Anda di halaman 1dari 24

I. SIAPA PELAKU FRAUD?

Fraud dapat dilakukan oleh siapa saja, meskipun pelaku fraud adalah orang yang dapat
dipercaya. Kemungkinan besar suatu fraud terjadi ketika lingkungan pekerjaan integritasnya
lemah, pengendaliannya tidak kuat, kehilangan akuntabilitas, atau mendapat tekanan yang
besar, maka tidak dapat dipungkiri seseorang akan melakukan ketidakjujuran.
Pelaku kecurangan dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu manajemen
dan karyawan/pegawai. Pihak manajemen melakukan kecurangan biasanya untuk kepentingan
perusahaan, contoh kecurangan yang dilakukan oleh manajemen yaitu salah saji yang timbul
karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial
reporting). Sedangkan karyawan/pegawai melakukan kecurangan bertujuan untuk keuntungan
individu, misalnya salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from
misappropriation of assets).
Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan ekspektasi
terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan terhadap
pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregularities (ketidakberesan). Bentuk
kecurangan seperti ini seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management fraud),
misalnya berupa : manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau
dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan. Kesengajaan dalam
salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi, kejadian,
atau informasi penting dari laporan keuangan.
Kecurangan penyalahgunaan aktiva biasanya disebut kecurangan karyawan (employee
fraud). Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan aktiva meliputi penggelapan aktiva
perusahaan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan
yang menghadapi masalah keuangan dan dilakukan karena melihat adanya peluang kelemahan
pada pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut. Contoh
dari kecurangan karyawan (employee fraud) mengacu pada Sawyers yang telah dialih
bahasakan oleh Amin Widjaja, ada 40 bentuk kecurangan karyawan, antara lain :
a) Mencuri barang dagangan, peralatan, persediaan, dan barang perlengkapan lainnya
b) Mengambil sejumlah uang kas dari mesin kasir
c) Tidak mencatat penjualan barang dan mengantongi uangnya
d) Menciptakan kelebihan dana kas dan register dengan melakukan kurang pencatatan
1
e) Pembebanan berlebihan pada akun-akun pengeluaran atau menggunakan uang muka
untuk kepentingan pribadi
f) Memutar penagihan atas rekening pelanggan
g) Membiayakan rekening pelanggan dan mencuri uangnya
h) Mengeluarkan kredit untuk klaim dan pengembalian oleh pelanggan palsu
i) Tidak memberikan setoran harian ke bank, atau menyetorkan sebagian dari uang saja

II. SIAPA KORBAN FRAUD?

Mengacu pada Albrecht, dan Zimbelman (2009:10), berdasarkan pihak yang menjadi
korban, fraud dikelompokkan menjadi:
1. Fraud yang mengakibatkan perusahaan atau organisasi menjadi korban. Dalam kategori
ini, fraud dibagi kembali menjadi kelompok kelompok yang lebih spesifik;
a. Penggelapan oleh karyawan pelaku fraud merupakan anggota atau karyawan dari
perusahaan atau organisasi. Dalam fraud jenis ini, pelaku mengambil aset perusahaan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengambilan aset secara langsung
dilakukan dengan cara mengambil uang tunai, perlengkapan, peralatan serta aset aset
lain perusahaan, sedangkan kecurangan secara tidak langsung dilakukan dengan
menerima sogokan atau komisi dari pihak ketiga.
b. Fraud yang melibatkan pemasok pelaku fraud adalah pemasok dari suatu
perusahaan atau organisasi. Fraud ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu yang
dilakukan sendiri dan fraud yang melibatkan pihak lain. Pada fraud yang melibatkan
pihak lain, biasanya pelaku bekerja sama dengan bagian pembelian suatu perusahaan.
c. Fraud yang melibatkan pelanggan pelaku fraud adalah pelanggan dari suatu
perusahaan atau organisasi. Pelanggan yang melakukan kecurangan biasanya tidak
membayar untuk barang yang dibeli, atau menipu perusahaan atau organisasi untuk
memberikan mereka (pelaku) barang yang tidak seharusnya mereka miliki.
2. Fraud yang dilakukan oleh manajemen korban dari fraud jenis ini adalah pemegang
saham dan pemberi pinjaman dari suatu organisasi atau perusahaan. Fraud yang dilakukan
oleh manajemen juga sering disebut sebagai kecurangan pelaporan keuangan. Manajemen
melakukan fraud ini dengan memanipulasi laporan keuangan perusahaan.
3. Penipuan investasi dan penipuan pelanggan lainnya korban dalam fraud jenis ini adalah
pihak pihak yang kurang berhati hati atau kurang pengetahuan. Para pelaku fraud jenis
ini umumnya menjual investasi palsu ke korban.
4. Kecurangan lain lain korban dari fraud jenis ini tidak memiliki batasan golongan.

2
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Fraud adalah kurangnya jejak audit.
Organisasi berusaha keras untuk membuat dokumen yang akan memberikan jejak audit sehingga
transaksi dapat direkonstruksi dan dipahami. Banyak penipuan, bagaimanapun, melibatkan
pembayaran tunai atau manipulasi record yang tidak dapat diikuti. Pelaku penipuan pintar
memahami bahwa penipuan mereka harus disembunyikan. Mereka juga tahu bahwa
penyembunyian tersebut biasanya harus melibatkan manipulasi catatan keuangan. Ketika
dihadapkan dengan keputusan tentang pencatatan keuangan untuk memanipulasi pelaku hampir
selalu memanipulasi laporan laba rugi, karena mereka memahami bahwa jejak audit akan cepat
terhapus .

