Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN HUTANG

PIUTANG DENGAN JAMINAN SERTIPIKAT TANAH (Studi Kasus di Pengadilan


Negeri Sukoharjo No: 75/Pdt.G/2014/PN.SKH. )

AMIN PALAS SARI

Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Slamet Riyadi Surakarta

sari_nafisa@yahoo.co.id

ABSTRAK

Utang piutang merupakan perjanjian antara pihak yang satu dengan pihak yang
lainnya dan objek yang diperjanjikan pada umumnya adalah uang. Kedudukan pihak yang
satu sebagai pihak yang memberikan pinjaman (kreditur), sedang pihak yang lain adalah pihak
yang menerima pinjaman uang tersebut (debitur). Inti dari perjanjian utang-piutang adalah
kreditur memberikan pinjaman uang kepada debitur, dan debitur wajib mengembalikannya
dalam waktu yang telah ditentukan. Pengembalian utang dilakukan dengan cara mengangsur setiap
bulan. Peristiwa yang banyak terjadi pengembalian utang yang wajib dibayar oleh debitur acapkali
tidak sebagaimana yang telah diperjanjikan. apabila debitur tidak melakukan apa yang
dijanjikannya maka dapat dikatakan ia melakukan wanprestasi atau ingkar janji.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dasar gugatan dan pertimbangan hakim
dalam perkara Nomor : 75/Pdt.G/2014/PN/SKH tentang tinjauan yuridis terhadap wanprestasi
dalam perjanjian hutang piutang dengan jaminan sertipikat tanah (studi kasus di pengadilan negeri
sukoharjo)

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif yaitu penelitian yang mendekati
masalah dengan norma hukum yang berlaku. Analisis yang digunakan adalah dekriptif kualitatif
yaitu dengan menganalisis teori hukum dan perundang-undangan yang bersifat umum.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa dasar diajukannya gugatan kreditur
kepengadilan karena debitur telah melakukan wanprestasi atau tidak menjalankan sesuai apa yang
telah diperjanjikan dalam perjanjian kredit sehingga hakim mengabulkan gugatan kreditur atau
disebut penggugat yang ditujukan pada debitur atau tergugat karena selain bukti yang kuat pihak
debitur tidak melakukan banding sehingga putusannya secara verstek. Terhadap pertimbangan
hakim pada perkara No : 75/Pdt.g/2014/PN.Skh sudah benar karena hakim dalam memutuskan
suatu perkara sangat memperhatikan dan membenarkan bukti-bukti yang diajukan penggugat.
Dalam eksekusi, pembebanan jaminan dibuat dibawah tangan dan tidak dimasukkan sebagai
materi sebagai jaminan.

