Anda di halaman 1dari 29

PEDOMAN DASAR KOHATI

HASIL MUSYAWARAH NASIONAL


KORPS HMI-WATI XIX
MUKADDIMAH

Sesungguhnya Allah SWT, telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna untuk mengatur umat
manusia agar berkehidupan sesuai fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri
semata-mata kehadirat-Nya.

Di sisi Allah SWT, manusia baik laki-laki maupun perempuan mempunyai derajat yang sama, yang membedakan
hanyalah ketaqwaannya, yakni sejauh mana ia istiqamah/teguh mengimani dan mengamalkan ajaran-ajaran Ilahi
dalam kehidupan sehari-hari.

Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah terakhir juga menekankan posisi strategis kaum perempuan dalam
masyarakat sebagaimana sabdanya yang berbunyi : Perempuan adalah tiang negara, bila kaum perempuannya
baik (berahlak karimah) maka negaranya baik dan bila perempuannya rusak (amoral) maka rusaklah negara itu.
Dalam rangka memaknai peran strategis tersebut maka kaum perempuan dituntut untuk menguasai ilmu agama,
Iptek serta keterampilan yang tinggi, dengan senantiasa menyadari akan kodrat kemanusiaannya.

Perempuan sebagai salah satu elemen masyarakat harus memainkan peranannya mewujudkan masyarakat adil
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT. Dan sebagai salah satu strategi perjuangan dalam mewujudkan mission HMI,
diperlukan sebuah wadah yang menghimpun segenap potensi HMI dalam wacana keperempuanan untuk
melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya, dan untuk mewujudkannya HMI membentuk Korps HMIWati
(KOHATI). Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, KOHATI harus berkesinambungan dengan HMI dan penuh
kebijaksanaan yang dinafasi keimanan kepada Allah SWT, serta berpedoman pada Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga HMI.

Untuk menjabarkan operasionalisasi KOHATI tersebut, dibuatlah Pedoman Dasar KOHATI


sebagai berikut :

BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT
Pasal 1
Nama
a. Nama organisasi ini adalah singkatan dari Korps-HMI-Wati disingkat KOHATI.
b. KOHATI adalah bidang pemberdayaan perempuan di HMI setingkat.
c. KOHATI adalah singkatan dari Korps HMI-Wati.
d. KOHATI adalah badan khusus HMI yang bertugas membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-
Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan.

Pasal 2
Waktu dan Tempat Kedudukan
a. KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 M pada
Kongers VIII di Solo.
b. KOHATI berkedudukan di tempat kedudukan HMI.
BAB II
TUJUAN, STATUS DAN SIFAT
Pasal 3
Tujuan
Terbinanya Muslimah Berkualitas Insan Cita.

Pasal 4
Status
a. KOHATI merupakan salah satu badan khusus membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati
dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan.
b. Secara struktural pengurus KOHATI ex officio pimpinan HMI, diwakili oleh Ketua Umum, Sekretaris Umum,
Bendahara Umum dan Ketua Bidang.

Pasal 5
Sifat
KOHATI bersifat Semi-Otonom.

BAB III
FUNGSI, PERAN DAN KEANGGOTAAN

Pasal 6
Fungsi
a. KOHATI berfungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI dalam wacana dan
dinamika keperempuanan.
b. Di tingkat internal HMI, KOHATI berfungsi sebagai bidang pemberdayaan perempuan
c. Di tingkat eksternal HMI, KOHATI berfungsi sebagai organisasi perempuan.

Pasal 7
Peran
KOHATI berperan sebagai Pencetak dan Pembina Muslimah Sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-
nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.

Pasal 8
Keanggotaan
Anggota KOHATI adalah HMI-Wati yang telah lulus Latihan Kader I (LK I).
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI

A. Struktur Kekuasaan

Pasal 9
Musyawarah KOHATI
a. Musyawarah kohati adalah instansi pengambilan keputusan tertinggi di KOHATI
b. Musyawarah KOHATI merupakan forum laporan pertanggungjawaban pengurus, perumusan program kerja
KOHATI, dan memilih serta menetapkan formatur/ketua umum dan dua (2) mide formateur.
1. Di tingkat nasional diselenggarakan Musyawarah Nasional KOHATI dalam rangkaian Kongres HMI.
2. Di Tingkat daerah diselenggarakan Musyawarah Daerah KOHATI BADKO dalam rangkaian Musyawarah
Daerah BADKO HMI.
3. Di tingkat cabang diselenggarakan Musyawarah KOHATI Cabang dalam rangkaian Konferensi HMI Cabang.
4. Di tingkat KORKOM diselengarakan Musyawarah KOHATI KORKOM dalam rangkaian Musyawarah KORKOM.
5. Ditingkat komisariat diselenggarakan Musyawarah KOHATI Komisariat dalam rangkaian Rapat Anggota
Komisariat.

Pasal 10
Peserta Musyawarah
a. Peserta Musyawarah Nasional KOHATI, terdiri dari :
1. Utusan adalah pengurus KOHATI HMI Cabang Penuh.
2. Peninjau adalah seluruh Pengurus KOHATI PB HMI, 2 orang Pengurus KOHATI BADKO HMI, 1 orang
Pengurus KOHATI HMI Cabang Persiapan dan Bidang Pemberdayaan perempuan.
b. Peserta Musyawarah Daerah KOHATI, terdiri dari :
1. Utusan adalah Pengurus KOHATI HMI Cabang Penuh.
2. Peninjau adalah seluruh Pengurus KOHATI BADKO HMI, 1 orang Pengurus KOHATI HMI Cabang Persiapan dan
Bidang Pemberdayaan Perempuan diwilayah koordinasinya.
c. Peserta Musyawarah KOHATI HMI Cabang terdiri dari :
1. Utusan adalah Pengurus KOHATI HMI Komisariat Penuh.
2. Peninjau adalah seluruh Pengurus KOHATI HMI cabang, 1 orang pengurus KOHATI Komisariat Persiapan dan
Bidang pemberdayaan perempuanan.
d. Peserta Musyawarah KOHATI KORKOM HMI terdiri dari :
1. Utusan adalah Pengurus KOHATI HMI Komisariat Penuh.
2. Peninjau adalah Pengurus KOHATI KORKOM HMI, Pengurus KOHATI HMI Komisariat Persiapan, dan Bidang
Pemberdayaan perempuan.
e. Peserta Musyawarah KOHATI HMI Komisariat terdiri dari :
1. Utusan adalah Anggota KOHATI HMI Komisariat.
2. Peninjau adalah Pengurus KOHATI HMI Komisariat.

Pasal 11
Instansi Pengambilan Keputusan
a. Setiap keputusan KOHATI dilakukan secara musyawarah dengan tata susunan tingkatan instansi pengambilan
keputusannya adalah rapat pleno, rapat harian, rapat presidium.
b. Untuk penyusunan rencana kerja operasional diselenggarakan rapat bidang dan rapat kerja.

B. Struktur Pimpinan
Pasal 12
Pimpinan KOHATI
a. Ditingkat PB HMI dibentuk KOHATI PB HMI.
b. Ditingkat BADKO HMI dibentuk KOHATI BADKO HMI.
c. Ditingkat HMI Cabang dibentuk KOHATI HMI Cabang.
d. Ditingkat KORKOM dibentuk KOHATI KORKOM HMI.
e. Ditingkat Komisariat dibentuk KOHATI HMI Komisariat.

Pasal 13
Pembentukan Pimpinan KOHATI
a. Penetapan Ketua Umum KOHATI ditentukan oleh Musyawarah KOHATI.
b. Bila Ketua Umum KOHATI tidak dapat menjalankan tugasnya dan/atau melakukan pelanggaran terhadap aturan-
aturan organisasi maka dapat dipilih Pejabat Ketua Umum oleh Sidang Pleno KOHATI melalui Rapat Pleno
KOHATI.

Pasal 14
Personalia Pengurus KOHATI
a. Formateur/Ketua Umum menyusun struktur kepengurusan KOHATI dan dibantu oleh 2 (dua) orang Mide
Formateur.
b. Formasi pengurus KOHATI PB HMI, KOHATI BADKO HMI, KOHATI HMI Cabang, KOHATI KORKOM HMI dan
KOHATI HMI Komisariat terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum, Ketua Bidang dan
Departemen-depatemen, atau sekurang-kurangnya Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
c. Struktur Pengurus KOHATI berbentuk garis fungsional.

Pasal 15
Kriteria Pengurus
a. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus KOHATI PB HMI adalah HMI-Wati yang pernah menjadi Pengurus
KOHATI HMI Cabang dan/atau kohati badko HMI / kohati PB HMI, berprestasi, telah lulus LKK dan LK III (pasal
53 huruf f ayat 5)
b. Yang dapat menjadi Ketua Umum /Pengurus KOHATI BADKO HMI adalah HMIWati yang pernah menjadi
Pengurus KOHATI HMI Komisariat dan / atau KOHATI HMI Cabang, KOHATI BADKO HMI, berprestasi, yang
telah lulus LKK dan LK II.
c. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus KOHATI HMI cabang adalah HMI-Wati yang pernah menjadi
Pengurus KOHATI Komisariat / Bidang Pemberdayaan Perempuan HMI komisariat, KOHATI KORKOM HMI
dan/atau KOHATI HMI Cabang, berprestasi dan telah lulus LKK dan LK II
d. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus KOHATI KORKOM adalah HMI-Wati yang pernah menjadi pengurus
KOHATI HMI Komisariat/Bidang Pemberdayaan Perempuan, berprestasi dan telah lulus LKK.
e. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus KOHATI Komisariat adalah HMI-Wati berprestasi yang telah mengikuti
LK I dan LKK.

Pasal 16
Pengesahan dan Pelantikan Pengurus KOHATI
a. Di tingkat PB HMI, KOHATI PB HMI disahkan dan dilantik oleh Ketua Umum PB HMI.
b. Di tingkat BADKO HMI, KOHATI BADKO HMI disahkan dan dilantik oleh Ketua Umum BADKO HMI, KOHATI HMI
Cabang, KOHATI KORKOM HMI dan KOHATI HMI Komisariat disahkan dan dilantik oleh Ketua Umum HMI
setingkat.

BAB V
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 17
KOHATI PB HMI
a. KOHATI PB HMI bertanggung jawab kepada MUNAS KOHATI dan menyampaikan laporannya kepada Kongres.
b. KOHATI PB HMI bersifat koordinatif terhadap KOHATI BADKO HMI dan KOHATI HMI Cabang.
c. KOHATI PB HMI adalah penanggung jawab masalah KOHATI dan wacana serta dinamika gerakan
keperempuanan di tingkat nasional.

Pasal 18
KOHATI BADKO HMI
a. KOHATI BADKO HMI adalah unsur perpanjangan tangan KOHATI PB HMI yang mengkoordinir kegiatan-kegiatan
KOHATI HMI Cabang di wilayah koordinasinya.
b. KOHATI BADKO HMI bertanggung jawab kepada Musyawarah Daerah KOHATI BADKO HMI dan menyampaikan
laporan kepada MUSDA BADKO serta menyampaikan tembusan laporan kepada KOHATI PB HMI.
c. KOHATI BADKO HMI menyampaikan laporan informasi keja minimal enam bulan sekali kepada KOHATI PB HMI.
d. KOHATI BADKO HMI adalah penanggung jawab masalah KOHATI dan wacana serta dinamika gerakan
keperempuanan di tingkat regional.