Pelaku kecurangan memerlukan suatu cara untuk membenarkan (merasionalisasi) atas


tindakan yang mereka lakukan agar dapat diterima. Pelaku merasionalisasikan
tindakannya dua alasan, yaitu : (1) ia tidak yakin bahwa apa yang telah ia lakukan adalah
melanggar hukum (ilegal), meskipun ia mengakui bahwa tindakan tersebut tidak etis, dan (2)
ia yakin bahwa ia akan mendapatkan uang pengganti dari sumber lain dan sehingga dapat
membayar kembali atas uang yang telah ia gelapkan.
Dalam benak pikirannya, ia hanya meminjam dan meskipun cara yang mereka
lakukan adalah tidak etis, ia akan membayar kembali utang tersebut. Setelah semua itu,
hampir semua orang akan ikut-ikutan melakukan hal serupa. Dalam hal terjadinya
kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, sebagai contoh, tekanan (pressure) mungkin
kebutuhan untuk membuat bahwa laba perusahaan kelihatan lebih baik untuk mendapatkan
pinjaman yang lebih besar, kesempatan (opportunity) mungkin karena adanya kelemahan
komite audit, dan sebagainya.

II.1 Kesempatan (Oportunity)


Menurut Tuanakotta (2010) yang mengungkapkan bahwa dari penelitian Cressey, pelaku
kecurangan selalu memiliki pengetahuan dan kesempatan untuk melakukan tindakan tersebut
agar tindakan itu tidak dapat terdeteksi. Cressey berpendapat ada dua komponen dari peluang,
yaitu ;
1) General information, yang merupakan pengetahuan bahwa kedudukan yang mengandung
trust (kepercayaan), dapat dilanggar tanpa konsekuensi. Pengetahuan ini diperoleh
pelaku dari apa yang ia dengar atau lihat, misalnya dari pengalaman orang lain yang
melakukan fraud dan tidak ketahuan atau tidak dihukum atau terkena sanksi.

3
2) Technical skill atau keahlian/keterampilan
3) Keahlian/keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejahatan tersebut. Ini
biasanya keahlian atau keterampilan yang dipunyai orang itu dan yang menyebabkan ia
mendapat kedudukan tersebut.
Selain itu, faktor yang menciptakan kesempatan adalah lemahnya pengendalian internal
yang telah ada pada perusahaan. Dalam bukunya Modern Auditing Boynton menyatakan
mengenai Committee of Sponsoring Organizations (COSO) dan mengidentifikasikan lima
komponen pengendalian intern yang saling berhubungan, yaitu :
1. Lingkungan Pengendalian (control environment)
Faktor pembentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas dapat berupa
integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan komite audit,
filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, penetapan wewenang dan
tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
2. Penilaian Resiko (risk assessment)
Penilaian resiko oleh manajemen harus mencakup pertimbangan khusus atau resiko
yang dapat muncul dari perubahan kondisi lingkungan operasi, personel baru, sistem
informasi yang baru atau dimodifikasi, pertumbuhan yang cepat, teknologi baru,
restrukturisasi perusahaan, operasi di luar negri, pernyataan akuntansi, dan lini, produk,
atau aktivitas baru.
3. Informasi dan Komunikasi (information and communication system) Sistem akuntansi yang
efektif harus mencatat transaksi yang valid dan benar-benar terjadi, otorisasi yang tepat,
penyajian secara tepat dalam laporan keuangan.
4. Aktivitas pengendalian (control activities)
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat
dikategorikan dalam berbagai cara, yaitu pemisahan tugas, pengendalian pemrosesan
informasi, pengendalian fisik, review kerja.
5. Pemantauan (monitoring)
Pemantauan dapat dilaksanakan melalui aktivitas yang berkelanjutan (ongoing
activities) dan melalui pengevaluasian periodik secara terpisah.
6. Pelaksanaan Internal audit untuk setiap department
7. Accounting System

II.2 Tekanan (Pressure)


Tekanan merujuk pada sesuatu hal yang terjadi pada kehidupan pribadi pelaku yang
4
memotivasinya untuk mencuri. Biasanya motivasi tersebut timbul karena masalah keuangan,
tetapi ini dapat menjadi gejala dari faktor-faktor tekanan lainnya, sehingga tekanan dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu: tekanan dari faktor keuangan (financial), dan tekanan dari
faktor sosial (non financial)
1 Financial Pressures
Masalah keuangan yang dialami pelaku dapat dipecahkan dengan mencuri uang
atau aset lainnya. Berikut faktor-faktor dari tekanan keuangan :
a. Greed. Keserakahan seseorang akan kekayaan dapat memicu orang tersebut bertindak
curang karena merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki.
b. Gaya hidup mewah
c. High personal debts. Hutang yang menumpuk dapat membuat seseorang tertekan.
Ketertekanan akan semakin tinggi ketika hutang tersebut tidak dapat dilunasi,
sehingga akan menghalalkan segala cara untuk dapat melunasinya.
d. High medical bills. Ketika calon pelaku kecurangan mengalami masalah kesehatan
dan membutuhkan biaya pengobatan yang tinggi, sedangkan si calon pelaku tidak
mempunyai cukup dana, maka dari tekanan biaya tersebut akan mendorong tindakan
kriminal/ curang sebagai cara memenuhi biaya tersebut.
e. Kerugian keuangan yang tak terduga.
1. Social Pressure
Tekanan yang berasal dari faktor non-keuangan diantaranya :
a. Vice Pressure
b. Kebiasaan berjudi (gambling), drugs dan alcoholic (peminum berat)dapat
menciptakan keinginan keuangan yang besar agar supaya mendukung kebiasaan-
kebiasaan tersebut. Hal ini menciptakan hubungan tekanan dengan aspek ini sebagai
fraud triangle.
c. Work related
1) Seseorang akan merasa tertekan ketika performa pekerjaan kurang diakui dan
dinilai secara adil oleh manajemen
2) Kepuasan atas pekerjaannya
3) Takut akan kehilangan pekerjaannya
4) Tertekan karena ingin mendapatkan promosi
5) Merasa digaji rendah oleh perusahaan
3. Other Pressure
a. Perubahan perilaku secara signifikan, seperti: easy going, tidak seperti biasanya.
b. Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau tempat kerja
c. Tertantang untuk merusak atau membobol sistem
5
d. Krisis keuangan yang tak terduga
Tuanakotta menjelaskan komponen pressures sebagai perceived non-shareable financial
need, yang dibagi kedalam enam kelompok :
1. Violation of ascribed obligation
Suatu kedudukan atau jabatan dengan tanggung jawab keuangan, membawa
konsekuensi tertentu yang bersangkutan dan juga menjadi harapan atasan atau majikannya.
Disamping harus jujur, ia dianggap perlu memiliki perilaku tertentu. Orang dalam jabatan
seperti itu merasa wajib menghindari perbuatan seperti berjudi, mabuk, menggunakan
narkoba dan perbuatan lain yang merendahkan martabatnya. Inilah kewajiban yang terkait
dengan jabatan yang dipercayakan kepadanya. Ini adalah ascribed obligation baginya. Jika
ia menghadapi situasi yang melanggar kewajiban terkait dengan jabatannya, ia merasa
masalah yang dihadapinya tidak dapat diungkapkannya kepada orang lain.
2. Problems resulting from personal failure
Kegagalan pribadi yang merupakan situasi yang dipersepsikan oleh orang yang
mempunyai kedudukan serta dipercaya dalam bidang keuangan, sebagai kesalahannya
menggunakan akal sehatnya, dan karena itu menjadi tanggung jawab pribadinya.
3. Business reversals
Kegagalan bisnis merupakan kelompok situasi yang juga mengarah kepada non-
shareable problem. Kegagalan ini dikarenakan oleh inflasi yang tinggi, atau krisis moneter,
atau ekonomi, dan tingkat bunga yang tinggi.
4. Physical isolation
Situasi ini dapat diterjemahkan sebagai keterpurukan dalam kesendirian.
5. Status gaining
Kebiasaan (buruk) untuk tidak mau kalah dengan tetangga atau pelaku berusaha
meningkatkan statusnya.
6. Employer-employee relations
Kekesalan atau kebencian pelaku dalam pekerjaannya. Kekesalan itu biasa terjadi
karena ia merasa gaji atau imbalan lainnya tidak layak dengan pekerjaan atau
kedudukannya, atau ia merasa beban pekerjaannya teramat banyak, atau ia merasa kurang
mendapat penghargaan batiniah (pujian).