Kata Kunci : Perjanjian, Utang Piutang, Wanprestasi, Jaminan sertipikat

76
PENDAHULUAN

Perjanjian utang piutang uang termasuk kedalam jenis perjanjian pinjam-meminjam,


hal ini sebagaimana telah diatur dan ditentukan dalam pasal 1754 KUHPerdata yang secara
jelas menyebutkan bahwa :Perjanjian pinjam-meminjam adalah perjanjian dengan mana
pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang
yang menghabis karena mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang
sama pula.
Kedudukan pihak yang satu sebagai pihak yang memberikan pinjaman (kreditur),
sedang pihak yamg lain adalah pihak yang menerima pinjaman uang tersebut (debitur).
Dimana uang yang dipinjam itu akan dikembalikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan yang diperjanjikannya.
Utang piutang sebagai sebuah perjanjian menimbulkan hak dan kewajiban kepada
kreditur dan debitur yang bertimbal balik. Inti dari perjanjian utang piutang adalah kreditur
memberikan pinjaman uang kepada debitur, dan debitur wajib mengembalikannya dalam
waktu yang telah ditentukan disertai dengan bunganya. Pada umumnya, pengembalian utang
dilakukan dengan cara mengangsur setiap bulan.
Dalam pemberian pinjaman uang (utang) yang tertuang dalam suatu perjanjian utang
piutang oleh kreditur kepada debitur bukanlah tanpa resiko, karena resiko mungkin saja terjadi
khususnya karena debitur tidak wajib membayar utangnya secara lunas atau tunai, melainkan
debitur diberi kepercayaan untuk membayar belakangan secara bertahap atau mencicil. Resiko
yang umumnya merugikan kreditur, sehinga dalam proses pemberian kredit diperlukan
keyakinan kreditur atas kemampuan dan kesanggupan dari debitur untuk membayar
hutangnya sampai dengan lunas.
Sejumlah uang yang dilepaskan/diberikan oleh kreditur perlu diaman-kan/dilindungi.
Tanpa adanya pengamanan/perlindungan, kreditur sulit mengelakkan resiko yang akan datang,
sebagai akibat tidak berprestasinya debitur. Untuk mendapatkan kepastian dan keamanan dari
debitur dalam pembayaran cicilan/angsuran, kreditur melakukan tindakan-tindakan
pengamanan/perlindungan dan meminta kepada debitur agar mengikatkan suatu barang
tertentu sebagai jaminan dalam perjanjian utang piutang tersebut.
Dengan demikian dalam proses penyelesaian perkara wanprestasi dalam perjanjian
utang piutang, langkah yang harus dilakukan adalah kreditur mengajukan gugatan ke
Pengadilan Negeri yang ditujukan debitur atas dasar bahwa debitur telah melakukan
wanprestasi terhadap perjanjian utang piutang. Jika dalam amar Putusan Pengadilan
menyatakan bahwa debitur telah melakukan wanprestasi, maka dengan adanya Putusan
Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap tersebut kreditur barulah dapat melakukan eksekusi
terhadap barang/benda yang dijadikan sebagai jaminan utang debitur. Dimana dari hasil
penjualan barang/benda jaminan tersebut akan digunakan untuk membayar seluruh utang
debitur beserta bunganya.
Sebagaimana kasus yang tertuang dalam Putusan Nomor 75/Pdt.G/2014/Pn.Skh.
Kasus wanprestasi dalam perjanjian hutang piutang antara debitur dan kreditur dengan
jaminan sertipikat tanah berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo No.
75/Pdt.G/2014/Pn.Skh. Penggugat dengan nama SITI MARYANI alamat Jl. Pisang No. 5 Rt.
003, Rw. 013 Kelurahan Kerten, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.
Berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 17 Juli 2014, yang telah didaftarkan di
Pengadilan Negeri Sukoharjo tanggal 18 September 2014 Nomor : 241/SK/2014/PN Skh.
Dalam hal ini memberikan kuasa kepada H. ABDURRACHMAN, S.H. WIDODO
MULYONO, S.H. Penggugat adalah Karyawan Swasta dan atau disebut sebagai Kreditur.
Sedangkan Tergugat dengan nama FATAH SUGIYARNO. Alamat Jombor Rt. 002 Rw. 008,
Kelurahan Jombor, Kecamatan Bendosari, Kab. Sukoharjo. Dalam hal ini disebut sebagai
TERGUGAT I dan identitas TERGUGAT II dengan nama ELMI HIDAYATI alias RATNA
YULAELY. Alamat Jombor Rt. 002 Rw. 008, Kelurahan Jombor, Kecamatan Bendosari, Kab.
Sukoharjo. Dalam hal ini disebut sebagai TERGUGAT II.
Berdasarkan surat gugatan tanggal 9 September 2014 yang terdaftar di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Sukoharjo dibawah Register Nomor : 75/Pdt.G/2014/PN.Skh. Dengan surat
kuasa khusus tanggal 16 Oktober 2014 yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Sukoharjo tanggal 20 Oktober 2014 Nomor : 292/S.K/2014/PN. Skh. Dalam hal ini
memberikan kuasa kepada SRI LESTARI YULIANI, S.H. dan ARIS WORO T, S.H.
Selanjutnya disebut PARA TERGUGAT; atau Tergugat disebut Debitur.
Dalam perjanjian hutang piutang Debitur mendapatkan fasilitas (pinjaman) sebesar
Rp. 925.000.000; (Sembilan ratus dua puluh lima juta rupiah). Yang diserahkan secara
bertahap oleh Penggugat kepada Tergugat I dan Tergugat II berdasarkan tanda terima dan
pengakuan hutang. Dari perjanjian hutang piutang tersebut Tergugat I menjaminkan Sertipikat
Tanah.
Bahwa proses penyerahan uang kepada Para Tergugat dilakukan sendiri oleh
Penggugat berupa uang tunai diserahkan langsung kepada Para Tergugat, dan sejak
penyerahan uang tersebut Para Tergugat belum pernah membayar ataupun mengangsur
pinjamannya kepada Penggugat bahkan sampai saat ini Para Tergugat tidak menunjukan
etikad baiknya untuk menyelesaikan perkara tersebut dengan Penggugat sehingga Para
Tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi yang sangat merugikan Penggugat.
Para Tergugat belum pernah membayar ataupun mengangsur pinjamannya kepada
