Sesungguhnya Allah SWT, telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna untuk mengatur umat
manusia agar berkehidupan sesuai fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri
semata-mata kehadirat-Nya.
Di sisi Allah SWT, manusia baik laki-laki maupun perempuan mempunyai derajat yang sama, yang membedakan
hanyalah ketaqwaannya, yakni sejauh mana ia istiqamah/teguh mengimani dan mengamalkan ajaran-ajaran Ilahi
dalam kehidupan sehari-hari.
Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah terakhir juga menekankan posisi strategis kaum perempuan dalam
masyarakat sebagaimana sabdanya yang berbunyi : Perempuan adalah tiang negara, bila kaum perempuannya
baik (berahlak karimah) maka negaranya baik dan bila perempuannya rusak (amoral) maka rusaklah negara itu.
Dalam rangka memaknai peran strategis tersebut maka kaum perempuan dituntut untuk menguasai ilmu agama,
Iptek serta keterampilan yang tinggi, dengan senantiasa menyadari akan kodrat kemanusiaannya.
Perempuan sebagai salah satu elemen masyarakat harus memainkan peranannya mewujudkan masyarakat adil
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT. Dan sebagai salah satu strategi perjuangan dalam mewujudkan mission HMI,
diperlukan sebuah wadah yang menghimpun segenap potensi HMI dalam wacana keperempuanan untuk
melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya, dan untuk mewujudkannya HMI membentuk Korps HMIWati
(KOHATI). Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, KOHATI harus berkesinambungan dengan HMI dan penuh
kebijaksanaan yang dinafasi keimanan kepada Allah SWT, serta berpedoman pada Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga HMI.
BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT
Pasal 1
Nama
a. Nama organisasi ini adalah singkatan dari Korps-HMI-Wati disingkat KOHATI.
b. KOHATI adalah bidang pemberdayaan perempuan di HMI setingkat.
c. KOHATI adalah singkatan dari Korps HMI-Wati.
d. KOHATI adalah badan khusus HMI yang bertugas membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-
Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan.
Pasal 2
Waktu dan Tempat Kedudukan
a. KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 M pada
Kongers VIII di Solo.
b. KOHATI berkedudukan di tempat kedudukan HMI.
BAB II
TUJUAN, STATUS DAN SIFAT
Pasal 3
Tujuan
Terbinanya Muslimah Berkualitas Insan Cita.
Pasal 4
Status
a. KOHATI merupakan salah satu badan khusus membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati
dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan.
b. Secara struktural pengurus KOHATI ex officio pimpinan HMI, diwakili oleh Ketua Umum, Sekretaris Umum,
Bendahara Umum dan Ketua Bidang.
Pasal 5
Sifat
KOHATI bersifat Semi-Otonom.
BAB III
FUNGSI, PERAN DAN KEANGGOTAAN
Pasal 6
Fungsi
a. KOHATI berfungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI dalam wacana dan
dinamika keperempuanan.
b. Di tingkat internal HMI, KOHATI berfungsi sebagai bidang pemberdayaan perempuan
c. Di tingkat eksternal HMI, KOHATI berfungsi sebagai organisasi perempuan.
Pasal 7
Peran
KOHATI berperan sebagai Pencetak dan Pembina Muslimah Sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-
nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.
Pasal 8
Keanggotaan
Anggota KOHATI adalah HMI-Wati yang telah lulus Latihan Kader I (LK I).
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
A. Struktur Kekuasaan
Pasal 9
Musyawarah KOHATI
a. Musyawarah kohati adalah instansi pengambilan keputusan tertinggi di KOHATI
b. Musyawarah KOHATI merupakan forum laporan pertanggungjawaban pengurus, perumusan program kerja
KOHATI, dan memilih serta menetapkan formatur/ketua umum dan dua (2) mide formateur.
1. Di tingkat nasional diselenggarakan Musyawarah Nasional KOHATI dalam rangkaian Kongres HMI.
2. Di Tingkat daerah diselenggarakan Musyawarah Daerah KOHATI BADKO dalam rangkaian Musyawarah
Daerah BADKO HMI.
3. Di tingkat cabang diselenggarakan Musyawarah KOHATI Cabang dalam rangkaian Konferensi HMI Cabang.
4. Di tingkat KORKOM diselengarakan Musyawarah KOHATI KORKOM dalam rangkaian Musyawarah KORKOM.
5. Ditingkat komisariat diselenggarakan Musyawarah KOHATI Komisariat dalam rangkaian Rapat Anggota
Komisariat.
Pasal 10
Peserta Musyawarah
a. Peserta Musyawarah Nasional KOHATI, terdiri dari :
1. Utusan adalah pengurus KOHATI HMI Cabang Penuh.
2. Peninjau adalah seluruh Pengurus KOHATI PB HMI, 2 orang Pengurus KOHATI BADKO HMI, 1 orang
Pengurus KOHATI HMI Cabang Persiapan dan Bidang Pemberdayaan perempuan.
b. Peserta Musyawarah Daerah KOHATI, terdiri dari :
1. Utusan adalah Pengurus KOHATI HMI Cabang Penuh.
2. Peninjau adalah seluruh Pengurus KOHATI BADKO HMI, 1 orang Pengurus KOHATI HMI Cabang Persiapan dan
Bidang Pemberdayaan Perempuan diwilayah koordinasinya.
c. Peserta Musyawarah KOHATI HMI Cabang terdiri dari :
1. Utusan adalah Pengurus KOHATI HMI Komisariat Penuh.
2. Peninjau adalah seluruh Pengurus KOHATI HMI cabang, 1 orang pengurus KOHATI Komisariat Persiapan dan
Bidang pemberdayaan perempuanan.
d. Peserta Musyawarah KOHATI KORKOM HMI terdiri dari :
1. Utusan adalah Pengurus KOHATI HMI Komisariat Penuh.
2. Peninjau adalah Pengurus KOHATI KORKOM HMI, Pengurus KOHATI HMI Komisariat Persiapan, dan Bidang
Pemberdayaan perempuan.
e. Peserta Musyawarah KOHATI HMI Komisariat terdiri dari :
1. Utusan adalah Anggota KOHATI HMI Komisariat.
2. Peninjau adalah Pengurus KOHATI HMI Komisariat.
Pasal 11
Instansi Pengambilan Keputusan
a. Setiap keputusan KOHATI dilakukan secara musyawarah dengan tata susunan tingkatan instansi pengambilan
keputusannya adalah rapat pleno, rapat harian, rapat presidium.
b. Untuk penyusunan rencana kerja operasional diselenggarakan rapat bidang dan rapat kerja.
B. Struktur Pimpinan
Pasal 12
Pimpinan KOHATI
a. Ditingkat PB HMI dibentuk KOHATI PB HMI.
b. Ditingkat BADKO HMI dibentuk KOHATI BADKO HMI.
c. Ditingkat HMI Cabang dibentuk KOHATI HMI Cabang.
d. Ditingkat KORKOM dibentuk KOHATI KORKOM HMI.
e. Ditingkat Komisariat dibentuk KOHATI HMI Komisariat.
Pasal 13
Pembentukan Pimpinan KOHATI
a. Penetapan Ketua Umum KOHATI ditentukan oleh Musyawarah KOHATI.
b. Bila Ketua Umum KOHATI tidak dapat menjalankan tugasnya dan/atau melakukan pelanggaran terhadap aturan-
aturan organisasi maka dapat dipilih Pejabat Ketua Umum oleh Sidang Pleno KOHATI melalui Rapat Pleno
KOHATI.
Pasal 14
Personalia Pengurus KOHATI
a. Formateur/Ketua Umum menyusun struktur kepengurusan KOHATI dan dibantu oleh 2 (dua) orang Mide
Formateur.
b. Formasi pengurus KOHATI PB HMI, KOHATI BADKO HMI, KOHATI HMI Cabang, KOHATI KORKOM HMI dan
KOHATI HMI Komisariat terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum, Ketua Bidang dan
Departemen-depatemen, atau sekurang-kurangnya Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
c. Struktur Pengurus KOHATI berbentuk garis fungsional.