Pasal 19
KOHATI HMI Cabang
a. KOHATI HMI Cabang adalah aparat HMI Cabang yang mengkoordinir kegiatan bidang Pemberdayaan perempuan
HMI Cabang setempat.
b. KOHATI HMI Cabang bertanggung jawab kepada Musyawarah KOHATI HMI Cabang dan memberikan laporan
kepada KONFERCAB.
c. Menyampaikan hasil musyawarah KOHATI HMI Cabang dan susunan kepengurusan KOHATI HMI Cabang
kepada HMI Cabang setingkat dengan tembusan PB HMI, KOHATI PB HMI dan KOHATI BADKO HMI
d. KOHATI HMI Cabang bersifat koordinatif kepada KOHATI Komisariat.
e. KOHATI HMI Cabang adalah penanggung jawab terhadap masalah KOHATI dan wacana serta dinamika gerakan
perempuan di tingkat cabang.
f. KOHATI HMI Cabang menyampaikan laporan dan informasi kerja minimal 6 bulan sekali kepada KOHATI PB HMI
dengan tembusan kepada KOHATI BADKO HMI

Pasal 20
KOHATI HMI KORKOM
a. KOHATI HMI KORKOM adalah perpanjangan tangan KOHATI HMI Cabang yang mengkoordinir kegiatan-kegiatan
KOHATI HMI Komisariat di wilayah koordinasinya
b. KOHATI KORKOM bertanggung jawab kepada Musyawarah KOHATI KORKOM dan menyampaikan laporan
kepada Musyawarah KORKOM.
c. Menyampaikan hasil musyawarah KOHATI KORKON dan lampiran susunan kepengurusan KOHATI KORKOM
HMI kepada KOHATI HMI cabang.
d. HMI KORKOM menyampaikan laporan dan informasi kerja minimal 6 bulan sekali kepada KOHATI HMI Cabang.

Pasal 21
KOHATI HMI Komisariat
a. KOHATI HMI Komisariat adalah aparat HMI Komisariat yang mengkoordinir pembinaan perkaderan serta kegiatan
bidang pemberdayaan perempuan HMI Komisariat.
b. KOHATI HMI Komisariat bertanggung jawab kepada Musyawarah KOHATI HMI Komisariat dan menyampaikan
laporan pada Rapat Anggota Komisariat.
c. Menyampaikan hasil musyawarah dan lampiran susunan pengurus kepada HMI Komisariat dengan tembusan HMI
Cabang, KOHATI HMI Cabang dan KOHATI KORKOM.
d. Menyampaikan informasi kegiatan minimal 6 bulan sekali kepada KOHATI HMI Cabang dengan tembusan kepada
KOHATI KORKOM HMI.

BAB VI
ADMINISTRASI DAN KESEKRETARIATAN

Pasal 22
Pedoman Administrasi dan Surat Menyurat KOHATI
a. Administrasi dan surat menyurat KOHATI disesuaikan dengan administrasi dan surat menyurat yang berlaku di
HMI.
b. Untuk surat intern (dalam) dengan kode : Nomor surat/A/Sek/KHI/bulan Hijriah/tahun Hijriah
c. Untuk surat ekstern (keluar) dengan kode : Nomor surat/B/Sek/KHI/bulan Hijriah/Tahun Hijriah.
d. Khusus surat keluar instansi HMI ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Umum KOHATI.

Pasal 23
Atribut KOHATI
Yang termasuk dalam atribut KOHATI adalah mars, badge, stempel, kop surat dan busana KOHATI.

BAB VII
KEUANGAN
Pasal 24
Keuangan
Sumber dana KOHATI diperoleh dari dana yang halal dan tidak mengikat.

BAB VIII
PEMBENTUKAN, PEMBEKUAN DAN PEMBUBARAN KOHATI

Pasal 25
Pembentukan KOHATI
a. Pembentukan KOHATI di tingkat KOHATI PB HMI, BADKO HMI, HMI Cabang, KOHATI KORKOM HMI dan HMI
Komisariat diputuskan pada putusan tertinggi HMI setingkat.
b. Status KOHATI HMI Cabang disesuaikan dengan status HMI Cabang.
c. Status KOHATI HMI Komisariat disesuaikan dengan status HMI Komisariat.

Pasal 26
Pembekuan KOHATI
Pembekuan KOHATI di tingkat KOHATI PB HMI, KOHATI BADKO HMI, KOHATI HMI Cabang, KOHATI KORKOM
HMI dan KOHATI Komisariat diputuskan pada putusan tertinggi HMI setingkat.

Pasal 27
Pembubaran KOHATI
Pembubaran KOHATI hanya dapat dilakukan oleh Kongres HMI.

BAB IX
KETENTUAN TAMBAHAN

Pasal 28
a. Penjabaran tentang status, sifat, fungsi dan peran KOHATI dirumuskan dalam tafsir tersendiri
b. Bagan struktur kepengurusan organisasi, tujuan KOHATI dirumuskan tersendiri.

Pasal 29
Hal lain yang menyangkut ketetapan yang tidak tercantum dalam pedoman ini disesuaikan dengan pedoman
organisasi HMI dan/atau peraturan PB HMI/KOHATI PB HMI.

ANALISA TUJUAN KOHATI


Tujuan yang jelas diperlukan dalam sebuah organisasi, sehingga setiap usaha yang
dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur dan terarah. Tujuan organisasi dipengaruhi
oleh motivasi dasar pembentukan, status dan fungsinya dalam totalitas di mana dia berada. Dalam totalitas
perkaderan HMI, KOHATI merupakan bagian internalnya yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai tujuan HMI
yaitu terbinanya insane akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Sebagai sebuah lembaga KORPS HMI-WATI (KOHATI) yang ide dasarnya pembentukannya dilandaskan pada
kebutuhan akan pengembangan misi HMI secara luas, serta kebutuhan akan adanya pembinaan untuk HMI-wati
yang lebih inspiratif, memandang penting bahwa kualitas dan peranan HMI-wati perlu terus dipacu/ditingkatkan.

Dalam rangka itu KOHATI merumuskan tujuannya sebagai berikut: Terbinanya muslimah yang berkualitas insan
cita. Dengan rumusan tujuan ini KOHATI memposisikan dirinya sebagai bagian yang ingin mencapai tujuan HMI
(mencapai 5 kualitas insan cita), tetapi berspesialisasi pada pembinaan anggota HMI-Wati untuk menjadi muslimah
yang berkualitas insan cita. Eksistensi KOHATI menjadi sangat penting, karena ia menjadi laboratorium hidup
menghasilkan HMI-wati yang berkualitas menghadapi masa depan; kualitas terbaik sebagai seorang putri bagi kedua
orang tuanya, istri bagi suaminya, ibu bagi anaknya kelak, serta kualitas terbaik sebagai anggota masyarakat.

Sesuai dengan ide dasar pembentukannya, maka proses pembinaan di KOHATI ditujukan untuk peningkatan
kualitas dan peranannya sebagai bagian dari HMI. Ini dimaksudkan bahwa aktifitas HMI-wati tidak saja di KOHATI
dan HMI, tetapi juga dalam dunia mahasiswa, juga masyarakat luas, terutama dalam merespons dan mengantisipasi
masalah keperempuanan. Dengan demikian, maka jelas bahwa tugas KOHATI adalah melakukan akselerasi pada
pencapaian tujuan HMI.

Untuk dapat menjalankan peranannya dengan baik maka KOHATI harus membekali
dirinya dengan meningkatkan kualitasnya karena anggota KOHATI adalah HMI-wati yang memiliki watak dan
kepribadian yang teguh, kemampuan intelektual, kemampuan profesional serta mandiri.
SKEMA ANALISIS TUJUAN KOHATI

HMI TUJUAN Pasal 4 AD HMI: Terbinanya insan


1. Akademis
2. Pencipta
3. Pengabdi
4. Bernafaskan Islam
5. Bertanggungjawab atas
tewujudnya masyarakat
adil dan makmur yang
diridhoi Allah SWT

HMI-Wan INSAN
ANGGOTA CITA
HMI
HMI-WATI (KOHATI)

STATUS SIFAT FUNGSI & PERAN

Latihan:
o LKK
o Kursus
Kegiatan
o Pribadi
o Kelompok

TAFSIR STATUS KOHATI

Status sebuah lembaga merupakan pengakuan dan petunjuk tentang eksistensi lembaga tersebut. Lahirnya sebuah
status didasarkan pada kebutuhan akan pengembangan organisasi dan mempermudah pencapaian tujuan
organisasi. Status juga merupakan petunjuk dimana sebuah lembaga berspesialiasi.

Korps HMI-Wati (KOHATI) adalah badan khusus HMI yang bergerak dalam wacana dan dinamika gerakan
keperempuanan. Rumusan ini menjelaskan bahwa status KOHATI adalah badan khusus HMI dengan spesialisasi
membina anggota HMI-Wati untuk menjadi muslimah yang berkualitas insan cita.

Spesialisasi di bidang pemberdayaan perempuan menunjukkan bahwa perkembangan permasalahan


keperempuanan di masyarakat perlu di respon HMI. Respon ini menempatkan kaum perempuan pada posisi
periferial dan defensif. Sebagai organisasi kader, HMI bertanggung jawab untuk menciptakan iklim yang kondusif dan
harmonis dalam upaya pemberdayaan kaum perempuan, melalui proses perkaderannya. Dalam perkaderan HMI,
KOHATI ditempatkan sebagai ujung tombak untuk mengantisipasi dan mempelopori terjawabnya persoalan-
persoalan tersebut.

Dalam kerangka tersebut, maka yang menjadi sasaran pemberdayaan KOHATI adalah anggotanya yakni HMI-Wati,
dengan diselenggarakannnya berbagai aktivitas maupun pelatihan khusus bagi HMIWati. Aktivitas ini tentunya tidak
terlepas dari rangkaian aktivitas perkaderan HMI. Adapun wujud dan aktivitas tersebut dibicarakan tersendiri dalam
pedoman pembinaan KOHATI.

TAFSIR SIFAT KOHATI

Sifat dalam sebuah organisasi menunjukkan watak atau karateristik. Hal ini mengandung makna bahwa sifat adalah
pembeda antar lembaga. Perbedaan ini dimaksudkan sebagai salah satu taktik dan strategi dalam perjuangan
sebuah organisasi.

Sebagai badan khusus dalam HMI, KOHATI bersifat semi otonom. Dengan sifat ini menunjukkan keberadaan
KOHATI sebagai subsistem dalam perjuangan HMI. Adapun latar belakang munculnya sifat ini, karena pada
dasarnya anggota HMI mengakui adanya kesamaan kemampuan dan kesempatan antara anggota baik laki-laki
maupun perempuan. Namun suprastruktur masyarakat kita nampaknya masih menempatkan organisasi sebagai
alat yang efektif untuk menyahuti berbagai persoalan dalam upaya pencapaian tujuannya.

Dalam operasionalisasi mekanisme organisasi, sifat semi otonom ini mengandung arti bahwa KOHATI memiliki
keleluasaan dan kewenangan dalam aktivitas dan berkreativitas di dalam (intern) HMI, terutama dalam pembinaan
anggota/kader HMI di dalam wacana keperempuanan dalam mengembangkan kualitas kader HMI-wati, baik dalam
pengembangan wawasan maupun ketrampilan yang sesuai dengan konstitusi HMI dan KOHATI yaitu AD/ART HMI,
Pedoman Dasar KOHATI serta
kebijaksanaan umum HMI lainnya.Namun dalam melakukan aktivitasnya, KOHATI tetap harus berkoordinasi dengan
HMI sebagai organisasi induknya dalam mekanisme organisasi yang telah diatur.

