Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN PUSTAKA

Purin adalah zat alami yang ditemukan dalam semua sel-sel tubuh, dan dalam hampir
semua makanan. Tubuh kita dapat memecah purin ke dalam asam urat, suatu zat yang dapat
membantu melindungi pembuluh darah kita dari kerusakan dan yang merupakan produk daur
ulang umum ketika sel-sel kita mati.

Purin merupakan protein yang termasuk dalam golongan nukleo protein. Hasil
metabolisme purin adalah asam urat. Peningkatan kadar asam urat yang berlebihan dalam darah,
dapat menyebabkan penimbunan asam urat pada sendi-sendi tangan atau kaki, sehingga
menyebabkan rasa sakit. Dapat juga menumpuk pada ginjal, menyebabkan batu ginjal.

Penyakit Pirai (gout) atau Arthritis Gout adalah penyakit yang di sebabkan oleh
tumpukan asam/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan sendi. Gout berhubungan erat
dengan gangguan metabolisme purin yang memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah
(hiperurisemia), yaitu jika kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl. Catatan: kadar
normal asam urat dalam darah untuk pria adalah 8 mg/dl, sedangkan untuk wanita adalah 7 mg/dl
(Junaidi, 2013:80).

Secara tradisional, gout dibagi menjadi dua, yaitu: bentuk primer (90%) dan bentuk
sekunder (10%). Gout primer adalah gout yang penyebabnya tidak diketahui atau karena
gangguan/kelainan proses metabolisme tubuh. Sementara itu, gout sekunder adalah gout yang
penyebabnya dapat diketahui. Orang normal setiap hari membuang 700 mg asam urat melalui
urin, dan sisa yang tersimpan dalam cairan tubuh adalah sekitar 1.000 mg. Penderita gout
menghasilkan asam urat secara berlebihan, sehingga yang tersimpan dalam tubuh meningkat
menjadi 3-15 kali dari keadaan normal. Dan dilain pihak pengeluarannya melalui ginjal
terganggu atau menurun (Junaidi, 2013:81).
2.1 Faktor-faktor terjadinya gout arthritis

Berikut faktor-faktor terjadinya gout arthritis :

a) Penyakit ginjal kronis

Ginjal merupakan filter berbagai benda asing untuk diekskresi keluar tubuh. Karena itu,
gangguan yang timbul pada organ ini akan memengaruhi metabolisme tubuh dan menimbulkan
berbagai jenis penyakit. Salah satunya penyakit yang bisa ditimbulkan adalah hiperurisemia.
Hiperurisemia dan penyakit ginjal memiliki hubungan sebab akibat. Gangguan fungsi ginjal pada
ginjal bisa mengganggu eskresi asam urat. Namun, kadar asam urat yang terlalu tinggi juga bisa
mengganggu kinerja dan fungsi ginjal (Lingga, 2012:41).

b) Faktor usia

Gout umumnya dialami oleh pria dan wanita dewasa yang berusia diatas 40 tahun.
Setelah memasuki masa pubertas, pria memiliki resiko gout lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita. Jumlah total penderita gout pada pria lebih banyak dibandingkan dengan kaum wanita.
Ketika memasuki usia paruh baya, jumlahnya menjadi sebanding antara pria dan wanita. Dalam
sebuah kajian di Amerika, prevalensi berlipat ganda dalam populasi usia 40-75 tahun. Dalam
kajian kedua, prevalensi gout pada populasi dewasa di Inggris diperkirakan sebesar 1.4%,
dengan puncaknya lebih dari 7% pada pria usia 40-75 (Beyond, 2013). Menurut survey yang
diadakan oleh National Health and Nutrition Examinition Survey (NHANES), rasio penderita
hiperurisemia sebagai berikut:

a. Usia diatas 20 tahun : 24%

b. Usia 50-60 tahun : 30%

c. Usia lebih tua dari 60 tahun : 40%

d. Rata-rata penduduk Asia : 5-6%

Resiko serangan gout mencapai puncaknya pada saat seseorang berusia 75 tahun, setelah
berusia di atas 75 tahun, resiko gout semakin menurun, bahkan tidak ada resiko sama sekali.
Kecuali, jika penyakit tersebut merupakan perkembangan dari penyakit gout kronis yang
sebelumnya telah dialami (Lingga, 2012:24).

