Anda di halaman 1dari 4

DILEMA MANUSIA DIBALIK ROMANTIKA PERJALANAN ILMUWAN DAN AGAMAWAN1

Nenek moyang manusia mungkin benar berasal dari kera, berjalan membungkuk, sedikit tegap
hingga tegap sempurna. Hidup secara berkoloni, mempertahankan hidup dengan cara berburu dan
nomaden di alam, beralih ke cara bercocok tanam dan menjinakkan binatang buas, perlahan mulai
hidup menetap di suatu daerah hingga sampai pada suatu zaman dimana manusia mulai mengenal
kepemilikan pribadi. Sejarah perjalanan panjang kisah manusia di bumi tersebut sedikit banyak telah kita
dengar sejak kita duduk di bangku sekolah, dan hingga kini masih menjadi bahan perbincangan yang
cukup menarik bagi semua kalangan di tengah banyaknya buku maupun jurnal-jurnal ilmiah yang
mencoba untuk meneliti, membuktikan, hingga berani meragukan ataupun membenarkannya.
Meskipun sebenarnya perbincangan yang berujung debat itupun terlihat monoton karena hampir
kesemuanya mempunyai pandangan yang sama, sama-sama menolak bahwa nenek moyang mereka
mempunyai kemiripan dengan kera yang biasa mereka jumpai di hutan, kebun binantang maupun
tayangan-tayangan televisi.

Semenjak Charles Darwin, seorang Ilmuwan yang mencetuskan sebuah konsep tentang seleksi
alam atau yang lebih dikenal dengan teori evolusi2 berhasil menggemparkan dunia dengan berbagai
kontroversinya, meskipun harus diakui sedikit banyak teori tersebut memberi sumbangsih bagi
perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang biologi dan ilmu sejarah. Secara ilmiah teori
tersebut memang mengandung banyak kekurangan dan terbantahkan oleh teori-teori ilmiah lainnya, hal
itupun juga diakui oleh Charles darwin sendiri, yang menyatakan bahwa mendapat banyak kesulitan
dalam menyusun teori tersebut, hal ini sangatlah wajar mengingat sumber-sumber informasi dan
peralatan yang digunakan mungkin masih terbatas jika dibandingkan saat ini. Kontroversi terkait
anggapan bahwa manusia berevolusi terus berlanjut hingga hari ini, mulai dari kalangan ilmuwan,
agamawan hinga masyarakat awam yang tentunya minim informasi dan tidak memiliki dasar keilmuan
yang cukup kuat tentang teori tersebut serta mudah digiring oleh opini-opini yang cenderung
mengatasnamakan keyakinan Agama. Kelompok-kelompok Agamawan yang membawa semangat
kreasionis3 merasa terganggu dengan munculnya teori tersebut, kemapanan dogma4 agama yang
menyatakan bahwa manusia pertama langsung diciptakan dengan wujud manusia seperti saat ini mulai
mendapat ancaman, hal tersebut wajar terjadi mengingat teori evolusi mulai bisa diterima dengan luas
oleh komunitas ilmiah dengan berbagai kekurangannya. Adam sebagai manusia pertama di bumi yang
dipercayai oleh Agama-agama Semantik5 perlahan dan sembunyi-sembunyi mulai dipertanyakan oleh
para penganutnya, meskipun dalam jumlah yang relatif sedikit dan terbatas pada beberapa kalangan
saja. Karena hal ini dianggap bukanlah masalah sepele, mengingat sudah menyentuh ranah
kepercayaan, yang hingga hari ini kepercayaan (bagaimanapun metodenya) masih menjadi pondasi
yang kuat bagi tumbuh suburnya Agama-agama tersebut. Hal inilah yang menjadikan Charles Darwin
selalu dikaitkan dengan kelompok-kelompok yang mengaku berpaham Ateis6 dengan menolak adanya
unsur-unsur yang bersifat non-materi7, mereka semakin yakin bahwa sains sedikit demi sedikit akan
mampu menjawab misteri-misteri yang selama ini masih dipercayakan kepada kitab-kitab suci.