Penggugat bahkan sampai saat ini Para Tergugat tidak menunjukan itikad baiknya untuk
menyelesaikan perkara tersebut dengan Penggugat sehingga Para Tergugat telah melakukan
perbuatan hukum wanprestasi.
Dalam amar putusannya yang berbunyi bahwa Tergugat telah terbukti melakukan
wanprestasi atas perjanjian utang piutang dengan Penggugat. Sehingga Tergugat dihukum
untuk membayar kerugian utang pokoknya kepada Penggugat sebesar Rp. 775.250.000,00
(Tujuh ratus tujuh puluh lima juta dua ratus lima puluh ribu rupiah), dan pembayarannya yang
telah dilakukan oleh Para Tergugat hingga gugatan ini diajukan adalah sejumlah Rp.
174.000.000,00 (Seratus tujuh puluh empat juta rupiah). Maka Para Tergugat telah terbukti
melakukan perbuatan ingkar janji/wanprestasi walaupun dalam eksekusi jaminan dibuat
dibawah tangan dan tidak dimasukkan sebagai materi sebagai jaminan.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang timbul
dalam Tinjauan Yuridis Terhadap Wanprestasi Dalam Perjanjian Hutang Piutang Dengan
Sertipikat Tanah (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sukoharjo No. 75/Pdt.G/2014/PN.SKH)
dapat dirumuskan sebagai berikut : (1) Bagaimana dasar diajukannya suatu gugatan? (2)
Bagaimana pertimbangan hakim atas gugatan tersebut ? penulisan hukum ini diharapkan dapat
memberikan manfaat, yaitu : (1) Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan, diharapkan dapat
memberikan pengetahuan pengetahuan dan penambahan wawasan bagi pribadi penulis.
Khususnya agar penulis lebih memahami dengan baik mengenai proses penyelesaian perkara
wanprestasi dalam perjanjian utang piutang. (2) Manfaat bagi pribadi penulis, diharapkan
dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang
hukum, khususnya mengenai hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara wanprestasi
dalam perjanjian utang piutang. (3) Manfaat bagi masyarakat, diharapkan dapat memberikan
pengetahuan penambahan wawasan dan pencerahan kepada masyarakat luas, khususnya dapat
memberikan informasi dan pengetahuan hukum yang bisa dijadikan pedoman untuk seluruh
warga masyarakat dalam menyelesaikan perkara wanprestasi dalam perjanjian uang piutang.
Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif, yang juga bisa disebut sebagai
penelitian kepustakaan atau studi dokumen. Menurut Bagir Manan, jenis penelitian hukum
normatif yaitu penelitian terhadap peraturan yang berlaku serta kaedah hukum itu sendiri
(peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, hukum adat atau hukum tidak tertulis lainnya)
dan asas-asas hukum. Pendekatan kasus (case approach) dipergunakan untuk dapat
mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum terkait
dengan gugatan atas wanprestasi hutang piutang dengan sertipikat tanah dalam perkara
perdata Putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo. Dalam penelitian ini menggunakan bahan
bahan sekunder, sumber bahan sekunder yang penulis gunakan yaitu: (1) Bahan hukum
primer. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya
mempunyai otoritas tertentu. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan,
catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan. Peraturan
perundang-undangan yang dipergunakan sebagai bahan hukum dalam penulisan skripsi ini
antara lain adalah :Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Undang-undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Pokok-pokok Agraria, Putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo Nomor :
75/Pdt.G/2014/Pn.Skh.. (2) Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum
yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi meliputi buku-buku teks, kamus-
kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan. Bahan-bahan
hukum sekunder yang berupa buku-buku hukum ini harus relevan dengan topik penelitian.
Dalam kaitan itu, maka bahan hukum sekunder dari penelitian ini bersumber dari literatur
dibidang Hukum Perdata, Hukum Agraria beserta berbagai artikel maupun jurnal penelitian
yang terkaitdengan penelitian ini. (3) Bahan hukum tersier merupakan bahan yang dapat
memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
seperti kamus, ensiklopedia dan seterusnya. Adapun kamus yang dimaksudkan seperti Kamus
Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, serta ensiklopedia bidang hukum terkait.
Teknik pengumpulan bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
melalui studi kepustakaan. Bahan hukum yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
pertama-tama dilakukan pemahaman dan mengkaji isinya secara mendalam untuk selanjutnya
dibuat catatan sesuai permasalahan yang dikaji baik langsung maupun tidak langsung.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis bahan hukum dengan logika deduktif. Menurut
Peter Mahmud Marzuki yang mengutip pendapatannya Philiphus M. Hadjhon menjelaskan
metode deduksi sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh Aristoteles, penggunaan metode
deduksi berpangkal dari pengajuan premis major (pernyataan bersifat umum) kemudian
diajukan premis minor (bersifat khusus), dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu
kesimpulan atau conclusion. Jadi yang dimaksud dengan pengolahan bahan hukum dengan
cara deduktif adalah menjelaskan sesuatu dari hal-hal yang sifatnya umum. Selanjutnya
menarik kesimpulan dari hal itu yang sifatnya lebih khusus.
Analisis data kualitatif yaitu berupa pemaparan hasil penelitian atas putusan
Pengadilan Negeri Sukoharjo Nomor : 75/Pdt.G/2014/Pn.Skh.tentang wanprestasi hutang
piutang dengan sertipikat tanah.