c) Dehidrasi

Kekurangan cairan didalam tubuh akan menghambat ekskresi asam urat. Pada dasarnya
semua cairan itu adalah pelarut. Namun, daya larut setiap cairan berbeda-beda. Air yang
memiliki daya larut paling tinggi adalah air putih. Air putih dapat melarutkan semua zat yang
larut di dalam cairan, termasuk asam urat. Air diperlukan sebagai pelarut asam urat yang dibuang
atau diekskresi melalui ginjal bersama urine. Jika tubuh kekurangan air, maka akan menghambat
ekskresi asam urat sehingga memicu peningkatan asam urat. Saat volume cairan tubuh kurang,
maka sampah sisa metabolisme pun akan menumpuk. Penumpukan asam urat dan sisa
metabolisme itulah yang menimbulkan nyeri di persendian (Lingga, 2012:166).

d) Makan berlebihan

Asupan purin dari makanan akan menambah jumlah purin yang beredar di dalam tubuh.
secara teknis, penambahan purin yang beredar di dalam darah tergantung pada jumlah purin yang
berasal dari makanan. Artinya, semakin banyak mengkonsumsi purin, semakin tinggi kadar asam
urat (produk akhir metabolisme purin) dalam tubuh (Lingga, 2012:98).

e) Konsumsi alkohol

Sejumlah studi mengatakan konsumsi alkohol memiliki pengaruh sangat besar dalam
meningkatkan prevalensi gout pada penggemar alkohol. Dampak buruk alkohol akan semakin
nyata pada individu yang mengalami obesitas. Sebuah studi yang dilakukan di Jepang oleh
Shirusi H. (2009) menemukan korelasi nyata antara konsumsi alkohol dan obesitas terhadap
hiperurisemia. Resiko konsumsi alkohol semakin tinggi jika dilakukan oleh penderita obesitas.
Dikatakan bahwa penderita obesitas yang gemar mengkonsumsi akohol dipastikan mengalami
gout (Lingga, 2012:47).
f) Pasca-operasi

Seseorang yang telah menjalani operasi beresiko mengalami kenaikan kadar asam urat
sesaat. Karena penurunan jumlah air yang mereka konsumsi pasca-operasi menyebabkan
ekskresi asam urat terhambat untuk sementara waktu (Lingga, 2012:28).

2.3 Patofisiologi

Untuk menjadi gout arthritis, asam urat harus melalui tahapan-tahapan tertentu yang
menandai perjalanan penyakit ini. Gejala awal ditandai oleh hiperurisemia kemudian
berkembang menjadi gout dan komplikasi yang ditimbulkannya. Prosesnya berjalan cukup lama
tergantung kuat atau lemahnya faktor resiko yang dialami oleh seorang penderita hiperurisemia.

Jika hiperurisemia tidak ditangani dengan baik, cepat atau lambat penderita akan
mengalami serangan gout akut. Jika kadar asam urat tetap tinggi selama beberapa tahun,
penderita tersebut akan mengalami stadium interkritikal. Setelah memasuki fase ini, tidak butuh
waktu lama untuk menuju fase akhir yang dinamakan dengan stadium gout kronis (Lingga,
2012:19).

2.4 Manifestasi klinis

Biasanya, serangan gout arthritis pertama hanya menyerang satu sendi dan berlangsung
selama beberapa hari. Kemudian, gejalanya menghilang secara bertahap, dimana sendi kembali
berfungsi dan tidak muncul gejala sehingga terjadi serangan berikutnya. Namun, gout cenderung
akan semakin memburuk, dan serangan yang tidak diobati akan berlangsung lebih lama, lebih
sering, dan menyerang beberapa sendi. Alhasil, sendi yang terserang bisa mengalami kerusakan
permanen (Junaidi, 2013:84).