Adapun dalam melakukan kegiatan yang bersifat luar (ekstern) HMI, KOHATI merupakan perpanjangan tangan atau
sayap HMI di semua tingkatan untuk bidang pemberdayaan perempuan.

Dengan kata lain kehadiran KOHATI pada aktivitas eksternal HMI merupakan pembawa misi perjuangan HMI. Oleh
karenanya KOHATI harus senantiasa mengdakan koordinasi dengan HMI.

Hal tersebut secara keseluruhan diekspresikan dalam struktur organisasi HMI, dimana KOHATI diwakili oleh ketua
Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Ketua Bidang KOHATI yangmenjadi bagian dari kepengurusan
HMI di setiap tingkatannya. Inilah yang dinamakan pengurus KOHATI ex officio pengurus HMI untuk bidang
pemberdayaan perempuan.

Konsekuensi struktur tersebut, menjadikan keberadaan KOHATI sangat jelas sebagai bagian dari HMI, sebagai
badan khusus di HMI. Karena setiap pengambilan keputusan maupun kebijaksanaan di tubuh KOHATI harus
merefleksikan kepentingan HMI pada bentuk aktivitas pengembangan kualitas kader HMI-wati dengan mekanisme
organisasi yang telah diatur sebelumnya. Oleh karena itu dengan sifat semi otonom ini, menunjukkan bahwa
kebesaran KOHATI memiliki saling ketergantungan pada sejauh mana interaksi, koordinasi dan komunikasi antara
seluruh jajaran kepengurusan HMI di semua tingkatan.

Dengan sifatnya ini KOHATI dapat melakukan jejaring (networking), memasuki dan berinteraksi dengan organisasi-
organisasi wanita lain yang ada baik secara lokal, regional, nasional maupun internasional.

TAFSIR FUNGSI DAN PERAN KOHATI


Korps HMI-Wati (KOHATI) sebagai badan khusus HMI, mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mengkoordinir
potensi HMI dalam melakukan akselerasi tercapainya tujuan HMI dalam mengembangkan wacana keperempuanan.
Adapun fungsi KOHATI adalah sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI-wati perihal
keperempuanan.

Dunia keperempuanan yang menjadi lahan kerja KOHATI adalah pembinaan sebagai anggota HMI, yaitu HMI-wati.
Pembinaan tersebut diarahkan pada pembinaan akhlak, intelektual, ketrampilan, kepemimpinan, keorganisasian,
keluarga yang sejahtera, serta beberapa kualitas lain yang menjadi kebutuhan anggotanya. Maksud pembinaan
tersebut adalah mempersiapkan kader HMI-Wati agar mampu berperan secara optimal sebagai pencetak muslimah
sejati yang ikut serta memperjuangkan
nilai-nilai keIslaman dan ke Indonesiaan. Oleh karena itu, KOHATI berfungsi sebagai akselerator perkaderan bagi
HMI-wati.

Sebagai wadah tentunya KOHATI hanya merupakan alat pencapaian tujuan HMI. Oleh karenanya keberhasilan
KOHATI sangat ditentukan oleh anggotnya, dengan didukung perangkat dan mekanisme organisasi HMI. Oleh
karena itu sebagai strategi perjuangan HMI, KOHATI berfungsi sebagai organisasi perempuan. Sebagai fasilitator,
KOHATI memiliki perangkat-perangkat pembinaan berupa pedoman dan jaringan informasi. Pemanfaatan perangkat-
perangkat tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas aparat pengurusnya.

Atas dasar itu, maka KOHATI mempunyai tanggung jawab moral yang besar dalam menjabarkan dan menyahuti
komitmen HMI di bidang pemberdayaan perempuan. Dalam arti yang luas yaitu menyangkut aspek pengembangan
potensi perempuan dalam konteks sosial kemasyarakatan seperti potensi intelektual, potensi kepemimpinan,
potensi-potensi lainnya.

Operasionalisasi dan fungsi tersebut diwujudkan dalam dua aspek pembagian kerja KOHATI yaitu :
1. Aspek Internal
Dalam hal ini KOHATI menjadi wadah/media latihan bagi para HMI wati untk membina, mengembangkan dan
meningkatkan potensi serta kualitasnya dalam bidang pemberdayaan perempuan khususnya menyangkut kodrat
kemanusiaannya sebagai seorang perempuan, dan bidang sosial kemasyarakatan umumnya melalui pendidikan,
penelitian dan pelatihan serta aktivitas-aktivitas lain dalam kepengurusan HMI.
2. Aspek Eksternal
Dalam hal ini KOHATI merupakan pembawa misi HMI di setiap forum-forum
keperempuanan. Kehadiran KOHATI dalam forum itu tentunya semakin mempeluas
keberadaan HMI di semua aspek dan level kehidupan. Secara khusus bagi kader HMI wati, keterlibatan pada dunia
eksternal merupakan pengembangan dari kualitas pengabdian masyarakat yang dimilikinya.

Dengan kata lain fungsi KOHATI adalah wadah aktualisasi dan pemacu seluruh potensi-potensi perempuan
khususnya HMIwati, untuk mengejar kesenjangan yang ada, mendorong HMI-wati untuk berinteraksi secara optimal
dalam setiap aktivitas HMI, serta menjadikan ruang gerak HMI dalam masyarakat menjadi lebih luas.

FUNGSI PERSONALIA PENGURUS KOHATI


Masing-masing personalia KOHATI menjalankan tugasnya sebagai berikut :
1. Ketua Umum adalah penganggung jawab dan koordinator umum dalam menjalankan tugastugas intern dan
ekstern organisasi yang bersifat umum.
2. Ketua Bidang Intern adalah penganggung jawab dan koordinator seluruh pelaksanaan kegiatan dan tugas-
tugas intern.
3. Bidang Ekstern adalah penganggung jawab dan koordinator seluruh pelaksanaan kegiatan dan tugas-
tugas ekstern.
4. Sekretaris Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan dalam bidang data dan pustaka,
penerangan serta hubungan dengan pihak ekstern.
5. Wakil Sekretaris Umum Intern bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk kegiatan bidang intern dan
membantu ketua bidangnya.
6. Wakil Sekretaris Umum Ekstern bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk kegiatan bidang ekstern dan
membantu ketua bidangnya.
7. Bendahara Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan di bidang keuangan dan
perlengkapan organisasi.
8. Wakil Bendahara Umum bertugas atas nama Bendahara Umum dalam pengadaan peralatan administrasi,
keuangan dan perlengkapan organisasi.
9. Departemen Pendidikan dan Latihan bertugas sebagai koordinator operasional dari kerja dan proyek-
proyek di bidang pendidikan dan pelatihan.
10. Departemen Pengembangan Sumber Daya Perempuan bertugas sebagai coordinator
operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang pengembangan sumber daya perempuan.
11. Departemen Informasi dan Komunikasi bertugas sebagai koordinator operasional dari kerja dan
proyek-proyek di bidang informasi dan komunikasi.
12. Departemen Hubungan Antar Lembaga bertugas sebagai koordinator operasional dari kerja dan
proyek-proyek di bidang hubungan antar lembaga.
13. Departemen Administrasi dan Kesekretariatan bertugas sebagai koordinator operasional dari
kerja dan proyek-proyek di bidang administrasi dan kesekretariatan.

LAMBANG KOHATI
Bentuk dan lambang KOHATI sebagai berikut:

A
B
C
E D

1. Makna lambang KOHATI:


a. Bulan bintang, warna hijau, warna hitam, keseimbangan warna hijau dan hitam, warna putih, puncak tiga.
Maknanya sebagaimana yang tercantum dalam lambang HMI.
b. Melati berarti lambang kasih sayang yang suci dan tulus.
c. Penyangga berarti lambang perempuan sebagai tiang Negara.
d. Buku terbuka berarti lambang Al-Quran sebagai dasar utama.
e. Tiga kelopak bunga berarti lambang tri darma perguruan tinggi.
f. Tulisan KOHATI berarti singkatan Korps HMI-Wati.
2. Penggunaan Lambang
a. Lambang KOHATI digunakan untuk badge/lencana KOHATI yang pemakaiannya di baju dengan
perbandingan 2:3.
b. Badge KOHATI digunakan pada acara-acara seremonial KOHATI dan acara resmi organisasi di luar
KOHATI.
c. Lambang KOHATI tidak dipergunakan sebagai lambang pada kop surat dan stempel KOHATI.

BUSANA/PAKAIAN SERAGAM KOHATI


Penjelasan tentang busana/pakaian KOHATI dan seragam KOHATI adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan identitas kebersaman sebagai korps dan badan khusus HMI, maka dianggap perlu untuk tetap
mempunyai pakaian
2. Seragam KOHATI dapat dipakai pada acara-acara tertentu KOHATI maupun HMI.
3. Warna dan model pakaian seragam KOHATI terdiri dari :
a. Mengenai warna disesuaikan dengan warna HMI (hijau dan hitam).
b. Mengenai model busana adalah bebas tetapi sopan dan bercirikan busana muslimah.

MARS KOHATI
Wahai HMI-wati semua
Sadarlah kewajiban mulia
Pembina, pendidik tunas muda
Tiang Negara jaya

Himpunkan kekuatan segera


Jiwai semangat pahlawan
Tuntut ilmu serta amalkan
Untuk kemanusiaan

Jayalah KOHATI
Pengawal panji islam
Derapkan langkah perjuangan
Kuatkan iman

Majulah tabah HMI-Wati


Harapan bangsa
Membina masyarakat islam indonesia

PLATFORM GERAKAN PEREMPUAN HMI


PENDAHULUAN

Berbicara tentang platform adalah berbicara tentang landasan umum suatu komunitas yang memiliki basis
masyarakat dengan banyak agenda. Disamping platform juga berbicara tentang suatu paradigma, yaitu sudut
pandang mengenai hendak kemana suatu masyarakat dibawa.

Paradigma dianggap penting bagi suatu gerakan atau organisasi, karena paradigma yang inklusif bias
mempengaruhi aspek gerak maupun aspek pemikiran para pelaku pergerakan. Pilihan terhadap suatu paradigma
bisa dilakukan melalui pendekatan ideologis, historis, sosiologis dan konsep hidup yang dimiliki suatu organisasi atau
pergerakan.

Akhir-akhir ini masalah keperempuanan kembali menjadi isu sentral dan diskursus yang secara intens dibicarakan.
Terbukti dengan banyaknya bermunculan pergerakan-pergerakan dan pembelaan/aksi-aksi yang jelas terhadap
berbagai kasus tindak kekerasan yang dialami kaum perempuan, meskipun gerakan itu terkesan agak dinamis dan
fluktuatif. Masalahnya adalah komitmen terhadap gerakan itu sendiri
seringkali tidak seimbang dengan kemajuan perkembangan zaman.
Kondisi global menggambarkan adanya kesenjangan dan diskriminasi terhadap hak-hak perempuan.
Akibatnya kaum perempuan terdistorsi dalam konteks peran dan fungsinya sebagai putri, istri, ibu dan anggota
masyarakat. Kurang ditelaah secara komprehensif, perempuan sebagai individu yang memiliki berbagai bentuk
hubungan (relasi) dengan individu lainnya, dengan kumpulan individu (masyarakat), maupun sebuah komitmen
publik bernama negara. Pola relasi atau hubungan antara perempuan dan dunia sekitarnya, akan menimbulkan
serangkaian problem kemanusiaan yang harus dicarikan pemecahannya, dan mau tidak mau pemecahan masalah
tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara lelaki dan perempuan sebagai manusia, terlebih kaum perempuan
sendiri yang harus menjadisubyek dalam proses pencarian dan pembuktian jati diri kemanusiaannya.

