sari_nafisa@yahoo.co.id
ABSTRAK
Utang piutang merupakan perjanjian antara pihak yang satu dengan pihak yang
lainnya dan objek yang diperjanjikan pada umumnya adalah uang. Kedudukan pihak yang
satu sebagai pihak yang memberikan pinjaman (kreditur), sedang pihak yang lain adalah pihak
yang menerima pinjaman uang tersebut (debitur). Inti dari perjanjian utang-piutang adalah
kreditur memberikan pinjaman uang kepada debitur, dan debitur wajib mengembalikannya
dalam waktu yang telah ditentukan. Pengembalian utang dilakukan dengan cara mengangsur setiap
bulan. Peristiwa yang banyak terjadi pengembalian utang yang wajib dibayar oleh debitur acapkali
tidak sebagaimana yang telah diperjanjikan. apabila debitur tidak melakukan apa yang
dijanjikannya maka dapat dikatakan ia melakukan wanprestasi atau ingkar janji.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dasar gugatan dan pertimbangan hakim
dalam perkara Nomor : 75/Pdt.G/2014/PN/SKH tentang tinjauan yuridis terhadap wanprestasi
dalam perjanjian hutang piutang dengan jaminan sertipikat tanah (studi kasus di pengadilan negeri
sukoharjo)
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif yaitu penelitian yang mendekati
masalah dengan norma hukum yang berlaku. Analisis yang digunakan adalah dekriptif kualitatif
yaitu dengan menganalisis teori hukum dan perundang-undangan yang bersifat umum.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa dasar diajukannya gugatan kreditur
kepengadilan karena debitur telah melakukan wanprestasi atau tidak menjalankan sesuai apa yang
telah diperjanjikan dalam perjanjian kredit sehingga hakim mengabulkan gugatan kreditur atau
disebut penggugat yang ditujukan pada debitur atau tergugat karena selain bukti yang kuat pihak
debitur tidak melakukan banding sehingga putusannya secara verstek. Terhadap pertimbangan
hakim pada perkara No : 75/Pdt.g/2014/PN.Skh sudah benar karena hakim dalam memutuskan
suatu perkara sangat memperhatikan dan membenarkan bukti-bukti yang diajukan penggugat.
Dalam eksekusi, pembebanan jaminan dibuat dibawah tangan dan tidak dimasukkan sebagai
materi sebagai jaminan.
76
PENDAHULUAN
ANALISIS
Dasar diajukannya suatu gugatan
Menurut RUU Hukum Acara Perdata pada pasal 1 angka 2, gugatan adalah tuntutan hak
yang mengandung sengketa dan diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan.
Sebagaimana perjanjian yang telah dibuat oleh pihak Penggugat dan Pihak Para Tergugat
dengan perjanjian hutang piutang. Penggugat yang merasa dirugikan oleh pihak Para
Tergugat kemudian mendaftarkan gugatannya dengan surat gugatannya tertanggal 9
September 2014 di Pengadilan Negeri Sukoharjo. Mengemukakan hal-hal sebagai berikut :
i. Kerugian atas keterlambatan Tergugat
Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo tersebut diatas, jelas
bahwa perjanjian hutang piutang yang dibuat oleh pihak Penggugat dan Tergugat
adalah sah berdasarkan hukum telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam
KUHPerdata. Demikian halnya dengan perbuatan wanprestasi yang dilakukan dalam
hal ini dilakukan oleh pihak debitur dengan tidak melunasi kewajibannya untuk
membayar hutang sebagaimana yang telah diperjanjikan tidak mau melunasi pinjaman
yang telah dipinjamkan oleh penggugat dan debitur telah lalai dengan prestasinya.
Terkait hal tersebut bahwa debitur wajib membayar ganti rugi, setelah
dinyatakan lalai ia tetap tidak memenuhi prestasi itu, sebagaimana disebutkan dalam
ketentuan Pasal 1243 KUHPerdata. Ganti rugi terdiri dari biaya, rugi. Dan bunga
(Pasal 1244 sampai dengan 1246 KUHPerdata). Biaya adalah segala pengeluaran atau
perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh suatu pihak. Rugi adalah
kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh
kelalaian si debitur. Ganti rugi harus mempunyai langsung (hubungan kausal) dengan
ingkar janji sebagaimana dimaksud oleh ketentuan Pasal 1248 KUHPerdata dan
kerugian dapat diduga atau sepatutnya diduga pada saat waktu perikatan dibuat.