Dari segi ilmu pengetahuan, Bukti bukti ilmiah yang disampaikan Darwin memang belum
cukup mampu untuk mengatakan bahwa manusia merupakan perkembangan langsung dari kera atau
simpanse seperti yang kita pahami saat ini (binatang berjalan hampir tegak menyerupai manusia).
Pendekatan-pendekatan ilmiah baru sampai pada kesimpulan bahwa jutaan tahun silam ada
keterputusan garis silsilah yang menghasilkan kera-kera besar (Pongid8). Belum ada bukti yang
menunjukkan bahwa Hominid9 dan Pongid adalah satu asal usul. Sehingga jika kita mencermati teori
tersebut, sama sekali tidak menganggap bahwa manusia hari ini adalah keturunan langsung dari kera-
kera yang biasa kita jumpai, hanya ada kemiripan antara nenek moyang manusia dari segi fisiknya
dengan kera, dan sepintas memang tidak bisa kita sangkal bahwa kera merupakan hewan yang memiliki
ciri-ciri fisik hampir menyerupai manusia. Terlepas dari isi teori yang mungkin sulit diterima oleh
kebanyakan masyarakat awam, khususnya kelompok-kelompok agamawan, baik agama Semantik
maupun agama-agama lainnya, kita perlu memahami dan menyadari bahwa bagaimanapun juga teori
evolusi yang digagas oleh Darwin tersebut adalah sebuah teori ilmiah yang disusun dengan metode-
metode tertentu dan hasilnya pun masih dianggap sebuah hipotesa10. Seluas apapun sebuah teori ilmiah
digunakan, tentunya tetaplah bersifat relatif, Sebuah teori digunakan dan bahkan dijadikan acuan bukan
karena teori tersebut dianggap paling benar, melainkan karena belum ada teori baru yang menyangkal
kebenarannya. Kita ambil contoh teori dan rumus proyeksi pertumbuhan penduduk11, yang digunakan
untuk memprediksi jumlah penduduk di tahun-tahun yang akan datang dan penggunannya luas dalam
bidang lingkungan, kesehatan, ekonomi dan lain-lain, teori dan rumus tersebut masih digunakan dan
diajarkan di lingkungan dunia pendidikan bukan karena dianggap paling benar dan satu-satunya, tetapi
karena validitas dan tingkat kesalahan dari rumus tersebut masih bisa ditolerir, padahal teori dan rumus
tersebut tidak mempunyai sumber pijakan yang jelas, sampai-sampai untuk keperluan referensi ataupun
kutipan teori dan rumus tersebut harus ditulis dengan istilah Anonymus12. Sebuah Teori ilmiah masih
akan dipertahankan terutama dalam wilayah-wilayah praktis, selama dari sisi penggunaan dan
manfaatnya masih teruji dan bisa dipertanggungjawabkan. Demikian juga dengan teori yang mempunyai
pengaruh besar dalam sejarah perjalanan umat manusia, yang ditulis oleh Karl marx13 dan Friedrich
Engels14 yang meramalkan bahwa Kapitalis14 akan runtuh dengan sendirinya akibat dari mekanisme
kerja kapitalis itu sendiri, hancur dan melebur bersama borjuis-borjuis15 penguasa alat produksi
Sehingga perlahan akan tercipta dunia tanpa kelas. Tapi Sejarah membuktikan bahwa prediksi Karl marx
tersebut salah, kapitalis dengan cepat mampu memahami kelemahannya sendiri dan menyesuaikan
dengan keadaan sehingga sampai pada hari ini mampu bekerja dengan wajah yang lebih humanis dan
memproklamirkan diri sebagai pemenang. Gagalnya pembuktian teori yang digagas oleh karl marx
tersebut tidak bisa dengan begitu saja menguburnya dalam-dalam, bagaimanapun juga Teori-teori yang
disampaikan oleh Karl Marx adalah sebuah teori yang disusun berdasarkan hasil penelitian dan analisa
dengan metode-metodenya yang mampu dipaparkan dan diterima dengan cukup luas di seluruh dunia.