KOHATI sebagai bagian intergral dari HMI yang mempunyai peran strategis untuk merespon problem
kemasyarakatan, salah satu problem kemasyarakatan itu adalah problem sosial bernama ketidakadilan yang banyak
menimpa kaum perempuan karena ketimpangan pola relasi antar individu di dalam masyarakat. Dengan demikian
persoalan keperempuanan yang merupakan masalah sosial, harus mendapatkan perhatian serius dari HMI untuk
merealisasikan cita-citanya Mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Dalam upaya menjawab tantangan itu, KOHATI membentuk dasar kebijakan yang terformulasi secara integral dan
komprehensif, sehingga gerakan yang dilakukan dapat mengenai sasaran yang tepat.

Arahan yang jelas dalam pergerakan perempuan itu adalah pengentalan ideologi gerakan perempuan (hegemoni
ideologi) sebagai salah satu cara mewujudkan masyarakat adil, demokratis, egaliter dan beradab sebagai prototipe
masyarakat madani (civil society). Konsekuensinya, kaum perempuan dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi serta ketrampilan yang mendukung, artinya kaum perempuan harus memiliki keseimbangan dalam
kemandirian intelektual serta ketegasan dalam bersikap dengan landasan berpijak yang jelas.

Beberapa pemaparan di bawah ini merupakan sistematisasi yang dibuat oleh KOHATI dalam memainkan peran
strategisnya pada pergerakan perempuan dengan tetap berpijak pada spirit nilai Islam yang terformulasi pada misi
HMI.

TUJUAN/MISI GERAKAN
Terbinanya muslimah berkualitas insan cita.

TARGET
Meningkatkan respon dan partisipasi yang proaktif dalam merespon permasalahan perempuan pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya menuju terciptanya masyarakat adil makmur.
a. HMI-Wati dan HMI-Wan.
b. Komunitas intelektual/agamawan.
c. Masyarakat umum.
d. Penentu Kebijakan

ISU UTAMA/MAIN ISSUE


Isu utama (Main Issue) yang hendak ditawarkan sebagai wacana gerakan perempuan HMI (GP HMI)
adalah :
1. Ke-Islaman.
2. Kesejahteraan.
3. Pemberdayaan/Empowerment.
4. Egalitarianisme dan demokrasi kebangsaan
5. Etika/moralitas masyarakat (public morality).

Dengan turunan wacana dan spesifikasi gerak sebagai berikut :


1. KE-ISLAMAN
a. Meretas pemahaman agama yang misoginis terhadap perempuan. Terdapat banyak ayat-ayat, sunnah
rasul, yang menjadi pemahaman misoginis dalam masyarakat. Perlunya mengkaji ulangfiqih perempuan
yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi umat saat ini.
b. Adanya gerakan pemahaman keperempuanan yang mengatasnamakan Islam namun justru keluar jalur Al-
Quran sebagai hukum Islam. Gerakan ini harus disikapi oleh KOHATI sebagai organisasi mahasiswa yang
bertanggung jawab sebagai insan intelektual untuk mengabdi ke masyarakat untuk menghadang
pemahaman-pemahaman yang merusak umat Islam.

2. KESEJAHTERAAN
a. Pembuatan kegiatan yang bernilai produktif. Untuk meminimalisir budaya ketergantungan terhadap alumni,
perlu kiranya Gerakan Perempuan HMI membangun kerjasama positif dengan institusi atau personel terkait.
Selain dengan tujuan mengupayakan kemandirian organisasi, hal ini juga berimplikasi positif perempuan di
bidang politik. Membangun partisipasi pada kemandirian individu anggota di bidang ekonomi (income
generating).
3. PEMBERDAYAAN (EMPOWERMENT)
a. Pemberdayaan perempuan dalam menghapuskannyadari ketergantungan psikis, ekonomis maupun politis.
b. Pemberdayaan politik dan meningkatkan posisi tawar (burgaining posititon) perempuan dalam politik, baik
aktif maupun pasif.
c. Memberdayakan perempuan untuk mampu mengadvokasi terhadap pelanggaran hak asasi perempuan
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
d. Meningkatkan kesejateraan perempuan melalui program lifeskill.
4. EGALITARIANISME DAN DEMOKRASI
a. Pressure secara aktif terhadap produk hukum yang diskriminatif terhadap perempuan.
b. Mendobrak tirani budaya diskriminatif pendidikan bagi perempuan, baik formal maupun nonformal.
c. Merekonstruksi ajaran teologis yang adosentris (terpusat pada penafsiran yang dibuat ulama laki-laki dan
cenderung bias kepentingan laki-laki).
d. Akselerasi gerakan perempuan dalam menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme
5. ETIKA / MORALITAS MASYARAKAT (PUBLIC MORALITY)
a. Mewujudkan iklim yang kondusif bagi partisipasi aktif perempuan dalam proses politik dan ketatanegaraan.
b. Penempatan strategi religius dalam penanganan penyakit sosial di masyarakat.
c. Menumbuhkan jiwa kompetisi bagi perempuan secara profesional dengan tetap memegang asas
meritokrasi (kesamaan memperoleh kesempatan).

Karena konsep yang matang tanpa metode yang efektif dan efisien menjadi tidak ada artinya, maka platform
gerakan perempuan HMI ini dibuat sampai pada gambaran operasionalnya.

LANDASAN GERAKAN
1. LANDASAN FILOSOFIS
Perempuan berasal dari kata per-empu-an yang artinya ahli/mampu, jadi perempuan merupakan
seorang yang mampu melakukan sesuatu. Wanita berasal dari kata berbahasa Jawa wani ditata yang artinya
orang yang bisa diatur. Selain itu, dalam bahasa Sanskerta kata wanita berasal dari kata wan dan ita yang
berarti yang dinafsui
Kata perempuan lebih dipilih untuk digunakan karena mengandung konotasi yang lebih positif (amelioratif).
Sedangkan kata wanita cenderung tidak digunakan disini karena cenderung berkonotasi negatif (pejoratif) dan lebih
diposisikan sebagai objek.
Gender yaitu perbedaan yang dilekatkan pada perempuan dan laki-laki yang berkaitan dengan soal sifat, nilai
maupun norma yang merupakan konstruksi sosial (bentukan masyarakat), bisa berubah, berbeda bentuk dan
jenisnya dari ruang dan waktu, bisa dipertukarkan.
Kodrat adalah sesuatu yang diberikan kepada manusia sebagai pemberian dari Tuhan, bersifat alami dan lebih
menyangkut soal kenyataan fisik dan tidak dapat dipertukarkan. Seperti laki-laki punya penis, jakun testis dan
sperma serta berpotensi untuk membuahi lawan jenisnya, atau perempuan punya vagina, payudara, kelenjar
menyusui dan rahim serta dapat mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Kodrat ini tidak mungkin
untuk diubah dan dipertukarkan antara perempuan dengan laki-laki. Kalaupun dapat diubah dan dipertukarkan
antara
perempuan dan laki-laki, maka tidak dapat berfungsi dan menjalankan peran fisik seperti yang diberikan oleh Tuhan.
2. LANDASAN TEOLOGIS
a. Hakikat Penciptaaan Manusia
Manusia adalah makhluk yang paling dimuliakan oleh Allah SWT (QS 17:70 ). Dan sesungguhnya telah
Kami muliakan anak-anak adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah kami ciptakan.
Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT telah memuliakan anak-anak adam (laki-laki dan perempuan) dan
telah memberikan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang lain. (Qs.At-Tin: 1-8 ). Surat at-
Tin ini mengisyaratkan bahwa manusia (laki-lakidan perempuan) adalah makhluk yang paling sempurna baik
jasmani maupun rohani. Akan tetapi Allah SWT akan mengembalikan manusia itu kepada makhluk yang
paling rendah, jika mereka tidak bertaqwa kepada Allah SWT.
Penerima Perjanjian Primordial. Laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban amanah menerima
perjanjian primordial dengan Tuhan. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Araf (7:172).
Jin dan Manusia diciptakan Allah untuk menyembah kepada-Nya. Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz Dzariat : 56)
Manusia diciptakan oleh Allah dimuka bumi sebagai khalifah-Nya. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah dimuka bumi. Mereka berkata,
Mengapa engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiaa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?. Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al Baqarah
: 30) QS. Al-Araf (7:165). Kata khalifah pada ayat ini tidak menunjuk kepada salah satu jenis kelamin atau
kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama untuk mempertanggung
jawabkan tugas kekhalifahannya di bumi, sebagaimana halnya mereka sama-sama harus bertanggungjawa
sebagai hamba Tuhan.
Manusia diciptakan dari substansi yang sama untuk berkembang biak dan saling tolong menolong serta
menjaga hubungan silaturrahmi. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan pasangannya, dan dari keduanya
Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan
(mempergunakan) nama-Nya, kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An- Nisa : 1)
Kesetaraan kedudukan manusia, baik perempuan maupun laki-laki sebagai manusia di hadapan
Tuhan.Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu semua berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat 49:
13). Al-Quran menegaskan bahwa hamba yang paling ideal adalah Muttaqun. Untuk mencapai derajat
muttaqun tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu.
Dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah, laki-laki dan perempuan masing-masing akan mendapatkan
penghargaan dari Tuhan (QS.an-Nahl; 16:97). Kesetaraan penilaian terhadap makna kerja (amal saleh) laki-
laki dan perempuan Dan barangsiapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan sedangkan
ia orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak akan dianiaya
walaupun sedikit. (QS. An-Nisaa : 124) Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang khusyu, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut nama Allah. Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar. Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah
sesat, sesat yang nyata. (QS. Al Ahzab : 35- 36) Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan,
sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan)
yang maruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang mumin laki-laki dan perempuan (akan) mendapat
surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal didalamnya dan (mendapat) tempat yang
bagus di surga and. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar, itu adalah keuntungan besar. (QS. At Taubah :
71-72)
Laki-laki dan perempuan berpotensi meraih prestasi Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada
pembedaan antara laki-laki dan perempuan, ditegaskan secara khusus dalam QS.an-Nahl; 16:97) "Barang
siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Ayat ini
mengisyaratkan bahwa konsep jender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik
dalam bidang spiritual, maupun dalam urusan karir professional, tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis
kelamin saja. Akan tetapi laki-laki dan perempuan itu dapat memperoleh kesempatan yang sama meraih
prestasi optimal.
b. ssu Regenerasi dan Penjagaan Moralitas
Laki-laki dan perempuan secara sunnatullah diciptakan untuk hidup saling berpasangan. Dan diantara
tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantarakamu kasih sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar Ruum: 21)
Pembunuhan anak/aborsi merupakan suatu perbuatan yang secara prinsip tidak dikehendaki oleh Allah.
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami akan member rizki
kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
nampak maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu
kepadamu agar kamu memahaminya. (QS Al Anam : 151) Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur
hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah ia dibunuh. (QS. At-Takwir : 8-9) Dan janganlah kamu membunuh
anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akanmemberi rizki dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (QS. Al-Isra : 31)
Menguji keimanan dengan perbuatan baik dan penjagaan moralitas akan memberikankeuntungan jangka
panjang.Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu dalam
shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan yang tidak berguna, dan
orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap
pasangan dan hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya dalam hal ini mereka tiada tercela.
(QS. Al-Muminun : 1-6)
Manusia memiliki potensi untuk menyucikan jiwa atau mengotorinya. Dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptan-Nya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang-orang
yang mengotorinya. (QS. Asy Syam : 7-10)
c. Nilai Strategis Perempuan dalam Masyarakat
Ungkapan Nabi yang menyatakan bahwa perempuan menempati posisi strategis dalam masyarakat sebagai tiang
negara. Perempuan adalah tiang negara, apabila baik perempuannya maka akan baik pula negaranya dan apabila
rusak perempuannya maka rusak pula negaranya. (HR. Bukhari)

3. LANDASAN HISTORIS
Gerakan perempuan, atau yang lebih populer dikenal masyarakat dengan istilah feminisme, dapat didefenisikan
sebagai suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan di tempat kerja dan dalam masyarakat, serta tindakan
sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut. Secara formal, feminisme sebagai
sebuah ideologi muncul di Barat pada abad ke-18, namun bukan berarti perspektif feminis (wawasan
keperempuanan) tidak pernah muncul di belahan
bumi lain.