Dalam kaitannya dengan wanprestasi bahwa ada kemungkinan bahwa ingkar janji
(wanprestasi) ini terjadi bukan hanya karena kesalahan debitur (lalai atau
kesengajaan), tetapi juga terjadi karena keadaan memaksa. Kesengajaan adalah
perbuatan yang diketahui dan dikehendaki, sedangkan kelalaian adalah perbuatan
yang mana si pembuatnya mengetahui akan kemungkinan terjadinya akibat yang
merugikan orang lain.
Sebagaimana kerugian yang ditanggung oleh kreditur akibat kelalaian atau
cidera janji yang dilakukan oleh debitur atau yang disebut tergugat sebesar Rp.
571.250.000,00 (Lima ratus tujuh puluh satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah).
Berdasarkan pertimbangan Majelis berkesimpulan jumlah hutang Para Tergugat
kepada Penggugat adalah sesuai yang diterima oleh Para Tergugat yaitu sejumlah Rp.
775.250.000,00 dikurangi dengan pembayaran yang telah dilakukan oleh Para
Tergugat sejumlah Rp. 174.000.000,00 + Rp. 30.000.000,00. Dengan demikian
jumlah hutang yang harus dibayar oleh Para Tergugat kepada Penggugat adalah
sejumlah Rp. 571.250.000,00. Sampai gugatan ini diajukan di Pengadilan Negeri
Sukoharjo Tergugat baru membayar 1 kali (satu kali).
Berdasarkan diajukannya suatu gugatan surat pernyataan yang isinya akan
segera melunasi hutang-hutangnya kepada Penggugat dengan batas waktu yang telah
ditentukan dan apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan Para Tergugat tidak
membayar maka Para Tergugat sanggup menjual asset-asset miliknya untuk
membayar hutang-hutang tersebut kepada Penggugat karena Tergugat telah
mengalami keterlambatan atau jatuh tempo dan tidak memiliki itikad baik untu
melakukan pelunasan sehingga tergugat dapat dikatakan telah lalai atai tidak
memenuhi prestasinya.
ii. Segi jaminan
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa sertipikat pada dasarnya
merupakan alat bukti hak atas tanah yang dimiliki oleh seseorang, dasarnya
merupakan alat bukti hak atas tanah yang dimiliki oleh seseorang, berupa
diberikannya surat tanda bukti hak yang lazim dengan sebutan sertipikat tanah yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat terhadap pemegang hak atas tanah atas
yang bersangkutan. Sertipikat tanah tersebut akan memberikan arti yang sangat besar
dan peranan yang sangat penting bagi pemegang hak yang bersangkutan yang dapat
berfungsi sebagai alat bukti atas tanah, baik apabila ada sengketa terhadap tanah yang
bersangkutan. Dalam kaitannya dengan kasus yang dikaji bahwasannya sertipikat hak
milik atas tanah bisa berfungsi sebagai jaminan hutang piutang.
Guna menjamin agar debitur memenuhi prestasinya atau memenuhi apa yang
telah diperjanjikan dalam hal hutang piutang dengan surat gugatannya tanggal 9
September 2014 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Sukoharjo dibawah
Register nomor : 75/Pdt.G/2014/PN Skh. Peminjam bersedia menyerahkan jaminan
kepada kreditur atau yang disebut Penggugat berupa Sertipikat tanah.
Jaminan berupa sertipikat-sertipikat Hak Milik Atas Tanah sebagai agunan
hutang Para Tergugat kepada Penggugat. Berdasarkan tersebut Majelis Hakim telah
berkesimpulan dan telah mencermati bukti surat yang diajukan Penggugat , berupa
sertipikat Hak Milik No. 3345 atas nama Fatah Sugiyarno, telah diblokir di Badan
Pertanahan Nasional. Sertipikat Hak Milik No. 2927 Desa Jombor atas nama Elmi
Hidayati, telah di bebani Hak Tanggungan di PT. BRI. Sertipikat Hak Milik No. 1723
Desa Begajah, atas nama Bambang Iswanto Sarjana Ekonomi, Dokteranda Khunafiah,
telah dibebani Hak tanggungan di PT. BRI.
Sertipikat Hak Milik No. 4879 Desa Jombor, atas nama Fatah Sugiyarno.
Berdasarkan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah terhadap Sertipikat Hak Milik No.
3345, 2927, 1723 dan 4879 Penggugat tidak dapat menunjukan Aslinya dalam
persidangan maka oleh Majelis tidak dipertimbangkan karena surat keterangan
pendaftaran tanah bukan merupakan bukti kepemilikan HakAtas Tanah.
Bahwa sertipikat Hak Milik No. 3997 Desa Jombor, Gambar Situasi No.