Pasal 15
Kriteria Pengurus
a. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus KOHATI PB HMI adalah HMI-Wati yang pernah menjadi Pengurus
KOHATI HMI Cabang dan/atau kohati badko HMI / kohati PB HMI, berprestasi, telah lulus LKK dan LK III (pasal
53 huruf f ayat 5)
b. Yang dapat menjadi Ketua Umum /Pengurus KOHATI BADKO HMI adalah HMIWati yang pernah menjadi
Pengurus KOHATI HMI Komisariat dan / atau KOHATI HMI Cabang, KOHATI BADKO HMI, berprestasi, yang
telah lulus LKK dan LK II.
c. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus KOHATI HMI cabang adalah HMI-Wati yang pernah menjadi
Pengurus KOHATI Komisariat / Bidang Pemberdayaan Perempuan HMI komisariat, KOHATI KORKOM HMI
dan/atau KOHATI HMI Cabang, berprestasi dan telah lulus LKK dan LK II
d. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus KOHATI KORKOM adalah HMI-Wati yang pernah menjadi pengurus
KOHATI HMI Komisariat/Bidang Pemberdayaan Perempuan, berprestasi dan telah lulus LKK.
e. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus KOHATI Komisariat adalah HMI-Wati berprestasi yang telah mengikuti
LK I dan LKK.
Pasal 16
Pengesahan dan Pelantikan Pengurus KOHATI
a. Di tingkat PB HMI, KOHATI PB HMI disahkan dan dilantik oleh Ketua Umum PB HMI.
b. Di tingkat BADKO HMI, KOHATI BADKO HMI disahkan dan dilantik oleh Ketua Umum BADKO HMI, KOHATI HMI
Cabang, KOHATI KORKOM HMI dan KOHATI HMI Komisariat disahkan dan dilantik oleh Ketua Umum HMI
setingkat.
BAB V
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 17
KOHATI PB HMI
a. KOHATI PB HMI bertanggung jawab kepada MUNAS KOHATI dan menyampaikan laporannya kepada Kongres.
b. KOHATI PB HMI bersifat koordinatif terhadap KOHATI BADKO HMI dan KOHATI HMI Cabang.
c. KOHATI PB HMI adalah penanggung jawab masalah KOHATI dan wacana serta dinamika gerakan
keperempuanan di tingkat nasional.
Pasal 18
KOHATI BADKO HMI
a. KOHATI BADKO HMI adalah unsur perpanjangan tangan KOHATI PB HMI yang mengkoordinir kegiatan-kegiatan
KOHATI HMI Cabang di wilayah koordinasinya.
b. KOHATI BADKO HMI bertanggung jawab kepada Musyawarah Daerah KOHATI BADKO HMI dan menyampaikan
laporan kepada MUSDA BADKO serta menyampaikan tembusan laporan kepada KOHATI PB HMI.
c. KOHATI BADKO HMI menyampaikan laporan informasi keja minimal enam bulan sekali kepada KOHATI PB HMI.
d. KOHATI BADKO HMI adalah penanggung jawab masalah KOHATI dan wacana serta dinamika gerakan
keperempuanan di tingkat regional.
Pasal 19
KOHATI HMI Cabang
a. KOHATI HMI Cabang adalah aparat HMI Cabang yang mengkoordinir kegiatan bidang Pemberdayaan perempuan
HMI Cabang setempat.
b. KOHATI HMI Cabang bertanggung jawab kepada Musyawarah KOHATI HMI Cabang dan memberikan laporan
kepada KONFERCAB.
c. Menyampaikan hasil musyawarah KOHATI HMI Cabang dan susunan kepengurusan KOHATI HMI Cabang
kepada HMI Cabang setingkat dengan tembusan PB HMI, KOHATI PB HMI dan KOHATI BADKO HMI
d. KOHATI HMI Cabang bersifat koordinatif kepada KOHATI Komisariat.
e. KOHATI HMI Cabang adalah penanggung jawab terhadap masalah KOHATI dan wacana serta dinamika gerakan
perempuan di tingkat cabang.
f. KOHATI HMI Cabang menyampaikan laporan dan informasi kerja minimal 6 bulan sekali kepada KOHATI PB HMI
dengan tembusan kepada KOHATI BADKO HMI
Pasal 20
KOHATI HMI KORKOM
a. KOHATI HMI KORKOM adalah perpanjangan tangan KOHATI HMI Cabang yang mengkoordinir kegiatan-kegiatan
KOHATI HMI Komisariat di wilayah koordinasinya
b. KOHATI KORKOM bertanggung jawab kepada Musyawarah KOHATI KORKOM dan menyampaikan laporan
kepada Musyawarah KORKOM.
c. Menyampaikan hasil musyawarah KOHATI KORKON dan lampiran susunan kepengurusan KOHATI KORKOM
HMI kepada KOHATI HMI cabang.
d. HMI KORKOM menyampaikan laporan dan informasi kerja minimal 6 bulan sekali kepada KOHATI HMI Cabang.
Pasal 21
KOHATI HMI Komisariat
a. KOHATI HMI Komisariat adalah aparat HMI Komisariat yang mengkoordinir pembinaan perkaderan serta kegiatan
bidang pemberdayaan perempuan HMI Komisariat.
b. KOHATI HMI Komisariat bertanggung jawab kepada Musyawarah KOHATI HMI Komisariat dan menyampaikan
laporan pada Rapat Anggota Komisariat.
c. Menyampaikan hasil musyawarah dan lampiran susunan pengurus kepada HMI Komisariat dengan tembusan HMI
Cabang, KOHATI HMI Cabang dan KOHATI KORKOM.
d. Menyampaikan informasi kegiatan minimal 6 bulan sekali kepada KOHATI HMI Cabang dengan tembusan kepada
KOHATI KORKOM HMI.
BAB VI
ADMINISTRASI DAN KESEKRETARIATAN
Pasal 22
Pedoman Administrasi dan Surat Menyurat KOHATI
a. Administrasi dan surat menyurat KOHATI disesuaikan dengan administrasi dan surat menyurat yang berlaku di
HMI.
b. Untuk surat intern (dalam) dengan kode : Nomor surat/A/Sek/KHI/bulan Hijriah/tahun Hijriah
c. Untuk surat ekstern (keluar) dengan kode : Nomor surat/B/Sek/KHI/bulan Hijriah/Tahun Hijriah.
d. Khusus surat keluar instansi HMI ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Umum KOHATI.
Pasal 23
Atribut KOHATI
Yang termasuk dalam atribut KOHATI adalah mars, badge, stempel, kop surat dan busana KOHATI.
BAB VII
KEUANGAN
Pasal 24
Keuangan
Sumber dana KOHATI diperoleh dari dana yang halal dan tidak mengikat.
BAB VIII
PEMBENTUKAN, PEMBEKUAN DAN PEMBUBARAN KOHATI
Pasal 25
Pembentukan KOHATI
a. Pembentukan KOHATI di tingkat KOHATI PB HMI, BADKO HMI, HMI Cabang, KOHATI KORKOM HMI dan HMI
Komisariat diputuskan pada putusan tertinggi HMI setingkat.
b. Status KOHATI HMI Cabang disesuaikan dengan status HMI Cabang.
c. Status KOHATI HMI Komisariat disesuaikan dengan status HMI Komisariat.
Pasal 26
Pembekuan KOHATI
Pembekuan KOHATI di tingkat KOHATI PB HMI, KOHATI BADKO HMI, KOHATI HMI Cabang, KOHATI KORKOM
HMI dan KOHATI Komisariat diputuskan pada putusan tertinggi HMI setingkat.
Pasal 27
Pembubaran KOHATI
Pembubaran KOHATI hanya dapat dilakukan oleh Kongres HMI.
BAB IX
KETENTUAN TAMBAHAN
Pasal 28
a. Penjabaran tentang status, sifat, fungsi dan peran KOHATI dirumuskan dalam tafsir tersendiri
b. Bagan struktur kepengurusan organisasi, tujuan KOHATI dirumuskan tersendiri.
Pasal 29
Hal lain yang menyangkut ketetapan yang tidak tercantum dalam pedoman ini disesuaikan dengan pedoman
organisasi HMI dan/atau peraturan PB HMI/KOHATI PB HMI.