HASIL DAN ANALISIS


Terkait perjanjian utang piutang dengan jaminan, penulis melakukan kajian
terhadap putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo Nomor 75/Pdt.G/2014/PN.Skh antara
Penggugat SITI MARYANI dengan Tergugat I dan Tergugat II FATAH SUGIYARNO
dan ELMI HIDAYATI dengan gugatan dari penggugat telah meminjam uang (pinjaman)
sebesar Rp. 925.000.000; (Sembilan ratus dua puluh lima juta rupiah). Yang diserahkan
secara bertahap oleh Penggugat kepada Tergugat I dan Tergugat II berdasarkan tanda
terima dan pengakuan hutang. Dari perjanjian hutang piutang tersebut Tergugat I
menjaminkan Sertipikat Tanah sebagai berikut : 1). Sertifikat Hak Milik No. 3345, Desa
Jombor atas nama Fatah Sugiyarno, 2). Sertifikat Hak Milik No. 2927, Desa Jombor, atas
nama Elmi Hidayati, 3). Sertifikat Hak Milik No. 3997, Desa Jombor, atas nama
Heriyanto, 4). Sertifikat Hak Milik No. 4879, Desa Jombor, atas nama Fatah Sugiyarno,
5). Sertifikat Hak Milik No. 1723, Desa Begajah, atas nama 1. Bambang Iswanto Sarjana
Ekonomi 2. Dokteranda Khunaifiah, 6). Sertifikat Hak Milik No. 5751, Desa Jombor atas
nama Fatah Sugiyarno, 7). Sertifikat Hak Milik No. 4211, Desa Jombor, atas nama Fatah
Sugiyarno.
Berdasarkan kasus posisi tersebut diatas bahwasanya Sertipikat Hak Milik atas
tanah dalam praktiknya bisa dipergunakan sebagai jaminan dalam Perjanjian hutang
piutang. Dalam hal ini, Penggugat dengan Tergugat I dan Tergugat II telah menjalin
kesepakatan untuk membuat perikatan pinjam uang sebagaimana dituangkan dalam
perjanjian hutang piutang dibawah tangan tertanggal 9 September 2014 yang terdaftar di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Sukoharjo dengan surat gugatannya telah meminjam uang
(pinjaman) sebesar Rp. 925.000.000; (Sembilan ratus dua puluh lima juta rupiah). Yang
diserahkan secara bertahap oleh Penggugat kepada Tergugat I dan Tergugat II berdasarkan
tanda terima dan pengakuan hutang.
Proses penyerahan uang kepada Para Tergugat dilakukan sendiri oleh Penggugat
berupa uang tunai diserahkan langsung kepada Para Tergugat, dan sejak penyerahan uang
uang tersebut Para Tergugat belum pernah membayar ataupun mengangsur pinjamannya
kepada Penggugat bahkan sampai saat ini Para Tergugat tidak menunjukkan etikad
baiknya untuk menyelesaikan perkara tersebut dengan Penggugat sehingga Para Tergugat
telah melakukan perbuatan hukum Wanprestasi yang sangat merugikan Penggugat dan
Para Tergugat telah berkali-kali membuat Surat Pernyataan yang isinya akan segera
melunasi hutang-hutangnya kepada Penggugat dengan batas waktu yang telah ditentukan,
dan apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan Para Tergugat tidak sampai batas
waktu yang telah ditentukan Para Tergugat tidak membayar maka Para Tergugat sanggup
menjual asset-asset miliknya untuk membayar hutang-hutangnya kepada Penggugat akan
tetapi sampai saat ini Para Tergugat tidak menunjukkan etikad baiknya untuk membayar
hutang-hutang tersebut kepada Penggugat. Karena perbuatan Para Tergugat tersebut telah
merugikan Penggugat.
Dalam amar putusannya yang berbunyi bahwa Tergugat telah terbukti melakukan
wanprestasi atas perjanjian utang piutang dengan Penggugat. Sehingga Tergugat dihukum
untuk membayar kerugian utang pokoknya kepada Penggugat sebesar Rp. 775.250.000,00
(Tujuh ratus tujuh puluh lima juta dua ratus lima puluh ribu rupiah), dan pembayarannya
yang telah dilakukan oleh Para Tergugat hingga gugatan ini diajukan adalah sejumlah Rp.
174.000.000,00 (Seratus tujuh puluh empat juta rupiah). Maka Para Tergugat telah terbukti
melakukan perbuatan ingkar janji/wanprestasi walaupun dalam eksekusi jaminan dibuat
dibawah tangan dan tidak dimasukkan sebagai materi sebagai jaminan.