Sungguh tidak fair dan sangat tidak bisa diterima jika harus melawan sebuah teori ilmiah
dengan menggunakan pendekatan ayat-ayat kitab suci, hanya karena teori yang diajukan dianggap
mengancam dan bisa merusak keimanan seseorang. Bagaimana mungkin sebuah teori ilmiah yang
bersifat relatif harus dihadapkan dengan ayat-ayat kitab suci yang tentunya kita semua sepakat akan
kemutlakannya yang final. Banyak kita temui para tokoh-tokoh agamawan baik yang memiliki latar
belakang pendidikan sains maupun tidak, mencoba meramu sebuah teori yang terkesan dihubung-
hubungkan dengan ayat-ayat kitab suci untuk melawan sebuah teori yang dianggap dapat mengganggu
tatanan kehidupan beragama yang paling prinsipal, yaitu kepercayaan. Sebagai seorang muslim
tentunya kita sangat mengakui dan menghormati nama-nama seperti Zakir naik16 dan Harun Yahya17,
kemampuannya dalam menafsirkan Al-Quran dan menjawab misteri-misteri tentang Islam dan Al-
Quran sangat luar biasa. Akan tetapi upaya mereka untuk merobohkan teori Darwin terkesan sangat
dipaksakan, Argumen berdasarkan ayat-ayat kitab suci justru seakan akan mencari pembenaran sendiri,
Apologetik18. Tidak salah memang jika harus menggunakan kalimat ataupun ayat dalam kitab suci
sebagai jalan pendekatan untuk lebih meyakinkan kebenaran ataupun kesalahan sebuah teori, semisal
teori tentang proses penciptaan manusia, maupun yang sedang hangat dan menjadi isu beberapa
waktu yang lalu, yakni teori tentang Bumi yang berbentuk bulat ataukah datar. Penting bagi kita untuk
bijak dalam menilai sebuah teori, apakah teori yang akan kita bahas tersebut masuk dalam Domain
Agama ataukah Sains ? karena keduanya mempunyai jalan dan standart tersendiri untuk sampai pada
kesimpulan diterima atau ditolak.

Celah kosong yang ada dalam sains memiliki potensi besar untuk dimasuki oleh Agama, Teori
Newton tentang Gravitasi masih menyisakan ruang untuk di pecahkan, penjelasan teori dan ketetapan
ketetapan angka yang dibuatnya masih menyisahkan tanda tanya, perputaran bumi dan benda benda
langit lainnya mampu dijelaskan dengan perhitungan-perhitungan sedemikian rupa, tapi tetap saja
masih menyisakan ruang kosong yang belum terisi, apa dan siapa dalang dibalik ketepatan-ketepatan
yang rumit ini ? disitulah agama mempunyai kesempatan untuk masuk menggarapnya. Perintah dan
tuntunan agama yang ditulis dalam kitab suci mampu ditafsirkan manusia agar mampu dipahami dan
dijalankan penganutnya meskipun dengan bahasa yang berbeda, namun lagi-lagi masih juga menyisakan
ruang kosong yang perlu diisi agar dapat dilaksanakan dan tidak menimbulkan Permasalahan
kedepannya. Hari-hari besar keagamaan umat islam sudah mempunyai ketetapannya masing-masing,
sebagai contoh Idul fitri dan Idul Adha, tetapi karena sistem penanggalan yang berdasarkan pada
perputaran bulan dan dipengaruhi oleh banyak faktor alam maka penentuan waktu jatuhnya hari
tersebut memerlukan instrumen lain, tidak bisa hanya bersandar pada teks-teks kitab suci, hadits
maupun kitab-kitab klasik, disinilah ilmu pengetahuan atau sains tampil unjuk gigi untuk mencoba
memecahkannya dengan metode dan teknologi yang hasilnya diharapkan bisa diterima oleh semua
kelompok Islam.

Penerimaan kita pada teori-teori ilmiah, terutama yang mengandung banyak kontroversi dan
bertentangan dengan dalil-dalil teks suci tidak kemudian menjadikan kita seakan-akan melawan ataupun
mengingkari kitab suci itu sendiri, terlebih sampai menjadikan diri kita menerima label KAFIR. Teori
ilmiah yang dibuat oleh manusia adalah upaya yang dilakukan untuk memecahkan hal-hal yang masih
belum bisa dijelaskan, sifatnya yang relatif sehingga bisa dibantah oleh teori baru lagi yang muncul,
begitu dan seterusnya. Disitulah esensi yang paling diperlukan dari buah pikiran manusia, selalu berubah
menuju kemajuan. Jika kita mengamati tempat tinggal manusia yang semula dibuat dari batu, kayu
ataupun bahan-bahan dari alam yang sifatnya praktis, kini semenjak ditemukannya teknologi dan teori-
teori baru dalam bidang ilmu bangunan maka manusia memulai era baru untuk menempati ruang-ruang
beton yang menjulang tinggi dan indah. Kita tidak bisa bayangkan jika teknologi beton belum ditemukan
hingga hari ini, mungkin manusia akan tinggal di dalam potongan potongan batu ataupun menebang
semua pohon sebagai tempat tinggal, dan kita tidak akan pernah mendengar istilah hutan amazon19 dan
hutan borneo20 sebagai paru-paru dunia karena tentunya sudah habis ditebang untuk memenuhi
kebutuhan tempat tinggal manusia. Bangsa belanda21 selama ribuan tahun berjuang melawan derasnya
air laut yang menerjang wilayah daratannya mau tidak mau harus mencari dukungan dari berbagai teori-
teori yang tentunya bersifat relatif yang dibuat oleh para pakar keairan, karena mereka sadar teks-teks
kitab suci dan khotbah dari rumah ibadah tidak mampu menahan derasnya air laut yang kapan saja bisa
menenggelamkan apapun yang mereka miliki.