Munculnya tokoh gerakan perempuan pribumi seperti Kartini, merupakan sebuah kesadaran akan realitas kondisi
patriarkhis dalam masyarakat Indonesia. Kesadaran formal ini mengalami sebuah pergeseran menjadi bersifat
kolektif sejak kecenderungan yang bersifat massif pada tahun 1920-an yang ditandai dengan munculnya organisasi-
organisasi gerakan perempuan seperti Pikat, Putri Mardika, Aisyiyah dan sebagainya yang menjadi cikal bakal
diselenggarakannya Kongres
Perempoean I tahun 1928 di Yogyakarta.Gerakan perempuan tersebut sebenarnya muncul atas dorongan perasaan
ketidakpuasan pribaditerhadap hubungan-hubungan yang bersifat patriarkhi yang didukung oleh undang-undang,
sehinggahal ini menjadi suatu isu politik. Hal ini tercermin dari slogan feminis yang pribadi adalah politis
(personal is political) yang berarti bahwa pengalaman pribadi tentang perlakuan ketidakadilan yangdialami seorang
perempuan dalam kehidupan pribadi dan keluarganya dapat juga dialami oleh seorang perempuan lain dalam sistem
sosial, budaya agama dan politik yang sama.
Spirit gerakan perempuan juga muncul pada konteks historis kehadiran Islam. Praktik-praktik penguburan bayi
perempuan pada masa Arab Jahiliyah, keberadaan harem-harem milik para penguasa yang mengeksploitasi
seksualitas budak-budak perempuan, minimnya pengetahuan perempuan terhadap berbagai masalah sosial budaya
sehari-hari maupun pemahaman keagamaan merupakan realitas ketimpangan gender yang ingin dihapuskan oleh
Islam melalui misi kerasulan Muhammad. Perintah untuk memberikan hak hidup, jaminan sosial, ekonomi dan
keamanan bagi
perempuan, perintah untuk berlajar bagi lelaki dan perempuan muslim sebagai realisasi hak mendapatkan
pendidikan yang layak, serta perintah iqra yang berarti membaca sejarah masa lalu yang dapat dijadikan pelajaran
hidup, merupakan upaya nyata Islam untuk menghapuskan ketidakadilan gender ini.

Berbagai hal tadi mendorong HMI untuk senantiasa berkomitmen pada jati dirinya sebagai mahasiswa dan
muslim untuk memainkan peran stategisnya sebagai alat perjuangan umat danbangsa. Realitas internal kebutuhan
kader untuk membina dan menempa diri melalui proses-proseskolektif organisasi dan maraknya tantangan eksternal
yang bersifat idiologis berseberangan dengan misi HMI maupun keinginan untuk menjadi misi tersebut lebih
membumi maka diperlukan upaya untuk secara serius me-manage organisasi. Upaya HMI untuk bersentuhan
langsung pada gerakan perempuan membawa konsekuensi logis masuknya HMI ke kancah
perjuangan gerakan perempuan, baik bersifat formal maupun informal. Sebagai langkah taktis untuk masuk ke
wilayah perempuan itu, akan lebih efektif bila HMI memiliki kelompok kepentingan (interest group) yang dapat
diperhitungkan sebagai bagian langsung landasan gerakan perempuan.

Ada dua alasan utama awal didirikan KOHATI, yakni:


1. Secara internal, departemen keputrian yang ada waktu itu sudah tidak mampu lagi menampung kuantitas
para kader HMI-Wati, disamping basic-needs anggota tentang berbagai persoalankeperempuanan yang
kurang bisa difasilitasi oleh HMI. Departemen keputrian yang hanya berjumlah dua orang tidak akan mampu
memformulasi dan mengimplementasikan suatu kegiatan. Dengan hadirnya sebuah institusi yang secara
spesifik menampung kepentingan mahasiswi Islam, HMI-Wati, diharapkan secara internal, HMI-Wati dapat
memiliki keleluasaan untuk mengatur diri mereka sendiri dan lebih memungkinkan untuk terjadinya
pemenuhan kebutuhan organisasi yang muncul diri basic-needs anggotanya sendiri, yakni HMI-Wati.
2. Secara eksternal, bahwa di masa itu organisasi-organisasi perempuan yang ada berbuat semata-mata
hanya sebagai alat revolusi, sehingga dirasakan perlu dibuat suatu organisasi perempuan di tubuHMI dalam
rangka memperluas missi HMI untuk bidang pemberdayaan perempuan untuk melakukan suatu aktivitas
organisasi yang menampung basic needs sebagai mahasiswi perempuan yang dirasakan tetap perlu dan
tidak akan pernah berakhir. Atas pertimbangan itulah, pada tanggal 17 September 1966 M bertetapatan
dengan 2 Jumadil Akhir 1386 H pada Kongres VIII di Surakarta, KOHATI didirikan. Terpilih sebagai Ketua
Umum KOHATI pertama pada waktu itu, Saudari Anniswati Rochlan (sekarang dikenal dengan almi.
Anniswati M. Kamaluddin)

4. LANDASAN KONSTITUSIONAL
a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himpunan Mahasiswa Islam (Pasal 15 AD dan Pasal 51, 52, 53
ART HMI).
b. Pedoman Dasar KOHATI.

5. LANDASAN OPERASIONAL
Dalam lingkup melakukan aktivitas sehari-hari, baik dalam konteks pembinaan kader di lingkupintern HMI maupun
dalam konteks perjuangan di lini gerakan perempuan di lingkup ekstern HMI, ada beberapa prinsip-prinsip (kode etik)
yang harus dipegang dalam menjalankan aktivitas. Berbagai prinsip atau kode etik tersebut adalah :
a. Taaruf / pengenalan (Introducing).
Pendekatan ini dimaksudkan agar terjadi suasana saling mengenal dan keakraban diantarasesama anggota dengan
pengurus, antara sesama pengurus dalam keseharian aktivitas organisasi maupun antara sesama peserta, antara
peserta dengan pemandu latihan (master of training) maupun para pendidik (instruktur) ketika pelatihan
dilangsungkan. Saling mengenal ini adalah upaya membangun kepercayaan (trust building) diantara seluruh elemen
kader, dengan memperkenalkan diri dan berbagai informasi mengenai berbagai latar belakang kader seperti
pendidikan, keluarga, sosial budaya, adat istiadat, suku serta lingkungan dimana kader tumbuh dan dibesarkan.
Dengan menerapkan prinsip ini diharapkan muncul solidaritas (ukhuwah) diantara sesamanya berdasarkan
kecintaan kepada Allah SWT.
b. Tafahum/saling bersefaham (mutual untderstanding).
Pendekatan ini dimaksudkan agar sesama anggota, antara anggota dengan pengurus, antara sesama pengurus
dalam keseharian aktivitas organisasi maupun antara sesama peserta, antara peserta dengan pemandu latihan
(master of training) maupun para pendidik (instruktur) ketika pelatihan dilangsungkan, dapat saling memahami
kelebihan dan kekurangan masing-masing dengan berusaha memulai dari diri sendiri untuk bersikap instropektif dari
kekurangan, kesalahan atau kekhilafan masing-masing, di samping upaya menumbuhkan suasana saling
mengingatkan.
c. Taawum/saling tolong-menolong (mutual assistence).
Pendekatan ini dimaksudkan agar sesama anggota, antara anggota dengan pengurus, antara sesama pengurus
dalam keseharian aktivitas organisasi maupun antara sesama peserta, antara peserta dengan pemandu (master of
training) maupun para pendidik (instruktur) ketika pelatihan dilangsungkan dapat terjalin sikap saling tolong-
menolong dalam hal kebaikan dan kebenaran.
d. Takaful/saling berkesinambungan (sustainable).
Pendekatan ini dimaksudkan agar terjalin kesinambungan rasa dan rasio (intuisi) serta
kesamaan ide atau pemikiran kedalam hubungan yang dialogis dan harmonis disamping terciptanya suasana yang
kondusif. Pendekatan ini dimaksudkan agar sesama anggota, antara anggota dengan pengurus, antara sesama
pengurus dalam keseharian aktivitas organisasi maupun antara sesama peserta, antara peserta dengan pemandu
latihan (master of training) maupun para pendidik (instruktur) ketika pelatihan dilangsungkan.

Untuk mempermudah pelaksanaan konsep mengenai platform gerakan perempuan ini maka disusunlah suatu
pelaksanaan aktivitas yang berspesifikasi pada berbagai penyelenggaraan pelatihan maupun berbagai bentuk
pembinaan kader yang dibawa dalam sebuah rangkaian dokumen tersendiri yang berisi tentang Pola Pembinaan
KOHATI.
POLA PEMBINAAN KOHATI
a. PENDAHULUAN
i. Landasan Historis
ii. Landasan structural
iii. Landasan sosiologis
b. ARAH PEMBINAAN KOHATI
i. Pasal 4 AD HMI
ii. Pasal 3 PDK
c. POLA DASAR PEMBINAAN KOHATI
i. Kualifikasi kader HMI-Wati
1. Watak dan Kepribadian Muslimah.
2. Kemampuan Intelektual.
3. Kemampuan Profesional.
4. Kemandirian.
ii. Dasar-dasar pembentukan
Partisipasi Individu (Internal HMI dan Eksternal HMI)
Kelompok pembinaan (pelatihan, kajian, struktur kepengurusan)
Pengabdian KOHATI
PEDOMAN PEMBINAAN KOHATI

1. PENDAHULUAN
Perkembangan bangsa Indonesia yang mengarah pada globalisasi, dalam skala makro memperlihatkan fenomena-
fenomena kesenjangan sosial bagi pembangunan bangsa Indonesia. Banyak gejolak yang berkembang merupakan
refleksi dari pergumulan masyarakat untuk mencapai cita-cita keadilan dan kemakmuran seperti yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945. Namun kondisi objektif yang ada menimbulkan spektrum kesadaran bagi masyarakat
untuk melaksanakan realisasi dari cita-cita luhur tersebut. Hal ini timbul karena ketidakmerataan wawasan berfikir
dikalangan masyarakat, baik akibat adanya sistem yang kurang memberikan kebebasan mengartikulasikan cita-cita
luhur itu, maupun adanya persepsi yang membedakan antara potensi laki-laki dan perempuan dalam mengejar cita-
cita
tersebut.