c.3 Rationalization (Justifikasi melakukan kecurangan)


Rationalisasi adalah komponen kecurangan yang paling krusial. Rasionalisasi menjadi
elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas tindakannya,
6
misalnya:
1. Tidak akan ada orang lain yang terluka
2. Saya berhak mendapatkan sesuatu yang lebih
3. Tindakan kecurangan yang ia lakukan bertujuan baik
4. Sesuatu yang menjadi kepuasaannya jika ia bertindak curang
5. Semua orang melakukan itu, jadi saya melakukannya juga
6. Orang-orang tidak mampu dan tidak peduli tentang konsekuensi atas tindakan atau atas
pelakunya yang tidak jujur
7. Pelaku percaya bahwa jika mereka bertindak curang, mereka tidak akan kehilangan
keluarga, uang dan kekayaannya.
8. Ketidakpuasan pekerjaan akan sesuatu hal yang berhubungan dengan gaji,lingkungan
pekerjaan, perhatian yang diberikan oleh manajer, membuat pelaku berpikiran bahwa
perusahaan berhutang kepada dia
9. Saya hanya meminjam uang perusahaan saja, nanti akan saya kembalikan
10. Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak mengapa jika
pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut
Kita telah mendiskusikan dua elemen pertama dari segitiga kecurangan, yaitu : adanya
tekanan dan adanya kesempatan. Unsur yang ketiga adalah rasionalisasi. Untuk
menjelaskan kenapa rasionalisasi memberikan kontribusi terhadap terjadinya kecurangan,
karena rasionalisasi akan memberikan suatu pembenaran tentang apa saja yang kita
lakukan dengan tujuan untuk memuaskan diri sendiri, meskipun tidak memiliki alasan yang kuat
dan pembenaran tersebut juga tidak dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi moral
maupun etika.
Misalkan seseorang yang melakukan korupsi, dan uang korupsi tersebut sebagian
digunakan untuk kegiatan keagamaan dan menyantuni fakir miskin. Contoh yang lain,
Robin Hood mempertahankan perilakunya yang tidak jujur dengan beragumen bahwa ia
mencuri dari yang kaya dan diberikan kepada yang miskin (Robin Hood defended his
dishonest acts by arguing that he "stole from the rich and gave to the poor). Hampir setiap
kecurangan melibatkan rasionalisasi. Sebagian besar dari pelaku kecurangan pada pertama
kali mereka melakukan kecurangan mereka berkomitmen untuk tidak melakukan kejahatan
yang lain. Dengan melakukan rasionalisasi akan membantu seseorang untuk menyembunyikan
ketidakjujuran dari tindakannya. Berikut ini beberapa rasionalisasi yang sering digunakan oleh
pelaku kecurangan :
1. "Saya hanya meminjam uang; saya akan mengembalikannya" (1'm only borrowing the
7
money; I will pay it back).
2. "Setiap orang melakukannya ". (Everyone does it).
3. "Saya tidak menyakiti siapapun". (I'm not hurting anyone).
4. "Perusahaan meminjami kami". (The organization owes it to me).
5. "Tindakan tersebut untuk suatu tujuan yang baik". (It's for a good purpose).

Auditor dapat mengembangkan suatu daftar pertanyaan untuk mendeteksi kemungkinan


adanya aktivitas kecurangan. Pendekatan dengan menggunakan kuesioner yang dapat
digunakan untuk membantu auditor menemukan motivasi untuk melakukan kecurangan.
Beberapa Kantor Akuntan Publik telah mengembangkan suatu checklist yang bermanfaat untuk
menemukan kecurangan selama kegiatan audit. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan
dalam checklist meliputi :
1. Apakah pihak eksekutif memiliki utang pribadi yang tidak biasa dalam jumlah besar?
2. Apakah pihak eksekutif memiliki kebiasan untuk berjudi?
3. Apakah pihak eksekutif terlibat dalam penyalahgunaan alkohol atau obat terlarang?
4. Apakah ada pihak eksekutif yang memiliki kepribadian yang tidak etis?
5. Apakah ada pihak eksekutif yang memiliki masalah kejiwaan/mental yang tidak stabil?
6. Apakah perusahaan termasuk kelompok industri dalam kondisi ekonomi yang tidak
baik?
7. Apakah perusahaan menggunakan beberapa jenis bank yang berbeda yang
dirahasiakan?
8. Apakah ada pihak eksekutif yang memiliki hubungan dekat dengan pemasok?
9. Apakah perusahaan memiliki pengalaman dalam perputaran yang cepat terhadap
karyawan kunci, baik yang keluar sendiri atau dikeluarkan?
10. Apakah terdapat satu atau dua orang yang mendominasi keputusan perusahaan?