ANALISIS
Dasar diajukannya suatu gugatan
Menurut RUU Hukum Acara Perdata pada pasal 1 angka 2, gugatan adalah tuntutan hak
yang mengandung sengketa dan diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan.
Sebagaimana perjanjian yang telah dibuat oleh pihak Penggugat dan Pihak Para Tergugat
dengan perjanjian hutang piutang. Penggugat yang merasa dirugikan oleh pihak Para
Tergugat kemudian mendaftarkan gugatannya dengan surat gugatannya tertanggal 9
September 2014 di Pengadilan Negeri Sukoharjo. Mengemukakan hal-hal sebagai berikut :
i. Kerugian atas keterlambatan Tergugat
Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo tersebut diatas, jelas
bahwa perjanjian hutang piutang yang dibuat oleh pihak Penggugat dan Tergugat
adalah sah berdasarkan hukum telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam
KUHPerdata. Demikian halnya dengan perbuatan wanprestasi yang dilakukan dalam
hal ini dilakukan oleh pihak debitur dengan tidak melunasi kewajibannya untuk
membayar hutang sebagaimana yang telah diperjanjikan tidak mau melunasi pinjaman
yang telah dipinjamkan oleh penggugat dan debitur telah lalai dengan prestasinya.
Terkait hal tersebut bahwa debitur wajib membayar ganti rugi, setelah
dinyatakan lalai ia tetap tidak memenuhi prestasi itu, sebagaimana disebutkan dalam
ketentuan Pasal 1243 KUHPerdata. Ganti rugi terdiri dari biaya, rugi. Dan bunga
(Pasal 1244 sampai dengan 1246 KUHPerdata). Biaya adalah segala pengeluaran atau
perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh suatu pihak. Rugi adalah
kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh
kelalaian si debitur. Ganti rugi harus mempunyai langsung (hubungan kausal) dengan
ingkar janji sebagaimana dimaksud oleh ketentuan Pasal 1248 KUHPerdata dan
kerugian dapat diduga atau sepatutnya diduga pada saat waktu perikatan dibuat.
Dalam kaitannya dengan wanprestasi bahwa ada kemungkinan bahwa ingkar janji
(wanprestasi) ini terjadi bukan hanya karena kesalahan debitur (lalai atau
kesengajaan), tetapi juga terjadi karena keadaan memaksa. Kesengajaan adalah
perbuatan yang diketahui dan dikehendaki, sedangkan kelalaian adalah perbuatan
yang mana si pembuatnya mengetahui akan kemungkinan terjadinya akibat yang
merugikan orang lain.
Sebagaimana kerugian yang ditanggung oleh kreditur akibat kelalaian atau
cidera janji yang dilakukan oleh debitur atau yang disebut tergugat sebesar Rp.
571.250.000,00 (Lima ratus tujuh puluh satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah).
Berdasarkan pertimbangan Majelis berkesimpulan jumlah hutang Para Tergugat
kepada Penggugat adalah sesuai yang diterima oleh Para Tergugat yaitu sejumlah Rp.
775.250.000,00 dikurangi dengan pembayaran yang telah dilakukan oleh Para
Tergugat sejumlah Rp. 174.000.000,00 + Rp. 30.000.000,00. Dengan demikian
jumlah hutang yang harus dibayar oleh Para Tergugat kepada Penggugat adalah
sejumlah Rp. 571.250.000,00. Sampai gugatan ini diajukan di Pengadilan Negeri
Sukoharjo Tergugat baru membayar 1 kali (satu kali).
Berdasarkan diajukannya suatu gugatan surat pernyataan yang isinya akan
segera melunasi hutang-hutangnya kepada Penggugat dengan batas waktu yang telah
ditentukan dan apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan Para Tergugat tidak
membayar maka Para Tergugat sanggup menjual asset-asset miliknya untuk
membayar hutang-hutang tersebut kepada Penggugat karena Tergugat telah
mengalami keterlambatan atau jatuh tempo dan tidak memiliki itikad baik untu
melakukan pelunasan sehingga tergugat dapat dikatakan telah lalai atai tidak
memenuhi prestasinya.
ii. Segi jaminan
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa sertipikat pada dasarnya
merupakan alat bukti hak atas tanah yang dimiliki oleh seseorang, dasarnya
merupakan alat bukti hak atas tanah yang dimiliki oleh seseorang, berupa
diberikannya surat tanda bukti hak yang lazim dengan sebutan sertipikat tanah yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat terhadap pemegang hak atas tanah atas
yang bersangkutan. Sertipikat tanah tersebut akan memberikan arti yang sangat besar
dan peranan yang sangat penting bagi pemegang hak yang bersangkutan yang dapat
berfungsi sebagai alat bukti atas tanah, baik apabila ada sengketa terhadap tanah yang
bersangkutan. Dalam kaitannya dengan kasus yang dikaji bahwasannya sertipikat hak
milik atas tanah bisa berfungsi sebagai jaminan hutang piutang.
Guna menjamin agar debitur memenuhi prestasinya atau memenuhi apa yang
telah diperjanjikan dalam hal hutang piutang dengan surat gugatannya tanggal 9
September 2014 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Sukoharjo dibawah
Register nomor : 75/Pdt.G/2014/PN Skh. Peminjam bersedia menyerahkan jaminan
kepada kreditur atau yang disebut Penggugat berupa Sertipikat tanah.
Jaminan berupa sertipikat-sertipikat Hak Milik Atas Tanah sebagai agunan
hutang Para Tergugat kepada Penggugat. Berdasarkan tersebut Majelis Hakim telah
berkesimpulan dan telah mencermati bukti surat yang diajukan Penggugat , berupa
sertipikat Hak Milik No. 3345 atas nama Fatah Sugiyarno, telah diblokir di Badan
Pertanahan Nasional. Sertipikat Hak Milik No. 2927 Desa Jombor atas nama Elmi
Hidayati, telah di bebani Hak Tanggungan di PT. BRI. Sertipikat Hak Milik No. 1723
Desa Begajah, atas nama Bambang Iswanto Sarjana Ekonomi, Dokteranda Khunafiah,
telah dibebani Hak tanggungan di PT. BRI.
Sertipikat Hak Milik No. 4879 Desa Jombor, atas nama Fatah Sugiyarno.
Berdasarkan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah terhadap Sertipikat Hak Milik No.
3345, 2927, 1723 dan 4879 Penggugat tidak dapat menunjukan Aslinya dalam
persidangan maka oleh Majelis tidak dipertimbangkan karena surat keterangan
pendaftaran tanah bukan merupakan bukti kepemilikan HakAtas Tanah.
Bahwa sertipikat Hak Milik No. 3997 Desa Jombor, Gambar Situasi No.
11420/1998 tanggal 17-9-1998, luas : 207 m2 atas nama Heriyanto, terletak di
Kelurahan Jombor, Kec. Bendosari, Kab. Sukoharjo. Penggugat berkaitan dengan sita
jaminan hutang atas tanah dan bangunan, oleh karena terhadap jaminan hutang tanah
dan bangunan belum pernah diletakkan sita jaminan sebelumnya oleh Majelis Hakim.
Pihak yang memiliki piutang (kreditur) terhadap pihak yang dimintakan sita
jaminan. Ketentuan pasal 1131 BW yang menyatakan setiap kreditur mempunyai
hak jaminan atas piutangnya berupa segala kebendaan si berhutang, baik yang
bergerak maupun yang tidak begerak, baik yang sudah maupun yang baru akan ada
dikemudian hari.
Tetapi karena diperjanjian pokok atau perjanjian utang piutang yang telah
disetujui dan ditanda tangani kedua belah pihak yang menjadi Undang-undang yang
berlaku bagi kedua belah pihak apabila debitur atau tergugat wanprestasi maka
kreditur berhak melakukan eksekusi dan untuk mendapatkan kekuatan hukum yang
jelas maka kreditur meminta bantuan Pengadilan Negeri Sukoharjo untuk melakukan
penyelesaian wanprestasi atas hutang piutang yang telah dilakukan debitur dan tidak
bisa memenuhi apa yang diperjanjikan.
iii. Segi waktu
Dalam kasus gugatan perkara perdata ini terjadi hutang piutang antara
Penggugat dan Tergugat I, Tergugat II. Pada perjanjiam hutang piutang antara
Penggugat dan Tergugat I, Tergugat II tersebut dilandaskan dari kepercayaan terbukti
berdasarkan tanda terima dan pengakuan hutang yang diberikan secara bertahap oleh
Penggugat kepada Tergugat I, Tergugat II. Penyerahan uang kepada Para Tergugat
dilakukan sendiri oleh penggugat berupa uang tunai diserahkan langsung kepada Para
Tergugat. Dan sejak penyerahan uang tersebut Para Tergugat belum membayar
ataupun mengangsur pinjamannya kepada Penggugat. Hal yang dilakukan Para
Tergugat juga membuat surat pernyataan yang pada isinya akan segera melunasi
hutang-hutangnya kepada Penggugat dengan batas waktu yang sudah ditentukan.
Dalam hal ini yang terjadi merupakan perjanjian hutang perseorangan dan tidak
melibatkan Bank sebagai pihak ketiga.
Berdasarkan asas itikad baik terkandung dalam Pasal 1338 KUH Perdata
yang menyatakan bahwa perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik. Asas ini berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian dan berlaku bagi debitur
maupun bagi kreditur.
Dalam hal ini Para Tergugat tidak menunjukan etikad baiknya untuk segera
menyelesaikan perkara tersebut dengan Penggugat sehingga Para Tergugat telah
melakukan perbuatan hukum Wanprestasi yang sangat merugikan Penggugat.
Sebelum mengajukan gugatan kepengadilan Negeri Sukoharjo berbagai
upaya yang telah dilakukan kreditur seperti yang telah Tergugat sampaikan kepada
Penggugat, bahwa Para Tergugat telah berkali-kali membuat Surat Pernyataan yang
isinya akan segera melunasi hutang-hutangnya kepada Penggugat dengan batas waktu
yang telah ditentukan, dan apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan Para
Tergugat tidak membayar maka Para Tergugat sanggup menjual asset-asset miliknya
untuk membayar hutang-hutangnya kepada Penggugat akan tetapi sampai saat ini Para
Tergugat tidak menunjukan etikad baiknya untuk membayar hutang-hutang tersebut
kepada Penggugat.
Terkait kasus yang penulis kaji bahwasanya dalam perjanjian hutang piutang
dengan jaminan sertipikat tanah tersebut telah terjadi wanprestasi dalam pembayaran
yang tidak dilakukan debitur tepat waktu, perjanjian yang dibuat oleh kedua belah
pihak merupakan perjanjian dibawah tangan karena perjanjiannya dibuat dan disetujui
kedua belah pihak tidak dihadapan notaris atau pejabat yang berwenang.
Apabila perjanjian tidak disangkal kedua belah pihak, maka berarti mereka
mengakui dan tidak menyangkal kebenaran apa yang ditulis pada Akta dibawah
tangan tersebut sehingga Pasal 1857 KUHPerdata Akta dibawah tangan tersebut
memperoleh kekuatan pembuktian yang sama dengan suatu akta otentik.
Dalam hal tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan
maka dipandang perlu untuk memperingatkan debitur guna memenuhi prestasinya
tersebut dan dalam hal tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi ditentukan
maka menurut ketentuan pasal 1238 KUHPerdata debitur dianggap lalai dengan
1
lewatnya waktu yang ditentukan.