Dalam rangka itu KOHATI merumuskan tujuannya sebagai berikut: Terbinanya muslimah yang berkualitas insan
cita. Dengan rumusan tujuan ini KOHATI memposisikan dirinya sebagai bagian yang ingin mencapai tujuan HMI
(mencapai 5 kualitas insan cita), tetapi berspesialisasi pada pembinaan anggota HMI-Wati untuk menjadi muslimah
yang berkualitas insan cita. Eksistensi KOHATI menjadi sangat penting, karena ia menjadi laboratorium hidup
menghasilkan HMI-wati yang berkualitas menghadapi masa depan; kualitas terbaik sebagai seorang putri bagi kedua
orang tuanya, istri bagi suaminya, ibu bagi anaknya kelak, serta kualitas terbaik sebagai anggota masyarakat.
Sesuai dengan ide dasar pembentukannya, maka proses pembinaan di KOHATI ditujukan untuk peningkatan
kualitas dan peranannya sebagai bagian dari HMI. Ini dimaksudkan bahwa aktifitas HMI-wati tidak saja di KOHATI
dan HMI, tetapi juga dalam dunia mahasiswa, juga masyarakat luas, terutama dalam merespons dan mengantisipasi
masalah keperempuanan. Dengan demikian, maka jelas bahwa tugas KOHATI adalah melakukan akselerasi pada
pencapaian tujuan HMI.
Untuk dapat menjalankan peranannya dengan baik maka KOHATI harus membekali
dirinya dengan meningkatkan kualitasnya karena anggota KOHATI adalah HMI-wati yang memiliki watak dan
kepribadian yang teguh, kemampuan intelektual, kemampuan profesional serta mandiri.
SKEMA ANALISIS TUJUAN KOHATI
HMI-Wan INSAN
ANGGOTA CITA
HMI
HMI-WATI (KOHATI)
Latihan:
o LKK
o Kursus
Kegiatan
o Pribadi
o Kelompok
Status sebuah lembaga merupakan pengakuan dan petunjuk tentang eksistensi lembaga tersebut. Lahirnya sebuah
status didasarkan pada kebutuhan akan pengembangan organisasi dan mempermudah pencapaian tujuan
organisasi. Status juga merupakan petunjuk dimana sebuah lembaga berspesialiasi.
Korps HMI-Wati (KOHATI) adalah badan khusus HMI yang bergerak dalam wacana dan dinamika gerakan
keperempuanan. Rumusan ini menjelaskan bahwa status KOHATI adalah badan khusus HMI dengan spesialisasi
membina anggota HMI-Wati untuk menjadi muslimah yang berkualitas insan cita.
Dalam kerangka tersebut, maka yang menjadi sasaran pemberdayaan KOHATI adalah anggotanya yakni HMI-Wati,
dengan diselenggarakannnya berbagai aktivitas maupun pelatihan khusus bagi HMIWati. Aktivitas ini tentunya tidak
terlepas dari rangkaian aktivitas perkaderan HMI. Adapun wujud dan aktivitas tersebut dibicarakan tersendiri dalam
pedoman pembinaan KOHATI.
Sifat dalam sebuah organisasi menunjukkan watak atau karateristik. Hal ini mengandung makna bahwa sifat adalah
pembeda antar lembaga. Perbedaan ini dimaksudkan sebagai salah satu taktik dan strategi dalam perjuangan
sebuah organisasi.
Sebagai badan khusus dalam HMI, KOHATI bersifat semi otonom. Dengan sifat ini menunjukkan keberadaan
KOHATI sebagai subsistem dalam perjuangan HMI. Adapun latar belakang munculnya sifat ini, karena pada
dasarnya anggota HMI mengakui adanya kesamaan kemampuan dan kesempatan antara anggota baik laki-laki
maupun perempuan. Namun suprastruktur masyarakat kita nampaknya masih menempatkan organisasi sebagai
alat yang efektif untuk menyahuti berbagai persoalan dalam upaya pencapaian tujuannya.
Dalam operasionalisasi mekanisme organisasi, sifat semi otonom ini mengandung arti bahwa KOHATI memiliki
keleluasaan dan kewenangan dalam aktivitas dan berkreativitas di dalam (intern) HMI, terutama dalam pembinaan
anggota/kader HMI di dalam wacana keperempuanan dalam mengembangkan kualitas kader HMI-wati, baik dalam
pengembangan wawasan maupun ketrampilan yang sesuai dengan konstitusi HMI dan KOHATI yaitu AD/ART HMI,
Pedoman Dasar KOHATI serta
kebijaksanaan umum HMI lainnya.Namun dalam melakukan aktivitasnya, KOHATI tetap harus berkoordinasi dengan
HMI sebagai organisasi induknya dalam mekanisme organisasi yang telah diatur.
Adapun dalam melakukan kegiatan yang bersifat luar (ekstern) HMI, KOHATI merupakan perpanjangan tangan atau
sayap HMI di semua tingkatan untuk bidang pemberdayaan perempuan.
Dengan kata lain kehadiran KOHATI pada aktivitas eksternal HMI merupakan pembawa misi perjuangan HMI. Oleh
karenanya KOHATI harus senantiasa mengdakan koordinasi dengan HMI.
Hal tersebut secara keseluruhan diekspresikan dalam struktur organisasi HMI, dimana KOHATI diwakili oleh ketua
Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Ketua Bidang KOHATI yangmenjadi bagian dari kepengurusan
HMI di setiap tingkatannya. Inilah yang dinamakan pengurus KOHATI ex officio pengurus HMI untuk bidang
pemberdayaan perempuan.
Konsekuensi struktur tersebut, menjadikan keberadaan KOHATI sangat jelas sebagai bagian dari HMI, sebagai
badan khusus di HMI. Karena setiap pengambilan keputusan maupun kebijaksanaan di tubuh KOHATI harus
merefleksikan kepentingan HMI pada bentuk aktivitas pengembangan kualitas kader HMI-wati dengan mekanisme
organisasi yang telah diatur sebelumnya. Oleh karena itu dengan sifat semi otonom ini, menunjukkan bahwa
kebesaran KOHATI memiliki saling ketergantungan pada sejauh mana interaksi, koordinasi dan komunikasi antara
seluruh jajaran kepengurusan HMI di semua tingkatan.
Dengan sifatnya ini KOHATI dapat melakukan jejaring (networking), memasuki dan berinteraksi dengan organisasi-
organisasi wanita lain yang ada baik secara lokal, regional, nasional maupun internasional.
Dunia keperempuanan yang menjadi lahan kerja KOHATI adalah pembinaan sebagai anggota HMI, yaitu HMI-wati.
Pembinaan tersebut diarahkan pada pembinaan akhlak, intelektual, ketrampilan, kepemimpinan, keorganisasian,
keluarga yang sejahtera, serta beberapa kualitas lain yang menjadi kebutuhan anggotanya. Maksud pembinaan
tersebut adalah mempersiapkan kader HMI-Wati agar mampu berperan secara optimal sebagai pencetak muslimah
sejati yang ikut serta memperjuangkan
nilai-nilai keIslaman dan ke Indonesiaan. Oleh karena itu, KOHATI berfungsi sebagai akselerator perkaderan bagi
HMI-wati.
Sebagai wadah tentunya KOHATI hanya merupakan alat pencapaian tujuan HMI. Oleh karenanya keberhasilan
KOHATI sangat ditentukan oleh anggotnya, dengan didukung perangkat dan mekanisme organisasi HMI. Oleh
karena itu sebagai strategi perjuangan HMI, KOHATI berfungsi sebagai organisasi perempuan. Sebagai fasilitator,
KOHATI memiliki perangkat-perangkat pembinaan berupa pedoman dan jaringan informasi. Pemanfaatan perangkat-
perangkat tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas aparat pengurusnya.
Atas dasar itu, maka KOHATI mempunyai tanggung jawab moral yang besar dalam menjabarkan dan menyahuti
komitmen HMI di bidang pemberdayaan perempuan. Dalam arti yang luas yaitu menyangkut aspek pengembangan
potensi perempuan dalam konteks sosial kemasyarakatan seperti potensi intelektual, potensi kepemimpinan,
potensi-potensi lainnya.
Operasionalisasi dan fungsi tersebut diwujudkan dalam dua aspek pembagian kerja KOHATI yaitu :
1. Aspek Internal
Dalam hal ini KOHATI menjadi wadah/media latihan bagi para HMI wati untk membina, mengembangkan dan
meningkatkan potensi serta kualitasnya dalam bidang pemberdayaan perempuan khususnya menyangkut kodrat
kemanusiaannya sebagai seorang perempuan, dan bidang sosial kemasyarakatan umumnya melalui pendidikan,
penelitian dan pelatihan serta aktivitas-aktivitas lain dalam kepengurusan HMI.
