2002. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI Saja: Satu-Satunya Sumber

Cairan yang dibutuhkan Bayi Usia Dini.


Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia). 1994. Melindungi, meningkatkan

dan mendukung Menyusui : Peran Khusus pada Pelayanan Kesehatan

ibu Hamil dan Menyusui. Pernyataan Bersama WHO/UNICEF

Purnama. 2013. Efektifitas Antara Pijat Oksitosin dan Breast Care Terhadap

Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Dengan Sectio Caesarea di RSUD

Banyumas

Roesli, Utami. 2004. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya

Sari, M.D. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta

tentang Inisiasi Menyusui Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa

Kecamatan Tanjung Morawa. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24121/4/Chapter%20II.pdf

Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC

Suradi. 2004. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen.

WHO. 2003. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (IYCF) (A55/15

0f 16 April 2002) and as Endorsed by Fifty-Fifth World Health Assembly.

World Health Organization. Geneva

Widuri. 2013. Cara Mengelola ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja. Pustaka Bara.

Yogyakarta

https://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/2tsusu.pdf

https://nurlienda.wordpress.com/2016/05/18/7-tips-olahraga-untuk-ibu-menyusui/

Anda mungkin juga menyukai