11420/1998 tanggal 17-9-1998, luas : 207 m2 atas nama Heriyanto, terletak di
Kelurahan Jombor, Kec. Bendosari, Kab. Sukoharjo. Penggugat berkaitan dengan sita
jaminan hutang atas tanah dan bangunan, oleh karena terhadap jaminan hutang tanah
dan bangunan belum pernah diletakkan sita jaminan sebelumnya oleh Majelis Hakim.
Pihak yang memiliki piutang (kreditur) terhadap pihak yang dimintakan sita
jaminan. Ketentuan pasal 1131 BW yang menyatakan setiap kreditur mempunyai
hak jaminan atas piutangnya berupa segala kebendaan si berhutang, baik yang
bergerak maupun yang tidak begerak, baik yang sudah maupun yang baru akan ada
dikemudian hari.
Tetapi karena diperjanjian pokok atau perjanjian utang piutang yang telah
disetujui dan ditanda tangani kedua belah pihak yang menjadi Undang-undang yang
berlaku bagi kedua belah pihak apabila debitur atau tergugat wanprestasi maka
kreditur berhak melakukan eksekusi dan untuk mendapatkan kekuatan hukum yang
jelas maka kreditur meminta bantuan Pengadilan Negeri Sukoharjo untuk melakukan
penyelesaian wanprestasi atas hutang piutang yang telah dilakukan debitur dan tidak
bisa memenuhi apa yang diperjanjikan.
iii. Segi waktu
Dalam kasus gugatan perkara perdata ini terjadi hutang piutang antara
Penggugat dan Tergugat I, Tergugat II. Pada perjanjiam hutang piutang antara
Penggugat dan Tergugat I, Tergugat II tersebut dilandaskan dari kepercayaan terbukti
berdasarkan tanda terima dan pengakuan hutang yang diberikan secara bertahap oleh
Penggugat kepada Tergugat I, Tergugat II. Penyerahan uang kepada Para Tergugat
dilakukan sendiri oleh penggugat berupa uang tunai diserahkan langsung kepada Para
Tergugat. Dan sejak penyerahan uang tersebut Para Tergugat belum membayar
ataupun mengangsur pinjamannya kepada Penggugat. Hal yang dilakukan Para
Tergugat juga membuat surat pernyataan yang pada isinya akan segera melunasi
hutang-hutangnya kepada Penggugat dengan batas waktu yang sudah ditentukan.
Dalam hal ini yang terjadi merupakan perjanjian hutang perseorangan dan tidak
melibatkan Bank sebagai pihak ketiga.
Berdasarkan asas itikad baik terkandung dalam Pasal 1338 KUH Perdata
yang menyatakan bahwa perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik. Asas ini berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian dan berlaku bagi debitur
maupun bagi kreditur.
Dalam hal ini Para Tergugat tidak menunjukan etikad baiknya untuk segera
menyelesaikan perkara tersebut dengan Penggugat sehingga Para Tergugat telah
melakukan perbuatan hukum Wanprestasi yang sangat merugikan Penggugat.
Sebelum mengajukan gugatan kepengadilan Negeri Sukoharjo berbagai
upaya yang telah dilakukan kreditur seperti yang telah Tergugat sampaikan kepada
Penggugat, bahwa Para Tergugat telah berkali-kali membuat Surat Pernyataan yang
isinya akan segera melunasi hutang-hutangnya kepada Penggugat dengan batas waktu
yang telah ditentukan, dan apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan Para
Tergugat tidak membayar maka Para Tergugat sanggup menjual asset-asset miliknya
untuk membayar hutang-hutangnya kepada Penggugat akan tetapi sampai saat ini Para
Tergugat tidak menunjukan etikad baiknya untuk membayar hutang-hutang tersebut
kepada Penggugat.
Terkait kasus yang penulis kaji bahwasanya dalam perjanjian hutang piutang
dengan jaminan sertipikat tanah tersebut telah terjadi wanprestasi dalam pembayaran
yang tidak dilakukan debitur tepat waktu, perjanjian yang dibuat oleh kedua belah
pihak merupakan perjanjian dibawah tangan karena perjanjiannya dibuat dan disetujui
kedua belah pihak tidak dihadapan notaris atau pejabat yang berwenang.
Apabila perjanjian tidak disangkal kedua belah pihak, maka berarti mereka
mengakui dan tidak menyangkal kebenaran apa yang ditulis pada Akta dibawah
tangan tersebut sehingga Pasal 1857 KUHPerdata Akta dibawah tangan tersebut
memperoleh kekuatan pembuktian yang sama dengan suatu akta otentik.