2. Aspek Eksternal
Dalam hal ini KOHATI merupakan pembawa misi HMI di setiap forum-forum
keperempuanan. Kehadiran KOHATI dalam forum itu tentunya semakin mempeluas
keberadaan HMI di semua aspek dan level kehidupan. Secara khusus bagi kader HMI wati, keterlibatan pada dunia
eksternal merupakan pengembangan dari kualitas pengabdian masyarakat yang dimilikinya.
Dengan kata lain fungsi KOHATI adalah wadah aktualisasi dan pemacu seluruh potensi-potensi perempuan
khususnya HMIwati, untuk mengejar kesenjangan yang ada, mendorong HMI-wati untuk berinteraksi secara optimal
dalam setiap aktivitas HMI, serta menjadikan ruang gerak HMI dalam masyarakat menjadi lebih luas.
LAMBANG KOHATI
Bentuk dan lambang KOHATI sebagai berikut:
A
B
C
E D
MARS KOHATI
Wahai HMI-wati semua
Sadarlah kewajiban mulia
Pembina, pendidik tunas muda
Tiang Negara jaya
Jayalah KOHATI
Pengawal panji islam
Derapkan langkah perjuangan
Kuatkan iman
Berbicara tentang platform adalah berbicara tentang landasan umum suatu komunitas yang memiliki basis
masyarakat dengan banyak agenda. Disamping platform juga berbicara tentang suatu paradigma, yaitu sudut
pandang mengenai hendak kemana suatu masyarakat dibawa.
Paradigma dianggap penting bagi suatu gerakan atau organisasi, karena paradigma yang inklusif bias
mempengaruhi aspek gerak maupun aspek pemikiran para pelaku pergerakan. Pilihan terhadap suatu paradigma
bisa dilakukan melalui pendekatan ideologis, historis, sosiologis dan konsep hidup yang dimiliki suatu organisasi atau
pergerakan.
Akhir-akhir ini masalah keperempuanan kembali menjadi isu sentral dan diskursus yang secara intens dibicarakan.
Terbukti dengan banyaknya bermunculan pergerakan-pergerakan dan pembelaan/aksi-aksi yang jelas terhadap
berbagai kasus tindak kekerasan yang dialami kaum perempuan, meskipun gerakan itu terkesan agak dinamis dan
fluktuatif. Masalahnya adalah komitmen terhadap gerakan itu sendiri
seringkali tidak seimbang dengan kemajuan perkembangan zaman.
Kondisi global menggambarkan adanya kesenjangan dan diskriminasi terhadap hak-hak perempuan.
Akibatnya kaum perempuan terdistorsi dalam konteks peran dan fungsinya sebagai putri, istri, ibu dan anggota
masyarakat. Kurang ditelaah secara komprehensif, perempuan sebagai individu yang memiliki berbagai bentuk
hubungan (relasi) dengan individu lainnya, dengan kumpulan individu (masyarakat), maupun sebuah komitmen
publik bernama negara. Pola relasi atau hubungan antara perempuan dan dunia sekitarnya, akan menimbulkan
serangkaian problem kemanusiaan yang harus dicarikan pemecahannya, dan mau tidak mau pemecahan masalah
tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara lelaki dan perempuan sebagai manusia, terlebih kaum perempuan
sendiri yang harus menjadisubyek dalam proses pencarian dan pembuktian jati diri kemanusiaannya.
KOHATI sebagai bagian intergral dari HMI yang mempunyai peran strategis untuk merespon problem
kemasyarakatan, salah satu problem kemasyarakatan itu adalah problem sosial bernama ketidakadilan yang banyak
menimpa kaum perempuan karena ketimpangan pola relasi antar individu di dalam masyarakat. Dengan demikian
persoalan keperempuanan yang merupakan masalah sosial, harus mendapatkan perhatian serius dari HMI untuk
merealisasikan cita-citanya Mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Dalam upaya menjawab tantangan itu, KOHATI membentuk dasar kebijakan yang terformulasi secara integral dan
komprehensif, sehingga gerakan yang dilakukan dapat mengenai sasaran yang tepat.
Arahan yang jelas dalam pergerakan perempuan itu adalah pengentalan ideologi gerakan perempuan (hegemoni
ideologi) sebagai salah satu cara mewujudkan masyarakat adil, demokratis, egaliter dan beradab sebagai prototipe
masyarakat madani (civil society). Konsekuensinya, kaum perempuan dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi serta ketrampilan yang mendukung, artinya kaum perempuan harus memiliki keseimbangan dalam
kemandirian intelektual serta ketegasan dalam bersikap dengan landasan berpijak yang jelas.
Beberapa pemaparan di bawah ini merupakan sistematisasi yang dibuat oleh KOHATI dalam memainkan peran
strategisnya pada pergerakan perempuan dengan tetap berpijak pada spirit nilai Islam yang terformulasi pada misi
HMI.
TUJUAN/MISI GERAKAN
Terbinanya muslimah berkualitas insan cita.
TARGET
Meningkatkan respon dan partisipasi yang proaktif dalam merespon permasalahan perempuan pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya menuju terciptanya masyarakat adil makmur.
a. HMI-Wati dan HMI-Wan.
b. Komunitas intelektual/agamawan.
c. Masyarakat umum.
d. Penentu Kebijakan
2. KESEJAHTERAAN
a. Pembuatan kegiatan yang bernilai produktif. Untuk meminimalisir budaya ketergantungan terhadap alumni,
perlu kiranya Gerakan Perempuan HMI membangun kerjasama positif dengan institusi atau personel terkait.
Selain dengan tujuan mengupayakan kemandirian organisasi, hal ini juga berimplikasi positif perempuan di
bidang politik. Membangun partisipasi pada kemandirian individu anggota di bidang ekonomi (income
generating).
3. PEMBERDAYAAN (EMPOWERMENT)
a. Pemberdayaan perempuan dalam menghapuskannyadari ketergantungan psikis, ekonomis maupun politis.
b. Pemberdayaan politik dan meningkatkan posisi tawar (burgaining posititon) perempuan dalam politik, baik
aktif maupun pasif.
c. Memberdayakan perempuan untuk mampu mengadvokasi terhadap pelanggaran hak asasi perempuan
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
d. Meningkatkan kesejateraan perempuan melalui program lifeskill.
4. EGALITARIANISME DAN DEMOKRASI
a. Pressure secara aktif terhadap produk hukum yang diskriminatif terhadap perempuan.
b. Mendobrak tirani budaya diskriminatif pendidikan bagi perempuan, baik formal maupun nonformal.
c. Merekonstruksi ajaran teologis yang adosentris (terpusat pada penafsiran yang dibuat ulama laki-laki dan
cenderung bias kepentingan laki-laki).
d. Akselerasi gerakan perempuan dalam menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme
5. ETIKA / MORALITAS MASYARAKAT (PUBLIC MORALITY)
a. Mewujudkan iklim yang kondusif bagi partisipasi aktif perempuan dalam proses politik dan ketatanegaraan.
b. Penempatan strategi religius dalam penanganan penyakit sosial di masyarakat.
c. Menumbuhkan jiwa kompetisi bagi perempuan secara profesional dengan tetap memegang asas
meritokrasi (kesamaan memperoleh kesempatan).
Karena konsep yang matang tanpa metode yang efektif dan efisien menjadi tidak ada artinya, maka platform
gerakan perempuan HMI ini dibuat sampai pada gambaran operasionalnya.
LANDASAN GERAKAN
1. LANDASAN FILOSOFIS
Perempuan berasal dari kata per-empu-an yang artinya ahli/mampu, jadi perempuan merupakan
seorang yang mampu melakukan sesuatu. Wanita berasal dari kata berbahasa Jawa wani ditata yang artinya
orang yang bisa diatur. Selain itu, dalam bahasa Sanskerta kata wanita berasal dari kata wan dan ita yang
berarti yang dinafsui
Kata perempuan lebih dipilih untuk digunakan karena mengandung konotasi yang lebih positif (amelioratif).
