Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan memiliki tujuan yang harus dicapai dalam proses
pembelajarannya. Dalam pendidikan siswa tidak hanya ditekankan pada
penguasaan materi, melainkan ditekankan juga dalam penguasaan keterampilan.
Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan materi atau pengetahuan saja.
Tetapi juga soft skills dalam melihat, menganalisis, memecahkan masalah,
sehingga hasil dari pembelajaran mendapat sebuah penilaian.
Pembelajaran dengan pendekatan discovery-inquiry di mana siswa diberi
kesempatan untuk berfikir mandiri, belajar secara aktif, saling membantu teman
satu sama lain, sehingga terbentuk sebuah keterampilan, dan tanggung jawab
terhadap diri sendiri dan kelompok.
Selama proses discovery-inquiry berlangsung, seorang guru tidak boleh
bertanya atau berbicara, karena akan mengurangi proses belajar discovery-inquiry.
Dalam pendekatan discovery-inquiry ini menekankan aktivitas siswa. Siswa dapat
merasakan jerih payah penyelidikan, menemukan keberhasilan dan kadang
kegagalan dan termotivasi sendiri untuk belajar .
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pendekatan Discovery Inquiry


Pendekatan inquiry pada mulanya dikembangkan oleh Richard Surahman
(1960) kemudian dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan lain. Tujuan inquiry adalah
menolong siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang
dibutuhkan dengan memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar
rasa ingin tahu.
Inkuiri dalam bahasa inggris inquiry discovery, berarti pertanyaan, atau
pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan
manusia untuk mencari atau memahami informasi.
Menurut Sund (1978) discovery adalah proses mental di mana siswa dapat
merumuskan suatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut adalah
mengamati, menggolongkan, mencerna, membuat dugaan, membuat kesimpulan
dan sebagainya. 1
Pendekatan discovery-inquiry berpendapat bahwa siswa sebagai subyek
dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara
optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Johnson (1979), membedakan antara discovery dan inquiry. Dalam
discovery ada pengalaman yang disebut AHA experience, yang maksudnya adalah
akhir proses discovery adalah penemuan, sedang inquiry akhirnya terletak pada
kepuasan kegiatan meneliti.2
Jadi pendekatan discovery-inquiry adalah suatu proses belajar mengajar
yang berpusat pada siswa, guru tidak perlu memberikan seluruh informasi kepada
siswa tetapi siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan informasi
dari bahan ajar yang dipelajari.

2.2 Karakter Pendekatan Discovery Inquiry


1) Menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan . Artinya strategi discovery inquiry menempatkan siswa

1 Roestiah N.K, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008), Hal.20
2 Mulyati, Psikologi Belajar ( Yogyakarta : CV Andi Offsheet, 2005), hal.67
sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya
berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara
verbal, tetapi juga meraka berperan untuk menemukan sendiri inti dari
materi pembelajaran itu sendiri.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
rasa percaya diri. Guru bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai
fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya
dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa.
3) Mengembangkan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis.
Dengan demikian, siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajaran, tetapi juga bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya. Siswa yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat
mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa
dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa
menguasai materi pelajaran.
Strategi pembelajaran discovery Inquiry merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered
appproach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa
memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.

2.3 Langkah langkah pelaksanaan Pendekatan Discovery Inquiry


Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi ini dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, guru
mengkondisikan agar siswa melaksanakan proses pembelajaran. Guru
merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
2). Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah melibatkan siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan
teka-teki tersebut.

3). Merumuskan hipotesis


Hipotesis adalah jawaban semestara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan,
tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis
yang mencul bersifat rasional dan logis.
4). Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi
pembelajaran discovery inquiry, mengumpulkan data merupakan
proses mental yang sangat penting dalam mengembangkan intelektual.
proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang
kuat dalam belajar, tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh karena itu, tugas
dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari
informasi yang dibutuhkan.
5). Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menetukan jawaban yang


dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang
terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang
diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, jawaban yang
diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6). Merumuskan kesimpulan


Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. 3

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Discovery Inquiry


Pendekatan discovery-inquiry memiliki kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihan metode inquiry discovery sebagai berikut:
1) Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian
informasi oleh guru kepada siswa.
2) Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi
ini dianggap lebih bermakna.
3) Dapat membentuk dan mengembangkan diri siswa, sehingga siswa
dapat mengetahui konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
4) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
5) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
6) Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber Belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai salah satu-
satunya sumber belajar.
7) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi
proses belajar yang baru.
Discovery-Inquiry memungkinkan guru belajar tentang siapakah
siswa mereka, apa yang siswa ketahui, dan bagaimana pikiran siswa dalam
bekerja, sehingga guru dapat menjadi fasilitator yang lebih efektif berkat
adanya pemahaman guru mengenai siswa mereka.
Di samping memiliki beberapa keunggulan, pendekatan discovery-
inquiry juga mempunyai beberapa kelemahan. Berikut ini kelemahan
pendekatan discovery-inquiry :
1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

3 Asmadianto, Model dan Pembelajaran Kreatifn berkarakter.(Bogor : Ghalia Indonesia. 2014), Hl.222
2) Pendekatan ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya
sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3) Pengajaran discovery-inquiry lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan pengembangan aspek, konsep, keterampilan
dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
4) Terkadang dalam implementasinya memerlukan waktu yang panjang,
sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.