2.4 6 BIDANG YANG BERESIKO TINGGI TERKENA FRAUD


Ada 6 bidang yang beresiko tinggi untuk terkena fraud / kecurangan , yaitu :
1. Purchasing and payroll Fraud dalam purchasing biasanya dilakukan dengan cara :
a. Kickback atau suap diberikan kepada pihak yang mengurus pembelian sebagai imbalan atas
diberikannya kontrak kepada supplier.
b. Invoice palsu yang dibuat sendiri oleh pihak yang mengurus pembelian, kemudian
ditagihkan ke perusahaan dan dibayar.

8
c. Manipulasi data supplier misalnya nomor rekening pembayaran ke supplier diubah ke
rekening orang lain.
2. Sales and inventory Fraud dalam jenis ini misalnya:
a. Pencurian inventory baik yang sedang disimpan atau dalam pengiriman
b. Transaksi penjualan dengan sengaja tidak dicatat atau dikurangi pencatatannya dan uang
yang diterima atas penjualan tersebut masuk ke kantong pribadi
c. Mengurangi atau menghapuskan jumlah utang konsumen atas barang yang sudah dijual
secara kredit
d. Mencatat transaksi penjualan palsu untuk mendapatkan komisi atau bonus terkait dengan
penjualan
e. Memberikan diskon berlebihan kepada konsumen
3. Cash and check.
Kas merupakan aset yang paling sensitif terhadap fraud karena kas kelihatan secara fisik dan
relatif lebih mudah dipindah tangankan dibandingkan aset perusahaan yang lain. Fraud atas cek
biasanya terjadi ketika terdapat kelemahan dalam proses rekonsiliasi bank.
4. Physical security.
Kelemahan dalam physical security dapat menimbulkan asset misa propriation.
5. Hak kekayaan intelektual (HAKI) dan kerahasiaan informasi.
Ini terkait dengan fraud dalam pembajakan dan pencurian informasi penting milik
perusahaan.
6. Information Technology.
IT fraud meliputi hacking, mail-bombing, spamming, domain name hijacking, server
takeovers, denial of service, internet money laundering, electronic eavesdropping, electronic
vandalism and terrorrism.

F. Bagian bagian Risiko Kecurangan Spesifik


1. Resiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Dagang
Pendapatan dan beberapa akun piutang yang terkait serta akun kasi biasanya sangat rentan terhadap
manipulasi dan pencurian. Dan contoh dari kecurangan tersebut seperti :
Risiko kecurangan dalam laporan keuangan untuk akun pendapatan. Ada banyak alasan mengapa
pendapatan rentan terhadap manipulasi. Yang paling penting pendapatan hampir selalu merupakan
akun terbesar dalam laporan laba rugi, sehingga suatu salah saji yang hanya berupa presentasi
penjualan yang kecil tetap dapat berpengaruh besar terhadap laba. Alasan lain pendapatan
9
merupakan akun yang rentan terhadapa manipulasi adalah kesulitan dalam menentukan waktu yang
tepat untuk mengakui pendapatan dalam berbagai situasi.
i. Pendapatan fiktif. bentuk kecurangan yang paling fatal melibatkan penciptaan
pendapatan-pendapatan fiktif, banyak kasus yang telah terungkap dengan cara menciptakan
pendapatan-pendapatan fiktif. umumnya pelaku mengetahui atau memahami pihak-pihak yang
melakukan pengisihan arsip dokumen untuk menciptakan kebijakan-kebijakan fiktif.
ii. Pengakuan pendapatan yang premature. Hal ini merupakan pencatatan pendapatan
yang bukan seharusnya di tempatnya. Missal, penpatan yang seharusnya di catat diperiode
mendatang tetapi oleh pelaku sudah dicatat pada periode berjalan.
iii. Manipulasi penyesuaian-penyesuaian pendapatan. Penyesuaian pendapatan yang
paling umum melibatkan retur penjualan dan pengurangan harga. Sebuah perusahaan dapat
menyembunyikan retur penjualan dari auditornya untuk melebihsajikan penjualan bersih dan laba.
Jika barang yang dikembalikan dihitung sebagai bagian dari persediaan fisik, maka retur barang
tersebut dapat meningkatkan laba yang dilaporkan. Dalam kasus ini, peningkatan dalam suatu asset
diakui melalui perhitungan fisik persediaan, namun pengurangan terhadap saldo akun piutang
dagang yang terkait tidak dilakukan.
Tanda-tanda peringatan kecurangan dalam pendapatan. Terdapatan banyak tanda-tanda peringatan
yang mengidentifikasi adanya suatu kecurangan, tetapi ada dua peringatan yang paling berguna
didapatkan dari prosedur analitis dan ketidakkecocokan dalam dokumen-dokumen.
i. Prosedur analitis. Prosedur analitis sering kali dapat menandai kecurangan dalam
pendapatan, khususnya dari presentase margin kotor dan perputaran piutang dagang. Pendapatan
fiktif akan melebihsajikan presentasi margin laba, pengakuan pendapatan yang premature juga
melebihsajikan margin laba kotor jika biaya penjualan yangterkait tidak diakuin. Penjualan fiktif
juga perputaran piutang Karena penjualan fiktif juga dimasukan dalam piutang tak tertagih.
ii. Ketidakcocokan dokumen. Meskipun usaha terbaik telah dilakukan oleh pelaku
kecurangan, transaksi-transaksi fiktif jarang memiliki tingkat keandalan bukti yang sama
sebagaimana yang dihasilkan dari transaksi-transaksi yang sah. Para auditor harus mewaspadai
penandaan dan perubahan yang tidak biasa dalam dokumen-dokumen dan meraka harus
mengandalkan dokumen asli daripada salianan dokumen tersebut. Karena pelaku kecurangan
mencoba untuk menutupi kecurangan yang ia lakukan, meski hanya satu transaksi yang tidak biasa
yang ditemukan dalam suatu stempel harus dipertimbangkan sebagai potensi indicator kecurangan
yang harus diselidiki lebih lanjut.
Tanda-tanda peringatan penyalahgunaan pendapatan dan penerimaan kas. Pencurian atas penjualan
dan penerimaan kas yang terkait yang jumlahnya relative kecil dapat dicegah dan dideteksi dengan
lebih baik oleh pengendalian internal.yang dirancang untuk meminimalisasi kesempatan untuk

