Fraud dapat dilakukan oleh siapa saja, meskipun pelaku fraud adalah orang yang dapat
dipercaya. Kemungkinan besar suatu fraud terjadi ketika lingkungan pekerjaan integritasnya
lemah, pengendaliannya tidak kuat, kehilangan akuntabilitas, atau mendapat tekanan yang
besar, maka tidak dapat dipungkiri seseorang akan melakukan ketidakjujuran.
Pelaku kecurangan dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu manajemen
dan karyawan/pegawai. Pihak manajemen melakukan kecurangan biasanya untuk kepentingan
perusahaan, contoh kecurangan yang dilakukan oleh manajemen yaitu salah saji yang timbul
karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial
reporting). Sedangkan karyawan/pegawai melakukan kecurangan bertujuan untuk keuntungan
individu, misalnya salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from
misappropriation of assets).
Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan ekspektasi
terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan terhadap
pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregularities (ketidakberesan). Bentuk
kecurangan seperti ini seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management fraud),
misalnya berupa : manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau
dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan. Kesengajaan dalam
salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi, kejadian,
atau informasi penting dari laporan keuangan.
Kecurangan penyalahgunaan aktiva biasanya disebut kecurangan karyawan (employee
fraud). Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan aktiva meliputi penggelapan aktiva
perusahaan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan
yang menghadapi masalah keuangan dan dilakukan karena melihat adanya peluang kelemahan
pada pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut. Contoh
dari kecurangan karyawan (employee fraud) mengacu pada Sawyers yang telah dialih
bahasakan oleh Amin Widjaja, ada 40 bentuk kecurangan karyawan, antara lain :
a) Mencuri barang dagangan, peralatan, persediaan, dan barang perlengkapan lainnya
b) Mengambil sejumlah uang kas dari mesin kasir
c) Tidak mencatat penjualan barang dan mengantongi uangnya
d) Menciptakan kelebihan dana kas dan register dengan melakukan kurang pencatatan
1
e) Pembebanan berlebihan pada akun-akun pengeluaran atau menggunakan uang muka
untuk kepentingan pribadi
f) Memutar penagihan atas rekening pelanggan
g) Membiayakan rekening pelanggan dan mencuri uangnya
h) Mengeluarkan kredit untuk klaim dan pengembalian oleh pelanggan palsu
i) Tidak memberikan setoran harian ke bank, atau menyetorkan sebagian dari uang saja
Mengacu pada Albrecht, dan Zimbelman (2009:10), berdasarkan pihak yang menjadi
korban, fraud dikelompokkan menjadi:
1. Fraud yang mengakibatkan perusahaan atau organisasi menjadi korban. Dalam kategori
ini, fraud dibagi kembali menjadi kelompok kelompok yang lebih spesifik;
a. Penggelapan oleh karyawan pelaku fraud merupakan anggota atau karyawan dari
perusahaan atau organisasi. Dalam fraud jenis ini, pelaku mengambil aset perusahaan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengambilan aset secara langsung
dilakukan dengan cara mengambil uang tunai, perlengkapan, peralatan serta aset aset
lain perusahaan, sedangkan kecurangan secara tidak langsung dilakukan dengan
menerima sogokan atau komisi dari pihak ketiga.
b. Fraud yang melibatkan pemasok pelaku fraud adalah pemasok dari suatu
perusahaan atau organisasi. Fraud ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu yang
dilakukan sendiri dan fraud yang melibatkan pihak lain. Pada fraud yang melibatkan
pihak lain, biasanya pelaku bekerja sama dengan bagian pembelian suatu perusahaan.
c. Fraud yang melibatkan pelanggan pelaku fraud adalah pelanggan dari suatu
perusahaan atau organisasi. Pelanggan yang melakukan kecurangan biasanya tidak
membayar untuk barang yang dibeli, atau menipu perusahaan atau organisasi untuk
memberikan mereka (pelaku) barang yang tidak seharusnya mereka miliki.
2. Fraud yang dilakukan oleh manajemen korban dari fraud jenis ini adalah pemegang
saham dan pemberi pinjaman dari suatu organisasi atau perusahaan. Fraud yang dilakukan
oleh manajemen juga sering disebut sebagai kecurangan pelaporan keuangan. Manajemen
melakukan fraud ini dengan memanipulasi laporan keuangan perusahaan.