Sedangkan kata wanita cenderung tidak digunakan disini karena cenderung berkonotasi negatif (pejoratif) dan lebih
diposisikan sebagai objek.
Gender yaitu perbedaan yang dilekatkan pada perempuan dan laki-laki yang berkaitan dengan soal sifat, nilai
maupun norma yang merupakan konstruksi sosial (bentukan masyarakat), bisa berubah, berbeda bentuk dan
jenisnya dari ruang dan waktu, bisa dipertukarkan.
Kodrat adalah sesuatu yang diberikan kepada manusia sebagai pemberian dari Tuhan, bersifat alami dan lebih
menyangkut soal kenyataan fisik dan tidak dapat dipertukarkan. Seperti laki-laki punya penis, jakun testis dan
sperma serta berpotensi untuk membuahi lawan jenisnya, atau perempuan punya vagina, payudara, kelenjar
menyusui dan rahim serta dapat mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Kodrat ini tidak mungkin
untuk diubah dan dipertukarkan antara perempuan dengan laki-laki. Kalaupun dapat diubah dan dipertukarkan
antara
perempuan dan laki-laki, maka tidak dapat berfungsi dan menjalankan peran fisik seperti yang diberikan oleh Tuhan.
2. LANDASAN TEOLOGIS
a. Hakikat Penciptaaan Manusia
Manusia adalah makhluk yang paling dimuliakan oleh Allah SWT (QS 17:70 ). Dan sesungguhnya telah
Kami muliakan anak-anak adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah kami ciptakan.
Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT telah memuliakan anak-anak adam (laki-laki dan perempuan) dan
telah memberikan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang lain. (Qs.At-Tin: 1-8 ). Surat at-
Tin ini mengisyaratkan bahwa manusia (laki-lakidan perempuan) adalah makhluk yang paling sempurna baik
jasmani maupun rohani. Akan tetapi Allah SWT akan mengembalikan manusia itu kepada makhluk yang
paling rendah, jika mereka tidak bertaqwa kepada Allah SWT.
Penerima Perjanjian Primordial. Laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban amanah menerima
perjanjian primordial dengan Tuhan. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Araf (7:172).
Jin dan Manusia diciptakan Allah untuk menyembah kepada-Nya. Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz Dzariat : 56)
Manusia diciptakan oleh Allah dimuka bumi sebagai khalifah-Nya. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah dimuka bumi. Mereka berkata,
Mengapa engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiaa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?. Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al Baqarah
: 30) QS. Al-Araf (7:165). Kata khalifah pada ayat ini tidak menunjuk kepada salah satu jenis kelamin atau
kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama untuk mempertanggung
jawabkan tugas kekhalifahannya di bumi, sebagaimana halnya mereka sama-sama harus bertanggungjawa
sebagai hamba Tuhan.
Manusia diciptakan dari substansi yang sama untuk berkembang biak dan saling tolong menolong serta
menjaga hubungan silaturrahmi. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan pasangannya, dan dari keduanya
Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan
(mempergunakan) nama-Nya, kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An- Nisa : 1)
Kesetaraan kedudukan manusia, baik perempuan maupun laki-laki sebagai manusia di hadapan
Tuhan.Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu semua berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat 49:
13). Al-Quran menegaskan bahwa hamba yang paling ideal adalah Muttaqun. Untuk mencapai derajat
muttaqun tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu.
Dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah, laki-laki dan perempuan masing-masing akan mendapatkan
penghargaan dari Tuhan (QS.an-Nahl; 16:97). Kesetaraan penilaian terhadap makna kerja (amal saleh) laki-
laki dan perempuan Dan barangsiapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan sedangkan
ia orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak akan dianiaya
walaupun sedikit. (QS. An-Nisaa : 124) Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang khusyu, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut nama Allah. Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar. Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah
sesat, sesat yang nyata. (QS. Al Ahzab : 35- 36) Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan,
sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan)
yang maruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang mumin laki-laki dan perempuan (akan) mendapat
surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal didalamnya dan (mendapat) tempat yang
bagus di surga and. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar, itu adalah keuntungan besar. (QS. At Taubah :
71-72)
Laki-laki dan perempuan berpotensi meraih prestasi Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada
pembedaan antara laki-laki dan perempuan, ditegaskan secara khusus dalam QS.an-Nahl; 16:97) "Barang
siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Ayat ini
mengisyaratkan bahwa konsep jender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik
dalam bidang spiritual, maupun dalam urusan karir professional, tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis
kelamin saja. Akan tetapi laki-laki dan perempuan itu dapat memperoleh kesempatan yang sama meraih
prestasi optimal.
b. ssu Regenerasi dan Penjagaan Moralitas
Laki-laki dan perempuan secara sunnatullah diciptakan untuk hidup saling berpasangan. Dan diantara
tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantarakamu kasih sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar Ruum: 21)
Pembunuhan anak/aborsi merupakan suatu perbuatan yang secara prinsip tidak dikehendaki oleh Allah.
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami akan member rizki
kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
nampak maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu
kepadamu agar kamu memahaminya. (QS Al Anam : 151) Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur
hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah ia dibunuh. (QS. At-Takwir : 8-9) Dan janganlah kamu membunuh
anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akanmemberi rizki dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (QS. Al-Isra : 31)
Menguji keimanan dengan perbuatan baik dan penjagaan moralitas akan memberikankeuntungan jangka
panjang.Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu dalam
shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan yang tidak berguna, dan
orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap
pasangan dan hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya dalam hal ini mereka tiada tercela.
(QS. Al-Muminun : 1-6)
Manusia memiliki potensi untuk menyucikan jiwa atau mengotorinya. Dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptan-Nya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang-orang
yang mengotorinya. (QS. Asy Syam : 7-10)
c. Nilai Strategis Perempuan dalam Masyarakat
Ungkapan Nabi yang menyatakan bahwa perempuan menempati posisi strategis dalam masyarakat sebagai tiang
negara. Perempuan adalah tiang negara, apabila baik perempuannya maka akan baik pula negaranya dan apabila
rusak perempuannya maka rusak pula negaranya. (HR. Bukhari)
3. LANDASAN HISTORIS
Gerakan perempuan, atau yang lebih populer dikenal masyarakat dengan istilah feminisme, dapat didefenisikan
sebagai suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan di tempat kerja dan dalam masyarakat, serta tindakan
sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut. Secara formal, feminisme sebagai
sebuah ideologi muncul di Barat pada abad ke-18, namun bukan berarti perspektif feminis (wawasan
keperempuanan) tidak pernah muncul di belahan
bumi lain.
Munculnya tokoh gerakan perempuan pribumi seperti Kartini, merupakan sebuah kesadaran akan realitas kondisi
patriarkhis dalam masyarakat Indonesia. Kesadaran formal ini mengalami sebuah pergeseran menjadi bersifat
kolektif sejak kecenderungan yang bersifat massif pada tahun 1920-an yang ditandai dengan munculnya organisasi-
organisasi gerakan perempuan seperti Pikat, Putri Mardika, Aisyiyah dan sebagainya yang menjadi cikal bakal
diselenggarakannya Kongres
Perempoean I tahun 1928 di Yogyakarta.Gerakan perempuan tersebut sebenarnya muncul atas dorongan perasaan
ketidakpuasan pribaditerhadap hubungan-hubungan yang bersifat patriarkhi yang didukung oleh undang-undang,
sehinggahal ini menjadi suatu isu politik. Hal ini tercermin dari slogan feminis yang pribadi adalah politis
(personal is political) yang berarti bahwa pengalaman pribadi tentang perlakuan ketidakadilan yangdialami seorang
perempuan dalam kehidupan pribadi dan keluarganya dapat juga dialami oleh seorang perempuan lain dalam sistem
sosial, budaya agama dan politik yang sama.
Spirit gerakan perempuan juga muncul pada konteks historis kehadiran Islam. Praktik-praktik penguburan bayi
perempuan pada masa Arab Jahiliyah, keberadaan harem-harem milik para penguasa yang mengeksploitasi
seksualitas budak-budak perempuan, minimnya pengetahuan perempuan terhadap berbagai masalah sosial budaya
sehari-hari maupun pemahaman keagamaan merupakan realitas ketimpangan gender yang ingin dihapuskan oleh
Islam melalui misi kerasulan Muhammad. Perintah untuk memberikan hak hidup, jaminan sosial, ekonomi dan
keamanan bagi
perempuan, perintah untuk berlajar bagi lelaki dan perempuan muslim sebagai realisasi hak mendapatkan
pendidikan yang layak, serta perintah iqra yang berarti membaca sejarah masa lalu yang dapat dijadikan pelajaran
hidup, merupakan upaya nyata Islam untuk menghapuskan ketidakadilan gender ini.