10
melakukan kecurangan. Untuk mendeteksi kecurangan yang lebih besar, prosedur analitis dan
perbandingan perbandingan lainnya dapat berguna untuk mendeteksi kecurangan tersebut.
2. Risiko Kecurangan dalam Persediaan
Persediaan sering kali merupakan akun terbesar pada neraca sebagian besar perusahaan dan auditor
sering kali kesulitan untuk memverifikasi keberadaan dan penilaian persediaan.
Risiko kecurangan laporan keungan untuk persediaan. Persdiaan fiktif telah menjadi inti masalah
dari beberapa kasus kecurangan laporan keuangan penting. Banyak perusahaan besar yang memiliki
persediaan yang beragam dan dalam jumlah sangat bnayak terletak dibeberapa lokasiyang berbeda,
yang membuat perusahaan relative lebih mudah untuk menambah persediaan fiktif dalam
pencatatan akuntansi.
Tanda-tanda peringatan untuk kecurangan dalam persediaan.
i. Prosedur analitis. Prosedur analitis khususnya presentasi margin laba kotor dan perputaran
persediaan, sering kali membantu dalam mengungkap kecurangan dalam persediaan. Persediaan
fiktif akan mengurangsajikan beban pokok penjualan dan melebihsajikan presentasi margin kotor.
Persediaan fiktif juga akan menurunkan perputaran persediaan.
3. Risiko Kecurangan pada Akun Pembelian
Kasus-kasus kecurangan dalam laporan keuangan yang melibatkan utang dagan relative umum
meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan dengan kecurangan yang melibatkan persediaan atau
piutang dagang. Pengurangansajian utang dagang yang disengaja umumnya mengakibatkan kurang
saji dalam pembelian dan beban pokok penjualan serta lebih saji dalam laba bersih.
Risiko kecurangan laporan keungan untuk akun piutang dagang. Perusahaan-perusahaan dapat
terlibat dalam usaha-usaha yang disengaja untuk menguraisajikan utang dagang dan melebihsajikan
laba. Hal tersebut dapat dicapai dengan tidak mencatat utang dagang hingga periode berikutnya
atau dengan mencatat pengurangan fiktif dalam utang dagang.
Semua pembelian yang diterima sebelum akhir tahun harus dicatat sebagai kewajiban. Hal itu
relative lebih mudah untuk dibuktikan jika perusahaan mempertanggungjawabkan laporan
penerimaan barang yang telah diberi nomor terlebih dahulu. Namun, jika laporan penerimaan
barang tidak diberi nomor terdahulu atau perusahaan sengaja menghilangkan laporan penerimaan
barang dari catatan akuntansi, akan menjadi sulit bagi auditor untuk membuktikan apakah semua
kewajiban telah dicatat. Dalam kasus semacam itu, bukti analitis, seperti perubahan yang tidak
biasa dalam rasio-rasio, dapat menandai adanya kurang saji dalam utang dagang.
Penyalahgunaan dalam siklus pelaporan dan pembayaran. Kecurangan yang paling umum dalam
bagian perolehan adalah bagi sang pelaku untuk mengeluarkan pembayaran-pembayaran kepada
pemasok fiktif dan menyimpan kas di rekening fiktif. kecurangan semacam itu dapat dicegah
dengan membuat pembayaran hanya dilakukan pada pemasok resmi dan memeriksa dokumentasi-
dokumentasi yang mendukung pembelian tersebut dengan saksama oleh personel yang memiliki
otoritas sebelum pembayaran dilakukan. Dalam kasus penyalahgunaan yang lain, petugas utang
11
dagang atau pegawai lainnya mencuri sebuah cek untuk suatu pemasok resmi. Informasi dari
pembeli kemudian dilampirkan kembali agar dapat dilakukan pembayaran pada pemasok tersebut.
4. Bagian-bagian risiko kecurangan lainnya.
Asset tetap. Asset tetap, sebuah akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan, sering kali
berdasarkan pada penilaian yang ditentukan secara subjektif. Akibatnya, asset tetap dapat menjadi
target manipulasi, khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki persediaan atau
piutang yang material.
Beban gaji. Gaji biasanya bagian dari risiko yang signifikan pada kecurangan dalamlaporan
keuangan. Meski demikian, perusahaan dapat mengurangsajikan persediaan dan laba bersih dengan
mencatat biaya upah karyawan yang berlebihan dalam persediaan. Perusahaan terkadang
melibatkan pegawainya untuk membuat ast tetap. Biaya tenaga kerja yang berlebihan dapat
dikapitalisasi sebagai asset tetap dalam kondisi tersebut. Tunjangan tambahan yang material, seperti
tunjangan pension, juga dapat dimanipulasi.