1. Pertimbangan Hakim Atas Gugatan Penggugat


Hakim dalam mengabulkan suatu gugatan Penggugat membutuhkan bukti-bukti yang
cukup dari Penggugat. Majelis hakim telah berpedoman pada ketentuan pasal 163 HIR/283
Rbg yang menentukan siapa yang mendalilkan sesuatu harus membuktikan, maka dalam
perkara ini Penggugat diwajibkan untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya. Dalam
kaitannya dengan pembahasan berdasarkan perjanjian hutang piutang berikut ini :
a. Pertimbangan Hukum
Berdasarkan maksud dan tujuan gugatan penggugat sebagaimana yang disebutkan
dalam duduk perkara ialah sebagai berikut :
Menimbang bahwa yang menjadi pokok permasalahan dalam perkara ini menurut
penggugat adalah hal-hal sebagai berikut :
1) Bahwa penggugat dalam gugatannya mendalilkan hutang piutang antara
Penggugat dengan Para Tergugat adalah sejumlah Rp 925.000.000,00 (sembilan
ratus dua puluh lima juta rupiah).
2) Bahwa tehadap bukti surat yang diajukan oleh penggugat yaitu bukti P.9, P.11,
P.13, P.15, P.16, P.36, P.18 berupa foto copy dari foto copy, Penggugat tidak
dapat menunjukan aslinya dipersidangan.
3) Bahwa sebagaimana ditegaskan dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung RI
No.3609 K./Pdt/1985 tanggal 9-12-1987 yakni surat bukti fotocopi yang tidak
pernah diajukan atau tidak pernah ada surat aslinya, harus dikesampingkan
sebagai alat bukti, (vide Pasal 1888 KUHPerdata).
4) Bahwa apabila aslinya dapat ditunjukan, foto copy sah sabagai alat bukti tulisan,
akan tetapi jika tidak dapat ditunjukan aslinya di sidang Pengadilan foto copy
tidak sah sebagai alat bukti tulisan.
5) Bahwa Para Tergugat dalam bantahannya menyatakan uang yang diterima Para
Tergugat pada saat meminjam kepada Penggugat telah dipotong sebesar 10%
sebagai Jasa kepada Penggugat sehingga pinjaman ParaTergugat setelah
dipotong Jasa oleh Penggugat adalah sejumlah Rp 775.250.000,00 (tujuh ratus
tujuh puluh lima juta dua ratus lima puluh ribu rupiah)
6) Bahwa berdasarkan bukti surat T.13 berupa turunan putusan nomor :
124/Pid.B/2014/PN Skt. Yang menerangkan terhadap pinjaman Para Tergugat
kepada Penggugat telah dilakukan pembayaran berupa uang tunai sebesar Rp
174.000.000,00 (seratus tujuh puluh empat juta rupiah) ditambah dengan
pembayaran berupa 1 (satu) unit mobil Kijang Innova senilai Rp 30.000.000,00
(tiga puluh juta rupiah)
7) Bahwa dipersidangan Tergugat mengajukan saksi WARDI RAHARJO yang
menerangkan pula bahwa Para Tergugat telah mencicil angsurannya kepada
Penggugat sebesar Rp 174.000.000,00 (seratus tujuh puluh empat) dan sebuah
mobil Kijang Innova senilai Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
8) Bahwa berdasarkan pertimbangan diatas Majelis berkesimpulan jumlah hutang
Para Tergugat kepada Penggugat adalah sesuai yang diterima oleh Para Tergugat
yaitu sejumlah Rp 775.250.000,00 (tujuh ratus tujuh puluh lima juta dua ratus
lima puluh riburupiah) dikurangi dengan pembayaran yang telah dilakukan oleh
Para Tergugat sejumlah Rp 174.000.000,00 (seratus tujuh puluhempat juta
rupiah) +Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah), dengan demikian hutang
yang harus dibayar oelh Para Tergugat kepada Pengugat adalah sejumlah Rp
571.250.000,00 (lima ratus tujuh puluh satu juta dua ratus lima puluh ribu
rupiah).
9) Bahwa untuk dapat dikategorikan telah terjadi suatu perbuatan ingkar janji atau
wanprestasi, maka haruslah memenuhi salah satu syarat :
- Tidak memenuhi prestasi atau kewajibannya
- Terlambat memenuhi prestasi/kewajibannya
- Tidak memenuhi prestasinya/kewajibannya tetapi tidak sesuai dengan yang
diperjanjikan.
10) Bahwa diatas telah dipertimbangkan hutang Para Tergugat keapda Penggugat
adalah sejumlah Rp 775.250.000,00 (tujuh ratus tujuh puluh lima juta dua ratus
lima puluh ribu rupiah) dan pembayaran yang telah dilakukan oleh Para
Tergugat hingga gugatan ini diajukan adalah sejumlah Rp 174.000.000,00
(seratus tujuh puluh empat juta rupiah), maka Para Tergugat dapat dinyatakan
tidak memenuhi prestasi/kewajibannya
11) Bahwa dengan demikian Para Tergugat telah terbukti melakukan perbuatan
ingkar janji/wanprestasi
Menimbang bahwa setelah Majelis mendengarkan keterangan saksi-saksi dan melihat
bukti surat ternyata dapat diperoleh fakta hukum sebagai berikut :
1) Bahwa terhadap Perjanjian hutang piutang antara Penggugat dan Para Tergugat
yang telah disepakati tersebut apakah dapat dibenarkan menurut hukum yaitu
syarat sahnnya suatu perjanjian dan apakah sudah memenuhi ketentuan Pasal
1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu sepakat mereka yang
mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal
tertentu dan suatu sebab yang halal
2) Bahwa berdasarkan keterangan saksi Pengguat Sri Handayani juga keterangan
dari Tergugat yaitu ZAMZURI dan SRI LESTARI bahwa antara Penggugat
dengan Tergugat I dan Tergugat II telah terjadi hutang piutang, sebagaiman
diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka oleh
karena itu apa yang telah disepakati dalam perjanjian tersebut berlaku sebagai
Undang-Undang yang membuatnya (Pasal 1388 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata), maka Penggugat dan Para Tergugat harus mentaati perjanjian yang
telah disepakati tersebut. Dengan demikian petitum nomor2 gugatan Penggugat
dikabulkan untuk sebagian
3) Bahwa berdasarkan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah terhadap Sertifikat Hak
Milik No.3345, 2927, 1723, dan 4879 Penggugat tidak dapat menunjukan
Aslinya dalam persidangan maka oleh majelis tidak dipertimbangkan karena
Surat Keterangan Pendaftaran Tanah bukan merupakan bukti kepemilikn Hak
Atas Tanah
4) Bahwa dipersidangan saksi Para penggugat yang bernama TJHONG SONG SIP
menerangkan saksi mempunyai Klien bernama Hendras Setyo Wibowo dan
saksi dimintai tolong ole Klien saksi untuk menjualkan Sertifikat Hak Milik
milik Tergugat I tersebut karena Tuan Fatah (Tergugat I)mempunyai pinjaman
kepada Klien saksi, sertipikat yang berada ditangan saksi adalah sertipikat Hak
Milik ada 3 Sertifikat yaitu dengan Nomor 3345, 4221 atas nama Tuan Fatah
yang terletak di Desa Jombor sedangkan 1201 atas nama siapa saksi lupa
dipinjam oleh Tergugat II dan kataTergugat II Sertifikat Hak Milik tersebut akan
digadaikan tetapi teryata dijual.