Pendapat diatas, bahwa pendekatan discovery-inquiry mempunyai


kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode discovery-inquiry dapat
mengembangkan konsep yang mendasar pada diri siswa, daya ingatan
siswa akan lebih baik, dan dapat mengembangkan kreatifitas siswa dalam
kegiatan belajarnya, serta melatih siswa untuk belajar sendiri.
Kelemahan pendekatan ini bagi para pendidik dituntut benar-benar
menguasai konsep-konsep dasar, harus pandai merangsang siswa, tujuan
yang diinginkan harus benar-benar jelas serta pendidik dituntut untuk
member pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mengarahkan pada tujuan.4

4
Suryobroto, Mengenal Metode Pengajaran di Sekolah dan pendekatan bru dalam proses mengajar
(Yogyakarta : Amarta,1985), hlm 42.
BAB III
PEMBAHASAN

Pendekatan discovery-inquiry dapat diterapkan menggunakan metode


diskusi dan eksperimen. Langkah pertama yang dilakukan guru yaitu diawali
dengan apersepsi yaitu salam, mengabsen siswa-siswinya, kemudian guru
memberikan sebuah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dalam kehidupan
sehari-hari yang menyangkut materi pembelajaran yang akan dilakukan .
Contohnya dalam materi Elastisitas yaitu : kalian kesekolah naik apa?
kemudian ditanya lagi untuk perempuan biasanya mengikat rambut memakai
apa? setelah siswa-siswi memberikan berbagai macam jawaban guru
mengklarifikasi jawaban tersebut yang berkaitan dengan elastisitas.
Setelah itu guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yaitu :
1) Mempelajari dan menganalisis benda-benda elastisitas dalam kehidupan
sehari - hari
2) Menentukkan konstanta pegas dalam hukum hooke

Setelah itu guru membagi kelompok dan modul atau panduan untuk
melakukan eksperimen untuk menetukan tujuan pembelajaran yang kedua.
Sehingga siswa-siswinya diharapkan mampu menganalisis dan menarik
kesimpulan dari eksperimen yang telah dilakukan mengenai konstanta pegas pada
hukum hooke.Setelah itu setiap kelompok mampu mempersentasikan hasil
eksperimen yang telah dilakukan.
Adapun materi yang akan dibahas, yaitu Elastisitas
Elstisita adalah suatu benda yang dapat kembali ke bentuk semula. Contohnya:
karet gelang, pegas, pentil dan lain-lain. Sedangkan plastis adalah suatu benda
yang tidak dapat kembali ke bentuk semula. Contohnya: plastic, kayu, batu, dll.
Pada umumnya setiap benda yang mempunyai sifat elastis juga
mempunyai sifat plastis. Apabila pegas kita rentangkan dengan gaya yang lebih
besar, maka pada saat tertentu akan terjadi keadaan di mana pegas tidak dapat
kembali ke bentuk semula. Dalam keadaan ini berati batas elastisitas benda sudah
terlampaui. Jika gaya kita perbesar terus, benda akan mejalani sifat plastis hingga
pada titik tertentu di mana pegas akan patah.
Hukum hooke menyatakan hubungan antara gaya (F) yang meregangkan
pegas dan pertambahan panjang pegas (x) pada daerah elastisitas pegas. Secara
matematis dirumuskan
F = kx
F = gaya yang dikerjakan pada pegas (N)
x = pertambahan panjang pegas (m)
k = konstanta pegas (N/m)

Bunyi Hukum Hooke: pada daerah elastisitas benda, gaya yang bekerja
pada benda sebanding dengan pertambahan panjang benda.5

5
Supiyanto, Fisika 2 untuk SMA/MA kelas XI. (Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama,2006).Hl 32
BAB IV
KESIMPULAN
1) pendekatan discovery-inquiry adalah suatu proses belajar mengajar yang
berpusat pada siswa, guru tidak perlu memberikan seluruh informasi
kepada siswa tetapi siswa diberi kesempatan untuk mencari dan
menemukan informasi dari bahan ajar yang dipelajari.
2) Karakter pendekatan discovery inquiry : Menekankan kepada aktivitas
siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan permasalan
sehingga memunculkan sikap percaya diri, Mengembangkan berpikir
secara sistematis, logis, dan kritis, dan pembelajaran yang berpusat kepada
siswa.
3) Langkah langkah pelaksanaan Pendekatan Discovery Inquiry : Orientasi,
Merumuskan masalah, Merumuskan hipotesis, Menguji hipotesis,
Mengumpulkan data, dan menarik kesipulan.
4) Kelebihan pendekatan discovery inquiry yaitu mampu menanamkan
kemampuan siswa untuk berfikir kreatif, pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui
strategi ini dianggap lebih bermakna. Kekurangan dari pendekatan
discovery inquiry yaitu ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar dan
Pengajaran discovery-inquiry lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan pengembangan aspek, konsep, keterampilan dan
emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadianto, Model dan Pembelajaran Kreatifn berkarakter.2014. Bogor :
Ghalia Indonesia.
Mulyati, Psikologi Belajar. 2005. Yogyakarta : CV Andi Offsheet.
Roestiah N.K, Strategi Belajar Mengajar. 2008. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Supiyanto, Fisika 2 untuk SMA/MA kelas XI.2006. Jakarta : PT. Gelora
Aksara Pratama.

Anda mungkin juga menyukai