Bila hal tersebut dibiarkan berlarut, akan menyebabkan terciptanya kondisi yang cenderung negatif, yang dapat
menyebabkan kita semakin menjauh dari cita-cita luhur itu, bahkan mungkin dapat merusak makna keadilan itu
sendiri. Oleh sebab itu kita perlu mengambil langkah-langkah kongkrit
untuk membebaskan kita dari belenggu sistem serta kesenjangan di atas, tanggung jawab untuk merumuskan
kebebasan bagi masyarakat sesuai dengan nuansa berfikirnya, pengalaman serta kondisi objektif yang mengitarinya,
dengan tetap berpijak kepada UUD 1945 dan Pancasila, juga memberikan penyadaran yang bersifat essensif bagi
bangsa Indonesia secara keseluruhan, dengan mempercayai
bahwa perempuan mempunyai potensi yang sangat besar serta mempunyai andil optimal untuk menciptakan
persepsi baru dalam merealisasikan eksistensi lajunya perkembangan pembangunan bangsa Indonesia, sesuai
dengan cita-cita keadilan tesebut, yang dilandasi tanggung jawab untuk menghadapi kemajuan era industri, teknologi
dan budaya. Maka bila hal itu tercapai, perempuan Indonesia bukan hanya menjadi ujung tombak yang ofensif dalam
mengantisipasi serta memajukan bangsa Indonesia.

Secara struktural organisatoris, KOHATI merupakan sub-sistem dalam organisasi HMI. KOHATI merupakan suatu
kekuatan yang mengemban tanggung jawab dalam mekanisme, mobilitas dan kontinuitas kehidupan organisasi.
KOHATI merupakan salah satu penentu bagi tercapainya perwujudan INSAN CITA HMI.
Dalam pandangan sosiologis, KOHATI merupakan infrastruktur yang memiliki makna strategis dalam masyarakat,
yakni sebagai Komunitas Kaum Muslimah yang memiliki karateristik keilmuan, karena anggotanya adalah
mahasiswa. Oleh karena itu KOHATI dituntut untuk mengadakan pembinaan bagi kader-kader HMI khususnya HMI-
Wati. Pembinaan dimaksudkan untuk menciptakan forum atau
lingkaran yang mendorong kepada peningkatan dan pengembangan kualitas kader HMI dan secara khusus
membantu kader HMI dalam mencapai tujuannya.
KOHATI sebagai bagian integral dari HMI merupakan kelompok muda cendikia yang mempunyai tanggung jawab
kekaderan dan menjadi pewaris yang sah untuk memanifestasikan. Hal tersebut tentu harus dijawab dalam bentuk
kesiapan. Namun KOHATI sesuai dengan fungsinya dalam HMI, yaitu membina, mengembangkan serta
menghasilkan potensi HMI-Wati sehingga terbentuk kader yang memiliki pola pikir yang integral dan utuh,
mempunyai tugas utama mengembangkan serta
meningkatkan pembentukan kader HMI dibidang pemberdayaan perempuan. Dalam rangka kualitas anggotanya
maka perlu dilakukan pembinaan yang terarah terpadu dan berkesinambungan, oleh karena itu dibutuhkan pedoman
pelatihan sebagai rujukan atau acuan dalam rangka pembinaan yang dimaksud diatas. Secara legal Latihan Khusus
KOHATI merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan HMI, khususnya dalam peningkatan peranan
perempuan, sehingga mempunyai pemahaman
serta kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai seorang muslimah yang berkualitas insan cita.

2. ARAH PEMBINAAN KOHATI

Arah dimaksudkan sebagai guidance/petunjuk hendak kemana pembinaan KOHATI ditujukan. Pada dasarnya
seluruh proses perkaderan yang dilaksanakan HMI sebagaimana termaktub dalam pasal 4 AD HMI beserta tafsir
penjelasannya.
Arah juga dimaksudkan sebagai patokan untuk melakukan usaha sistematis dalam pencapaian tujuan. Sebagai
badan khusus HMI sesuai dengan fungsinya, maka KOHATI secara spesifik mempunyai tugas pembinaan terhadap
anggota HMI-Wati.
Sebagai bagian integral dari HMI, maka jelas pembinaan KOHATI juga diarahkan pada pencapaian tujuan HMI.
Dalam penjelasan tujuan HMI diuraikan mengenai kualifikasi kader yang diharapkan HMI, maka pembinaan KOHATI
juga diarahkan pada akselerasi proses tersebut. Akselerasi ini juga menjadi perhatian tersendiri oleh karena adanya
kondisi sosio-kultural yang masih memperlakukan perempuan sebagai objek pembangunan, maka pembinaan
KOHATI diarahkan pada peningkatan
kesadaran dan kepeloporan HMI-Wati dalam mengantisipasi persoalan-persoalan kemasyarakatan.

3. POLA DASAR PEMBINAAN KOHATI


Sebagai bagian integral HMI, KOHATI dalam menjalankan fungsinya harus senantiasa selaras dan serasi dengan
perkaderan HMI. Pola dasar perkaderan HMI secara khusus telah membahas rekruitmen kader, pembentukan kader
dan pengabdian kader. Dalam pola dasar tersebut KOHATI ditempatkan sebagai salah satu wadah pembentukan
kader. Namun demikian untuk lebih memberikan arah yang jelas bagi KOHATI sebagai badan khusus dalam totalitas
perkaderan HMI, diperlukan pula kesamaan pembinaan KOHATI secara Nasional. Pola pembinaan ini memuat
spesifikasi yang harus dimiliki HMI-Wati, dasar-dasar pembentukan serta pengabdian KOHATI.

a. Kualifikasi Kader HMI-Wati


Sebagai kader HMI, anggota KOHATI harus memiliki kualifikasi Insan Cita HMI dengan seluruh turunannya. Namun
secara khusus, anggota KOHATI harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :
1. Watak dan kepribadian seorang perempuan sadar dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang tercermin dalam
sikap, pola pikir dan perilaku kehidupannya sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat dan
yang sadar akan kodrat kemanusiannya yang tercermin dalam pandangan jauh ke depan terhadap pentingnya
kelanjutan lahirnya generasi penerus yang berkualitas. Secara alamiah hal ini akan mampu diatasi oleh setiap
manusia, namun sebagai insan akademis, tinjauan ilmiah terhadap persoalan-persoalan keperempuanan sangat
dibutuhkan terutama jika dikaitkan dengan aspek fisiologis dan psikis perempuan.
2. Kemampuan Intelektual, sebagai HMI-Wati harus memiliki pengetahuan (knowledge) kecerdasan (intelectuality)
dan kebijaksanaan (wisdom).
3. Kemampuan profesional yaitu mampu menerjemahkan ide-ide dan pemikirannya dalam praktik kehidupan sehari-
hari dalam rangka aktualisasi diri. Hal ini ditunjukkan lebih jauh dalam kemampuan keterampilan baik teknis maupun
non-teknis, terutama kemampuan kepemimpinan.
4. Kemandirian, salah satu penyebab tersosialisasikannya kondisi sosial budaya yang
merendahkan wanita adalah ketergantungan perempuan yang sangat tinggi. Perempuan seringkali tidak percaya
akan kemampuannya dalam melakukan sesuatu. Untuk satu pekerjaan yang sama, seringkali jika dikerjakan
bersamaan dengan laki-laki, perempuan sudah mengalah terlebih dulu, daya bersaingnya lemah. Oleh karena itu
HMI-Wati harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi tentunya dengan diimbangi kemampuan intelektual serta
ketahanan mental. Rasa percaya diri bukan berarti meniadakan sama sekali kerjasama dengan yang lain.
b. Dasar-dasar Pembentukan
Dasar-dasar pembentukan merupakan sekumpulan aktivitas pembinaan yang terintegrasi dalam upaya mencapai
tujuan HMI umumnya dan tujuan KOHATI khususnya. Sebagai kader HMI, HMI-Wati harus mengikuti seluruh
rangkaian perkaderan, baik yang bersifat formal yaitu LK I, LK II dan LK III, maupun yang bersifat pengembangan.
Salah satu aktifitas pengembangan HMI yaitu pembinaan melalui wadah KOHATI. Melalui wadah ini HMI-Wati
khususnya melaksanakan pengembangan individual maupun pengembangan kelompok. Pengembangan individual
dilakukan dengan berpartisipasi pada berbagai aktivitas eksternal, tentunya dengan senantiasa membawa misi HMI.
Di samping itu pengembangan individual dapat dikembangkan pada aneka macam aktivitas internal organisasi.
Adapun pengembangan secara kelompok dilaksanakan dengan satu upaya yang terencana, teratur, sistematis dan
berkesinambungan. Pengembangan ini menekankan terbentuknya kemampuan kepemimpinan kader HMI-Wati.
Dalam pengembangan kelompok ini KOHATI mengadakan training formal, yaitu LATIHAN KHUSUS KOHATI (LKK).
Latihan ini berfungsi memberikan kemampuan tertentu bagi kader HMI-Wati dalam bidang pemberdayaan
perempuan yang luas, baik dalam pembentukan watak kepribadian, pengembangan wawasan keperempuanan
maupun
dalam peningkatan ktrampilan teknis.
Di samping itu, pengembangan kelompok diwujudkan pula dengan keterlibatan HMI-Wati dalam struktur
kepengurusan. Hal ini memberikan kelebihan kepada HMI-Wati dalam masalah manajemen. Keterlibatan HMI-Wati
dalam struktur kepengurusan akan memperkokoh sikap mental, menumbuhkan rasa percaya diri serta kemampuan
memperluas jaringan informasi.
c. Pengabdian KOHATI
Pengabdian KOHATI merupakan penjabaran dari peran KOHATI sebagai pencetak muslimah sejati dalam
menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, sebagai mana terurai dalam tafsir
peran KOHATI pada Pedoman Dasar KOHATI. Adapun jalur pengabdian KOHATI harus searah dengan pengabdian
HMI. Namun secara individual dapat disalurkan melaui jalur-jalur pengabdian di seluruh aspek kehidupan, terutama
dalam keluarga.

SKEMA POLA DASAR PEMBINAAN KOHATI

Internal HMI
Individu

Eksternal HMI
(partisipasi)
Kualifikasi kader :
- Muslimah
- Intelektual
- Professional
- Mandiri
Wadah HMI
Perkaderan

Pelatihan
Kelompok
(pembinaaan) Struktur kepengurusan

Forum Kajian

4. BENTUK-BENTUK PEMBINAAN KOHATI


Korps-HMI-Wati (KOHATI) sebagai wadah perkaderan, membina kader HMI-Wati untuk memiliki
kualifikasi kader seperti dikemukakan di atas melalui proses pembinaan, antara lain :
Training-training seperti : LKK, Up-Grading kepengurusan KOHATI serta kursus-kursus.
Aktivitas-aktivitas baik secara individual maupun kelompok untuk meningkatkan kualitas keilmuan kader HMI-Wati.