5) Bahwa Sertifikat Hak Milik No.3997 Desa Jombor, Gambar Situasi No.
11420/1998 tanggal 17-9-1998, luas : 207 m2 atas nama Heriyanto, terletak di
Kelurahan Jombor, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. Bukti P.4 dan
P.37 dari Penggugat berkaitan sengan sita jaminan hutang atas tanah dan
bangunan, menurut hemat Majelis Hakim oleh karena jaminan hutang tanah dan
bangunan belum pernah diletakkan sita jaminan sebelumnya
6) Bahwa oleh karena para Tergugat adalah sebagai pihak yang lalai memenuhi
kewajibannya untuk membayar hutang atau sebagai orang yag telah melakukan
Wanprestasi maka segala biaya yang timbul dalam perkara ini adalah menjadi
tanggung jawab para Tergugat yaitu dibebankan kepada para Tergugat
7) Bahwa oleh karena Penggugat telah dapat membuktikan dalil-dalil gugatannya,
sedangkan Tergugat tidak dapat memuktikan dalil-dalil bantahannya, maka
berdasarkan ketentuan Pasal 181 IHR, cukup beralasan hukum bagi Majelis
Hakim untuk menghukum Para Tergugat membayar biaya perkara yang timbul
dalam perkara ini
b. Dalam Konvensi Dan Rekonvensi
Berdasarkan gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi dikabulkan
sebagian, sedangkan gugatan rekonvensi ditolak sehingga Tergugat
Konvensi/Penggugat rekonvensi berada dipihak yang kalah, maka Tergugat
Konvensi/Penggugat Rekonvensi harus dihukum untuk membayar biaya perkara
Hakim dalam mengabulkan suatu membutuhkan bukti-bukti yang
cukup dari Penggugat. Majelis hakim tetap berpedoman pada ketentuan pasal
163 HIR/ 283 Rbg yang menentukan siapa yang mendalilkan sesuatu harus
membuktikan, maka dalam perkara ini Pengugat diwajibkan untuk membuktikan
dalil-dalil gugatannya.
Guna menjamin agar debitur memenuhi prestasinya atau memenuhi apa
yang telah diperjanjikan dalam hal hutang piutang dengan surat gugatannya
tanggal 9 September 2014 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Sukoharjo dibawah Register nomor : 75/Pdt.G/2014/PN Skh. Peminjam
bersedia menyerahkan jaminan kepada kreditur atau yang disebut Penggugat
berupa Sertipikat tanah.
Jaminan berupa sertipikat-sertipikat Hak Milik Atas Tanah sebagai
agunan hutang Para Tergugat kepada Penggugat. Berdasarkan tersebut Majelis
Hakim telah berkesimpulan dan telah mencermati bukti surat yang diajukan
Penggugat, berupa sertipikat Hak Milik No. 3345, 2927, 1723.
Berdasarkan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah terhadap Sertipikat
Hak Milik No. 3345, 2927, 1723 dan 4879 Penggugat tidak dapat menunjukan
Aslinya dalam persidangan maka oleh Majelis tidak dipertimbangkan karena
surat keterangan pendaftaran tanah bukan merupakan bukti kepemilikan Hak
atas Tanah.
berkaitan dengan sita jaminan hutang atas tanah dan bangunan, oleh
karena terhadap jaminan hutang tanah dan bangunan belum pernah diletakkan
sita jaminan sebelumnya oleh Majelis Hakim. Pihak yang memiliki piutang
(kreditur) terhadap pihak yang dimintakan sita jaminan.
Pertimbangan Hakim dalam memutuskan Para Tergugat telah
melakukan perbuatan wanprestasi, dapat dikategorikan telah terjadi suatu
perbuatan ingkar janji atau wanprestasi, maka haruslah memenuhi salah satu
syarat, yaitu : (a) Tidak memenuhi prestasi atau kewajibannya. (b) Terlambat
memenuhi prestasi/kewajibannya. (c) Memenuhi prestasinya/kewajibannya,
tetapi tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.
Menimbang, bahwa diatas telah dipertimbangkan hutang Para Tergugat
kepada Penggugat adalah sejumlah Rp. 775.250.000,00 (tujuh ratus tujuh puluh
lima juta dua ratuslima puluh ribu rupiah), dan pembayaran yang telah dilakukan
oleh Para Tergugat hingga gugatan ini diajukan adalah sejumlah Rp.
174.000.000,00 (seratus tujuh puluh empat juta rupiah), maka Para Tergugat
dapat dinyatakan tidak memenuhi prestasi/ kewajibannya.
Para Tergugat telah terbukti melakukan perbuatan ingkar janji/
wanprestasi, terhadap perjanjian hutang piutang antara Penggugat dan para
Tergugat yang telah disepakati tersebut apakah dapat dibenarkan menurut
hukum yaitu syarat sahnya satu perjanjian dan apakah sudah memenuhi
ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu sepakat mereka yang mengikatkan
dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu dan suatu
sebab yang halal.
Hakim dalam memutuskan Apakah Para Tergugat menjaminkan
sertipikat-sertipikat Hak Milik Atas Tanah sebagai agunan Para Tergugat
kepada Penggugat, Majelis telah mencermati buti surat yang diajukan
Penggugat, berupa :
a. Sertipikat Hak Milik No. 3345 atas nama Fatah Sugiyarno, telah diblokir di Badan
Pertanahan Nasional.
b. Sertipikat Hak Milik No. 2927 atas nama Elmi Hidayati, telah di bebani Hak
Tanggungan di PT. BRI.
c. Sertipikat Hak Milik No. 1723 atas nama Bambang Iswanto Sarjana Ekonomi,
Dokteranda Khunafiah, telah dibebani Hak tanggungan di PT. BRI.
d. Sertipikat Hak Milik No. 4879 atas nama Fatah Sugiyarno,
Berdasarkan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah terhadap Sertipikat Hak
Milik No. 3345, 2927, 1723 dan 4879 Penggugat tidak dapat menunjukan Aslinya
dalam persidangan maka oleh Majelis tidak dipertimbangkan karena surat keterangan
pendaftaran tanah bukan merupakan bukti kepemilikan HakAtas Tanah.
Sertipikat Hak Milik No. 3997 Desa Jombor, atas nama Heriyanto, terletak
di Kelurahan Jombor, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. Bukti P.4 dan
P.37 dari Penggugat berkaitan dengan sita jaminan hutang atas tanah dan bangunan,
menurut hemat Majelis Hakim oleh karena terhadap jaminan hutang tanah dan
bangunan belum pernah diletakkan sita jaminan sebelumnya oleh Majelis.
Hakim dalam memutuskan perkara menyatakan bahwa debitur telah
melakukan wanprestasi karena debitur telah melanggar apa yang menjadi
kewajibannya dan debitur tidak menjalankan apa yang telah dia buat, disepakati,
disetujui, dan ditanda tangani sendiri dalam perjanjian hutang piutang.
Hakim juga menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang
sampai gugatan ini diputuskan sebesar Rp. 1.144.000,00 (satu juta seratus empat
puluh empat ribu rupiah).
Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Sukoharjo pada hari Senin tanggal 13 April 2015 oleh EDWIN
YUDHI PURWANTO,SH selaku Ketua Majelis , ASIH WIDIASTUTI,SH dan
JOKO WIDODO,SH selaku Hakim Anggota berdasarkan Penetapan Ketua
Pengadilan Negeri Sukoharjo No. 75/Pdt.G/2014/PN.Skh .