Lazimnya serangan gout arthritis terjadi dikaki (monoarthritis). Namun, 3-14% serangan
juga bisa terjadi dibanyak sendi (poliarthritis). Biasanya, urutan sendi yang terkena serangan
gout (poliarthritis) berulang adalah: ibu jari kaki (podogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki,
sendi kaki belakang, pergelangan tangan, lutut, dan bursa elekranon pada siku (Junaidi,
2013:85).
Nyeri yang hebat dirasakan oleh penderita gout pada satu atau beberapa sendi. Umunya
serangan terjadi pada malam hari. Biasanya, hari sebelum serangan gout terjadi penderita tampak
sangat bugar tanpa gejala atau keluhan, tetapi tiba-tiba tepatnya pada tengah malam menjelang
pagi, ia terbangun karena merasakan sakit yang sangat hebat serta nyeri yang semakin memburuk
dan tak tertahankan (Junaidi, 2013:85).

Sendi yang terserang gout akan membengkak dan kulit diatasnya akan berwarna merah
atau keunguan, kencang dan licin, serta terasa hangat dan nyeri jika digerakkan, dan muncul
benjolan pada sendi (yang disebut tofus). Jika sudah agak lama (hari kelima), kulit diatasnya
akan berwarna merah kusam dan terkelupas (deskuamasi). Gejala lainya adalah muncul tofus di
helixs telinga/ pinggir sendi/tendon. Menyentuh kulit diatas sendi yang terserang gout bisa
memicu rasa nyeri yang luar biasa. Rasa nyeri ini akan berlangsung selama beberapa hari hingga
sekitar satu minggu, lalu menghilang (Junaidi, 2013:85).

Kristal dapat terbentuk disendi-sendi perifer karena persendian tersebut lebih dingin
dibandingkan persendian ditubuh lainya, karena asam urat cenderung membeku pada suhu
dingin. Kristal urat juga terbentuk ditelinga dan jaringan lainya yang relatif dingin. Gout jarang
terjadi pada tulang belakang, tulang panggul, atau bahu. Gejala lain dari arthritis gout akut
adalah demam, menggigil, tidak enak badan, dan denyut jantung berdetak dengan cepat.
Serangan gout akan cenderung lebih berat pada penderita yang berusia dibawah 30 tahun.
Biasanya, gout menyerang pria usia pertengahan dan wanita pasca-menopause (Junaidi,
2013:86).

Gout bisa menahun dan berat, yang menyebabkan kelainan bentuk sendi. Pengendapan kristal
urat didalam sendi dan tendon terus berlanjut dan menyebabkan kerusakan yang akan membatasi
pergerakan sendi. Benjolan keras dari kristal urat (tofi) diendapkan dibawah kulit disekitar sendi.
Tofi juga bisa terbentuk didalam ginjal dan organ tubuh lainya, dibawah kulit telinga atau
disekitar siku. Jika tidak diobati, tofi pada tangan dan kaki bisa pecah dan mengeluarkan massa
kristal yang menyerupai kapur (Junaidi, 2013:86).
2.5 Penatalaksanaan

a) Olahraga aerobik/senam

Manfaat kesehatan olahraga aerobik meliputi berkurangnya resiko penyakit jantung atau
penyakit kronis lainya, menormalkan tekanan darah, mengontrol berat badan, mengurangi gula
darah dan lemak, dan mengurangi kekakuan dan nyeri karena arthritis. Olahraga aerobik
berpengaruh rendah tidak memperburuk nyeri arthritis. Digabungkan dengan penguatan dan
peregangan, olahraga aerobik menambah kebugaran, mengurangi depresi dan nyeri dan (dalam
jangka panjang) memperbaiki fungsi (Millar, 2013:51). Durasi suatu kelas biasanya 45-60 menit.
Kelas 60 menit yang baik meliputi kegiatan pemanasan minimum 10 menit, 15-20 menit gerak
inti, dan 10 menit pendinginan. Selama 2-4 minggu dalam jangka waktu 2-3 kali dalam
seminggu. Penelitian telah membuktikan bahwa dengan mengikuti aerobik seseorang dapat
mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi tangan dan kaki, kekuatan, kecepatan, atau jarak
tempuh yang merupakan perkiraan ketahanan aerobik pada aktivitas singkat (Millar, 2013:131).

b) Kompres panas atau dingin

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri


dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es
dapat diletakkan pada tempat cedera segera setelah cedera terjadi. Sementara terapi panas
mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat
menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan (Andarmoyo, 2013:85).