Berbagai hal tadi mendorong HMI untuk senantiasa berkomitmen pada jati dirinya sebagai mahasiswa dan
muslim untuk memainkan peran stategisnya sebagai alat perjuangan umat danbangsa. Realitas internal kebutuhan
kader untuk membina dan menempa diri melalui proses-proseskolektif organisasi dan maraknya tantangan eksternal
yang bersifat idiologis berseberangan dengan misi HMI maupun keinginan untuk menjadi misi tersebut lebih
membumi maka diperlukan upaya untuk secara serius me-manage organisasi. Upaya HMI untuk bersentuhan
langsung pada gerakan perempuan membawa konsekuensi logis masuknya HMI ke kancah
perjuangan gerakan perempuan, baik bersifat formal maupun informal. Sebagai langkah taktis untuk masuk ke
wilayah perempuan itu, akan lebih efektif bila HMI memiliki kelompok kepentingan (interest group) yang dapat
diperhitungkan sebagai bagian langsung landasan gerakan perempuan.
4. LANDASAN KONSTITUSIONAL
a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himpunan Mahasiswa Islam (Pasal 15 AD dan Pasal 51, 52, 53
ART HMI).
b. Pedoman Dasar KOHATI.
5. LANDASAN OPERASIONAL
Dalam lingkup melakukan aktivitas sehari-hari, baik dalam konteks pembinaan kader di lingkupintern HMI maupun
dalam konteks perjuangan di lini gerakan perempuan di lingkup ekstern HMI, ada beberapa prinsip-prinsip (kode etik)
yang harus dipegang dalam menjalankan aktivitas. Berbagai prinsip atau kode etik tersebut adalah :
a. Taaruf / pengenalan (Introducing).
Pendekatan ini dimaksudkan agar terjadi suasana saling mengenal dan keakraban diantarasesama anggota dengan
pengurus, antara sesama pengurus dalam keseharian aktivitas organisasi maupun antara sesama peserta, antara
peserta dengan pemandu latihan (master of training) maupun para pendidik (instruktur) ketika pelatihan
dilangsungkan. Saling mengenal ini adalah upaya membangun kepercayaan (trust building) diantara seluruh elemen
kader, dengan memperkenalkan diri dan berbagai informasi mengenai berbagai latar belakang kader seperti
pendidikan, keluarga, sosial budaya, adat istiadat, suku serta lingkungan dimana kader tumbuh dan dibesarkan.
Dengan menerapkan prinsip ini diharapkan muncul solidaritas (ukhuwah) diantara sesamanya berdasarkan
kecintaan kepada Allah SWT.
b. Tafahum/saling bersefaham (mutual untderstanding).
Pendekatan ini dimaksudkan agar sesama anggota, antara anggota dengan pengurus, antara sesama pengurus
dalam keseharian aktivitas organisasi maupun antara sesama peserta, antara peserta dengan pemandu latihan
(master of training) maupun para pendidik (instruktur) ketika pelatihan dilangsungkan, dapat saling memahami
kelebihan dan kekurangan masing-masing dengan berusaha memulai dari diri sendiri untuk bersikap instropektif dari
kekurangan, kesalahan atau kekhilafan masing-masing, di samping upaya menumbuhkan suasana saling
mengingatkan.
c. Taawum/saling tolong-menolong (mutual assistence).
Pendekatan ini dimaksudkan agar sesama anggota, antara anggota dengan pengurus, antara sesama pengurus
dalam keseharian aktivitas organisasi maupun antara sesama peserta, antara peserta dengan pemandu (master of
training) maupun para pendidik (instruktur) ketika pelatihan dilangsungkan dapat terjalin sikap saling tolong-
menolong dalam hal kebaikan dan kebenaran.
d. Takaful/saling berkesinambungan (sustainable).
Pendekatan ini dimaksudkan agar terjalin kesinambungan rasa dan rasio (intuisi) serta
kesamaan ide atau pemikiran kedalam hubungan yang dialogis dan harmonis disamping terciptanya suasana yang
kondusif. Pendekatan ini dimaksudkan agar sesama anggota, antara anggota dengan pengurus, antara sesama
pengurus dalam keseharian aktivitas organisasi maupun antara sesama peserta, antara peserta dengan pemandu
latihan (master of training) maupun para pendidik (instruktur) ketika pelatihan dilangsungkan.
Untuk mempermudah pelaksanaan konsep mengenai platform gerakan perempuan ini maka disusunlah suatu
pelaksanaan aktivitas yang berspesifikasi pada berbagai penyelenggaraan pelatihan maupun berbagai bentuk
pembinaan kader yang dibawa dalam sebuah rangkaian dokumen tersendiri yang berisi tentang Pola Pembinaan
KOHATI.
POLA PEMBINAAN KOHATI
a. PENDAHULUAN
i. Landasan Historis
ii. Landasan structural
iii. Landasan sosiologis
b. ARAH PEMBINAAN KOHATI
i. Pasal 4 AD HMI
ii. Pasal 3 PDK
c. POLA DASAR PEMBINAAN KOHATI
i. Kualifikasi kader HMI-Wati
1. Watak dan Kepribadian Muslimah.
2. Kemampuan Intelektual.
3. Kemampuan Profesional.
4. Kemandirian.
ii. Dasar-dasar pembentukan
Partisipasi Individu (Internal HMI dan Eksternal HMI)
Kelompok pembinaan (pelatihan, kajian, struktur kepengurusan)
Pengabdian KOHATI
PEDOMAN PEMBINAAN KOHATI
1. PENDAHULUAN
Perkembangan bangsa Indonesia yang mengarah pada globalisasi, dalam skala makro memperlihatkan fenomena-
fenomena kesenjangan sosial bagi pembangunan bangsa Indonesia. Banyak gejolak yang berkembang merupakan
refleksi dari pergumulan masyarakat untuk mencapai cita-cita keadilan dan kemakmuran seperti yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945. Namun kondisi objektif yang ada menimbulkan spektrum kesadaran bagi masyarakat
untuk melaksanakan realisasi dari cita-cita luhur tersebut. Hal ini timbul karena ketidakmerataan wawasan berfikir
dikalangan masyarakat, baik akibat adanya sistem yang kurang memberikan kebebasan mengartikulasikan cita-cita
luhur itu, maupun adanya persepsi yang membedakan antara potensi laki-laki dan perempuan dalam mengejar cita-
cita
tersebut.
Bila hal tersebut dibiarkan berlarut, akan menyebabkan terciptanya kondisi yang cenderung negatif, yang dapat
menyebabkan kita semakin menjauh dari cita-cita luhur itu, bahkan mungkin dapat merusak makna keadilan itu
sendiri. Oleh sebab itu kita perlu mengambil langkah-langkah kongkrit
untuk membebaskan kita dari belenggu sistem serta kesenjangan di atas, tanggung jawab untuk merumuskan
kebebasan bagi masyarakat sesuai dengan nuansa berfikirnya, pengalaman serta kondisi objektif yang mengitarinya,
dengan tetap berpijak kepada UUD 1945 dan Pancasila, juga memberikan penyadaran yang bersifat essensif bagi
bangsa Indonesia secara keseluruhan, dengan mempercayai
bahwa perempuan mempunyai potensi yang sangat besar serta mempunyai andil optimal untuk menciptakan
persepsi baru dalam merealisasikan eksistensi lajunya perkembangan pembangunan bangsa Indonesia, sesuai
dengan cita-cita keadilan tesebut, yang dilandasi tanggung jawab untuk menghadapi kemajuan era industri, teknologi
dan budaya. Maka bila hal itu tercapai, perempuan Indonesia bukan hanya menjadi ujung tombak yang ofensif dalam
mengantisipasi serta memajukan bangsa Indonesia.
Secara struktural organisatoris, KOHATI merupakan sub-sistem dalam organisasi HMI. KOHATI merupakan suatu
kekuatan yang mengemban tanggung jawab dalam mekanisme, mobilitas dan kontinuitas kehidupan organisasi.