E. Menghadapi Risiko Kecurangan

Manajemen tentunya memliki program-program yang dirancang untuk mencegah,


mengantisipasi dan mendeeteksi kecurangan. Namun perlu juga dilakukan pertimbangan oleh
auditor apakah program-program antikecuranagn tersebut dapat mengatasi risiko yang ada atau
apakah kelemahan dalam pengendalian telah meningkatkan resiko kecurangan. Dari hal tersebut
maka timbulah respon auditor yang mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Mengubah Keseluruhan Pelaksanaan Audit


Pelaku kecurangan seringkali memiliki pengetahuan yang baik dalam prosedur audit. Untuk alasan
itu maka PSA 70 mengharuskan auditor untuk menerapkan rencana audit yang tidak dapat
diprediksi.
2. Merancang dan Melakukan Prosedur Audit untuk Menghadapi Resiko Kecurangan
Auditor merancang prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi resiko audit spesifik
sesuai dengan akun yang sedang diaudit dan jenis resiko kecurangan yang teridentifikasi.
3. Merancang dan Melakukan Prosedur-Prosedur untuk mengatasi Dominasi Manajemen Terhadap
Pengendalian.
Resiko Dominasi Manajemen terhadap pengendalian muncul pada hamper semua pengauditan.
Karena seringkali posisi manajemen dijadikan posisi yang paling efektif untuk melakukan
kecurangan melalui manipulasi pengendalian internal. Oleh sebab itu auditor harus menjalankan
prosedur-prosedur dalam setiap pengauditan untuk mengatasi resiko dominasi oleh manajemen.
Berikut prosedur-prosedur yang harus dijalankan :

12
Memeriksa Ayat-Ayat Junal dan Penyesuaian-Penyesuaian Lainnya sebagai bukti adannya
Kemungkinan Salah Saji yang Disebabkan Oleh Kecurangan.
Seringkali kecurangan disebabkan oleh penyesuaian-penyesuaian yang tidak tepat dalam laporan
keuangan sehingga auditor pertama kali harus mendapatkan pemahaman atas proses pelapran
keuangan entitas beserta pengendalian-pengendaliannya. Setelah itu menanyakan pada pegawai
yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan jika terjadi ketidaktepatan atau aktivitas yang
ganjal dalam pemrosesan ayat jurnal dan penyesuaiannya. Hasil Tanya jawab ini nantinya akan
berpengaruh terhadap keluasan pengujian terhadap jurnal dan penyesuaian-penyesuaian laporan
keuangan.
Menelaah Estimasi Akuntansi Untuk Setiap Hal yang Tidak Wajar
PSA 70 mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan potensi ketidakwajaran manajemen ketika
menelaah estimasi-estimasi tahun berjalan. Jadi Auditor diharuskan unutk mereview kembali
estimasi-estimasi signifikan pada periode sebelukmnya untuk mengidentifikasi setiap perubahan
dalam proses perusahaan.
Mengevaluasi Rasionalitas Bisnis untuk Transaksi-Transaksi yang Tidak Biasa
PSA 70 menempatkan focus yang lebih besar untuk pemahaman atas dasar rasionalitas bisnis untuk
transaksi-transaksi tidak biasa yang signifikan yang mungkin di luar kebiasaan bisnis perusahaan.
Jadi disini auditor harus mendapatkan pemahaman atas tujuan-tujuan dari setiap transaksi yang
signifkan untuk menilai apakah transaksi tersebut terkait dengan kecurangan dalam laporan
keuangan.
4. Memutakhirkan Proses Penilaian Resiko
Penilaian auditor terhadap resiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan harus terus
berjalan di sepanjang pengauditan dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian resiko lainnya
dengan mewaspadai kondisi-kondisi sebagai berikut :
Ketidakkonsistenan dalam pencataan akuntansi
Bukti audit yang bermasalah atau hilang
Hubungan yang problematic atau tidak biasa antara auditor dengan manajemen.
Hasil dari pengujian substantive atau penelaahan akhir dari prosedur analitis yang mengindikasikan
adanya kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui.
Jawaban terhadap pertanyan yang diajukan di sepanjang pengauditan yang tidak jelas atau tidak
masuk akal atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan bukti lainnya.

13
TEKNIK PEMERIKSAAN KECURANGAN KARYAWAN

1. Pemeriksaan Langsung

2. Pengujian Analisis

3. Pemeriksaan Fisik

4. Konfirmasi

5. Tanya Jawab

KENAPA KARYAWAN MELAKUKAN KECURANGAN ? :

1. Situasi pribadi .

a. Dililit hutang

b. Sakit berat.

c. Masalah judi & alkohol

d. Frustasi atau merasa diperlakukan tidak adil yang mendorong

tindakan balasan.

e. Etika pribadi yang kurang.

2. Keadaan perusahaan :

a. Kesulitan ekonomi

b. ketergantungan pada sejumlah pelanggan dan pemasok

yang terbatas.

c. Kelebihan berhutang.

d. Pertumbuhan yang cepat.

e. Kredit yang ketat.

f. Meningkatnya persaingan.

g. Kredit pinjaman yang terbatas.

h. Terdapat banyak ayat jurnal penyesuaian dan koreksi.


14
i. Lemahnya pengendalian operasi.

3. Alasan khusus.

a. Satu orang menangani semua fungsi dari transaksi yang penting.

b. Supervisi yang buruk.

c. Penugasan dan tanggung jawab yang tidak jelas.

d. Pada saat karyawan cuti; tidak ada orang lain yang

menggantikan mereka.

e. Tidak ada rotasi pekerjaan atau pelatihan karyawan.

f. Pertentangan pribadi yang jelas kelihatan dalam tugas

yang diberikan.

g. Ada tekanan dari Atasan yang lebih tinggi

15
MODUS OPERANDI KECURANGAN KARYAWAN
I. Aspek Penjualan

1. Merekayasa diskon

2. Tidak memberikan hadiah-hadiah untuk pelanggan

3. Berdagang produk sejenis dengan produk Perusahaan

4. Manipulasi tanda terima pengeluaran-pengeluaran/kwitansi seperti Hotel, makan dsb

5. Penjualan tunai tak dicatat dan uang dikantongi sendiri.

6. Mengantongi pembayaran dari pelanggan dengan memberikan tanda terima yang tidak sah.

7. Menyobek / merusak bon penjualan.

8. Membatalkan bon penjualan dengan alasan-alasan palsu.

9. Menahan uang penerimaan penjualan tunai dengan mencatatnya sebagai penjualan kredit.

10. Memberikan potongan / diskon yang tidak sah.

11. Memakai lagi tembusan faktur-faktur tahun yang sudah dibayar.

12. Membuat faktur-faktur sendiri dan memalsukan fiat.

13. Membuat faktur-faktur palsu dengan bekerjasama dengan pemasok.

14. Mengeluarkan barang dengan D.O. palsu dan kemudian menjualnya.

II. Aspek Distribusi/Gudang

1. Menukar jenis barang

2. Memainkan Jadwal Pengiriman

3. Tidak mengirim ke alamat tujuan

4. Alasan barang kiriman di Rampok di tengah jalan

5. Memalsukan stock-opname untuk menutupi kekurangan

kekurangan.