Persinggungan ilmu pengetahuan dengan agama sampai kapanpun akan terus terjadi, para
ilmuwan yang setiap waktu terus berupaya untuk membuat suatu terobosan harus mampu diimbangi
oleh kelompok agamawan jika tidak ingin terseok-seok dan bahkan dilibasnya. Kemunculan media sosial
di era globalisasi yang sempat dipermasalahkan oleh beberapa kelompok agamawan di sebagian negara
karena dianggap membawa banyak sisi negatif, perlahan tapi pasti mereka menerima dan bahkan turut
menggunakannya sebagai media untuk menyalurkan doktrin-doktrin keagamaan. Hal ini menunjukkan
bahwa masih ada titik kompromi yang bisa dilakukan oleh agama, atau kalau tidak ingin dikatakan kalah
dan menyerah sehingga terpaksa mencebur didalamnya.

Manusia yang memiliki otak sebagai sumber akal dan hati sebagai sumber kepercayaan
seringkali mengalami dilema dalam menyikapi pertarungan para ilmuwan dan agamawan, terkadang di
satu sisi tidak berani meninggalkan doktrin agama yang talah dianutnya sejak awal, tapi di sisi lain
pikiran dan akal manusia tidak bisa dibohongi untuk menerima sesuatu yang meskipun hal tersebut
bertentangan dengan keyakinan yang dipercayainya, sehingga sejak di alam pikiran manusia sulit untuk
bersikap adil, benar yang dikatakan oleh sastrawan Pramudya Ananta Toer22 Berlaku adil lah sejak di
alam pikiran.

Ilmu pengetahuan dan agama telah mengalami romantika hebat sepanjang perjalanannya,
terkadang harus saling bermusuhan, tidak jarang pula berjalan bergandengan dan di beberapa situasi
juga harus berjalan sendiri-sendiri. Islam yang telah hadir sejak 1400 tahun yang lalu tentunya pernah
mengalami masa-masa seperti diatas, bagaimanakah perjumpaan islam dengan ilmu pengetahuan
hingga hari ini ? akan coba dipaparkan di artikel selanjutnya.
1. DILEMA MANUSIA DIBALIK ROMANTIKA PERJALANAN ILMUWAN DAN AGAMAWAN1
Disusun sebagai bahan Diskusi dalam Agenda Program Kerja Forum Menjadi HMI Bidang PPPA, HMI CAB.Malang
Komisariat Teknik UMM 2017
2. Teori Evolusi
Dalam kajian biologi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi Organisme dari satu generasi ke
generasi berikutnya, disebabkan oleh tiga proses kombinasi Utama ; variasi, reproduksi dan seleksi. Yang pada
mulanya digagas oleh Ilmuwan Charles Darwin dalam buku Tho Origin of Species pada akhir abad ke sembilan
belas
3. Kreasionis
Kepercayaan bahwa manusia, kehidupan, bumi dan seluruh jagad raya mempunyai asal-usul secara ajaib yang
dihasilkan oleh campur tangan Tuhan. Sebagaimana dipercayai oleh agama-agama abrahamik.
4. Dogma
Kepercayaan atau doktrin yang dipegang oleh sebuah agama atau organisasi yang sejenis untuk lebih otoritatif.
5. Agama Semantik
Disebut sebagai agama samawi atau Ibrahimiyah, agama yang muncul dari suatu tradisi Semit kuno bersama yang
bersumber kepada nabi Ibrahim, yang termasuk di dalamnya ialah Agama Islam,Kristen dan Yahudi
6. Ateis
Sebuah pandangan filosofi yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan atau dewa-dewi, dalam pengertian yang luas
adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan Tuhan
7. Non-materi

Anda mungkin juga menyukai