KOHATI merupakan salah satu penentu bagi tercapainya perwujudan INSAN CITA HMI.
Dalam pandangan sosiologis, KOHATI merupakan infrastruktur yang memiliki makna strategis dalam masyarakat,
yakni sebagai Komunitas Kaum Muslimah yang memiliki karateristik keilmuan, karena anggotanya adalah
mahasiswa. Oleh karena itu KOHATI dituntut untuk mengadakan pembinaan bagi kader-kader HMI khususnya HMI-
Wati. Pembinaan dimaksudkan untuk menciptakan forum atau
lingkaran yang mendorong kepada peningkatan dan pengembangan kualitas kader HMI dan secara khusus
membantu kader HMI dalam mencapai tujuannya.
KOHATI sebagai bagian integral dari HMI merupakan kelompok muda cendikia yang mempunyai tanggung jawab
kekaderan dan menjadi pewaris yang sah untuk memanifestasikan. Hal tersebut tentu harus dijawab dalam bentuk
kesiapan. Namun KOHATI sesuai dengan fungsinya dalam HMI, yaitu membina, mengembangkan serta
menghasilkan potensi HMI-Wati sehingga terbentuk kader yang memiliki pola pikir yang integral dan utuh,
mempunyai tugas utama mengembangkan serta
meningkatkan pembentukan kader HMI dibidang pemberdayaan perempuan. Dalam rangka kualitas anggotanya
maka perlu dilakukan pembinaan yang terarah terpadu dan berkesinambungan, oleh karena itu dibutuhkan pedoman
pelatihan sebagai rujukan atau acuan dalam rangka pembinaan yang dimaksud diatas. Secara legal Latihan Khusus
KOHATI merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan HMI, khususnya dalam peningkatan peranan
perempuan, sehingga mempunyai pemahaman
serta kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai seorang muslimah yang berkualitas insan cita.
Arah dimaksudkan sebagai guidance/petunjuk hendak kemana pembinaan KOHATI ditujukan. Pada dasarnya
seluruh proses perkaderan yang dilaksanakan HMI sebagaimana termaktub dalam pasal 4 AD HMI beserta tafsir
penjelasannya.
Arah juga dimaksudkan sebagai patokan untuk melakukan usaha sistematis dalam pencapaian tujuan. Sebagai
badan khusus HMI sesuai dengan fungsinya, maka KOHATI secara spesifik mempunyai tugas pembinaan terhadap
anggota HMI-Wati.
Sebagai bagian integral dari HMI, maka jelas pembinaan KOHATI juga diarahkan pada pencapaian tujuan HMI.
Dalam penjelasan tujuan HMI diuraikan mengenai kualifikasi kader yang diharapkan HMI, maka pembinaan KOHATI
juga diarahkan pada akselerasi proses tersebut. Akselerasi ini juga menjadi perhatian tersendiri oleh karena adanya
kondisi sosio-kultural yang masih memperlakukan perempuan sebagai objek pembangunan, maka pembinaan
KOHATI diarahkan pada peningkatan
kesadaran dan kepeloporan HMI-Wati dalam mengantisipasi persoalan-persoalan kemasyarakatan.
Internal HMI
Individu
Eksternal HMI
(partisipasi)
Kualifikasi kader :
- Muslimah
- Intelektual
- Professional
- Mandiri
Wadah HMI
Perkaderan
Pelatihan
Kelompok
(pembinaaan) Struktur kepengurusan
Forum Kajian
b. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan selama latihan antara instruktur dengan peserta dapat dilakukan
dengan pendekatan persuasif melalui cara :
c. Sistem evaluasi
Evaluasi Latihan Khusus KOHATI (LKK) dimaksudkan sebagai cara atau tindakan untuk melihat
keberhasilan latihan, yaitu melihat apakah sumber daya organisasi telah dijalankan secara efektif dan efisen
dalam mencapai tujuan pelatihan. Dengan demikian melalui evaluasi dapat dipastikan, apakah kegiatan pelatihan
berjalan sebagaimana yang direncanakan dan apabila ada penyimpangan yang signifikan dapat diambil langkah-
langkah yang diperlukan untuk mengoreksi penyimpangan yang dilakukan. Evaluasi latihan dilakukan melalui tiga
tahapan, yang satu sama lain saling berkaitan. Evaluasi awal dilakukan terhadap input latihan dengan maksud
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal dan kesiapan peserta untuk mengikuti pelatihan. Secara
teknis, pelaksanaan evaluasi biasanya dilakukan dengan uji coba (test) yang bersifat objektif dan subjektif yang
dilaksanakan pada saat pra-training dan post training.
Alat-alat evaluasi
a. Format evaluasi Input
1. Pre-trest berupa test objektif/test tertulis.
2. Screening berupa interview atau tes tertulis.
b. Format evaluasi proses
1. Penugasan materi.
2. Dinamika forum.
3. Kehadiran.
Bentuk-bentuk evaluasi
Evaluasi peserta dilakukan atas :
a. Test objektif.
b. Penugasan.
c. Presentasi makalah.
Sistem evaluasi ini dapat lebih dikembangkan sesuai dengan trend dan proses yang terjadi.
2). Keperempuanan
a. Psikologi Perempuan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta dapat memahami psikologi dan kepribadian perempuan.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Peserta dapat menjelaskan psikologi perempuan.
Peserta dapat menjelaskan fase-fase perkembangan jiwa dan karakteristik perempuan.
Peserta dapat menjelaskan pengaruh nilai-nilai sosial budaya terhadap kepribadian kaum perempuan. Peserta
dapat menjelaskan bentuk problem solving atas permasalahan kaum perempuan.
Muatan / kisi-kisi materi :
a. Pengertian Psikologi Perempuan.
b. Fase-fase Perkembangan Jiwa dan Karakteristik Perempuan.
c. Pengaruh Nilai-nilai Sosial Budaya Terhadap Kepribadian Kaum Perempuan.
d. Problem Solving atas Permasalahan Kaum Perempuan.
Metode : Ceramah, Diskusi, dan Demonstrasi.
Alokasi waktu : 24 jam.
Referensi yang dianjurkan :
1. Annemarie Schimmel, Jiwaku Adalah Wanita, Mizan Bandung.
2. Kartini Kartono, Psikologi wanita, Rajawali Pers, Jakarta.
3. Save M Dagun, Maskulin dan feminin, Mandar Maju, Bandung 1984.
4. Sachiko Murata, The Tao Islam, Mizan, Bandung, 1984.
5. TO Ihromi (ed), Kajian wanita dalam pembangunan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1993.
b. Kesehatan Perempuan
Tujuan pembelajaran umum (TPU)
Peserta dapat memenuhi kebutuhannya akan pemahaman tentang kesehatan perempuan.
Tujuan pembelajaran khusus (TPK)
a. Peserta dapat menjelaskan pengertian kesehatan perempuan.
b. Peserta dapat menjelaskan kesehatan reproduksi perempuan dalam tinjauan medis.
c. Peserta dapat menjelaskan kesehatan reproduksi dalam tinjauan social.
d. Peserta dapat menjelaskan analisis dan pemenuhan kebutuhan gizi.
e. Peserta dapat menjelaskan jenis-jenis Penyakit Menular Seksual (PMS).
Muatan/Kisi-kisi :
1. Pengertian Kesehatan Perempuan.
2. Kesehatan Perempuan dalam Tinjauan Medis dan Etika Moral.
3. Analisa dan Pemenuhan Kebutuhan Gizi.
4. Mengenal Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual (PMS).
Metode : Ceramah, Diskusi, dan Demonstrasi.
Alokasi waktu : 4 jam.
Referensi yang dianjurkan :
1. Dr. A. Firman Lubis dkk, Kesehatan Perempuan, YLKI, Jakarta.
2. Munawar Ahmad Anees, Islam dan revolusi sexual kaum perempuan, Mizan, Bandung.
3. Anonymous, Buku pintar kesehatan wanita.
c. Peran Perempuan dalam Transformasi Sosio Kultural
Tujuan pembelajaran umum (TPU)
Peserta dapat memahami peran perempuan dalam transformasi sosio-kultural.