6. Kerjasama dengan Security dalam pengeluaran barang ilegal

III. Aspek Pembelian

1. Kolusi dengan Pemasok (Suplier)

2. Memainkan harga

3. Manipulasi kualitas & kuantitas bahan baku

4. Menggunakan perintah pembelian untuk membeli


16
barang-barang kebutuhan pribadi.

IV. Aspek Maintenance

1. Kolusi penentuan proyek

2. Manipulasi penggantian spareparts

3. Manipulasi data kebutuhan

4. Mark Up biaya

5. Menggelapkan spareparts

6. Dll

V. Aspek Produksi

1. Sabotase mesin produksi

2. Mengada-ada lemburan

3. Mengakali daftar hadir/ Lembur

4. Manipulasi kadar bahan baku

5. dll

VI. Aspek Keuangan dan Collection

1. Manipulasi Jadwal Pembayaran

2. Alasan yang ditagih tidak ada di tempat/Toko Tutup

3. Menagih dengan kwitansi tersendiri/sementara

4. Alasan hasil tagihan dirampok/hilang di tengah jalan

5. Memakai jumlah-jumlah kecil dari kas atau register.

6. Menulis jumlah lebih rendah pada pembukuan dan selebihnya dikantongi sendiri.

7. Menagih piutang-piutang yang sudah agak lama setelah memberikan tanda terima maka piutang
itu dihapuskan.

8. Menagih piutang-piutang yang sudah dihapuskan dan mengantongi sendiri.

9. Meminjam dulu uang yang seharusnya disetor ke bank.

10. Hanya menyetor jumlah yang bulat, kekurangannya disetorkan pada akhir bulan.

11. Memperbesar jumlah-jumlah yang harus dibayarkan.

12. Memperbesar jumlah yang harus dibayar dengan kerjasama pemasok.

17
13. Menguangkan cek perusahaan dan mengantonginya.

14. Menguangkan cek yang harus dibayar pada pemasok.

15. Dengan sengaja membikin salah penjumlahan pada buku kas.

16. Dengan sengaja tidak menutup buku kas melampaui waktu penutupan lazim.

17. Menjual bahan-bahan/barang-barang yang tidak terpakai tetapi

tidak membukukan hasil penerimaan .

VII. Aspek Adm. Umum dan SDM

1. Membawa pulang alat-alat tulis yang kecil, seperti : spidol, staples, kertas, meterai , perangko,dll.

2. Mark Up biaya-biaya perizinan

3. Mengada-ada perijinan-perijinan/Retribusi Perusahaan

4. Alasan biaya kordinasi dengan aparat-aparat tertentu

5. Menunda pembayaran iuran Jamsostek Karyawan

6. Membayar iuran Jamsostek tidak sesuai dengan jumlah Karyawannya.

7. Menambah daftar karyawan palsu dalam daftar gaji

8. Mencantumkan nama keryawan yang sudah keluar dalam daftar gaji

9. Sengaja membuat penjumlahan yang salah pada daftar gaji (jumlah lebih besar dari
seharusnya)

10. Menjual rahasia lemari besi dan meminjamkan kunci.

11. Mebiarkan asset perusahaan terlantar, misal tanah,bangunandll

VIII. Jajaran Manajemen

1. Biaya keperluan pribadi dibayar Perusahaan

2. Membuat Perusahaan di dalam Perusahaan

3. Mendapat bagian/jatah dari bawahan

4. Manipulasi perjalanan dinas, Mengajak orang yang tidak seharusnya


dibebankan ke Perusahaan

5. Bermain Valas

6. Manipulasi pajak / restitusi.

7. dll.
18
2.2 GEJALA DAN FAKTOR PENDORONG KECURANGAN
2.2.1 Gejala kecurangan
Pelaku kecurangan di atas dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu: manajemen
dan karyawan. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan
dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu, perlu diketahui gejala yang
menunjukkan adanya kecurangan tersebut.
a. Gejala kecurangan manajemen:
Ketidakcocokan diantara manajemen puncak
Moral dan motivasi karyawan rendah
Departemen akuntansi kekurangan staf
Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak
Konsumen, pemasok, atau badan otoritas
Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi
Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang meningkat
Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama
Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan
Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku
b. Gejala kecurangan karyawan:
Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa
perincian/penjelasan pendukung
Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran
Kekurangan barang yang diterima
Kemahalan harga barang yang dibeli
Faktur ganda dan penggantian mutu barang

2.2.2 Faktor Pendorong Kecurangan


Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang disebut
juga dengan teori GONE, yaitu:
a. Greed (keserakahan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan
(disebut juga faktor individual).

19
b. Opportunity (kesempatan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai
korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum). Kesempatan untuk
melakukan kecurangan tergantung pada kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan.
Kesempatan untuk melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Namun, ada yang
mempunyai kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum manajemen suatu
organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan kecurangan
daripada karyawan.
c. Need (kebutuhan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan
(disebut juga faktor individual).
d. Exposure (pengungkapan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai
korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum). Pengungkapan suatu
kecurangan belum menjamin tidak terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama
maupun oleh pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan seharusnya dikenakan
sanksi apabila perbuatannya terungkap.