1. Model Training dan Pelatihan


Model Formal : Latihan Khusus KOHATI
Model Non-formal (Non LKK) :
a. Latihan Kader Sensitif Gender (LKSG).
b. Publik Relation dan public speaking
c. Studi Islam Intensif.
d. Advokasi Perempuan.
e. Pelatihan Kewirausahaan.
f. Up Grading Kepengurusan
g. Training For Trainer (TFT) KOHATI
Secara legal Latihan Khusus KOHATI merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan HMI, khususnya dalam
peningkatan peranan perempuan, yang memiliki kualifikasi seorang perempuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai
Islam dan menerapkannya sebagai pola pikir, sikap dan perilakunya sehari-hari, intelektual, profesional dan mandiri.
Latihan Khusus KOHATI (LKK) ini dimaksudkan sebagai langkah awal membangun kesadaran maupun membuka
wawasan kader HMI-Wati untuk keluar dari jebakan persepsi masyarakat tentang adanya realitas ketidakadilan
gender, serta menemukan pemahaman akan jati diri kemanusiaannya dalam konteks idealisasi yang ingin dibangun
oleh HMI.
Training Non-Frmal dilakukan dalam rangka pengayaan wawasan tentang berbagai persoalan perempuan serta
upaya teknis yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya.

2. Petunjuk Pelaksanaan Training/Latihan


Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan yang berupa training, beberapa komponen yang wajib ada dalam sebuah
pelatihan adalah :
a. Organisasi Latihan Khusus KOHATI
1. Manajemen Latihan.
Latian Khusus KOHATI (LKK) dilaksanakan sesuai dengan sistem perkaderan HMI yang berorientasi
pada usaha menjawab kebutuhan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya haruslah didasarkan pada sistem
perencanaan yang baik, pengorganisasian, serta evaluasi sesuai dengan petunjuk yang ada/ sistem POAC
(planning, Organizing, Actuating, Controlling).
Dalam pelaksanaan LKK juga harus dibangun iklim keterbukaan yang ditekankan pada informasi dan
komunikasi yang harmonis, baik antara para trainee dan trainer, maupun trainee dengan aparat organisasi
penyelenggara training. Dengan demikian target training dapat tercapai secara maksimal.
2. Organisasi latihan.
Dalam upaya menyelenggarakan LKK yang baik maka diperlukan organisasi latihan yang secara utuh
mengelola LKK tersebut. Adapaun organisasi latihan yang dimaksud ialah :
Organizing Committee (OC)
a). OC adalah unsur organisasi latihan yang berfungsi sebagai pelaksana administrsai dan operasional
aktivitas latihan.
b). OC dibentuk oleh pengurus KOHATI.
Steering Committee (SC)
a) SC sebagai unsur organisasi latihan berfungsi sebagai pembantu KOHATI dalam mewujudkan
kelancaran jalannya latihan.
b) SC bertugas merencanakan dan mempersiapkan administrasi latihan serta mengawasi dan
mengarahkan jalannya pelatihan.
c) SC ditunjuk dan ditetapkan oleh pengurus KOHATI.
Team Instruktur
Team Instruktur terdiri dari :
a) Mater of Training.
b) Wakil Master of Training.
c) Instruktur.
Tugas team instruktur ini disesuaikan dengan Pedoman Pengelolaan Latihan yang adadi HMI.

b. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan selama latihan antara instruktur dengan peserta dapat dilakukan
dengan pendekatan persuasif melalui cara :

Taaruf (saling mengenal)


Pendekatan ini dilakukan agar antara peserta dengan peserta dan peserta dengan instruktur saling
mengenal, sehingga terjalin komunikasi yang akrab dan hubungan dialogis. Saling mengenal disini adalah
berkenalan dan memperkenalkan diri sedalam-dalamnya mengenai latar belakang pendidikan, keluarga, sosial
budaya dan lingkungan serta adapt-istiadat masing-masing, sehingga dengan demikian diharapkan tumbuh rasa
kasih sayang dengan memiliki rasa ukhuwah antara sesama berdasarkan kecintaan kepada Allah SWT.
Tafahum (saling bersefaham)
Pendekatan ini dilakukan agar antara peserta dengan peserta dan peserta dengan instruktur saling
memahami kelebihan dan kelemahan masing-masing dengan berusaha memulai dari diri sendiri untuk bersikap
introspektif akan kekurangan, kesalahan atau kekhilafan masing-masing di samping upaya menumbuhkan
suasana saling mengingatkan.
Taawun (saling menolong)
Pendekatan ini dilakukan agar antara peserta dengan peserta dan peserta dengan instruktur terjalin sikap
saling menolong dalam hal kebaikan dan kebenaran.
Takaful (salng berkesinambungan)
Pendekatan ini dimaksudkan agar terjalin berkesinambungan antara rasa dan rasio/intuisi serta kesamaan
ide pemikiran kedalam hubungan yang dialogis dan harmonis di samping terciptanya suasana yang kondusif
antara peserta dengan instruktur.

c. Sistem evaluasi
Evaluasi Latihan Khusus KOHATI (LKK) dimaksudkan sebagai cara atau tindakan untuk melihat
keberhasilan latihan, yaitu melihat apakah sumber daya organisasi telah dijalankan secara efektif dan efisen
dalam mencapai tujuan pelatihan. Dengan demikian melalui evaluasi dapat dipastikan, apakah kegiatan pelatihan
berjalan sebagaimana yang direncanakan dan apabila ada penyimpangan yang signifikan dapat diambil langkah-
langkah yang diperlukan untuk mengoreksi penyimpangan yang dilakukan. Evaluasi latihan dilakukan melalui tiga
tahapan, yang satu sama lain saling berkaitan. Evaluasi awal dilakukan terhadap input latihan dengan maksud
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal dan kesiapan peserta untuk mengikuti pelatihan. Secara
teknis, pelaksanaan evaluasi biasanya dilakukan dengan uji coba (test) yang bersifat objektif dan subjektif yang
dilaksanakan pada saat pra-training dan post training.
Alat-alat evaluasi
a. Format evaluasi Input
1. Pre-trest berupa test objektif/test tertulis.
2. Screening berupa interview atau tes tertulis.
b. Format evaluasi proses
1. Penugasan materi.
2. Dinamika forum.
3. Kehadiran.
Bentuk-bentuk evaluasi
Evaluasi peserta dilakukan atas :
a. Test objektif.
b. Penugasan.
c. Presentasi makalah.
Sistem evaluasi ini dapat lebih dikembangkan sesuai dengan trend dan proses yang terjadi.

3. Aturan Pelaksanaan Training Non-formal/Non-LKK


Mengikuti pola format pada LKK atau dapat disesuaikan dengan jenis spesifikasi training yang
diadakan.
o Kurikulum Training/Pelatihan
Kurikulum pelatihan ini berisikan tujuan pelatihan dan materi-materi pelatihan yang
disampaikan, yang terdiri atas :
o Kurikulum Training/Pelatihan Formal (LKK)
o Kurikulum Training/Pelatihan Non-formal (Non-LKK)

Kurikulum Training/Pelatihan Formal (LKK)


1) Ke-Islaman
a. Perempuan dalam Perspektif Islam
Tujuan Pembelajaran umum
Peserta dapat memahami dan menganalisis eksistensinya dalam Islam serta tanggungjawabnya dalam struktur
komunitas dan masyarakat.
Tujuan Pembelajaran Khusus
a. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan manusia dalam Islam.
b. Peserta dapat menyebutkan kedudukan perempuan dalam Islam.
c. Peserta dapat merealisasikan prinsip ketauladanan tokoh muslimah dalam Islam.
d. Peserta dapat mewujudkan tanggung jawabnya sebagai seorang muslimah dalam struktur komunitas
masyarakat.
Metode : Ceramah, diskusi, studi kasus
Alokasi waktu : 5 Jam
Muatan/kisi-kisi materi :
a. Hakikat Penciptaan Perempuan.
b. Kedudukan Perempuan dalam Islam.
c. Ketauladanan Tokoh Muslimah dalam Islam.
d. Tanggung Jawab Muslimah dalam Struktur Komunitas dan Masyarakat.
e. Urgensi Fiqhunnisa dalam Pelaksanaan Ajaran Islam.
Referensi yang dianjurkan :
1. Annemarie Schimmel, Jiwaku adalah wanita, Mizan, Bandung, 1998.
2. Engineer, Asghar Ali, Hak-hak perempuan dalam Islam, LSPPA dan yayasan Bentang Budaya,
Yogyakarta, 1997.
3. Hasyim, Syafiq, Hal-hal yang tak terpikirkan tentang isu-isu keperempuanan dalam Islam,
Mizan, Bandung, 2001.
4. Husein, Muhammad, Fiqh perempuan : Refleksi kias atas wacana agama dan gender, RAHIMA
dan LKIS, Yogyakarta, 2001.
5. Nasaruddin Umar, M.A., Dr., Argumentasi kesetaraan gender perspektif Al-Quran,
Paramadiona, Jakarta, 1999.
6. Masdar F Masudi, Islam dan hak reproduksi perempuan, PPPM dan Mizan, Bandung, 1998.
7. Sachiko Murata, The Tao of Islam, Mizan, Bandung.