Tujuan pembelajaran khusus (TPK)
o Peserta dapat menjelaskan sejarah gerakan perempuan.
o Peserta dapat menjelaskan posisi perempuan dalam perspektif budaya patriarkhi.
o Peserta dapat menjelaskan pengaruh media massa terhadap pembentukan citra diri perempuan.
o Peserta dapat menjelaskan eksistensi perempuan dalam konstalasi politik.
Muatan/kisi-kisi materi :
1. Sejarah Gerakan Perempuan.
2. Posisi Perempuan dalam Wilayah Patriarkhi.
3. Pengaruh Media Massa terhadap Pembentukan Citra Diri Perempuan.
4. Eksistensi Perempuan dalam Konstalasi Politik.
Metode : Ceramah dan studi kasus.
Alokasi waktu : 4 jam.
Referensi yang dianjurkan :
1. Herietta Moore, Feminisme dan antropology, Pusat Penerbitan FISIP UI, Jakarta.
2. Hizbah Rauf Izzat, Wanita dan politik dalam pandangan Islam, (penerbit dan tahun terbit
belum didapatkan identifikasinya).
3. Irwan Abdullah, Sangkan paran gender, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
4. Leila Ahmed, Wanita dan gender dalam Islam, (terjemahan) Women and Gender in Islam,
Lentera Basritama, Jakarta, 1999.
5. Lusi Margiyani, Agus Fahri Husein, Fauzie Ridjal (ed), Dinamika gerakan perempuan
Indonesia, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1992.
6. Mansour Fakih, Analisis gender dalam transformasi sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
7. Munawir Anis Qasim Jafar, Menelusuri hak-hak politik perempuan dalam Islam, (penerbit dan
tahun terbit belum didapatkan identifikasinya).
8. Naomi Wolf, Gegar gender, Bentang, Yogyakarta.
9. Ratna Saptari dan Brigitte Holzner, Perempuan, kerja dan perubahan sosial, Grafitti Pustaka
Utama, Jakarta, 1997.
Hasil-hasil MUNAS KOHATI XIX di Palembang
Optimalisasi Peran KOHATI untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI
42
d. Perempuan dalam Perspektif Pertumbuhan dan Perkembangan IPTEK
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta dapat menganalisis posisi perempuan dalam perspektif pertumbuhan dan perkembangan
IPTEK.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK):
o Peserta dapat mengetahui tantangan perempuan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
o Peserta dapat menyebutkan dampak ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan perempuan
serta menyebutkan jalan pemecahannya.
Muatan/Kisi-Kisi Materi :
1. Tantangan Perempuan dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. Dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi Kehidupan Perempuan.
3. Scientific Problem Solving.
Metode : Ceramah dan diskusi.
Alokasi Waktu : 3 jam.
Referensi yang dianjurkan :
1. Munawar Ahmad Anees, Islam dan revolusi sexual kaum perempuan, Mizan, Bandung.
2. Ratna Saptari dan Brigitte Holzner, Perempuan, kerja dan perubahan sosial, Grafiti Pustaka
Utama, Jakarta, 1997.
3. TO. Ihromi (ed), Kajian wanita dalam pembangunan, Yayasan Obor Indonesia.
e. Perempuan dan Strategi Pembangunan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta dapat mengetahui berbagai strategi pembangunan yang digunakan dalam memecahkan
problem sosial yang berkaitan dengan perempuan.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
o Peserta dapat menjelaskan konsep Women in development (WID).
o Peserta dapat menjelaskan konsep Women and development (WAD).
o Peserta dapat menjelaskan konsep Gender and development (GAD).
Muatan/Kisi-Kisi Materi :
1. Pengertian dan Penerapan Konsep Women in Development (WID).
2. Pengertian dan Penerapan Konsep Women and Development (WAD).
3. Pengertian dan Penerapan Konsep Gender and Development (GAD).
Metode : Ceramah dan diskusi.
Alokasi Waktu : 3 jam
Referensi yang Dianjurkan :
1. Julia Clevesse Mosse, Gender dan pembangunan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998.
2. Mansour Fakih, Analisis gender dalam transformasi sosial, Pustaka Pelajar Yogyakarta.
3. TO. Ihromi (ed), Kajian wanita dalam pembangunan, Yayasan Obor Indonesia.
f. Ketidakadilan terhadap perempuan dalam perspektif hukum dan sosiokultur
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
o Peserta dapat memahami berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan serta upaya
penanggulangannya.
o Ketidakadilan terhadap perempuan dalam perspektif hukum.
o Ketidakadilan terhadap perempuan dalam perspektif sosio kultur.
Hasil-hasil MUNAS KOHATI XIX di Palembang
Optimalisasi Peran KOHATI untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI
43
3) Keorganisasian
a. Perspektif KOHATI sebagai Kontributor Pembaharuan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta dapat memahami kelembagaan KOHATI.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
o Peserta dapat menjelaskan eksistensi KOHATI dalam struktur sosial.
o Peserta dapat mengetahui eksistensi KOHATI dalam perkembangan organisasi professional.
o Peserta dapat mengetahui posisi strategisnya sebagai kontributor pembaharuan.
Hasil-hasil MUNAS KOHATI XIX di Palembang
Optimalisasi Peran KOHATI untuk Mengukuhkan Nilai Kejuangan HMI
44
Muatan/Kisi-Kisi Materi :
1. Eksistensi KOHATI dalam Struktur Sosial.
2. KOHATI dan Perkembangan Organisasi Profesional.
3. Analisis Kelembagaan KOHATI.
4. Peserta dapat Mengetahui Posisi Strategisnya sebagai Kontributor Pembaharuan.
Metode : Ceramah, diskusi
Alokasi Waktu : 3 jam
Referensi yang Dianjurkan
1. NDP HMI.
2. AD dan ART HMI.
3. Pedoman Dasar KOHATI.
4. Hasil-hasil Lokakarya Perkaderan KOHATI (Platform Gerakan dan Pedoman Pembinaan
KOHATI).
b. Revitalisasi Analisis KOHATI terhadap Isu Keperempuanan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
o Peserta dapat menjelaskan dinamika gerakan perempuan.
o Peserta dapat mengetahui isu keperempuanan kontemporer.
o Peserta dapat mengetahui format gerakan KOHATI dalam menyikapi isu keperempuanan.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
o Peserta dapat menjelaskan dinamika gerakan perempuan.
o Peserta dapat mengetahui isu keperempuanan kontemporer.
o Peserta dapat mengetahui format gerakan KOHATI dalam menyikapi isu keperempuanan.
Muatan/Kisi Kisi Materi :
1. KOHATI dan Dinamika Gerakan Keperempuanan.
2. Isu-isu Keperempuanan Kontemporer.
3. Format Gerakan KOHATI dalam Menyikapi Isu Keperempuanan.
Metode : Ceramah, diskusi dan simulasi.
Alokasi Waktu : 4 jam.
Referensi yang dianjurkan :
1. NDP HMI.
2. AD dan ART HMI.
3. Pedoman Dasar KOHATI.
4. Hasil-hasil Lokakarya Perkaderan KOHATI (Platform Gerakan dan Pedoman Pembinaan
KOHATI).
5. Engineer, Asghar Ali, Hak-hak perempuan dalam Islam, LSPPA dan Yayasan Bentang Budaya,
Yogyakarta, 1997.
6. Nasaruddin Umar, MA, Dr, Argumen kesetaraan gender Perspektif Al Quran, Paramadina,
Jakarta, 1999.
7. Farha Ciciek, Ikhtiar mengatasi kekerasan dalam rumah tangga, Proyek Kerjasama Solidaritas
Perempuan dan Lembaga Kajian Agama dan Gender (LKAJ), Jakarta, 1999.
8. Tim Yayasan Jurnal Perempuam (ed.), Kekerasan negara terhadap perempuan, Yayasan Jurnal
Perempuan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2001.
4) Materi Penunjang
Materi penunjang ini dapat dipilih salah satu disesuaikan dengan kedudukan peserta pelatihan /
LKK. Adapun materi penunjang yang dianjurkan untuk diberikan kepada peserta adalah sebagai
berikut :
1. Retorika dan keprotokoleran.
2. Komunikasi Massa/Public Relation.
3. Kecerdasan Emosional (KE) dan Emosional Intelektual (EI).
4. AMT/Achievement Motivation Training