2.3 KATEGORI DAN PENDETEKSIAN KECURANGAN


Langkah-langkah yang dapat dilakukan auditor dalam mendeteksi fraud adalah sebagai
berikut:

b. Bagaimana auditor dapat berkomunikasi dengan efektif sehingga pihak klien lebih
termotivasi untuk menyumbangkan informasi tentang fraud. Dengan perkataan lain, diskusi
ini merupakan langkah awal bagaimana auditor mendapatkan informasi mengenai fraud.
c. Auditor menerapkan unsur unpredictability (tidak dapat ditebak) dalam prosedur auditnya,
misalnya mengacak sifat, jadwal dan sampel pengujiannya.
d. Auditor perlu mengasah sensivitasnya akan hal-hal yang sifatnya tidak lazim yang boleh jadi
merupakan indikasi akan terjadinya fraud. Misalnya memeriksa manual journal entry, auditor
melihat adanya angka yang secara ganjil jumlahnya bulat; sewaktu dicek lebih lanjut ternyata
benar bahwa angka tersebut merupakan angka yang dimarkup dengan cara dibulatkan ke atas.
e. Dalam menjalankan jasa profesionalnya, auditor perlu menerapkan praktik - praktik
manajemen risiko secara lebih baik. Sebagai contoh, auditor akan melakukan penilaian,
berdasarkan kriteria tertentu,atas hal-hal sebagai berikut:
apakah auditor dapat menerima suatu entitas sebagai kliennya,
apakah audito dapat melanjutkan hubungan professional dengan kliennya dari satu periode
ke periode berikutnya,
apakah auditor dapat menerima suatu penugasan tertentu dari kliennya. Dengan
perkataan lain, bila auditor meragukan integritas dari manajemen suatu entitas, atau

20
berdasarkan pengalaman entitas tersebut rentan terhadap fraud, maka auditor dapat
memutuskan untuk secara professional tidak menerima entitas tersebut sebagai kliennya.

Association of Certified Fraud Examinations (ACFE- 2000), salah satu asosiasi di USA
yang mendarmabaktikan kegiatannya dalam pencegahan dan pemberantasan kecurangan,
mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok sebagai berikut:

a. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan
kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan nonfinancial. Kecurangan dalam
penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi melalui analisis laporan keuangan sebagai
berikut :

analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara item-item
dalam laporan laba rugi, neraca, atau Laporan arus kas dengan menggambarkannya dalam
persentase. Sebagai contoh, adanya kenaikan persentase hutang niaga dengan total hutang dari
rata-rata 28% menjadi 52% dilain pihak adanya penurunan persentase biaya penjualan dengan
total penjualan dari 20% menjadi 17% mungkin dapat menjadi satu dasar adanya pemeriksaan
kecurangan.
analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentasepersentase perubahan item
laporan keuangan selama beberapa periode laporan. Sebagai contoh adanya kenaikan penjualan
sebesar 80% sedangkan harga pokok mengalami kenaikan 140%. Dengan asumsi tidak ada
perubahan lainnya dalam unsur-unsur penjualan dan pembelian, maka hal ini dapat
menimbulkan sangkaan adanya pembelian fiktif, penggelapan, atau transaksi illegal lainnya.
analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item dalam laporan
keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio, adanya penggelapan uang atau pencurian kas
dapat menyebabkan turunnya perhitungan rasio tersebut.
b. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation)
Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam Kecurangan Kas dan Kecurangan atas
Persediaan dan Aset Lainnya, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulent
disbursement). Teknik untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan kategori ini sangat banyak
variasinya. Namun, pemahaman yang tepat atas pengendalian intern yang baik dalam pos-pos
tersebut akan sangat membantu dalam melaksanakan pendeteksian kecurangan. Dengan demikian,
terdapat banyak sekali teknik yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi setiap kasus
penyalahgunaan aset. Masing-masing jenis kecurangan dapat dideteksi melalui beberapa teknik

21
yang berbeda. Misalnya, untuk mendeteksi kecurangan dalam pembelian ada beberapa metode
deteksi yang dapat digunakan. Metode-metode tersebut akan sangat efektif bila digunakan secara
kombinasi gabungan, setiap metode deteksi akan menunjukkan gejala penyimpangan yang dapat
diinvestigasi lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya kecurangan. Selain itu, metode-metode
tersebut akan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam pengendalian intern dan mengingatkan /
memberi peringatan pada auditor akan adanya potensi terjadinya kecurangan di masa mendatang.

c. Korupsi (Corruption)

Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya
pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi
ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian illegal, dan
pemerasan. Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang
jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidakpuas dan menyampaikan komplain ke
perusahaan. Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap
tersangka atau transaksinya.

22
Daftar Pustaka

Albrecht, W. Steve and Chad 0. Albrecht, 2003, Fraud Examination, New York: Thomson South-
Western.

Arens, Alvin A., Randal J, Elder and Mark S. Beasley, 2005, Chicago: Auditing and
Assurance Services, An Integrated Approach, Pearson-Prentice Hall. ,

----------------, 2004, Overviews of The Sarbanes-Oxley Act of 2002 with Other Changes
in Auditing and The Public Accounting Profession, New York: Pearson Prentice- Hall.

Bologna dan Lindquist, Fraud Auditing and Forensic Accounting, 1995, New York: John Wiley &
Sons, 1995)

M. Romney, W.S. Albrecht, and D.J. Cherrington, 1980, "Auditors and the Detection of Fraud",
New York: Pearson-Prentice Hall.

Arens A. Alvin., Elder J. Randal., dan Beasley S. Mark. 2006. Auditing dan Jasa Assurance. Jilid
1. Edisi 12. Jakarta: Penerbit Erlangga. PT Gelora Aksara Pratama.
http://renny.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/31285/10.AuditKecurangan.ppt
http://irwan-transcorp.blogspot.co.id/2013/12/makalah-akuntansi-audit-kecurangan.html
http://www.materiakuntansi.com/pengertian-audit-kecurangan/
https://www.academia.edu/18617437/MAKALAH_KELOMPOK_11_CONSIDERING_THE_RISK_OF_F
RAUD_
https://www.slideshare.net/dewimasita/makalah-fraud-auditing
https://www.slideshare.net/PutryCamilie/makalah-kel-ii-fraud
http://okta-wiskey.blogspot.co.id/2016/03/audit-kecurangan.html

AKUNTANSI FORENSIK DAN FRAUD EXAMINATION,


SIAPA PELAKU FRAUD
Oleh:
Dwi Dayanti, Haerul, Kholil, Nawangsari Putri
Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
23
24

Anda mungkin juga menyukai