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan sebelumnya dalam kaitannya dengan
pokok permasalahan yang ada, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dasar gugatan wanprestasi Nomor 75/Pdt.G/2014/PN/SKH
Tergugat telah melakukan wanprestasi karena tergugat telah mengingkari janji
yang telah disetujui kedua belah pihak didalam perjanjian hutang piutang yaitu membayar
pinjaman tergugat atau pinjaman debitur sebesar Rp. 925.000.000; (Sembilan ratus dua
puluh lima juta rupiah). Yang diserahkan secara bertahap oleh Penggugat kepada
Tergugat I dan Tergugat II berdasarkan tanda terima dan pengakuan hutang. Dari
perjanjian hutang piutang tersebut Tergugat I menjaminkan Sertipikat Tanah.
Dalam amar putusannya yang berbunyi bahwa Tergugat telah terbukti
melakukan wanprestasi atas perjanjian utang piutang dengan Penggugat. Sehingga
Tergugat dihukum untuk membayar kerugian utang pokoknya kepada Penggugat sebesar
Rp. 775.250.000,00 (Tujuh ratus tujuh puluh lima juta dua ratus lima puluh ribu rupiah),
dan pembayarannya yang telah dilakukan oleh Para Tergugat hingga gugatan ini diajukan
adalah sejumlah Rp. 174.000.000,00 (Seratus tujuh puluh empat juta rupiah). Maka Para
Tergugat telah terbukti melakukan perbuatan ingkar janji/wanprestasi walaupun dalam
eksekusi jaminan dibuat dibawah tangan dan tidak dimasukkan sebagai materi sebagai
jaminan.
2. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Gugatan Wanprestasi Putusan
Nomor 75/Pdt.G/2014/PN.SKH
Hakim dalam memutus perkara menyatakan bahwa debitur telah melakukan
wanprestasi karena debitur telah melanggar apa yang menjadi kewajibannya dan debitur
tidak menjalankan apa yang telah dia buat, disepakati, disetujui, dan ditanda tangani
sendiri dalam perjanjian hutang piutang.
Sebagaimana kerugian yang ditanggung oleh kreditur akibat kelalaian atau
cidera janji yang dilakukan oleh debitur atau yang disebut tergugat sebesar Rp.
571.250.000,00 (Lima ratus tujuh puluh satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah).
Berdasarkan pertimbangan Majelis berkesimpulan jumlah hutang Para Tergugat kepada
Penggugat adalah sesuai yang diterima oleh Para Tergugat yaitu sejumlah Rp.
775.250.000,00 dikurangi dengan pembayaran yang telah dilakukan oleh Para Tergugat
sejumlah Rp. 174.000.000,00 + Rp. 30.000.000,00. Dengan demikian jumlah hutang yang
harus dibayar oleh Para Tergugat kepada Penggugat adalah sejumlah Rp. 571.250.000,00.

B. Saran
Adapun yang menjadi saran pada penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya debitur harus mempertimbangkan terlebih dahulu tingkat kesanggupan
sebelum melakukan pinjaman dan melihat kemampuannya untuk membayar pinjaman
tersebut sehingga pada saat pembayaran debitur atau tergugat mampu untuk melunasi
pinjaman yang dilakukan oleh debitur.
2. Salah satu akibat hukum apabila debitur melakukan wanprestasi adalah debitur
dituntut untuk membayar ganti rugi atas tidak terpenuhinya prestasi debitur tersebut.
Menurut Pasal 1243 KUHPerdata, ganti rugi perdata menitikberatkan pada ganti
kerugian karena tidak terpenuhinya perikatan (wanprestasi).
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir Muhammad, 2000, Hukum Acara Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, Hal. 158-159.

Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW,
(Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2008), hal. 5

Amiruddin dan Asikin, Zainal, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Bagir Manan, 1999, Penelitian Bidang Hukum, Puslitbangkum Unpad, Perdana, Januari,
Bandung, h.4

Bambang Sugeng. 2011, Hukum Acara Perdata dan Dokumen Litigasi Perkara Perdata, Kencana
Predana Media Grup, Jakarta, Hal. 90.

Langkah-Langkah Penyelesaian Kredit Macet, Diakses dari www. hukumonline.com, pada


tanggal 20 April 2015, Pukul 14.30 WIB

M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1982

Muhammad, Abdulkadir, 2010, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Noviaditya, Martha, 2010, Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Dalam Perjanjian Kredit
Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Skripsi Tidak Diterbitkan), Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Putra TjeAman, Mgs. Edy, 1989, Kredit Perbankan, Yogyakarta: Liberty

R. M. Suryodiningrat, Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian, Tarsito, Bandung, 1978, hal. 10

Riduan Syahrani, 1988, Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum, Pustaka Kartini,
Jakarta, Hal.87

Sarwono, 2011, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik, Sinar Grafika, Jakarta, Hal. 350.

Sri Soedewi Masjchon, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan
Perorangan, Liberty, (Yogyakarta, 1980), hal. 319

Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa.

Sunggono, Bambang, 2012, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Supramono, Gatot, 2013, Perjanjian Utang Piutang, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Sumur, hal 17)

Anda mungkin juga menyukai