2). Keperempuanan
a. Psikologi Perempuan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta dapat memahami psikologi dan kepribadian perempuan.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Peserta dapat menjelaskan psikologi perempuan.
Peserta dapat menjelaskan fase-fase perkembangan jiwa dan karakteristik perempuan.
Peserta dapat menjelaskan pengaruh nilai-nilai sosial budaya terhadap kepribadian kaum perempuan. Peserta
dapat menjelaskan bentuk problem solving atas permasalahan kaum perempuan.
Muatan / kisi-kisi materi :
a. Pengertian Psikologi Perempuan.
b. Fase-fase Perkembangan Jiwa dan Karakteristik Perempuan.
c. Pengaruh Nilai-nilai Sosial Budaya Terhadap Kepribadian Kaum Perempuan.
d. Problem Solving atas Permasalahan Kaum Perempuan.
Metode : Ceramah, Diskusi, dan Demonstrasi.
Alokasi waktu : 24 jam.
Referensi yang dianjurkan :
1. Annemarie Schimmel, Jiwaku Adalah Wanita, Mizan Bandung.
2. Kartini Kartono, Psikologi wanita, Rajawali Pers, Jakarta.
3. Save M Dagun, Maskulin dan feminin, Mandar Maju, Bandung 1984.
4. Sachiko Murata, The Tao Islam, Mizan, Bandung, 1984.
5. TO Ihromi (ed), Kajian wanita dalam pembangunan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1993.
b. Kesehatan Perempuan
Tujuan pembelajaran umum (TPU)
Peserta dapat memenuhi kebutuhannya akan pemahaman tentang kesehatan perempuan.
Tujuan pembelajaran khusus (TPK)
a. Peserta dapat menjelaskan pengertian kesehatan perempuan.
b. Peserta dapat menjelaskan kesehatan reproduksi perempuan dalam tinjauan medis.
c. Peserta dapat menjelaskan kesehatan reproduksi dalam tinjauan social.
d. Peserta dapat menjelaskan analisis dan pemenuhan kebutuhan gizi.
e. Peserta dapat menjelaskan jenis-jenis Penyakit Menular Seksual (PMS).
Muatan/Kisi-kisi :
1. Pengertian Kesehatan Perempuan.
2. Kesehatan Perempuan dalam Tinjauan Medis dan Etika Moral.
3. Analisa dan Pemenuhan Kebutuhan Gizi.
4. Mengenal Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual (PMS).
Metode : Ceramah, Diskusi, dan Demonstrasi.
Alokasi waktu : 4 jam.
Referensi yang dianjurkan :
1. Dr. A. Firman Lubis dkk, Kesehatan Perempuan, YLKI, Jakarta.
2. Munawar Ahmad Anees, Islam dan revolusi sexual kaum perempuan, Mizan, Bandung.
3. Anonymous, Buku pintar kesehatan wanita.
c. Peran Perempuan dalam Transformasi Sosio Kultural
Tujuan pembelajaran umum (TPU)
Peserta dapat memahami peran perempuan dalam transformasi sosio-kultural.
Tujuan pembelajaran khusus (TPK)
o Peserta dapat menjelaskan sejarah gerakan perempuan.
o Peserta dapat menjelaskan posisi perempuan dalam perspektif budaya patriarkhi.
o Peserta dapat menjelaskan pengaruh media massa terhadap pembentukan citra diri perempuan.
o Peserta dapat menjelaskan eksistensi perempuan dalam konstalasi politik.
Muatan/kisi-kisi materi :
1. Sejarah Gerakan Perempuan.
2. Posisi Perempuan dalam Wilayah Patriarkhi.
3. Pengaruh Media Massa terhadap Pembentukan Citra Diri Perempuan.
4. Eksistensi Perempuan dalam Konstalasi Politik.
Metode : Ceramah dan studi kasus.
Alokasi waktu : 4 jam.
Referensi yang dianjurkan :
1. Herietta Moore, Feminisme dan antropology, Pusat Penerbitan FISIP UI, Jakarta.
2. Hizbah Rauf Izzat, Wanita dan politik dalam pandangan Islam, (penerbit dan tahun terbit
belum didapatkan identifikasinya).
3. Irwan Abdullah, Sangkan paran gender, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
4. Leila Ahmed, Wanita dan gender dalam Islam, (terjemahan) Women and Gender in Islam,
Lentera Basritama, Jakarta, 1999.
5. Lusi Margiyani, Agus Fahri Husein, Fauzie Ridjal (ed), Dinamika gerakan perempuan
Indonesia, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1992.
6. Mansour Fakih, Analisis gender dalam transformasi sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
7. Munawir Anis Qasim Jafar, Menelusuri hak-hak politik perempuan dalam Islam, (penerbit dan
tahun terbit belum didapatkan identifikasinya).
8. Naomi Wolf, Gegar gender, Bentang, Yogyakarta.
9. Ratna Saptari dan Brigitte Holzner, Perempuan, kerja dan perubahan sosial, Grafitti Pustaka
Utama, Jakarta, 1997.
Hasil-hasil MUNAS KOHATI XIX di Palembang
Optimalisasi Peran KOHATI untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI
42
d. Perempuan dalam Perspektif Pertumbuhan dan Perkembangan IPTEK
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta dapat menganalisis posisi perempuan dalam perspektif pertumbuhan dan perkembangan
IPTEK.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK):
o Peserta dapat mengetahui tantangan perempuan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
o Peserta dapat menyebutkan dampak ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan perempuan
serta menyebutkan jalan pemecahannya.
Muatan/Kisi-Kisi Materi :
1. Tantangan Perempuan dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. Dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi Kehidupan Perempuan.
3. Scientific Problem Solving.
Metode : Ceramah dan diskusi.
Alokasi Waktu : 3 jam.
Referensi yang dianjurkan :
1. Munawar Ahmad Anees, Islam dan revolusi sexual kaum perempuan, Mizan, Bandung.
2. Ratna Saptari dan Brigitte Holzner, Perempuan, kerja dan perubahan sosial, Grafiti Pustaka
Utama, Jakarta, 1997.
3. TO. Ihromi (ed), Kajian wanita dalam pembangunan, Yayasan Obor Indonesia.
e. Perempuan dan Strategi Pembangunan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta dapat mengetahui berbagai strategi pembangunan yang digunakan dalam memecahkan
problem sosial yang berkaitan dengan perempuan.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
o Peserta dapat menjelaskan konsep Women in development (WID).
o Peserta dapat menjelaskan konsep Women and development (WAD).
o Peserta dapat menjelaskan konsep Gender and development (GAD).
Muatan/Kisi-Kisi Materi :
1. Pengertian dan Penerapan Konsep Women in Development (WID).
2. Pengertian dan Penerapan Konsep Women and Development (WAD).
3. Pengertian dan Penerapan Konsep Gender and Development (GAD).
Metode : Ceramah dan diskusi.
Alokasi Waktu : 3 jam
Referensi yang Dianjurkan :
1. Julia Clevesse Mosse, Gender dan pembangunan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998.
2. Mansour Fakih, Analisis gender dalam transformasi sosial, Pustaka Pelajar Yogyakarta.
3. TO. Ihromi (ed), Kajian wanita dalam pembangunan, Yayasan Obor Indonesia.
f. Ketidakadilan terhadap perempuan dalam perspektif hukum dan sosiokultur
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
o Peserta dapat memahami berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan serta upaya
penanggulangannya.
o Ketidakadilan terhadap perempuan dalam perspektif hukum.
o Ketidakadilan terhadap perempuan dalam perspektif sosio kultur.
Hasil-hasil MUNAS KOHATI XIX di Palembang
Optimalisasi Peran KOHATI untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI
43

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :


o Peserta dapat menjelaskan bentuk-bentuk ketidakadilan terhadap perempuan dalam perspektif
hukum.
o Peserta dapat menjelaskan bentuk-bentuk Ketidakadilan terhadap perempuan dalam perspektif
sosiokultur.
Muatan/Kisi-Kisi Materi :
1. Konsep ketidakadilan terhadap perempuan
2. ketidakadilan terhadap Perempuan dalam Perspektif Hukum.
3. ketidakadilan terhadap Perempuan dalam Perspektif Sosiokultur.
Metode : Ceramah, diskusi, simulasi
Alokasi Waktu : 4 jam
Referensi yang dianjurkan :
1. Farha Ciciek, Ikhtiar mengatasi kekerasan dalam rumah tangga, Proyek Kerjasama Solidaritas
Perempuan dan Lembaga Kajian Agama dan Gender (LKAJ), Jakarta, 1999.
2. Tim Yayasan Jurnal Perempuam (ed.), Kekerasan negara terhadap perempuan, Yayasan Jurnal
Perempuan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2001.
g. Kekerasan Terhadap Perempuan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
o Peserta dapat memahami berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan serta upaya
penanggulangannya.
o Kekerasan terhadap perempuan terhadap perspektif hukum.
o Kekerasan terhadap perempuan terhadap perspektif sosio kultur.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :
o Peserta dapat menjelaskan bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan dalam perspektif
hukum.
o Peserta dapat menjelaskan bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan dalam perspektif
sosiokultur.
Muatan/Kisi-Kisi Materi :
1. Kekerasan terhadap Perempuan dalam Perspektif Hukum.
2. Kekerasan terhadap Perempuan dalam Perspektif Sosiokultur.
Metode : Ceramah, diskusi, simulasi
Alokasi Waktu : 4 jam
Referensi yang dianjurkan :
1. Farha Ciciek, Ikhtiar mengatasi kekerasan dalam rumah tangga, Proyek Kerjasama
Solidaritas Perempuan dan Lembaga Kajian Agama dan Gender (LKAJ), Jakarta, 1999.
2. Tim Yayasan Jurnal Perempuam (ed.), Kekerasan negara terhadap perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan
dan The Ford Foundation, Jakarta, 2001.

3) Keorganisasian
a. Perspektif KOHATI sebagai Kontributor Pembaharuan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta dapat memahami kelembagaan KOHATI.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
o Peserta dapat menjelaskan eksistensi KOHATI dalam struktur sosial.
o Peserta dapat mengetahui eksistensi KOHATI dalam perkembangan organisasi professional.
o Peserta dapat mengetahui posisi strategisnya sebagai kontributor pembaharuan.
Hasil-hasil MUNAS KOHATI XIX di Palembang
Optimalisasi Peran KOHATI untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI
44
Muatan/Kisi-Kisi Materi :
1. Eksistensi KOHATI dalam Struktur Sosial.
2. KOHATI dan Perkembangan Organisasi Profesional.
3. Analisis Kelembagaan KOHATI.
4. Peserta dapat Mengetahui Posisi Strategisnya sebagai Kontributor Pembaharuan.
Metode : Ceramah, diskusi
Alokasi Waktu : 3 jam
Referensi yang Dianjurkan
1. NDP HMI.
2. AD dan ART HMI.
3. Pedoman Dasar KOHATI.
4. Hasil-hasil Lokakarya Perkaderan KOHATI (Platform Gerakan dan Pedoman Pembinaan
KOHATI).
b. Revitalisasi Analisis KOHATI terhadap Isu Keperempuanan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
o Peserta dapat menjelaskan dinamika gerakan perempuan.
o Peserta dapat mengetahui isu keperempuanan kontemporer.
o Peserta dapat mengetahui format gerakan KOHATI dalam menyikapi isu keperempuanan.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
o Peserta dapat menjelaskan dinamika gerakan perempuan.
o Peserta dapat mengetahui isu keperempuanan kontemporer.
o Peserta dapat mengetahui format gerakan KOHATI dalam menyikapi isu keperempuanan.
Muatan/Kisi Kisi Materi :
1. KOHATI dan Dinamika Gerakan Keperempuanan.
2. Isu-isu Keperempuanan Kontemporer.
3. Format Gerakan KOHATI dalam Menyikapi Isu Keperempuanan.
Metode : Ceramah, diskusi dan simulasi.
Alokasi Waktu : 4 jam.
Referensi yang dianjurkan :
1. NDP HMI.
2. AD dan ART HMI.
3. Pedoman Dasar KOHATI.
4. Hasil-hasil Lokakarya Perkaderan KOHATI (Platform Gerakan dan Pedoman Pembinaan
KOHATI).
5. Engineer, Asghar Ali, Hak-hak perempuan dalam Islam, LSPPA dan Yayasan Bentang Budaya,
Yogyakarta, 1997.
6. Nasaruddin Umar, MA, Dr, Argumen kesetaraan gender Perspektif Al Quran, Paramadina,
Jakarta, 1999.
7. Farha Ciciek, Ikhtiar mengatasi kekerasan dalam rumah tangga, Proyek Kerjasama Solidaritas
Perempuan dan Lembaga Kajian Agama dan Gender (LKAJ), Jakarta, 1999.
8. Tim Yayasan Jurnal Perempuam (ed.), Kekerasan negara terhadap perempuan, Yayasan Jurnal
Perempuan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2001.
4) Materi Penunjang
Materi penunjang ini dapat dipilih salah satu disesuaikan dengan kedudukan peserta pelatihan /
LKK. Adapun materi penunjang yang dianjurkan untuk diberikan kepada peserta adalah sebagai
berikut :
1. Retorika dan keprotokoleran.
2. Komunikasi Massa/Public Relation.
3. Kecerdasan Emosional (KE) dan Emosional Intelektual (EI).
4. AMT/Achievement Motivation Training

5). Stadium General


Berkaitan dengan isu-isu aktual di tingkat nasional dan lokal.

Anda mungkin juga menyukai