Dalam hal tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan
maka dipandang perlu untuk memperingatkan debitur guna memenuhi prestasinya
tersebut dan dalam hal tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi ditentukan
maka menurut ketentuan pasal 1238 KUHPerdata debitur dianggap lalai dengan
1
lewatnya waktu yang ditentukan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan sebelumnya dalam kaitannya dengan
pokok permasalahan yang ada, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dasar gugatan wanprestasi Nomor 75/Pdt.G/2014/PN/SKH
Tergugat telah melakukan wanprestasi karena tergugat telah mengingkari janji
yang telah disetujui kedua belah pihak didalam perjanjian hutang piutang yaitu membayar
pinjaman tergugat atau pinjaman debitur sebesar Rp. 925.000.000; (Sembilan ratus dua
puluh lima juta rupiah). Yang diserahkan secara bertahap oleh Penggugat kepada
Tergugat I dan Tergugat II berdasarkan tanda terima dan pengakuan hutang. Dari
perjanjian hutang piutang tersebut Tergugat I menjaminkan Sertipikat Tanah.
Dalam amar putusannya yang berbunyi bahwa Tergugat telah terbukti
melakukan wanprestasi atas perjanjian utang piutang dengan Penggugat. Sehingga
Tergugat dihukum untuk membayar kerugian utang pokoknya kepada Penggugat sebesar
Rp. 775.250.000,00 (Tujuh ratus tujuh puluh lima juta dua ratus lima puluh ribu rupiah),
dan pembayarannya yang telah dilakukan oleh Para Tergugat hingga gugatan ini diajukan
adalah sejumlah Rp. 174.000.000,00 (Seratus tujuh puluh empat juta rupiah). Maka Para
Tergugat telah terbukti melakukan perbuatan ingkar janji/wanprestasi walaupun dalam
eksekusi jaminan dibuat dibawah tangan dan tidak dimasukkan sebagai materi sebagai
jaminan.
2. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Gugatan Wanprestasi Putusan
Nomor 75/Pdt.G/2014/PN.SKH
Hakim dalam memutus perkara menyatakan bahwa debitur telah melakukan
wanprestasi karena debitur telah melanggar apa yang menjadi kewajibannya dan debitur
tidak menjalankan apa yang telah dia buat, disepakati, disetujui, dan ditanda tangani
sendiri dalam perjanjian hutang piutang.
Sebagaimana kerugian yang ditanggung oleh kreditur akibat kelalaian atau
cidera janji yang dilakukan oleh debitur atau yang disebut tergugat sebesar Rp.
571.250.000,00 (Lima ratus tujuh puluh satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah).
Berdasarkan pertimbangan Majelis berkesimpulan jumlah hutang Para Tergugat kepada
Penggugat adalah sesuai yang diterima oleh Para Tergugat yaitu sejumlah Rp.
775.250.000,00 dikurangi dengan pembayaran yang telah dilakukan oleh Para Tergugat
sejumlah Rp. 174.000.000,00 + Rp. 30.000.000,00. Dengan demikian jumlah hutang yang
harus dibayar oleh Para Tergugat kepada Penggugat adalah sejumlah Rp. 571.250.000,00.
B. Saran
Adapun yang menjadi saran pada penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya debitur harus mempertimbangkan terlebih dahulu tingkat kesanggupan
sebelum melakukan pinjaman dan melihat kemampuannya untuk membayar pinjaman
tersebut sehingga pada saat pembayaran debitur atau tergugat mampu untuk melunasi
pinjaman yang dilakukan oleh debitur.
2. Salah satu akibat hukum apabila debitur melakukan wanprestasi adalah debitur
dituntut untuk membayar ganti rugi atas tidak terpenuhinya prestasi debitur tersebut.
Menurut Pasal 1243 KUHPerdata, ganti rugi perdata menitikberatkan pada ganti
kerugian karena tidak terpenuhinya perikatan (wanprestasi).
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir Muhammad, 2000, Hukum Acara Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, Hal. 158-159.
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW,
(Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2008), hal. 5
Amiruddin dan Asikin, Zainal, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Bagir Manan, 1999, Penelitian Bidang Hukum, Puslitbangkum Unpad, Perdana, Januari,
Bandung, h.4
Bambang Sugeng. 2011, Hukum Acara Perdata dan Dokumen Litigasi Perkara Perdata, Kencana
Predana Media Grup, Jakarta, Hal. 90.
Muhammad, Abdulkadir, 2010, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Noviaditya, Martha, 2010, Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Dalam Perjanjian Kredit
Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Skripsi Tidak Diterbitkan), Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Riduan Syahrani, 1988, Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum, Pustaka Kartini,
Jakarta, Hal.87
Sarwono, 2011, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik, Sinar Grafika, Jakarta, Hal. 350.
Sri Soedewi Masjchon, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan
Perorangan, Liberty, (Yogyakarta, 1980), hal. 319
Supramono, Gatot, 2013, Perjanjian Utang Piutang, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.