c) Medikamentosa

Preparat colchicin (oral atau parenteral) atau NSAID, seperti indometasin, digunakan
untuk meredakan serangan akut gout. Penatalaksanaan medis hiperurisemia, tofus, penghancuran
sendi dan masalah renal biasanya dimulai setelah proses inflamasi akut mereda. Preparat
urikosurik seperti probenesid akan memperbaiki keadaan hiperurisemia dan melarutkan endapan
urat. Allopurinol juga merupakan obat yang efektif tetapi penggunaannya terbatas karena
terdapat resiko toksisitas. Kalau diperlukan penurunan kadar asam urat dalam serum, preparat
urikosurik merupakan obat pilihan. Kalau pasiennya beresiko untuk mengalami insufiensi renal
atau batu ginjal (kalkuli renal), allopurinol merupakan obat pilihan (Smeltzer, 2002:1811).
d) Relaksasi

Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan
dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana
terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan
matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman. Periode relaksasi yang teratur dapat
membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis
dan yang meningkatkan nyeri (Andarmoyo,2013:89).

2.6 Diet Rendah Purin

Diet Rendah Purin diberikan antara lain kepada pasien penyakit Gout dimana kadar
asam urat dalam darah tinggi. Diet Rendah Purin merupakan Pembatasan konsumsi zat purin
dikhususkan bagi penderita gangguan asam urat. Dimana sedikit banyak gangguan tersebut
juga dipengaruhi oleh faktor gaya hidup dan pola makan. Diet rendah purin bertujuan untuk
mengurangi makanan yang kaya akan kandungan purin seperti sarden, kangkung, jerohan,
bayam. Jika pada kadar normal makanan sehari-hari ambang kandungan purin yang bisa
ditoleransi adalah 600 1000 mg, maka pada program diet ini dibatasi berkisar pada 120 150
mg. Dengan pembatasan kandungan purin tersebut, dapat menghasilkan penurunan kadar
asam urat dalam darah dan melancarkan pengeluaran asam urat.

2.7 Tujuan diet :

1. Mengurangi kadar asam urat, dengan jalan memberikan makanan rendah purin.
2. Memperlancar pengeluaran asam urat.
3. Memperoleh berat badan ideal.

2.8 Syarat diet :

1. Energi diberikan sesuai kebutuhan tubuh. Bila berat badan berlebih kebutuhan energi
mengikuti pedoman diet energi rendah
2. Protein : 1 1,2 g/kg BB atau 10-15% dari kebutuhan energi total. Hindari bahan
makanan sumber protein yang mempunyai kandungan purin >150 mg/100g
3. Lemak tidak lebih dari 30%, 10% nya dari protein hewani
4. Karbohidrat : 65-75% dari kebutuhan energi total, berupa karbohidrat kompleks
5. Vitamin dan mineral diberikan sesuai kebutuhan
6. Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Banyak minum untuk
membantu pengeluaran kelebihan asam urat, 2 sampai 3 liter/hari untuk mencegah
terjadinya pengendapan asam urat dalam ginjal (batu ginjal)
7. Apabila BB lebih, dianjurkan untuk menurunkan BB karena akan membantu
menurunkan kadar purin dalam darah

2.9 Pengelompokan bahan makanan menurut kadar purin dan anjuran makan.

Makanan yang sebaiknya dihindari adalah makanan yang banyak mengandung purin
tinggi. Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin:

a. Makanan pantangan untuk asam urat Golongan A:

Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100 gram makanan) adalah
hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak
daging (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.

b. Makanan pantangan untuk asam urat Golongan B:

Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100 gram makanan) adalah
ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi, kerang-kerangan, kacang-kacangan
kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya,
kangkung.

c. Makanan pantangan untuk asam urat Golongan C:

Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100 gram makanan) adalah
keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.

Makanan Golongan A adalah pantangan untuk penderita asam urat yang paling utama.
Adapun untuk golongan B masih harus dibatasi terutama bagi mereka yang sudah timbul
gejala peradangan di persendian.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. 2013. Konsepdan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Junaidi, I. 2013. Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer

Lingga, L. 2012. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: Agro Media Pustaka

Millar, L. 2013. Progam Olahraga Arthritis. Klaten: Intan Sejati

Anda mungkin juga menyukai