3. Penipuan investasi dan penipuan pelanggan lainnya korban dalam fraud jenis ini adalah
pihak pihak yang kurang berhati hati atau kurang pengetahuan. Para pelaku fraud jenis
ini umumnya menjual investasi palsu ke korban.
4. Kecurangan lain lain korban dari fraud jenis ini tidak memiliki batasan golongan.
2
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Fraud adalah kurangnya jejak audit.
Organisasi berusaha keras untuk membuat dokumen yang akan memberikan jejak audit sehingga
transaksi dapat direkonstruksi dan dipahami. Banyak penipuan, bagaimanapun, melibatkan
pembayaran tunai atau manipulasi record yang tidak dapat diikuti. Pelaku penipuan pintar
memahami bahwa penipuan mereka harus disembunyikan. Mereka juga tahu bahwa
penyembunyian tersebut biasanya harus melibatkan manipulasi catatan keuangan. Ketika
dihadapkan dengan keputusan tentang pencatatan keuangan untuk memanipulasi pelaku hampir
selalu memanipulasi laporan laba rugi, karena mereka memahami bahwa jejak audit akan cepat
terhapus .
3
2) Technical skill atau keahlian/keterampilan
3) Keahlian/keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejahatan tersebut. Ini
biasanya keahlian atau keterampilan yang dipunyai orang itu dan yang menyebabkan ia
mendapat kedudukan tersebut.
Selain itu, faktor yang menciptakan kesempatan adalah lemahnya pengendalian internal
yang telah ada pada perusahaan. Dalam bukunya Modern Auditing Boynton menyatakan
mengenai Committee of Sponsoring Organizations (COSO) dan mengidentifikasikan lima
komponen pengendalian intern yang saling berhubungan, yaitu :
1. Lingkungan Pengendalian (control environment)
Faktor pembentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas dapat berupa
integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan komite audit,
filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, penetapan wewenang dan
tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
2. Penilaian Resiko (risk assessment)
Penilaian resiko oleh manajemen harus mencakup pertimbangan khusus atau resiko
yang dapat muncul dari perubahan kondisi lingkungan operasi, personel baru, sistem
informasi yang baru atau dimodifikasi, pertumbuhan yang cepat, teknologi baru,
restrukturisasi perusahaan, operasi di luar negri, pernyataan akuntansi, dan lini, produk,
atau aktivitas baru.
3. Informasi dan Komunikasi (information and communication system) Sistem akuntansi yang
efektif harus mencatat transaksi yang valid dan benar-benar terjadi, otorisasi yang tepat,
penyajian secara tepat dalam laporan keuangan.
4. Aktivitas pengendalian (control activities)
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat
dikategorikan dalam berbagai cara, yaitu pemisahan tugas, pengendalian pemrosesan
informasi, pengendalian fisik, review kerja.
5. Pemantauan (monitoring)
Pemantauan dapat dilaksanakan melalui aktivitas yang berkelanjutan (ongoing
activities) dan melalui pengevaluasian periodik secara terpisah.
6. Pelaksanaan Internal audit untuk setiap department
7. Accounting System
8
c. Manipulasi data supplier misalnya nomor rekening pembayaran ke supplier diubah ke
rekening orang lain.
2. Sales and inventory Fraud dalam jenis ini misalnya:
a. Pencurian inventory baik yang sedang disimpan atau dalam pengiriman
b. Transaksi penjualan dengan sengaja tidak dicatat atau dikurangi pencatatannya dan uang
yang diterima atas penjualan tersebut masuk ke kantong pribadi
c. Mengurangi atau menghapuskan jumlah utang konsumen atas barang yang sudah dijual
secara kredit
d. Mencatat transaksi penjualan palsu untuk mendapatkan komisi atau bonus terkait dengan
penjualan
e. Memberikan diskon berlebihan kepada konsumen
3. Cash and check.
Kas merupakan aset yang paling sensitif terhadap fraud karena kas kelihatan secara fisik dan
relatif lebih mudah dipindah tangankan dibandingkan aset perusahaan yang lain. Fraud atas cek
biasanya terjadi ketika terdapat kelemahan dalam proses rekonsiliasi bank.
4. Physical security.
Kelemahan dalam physical security dapat menimbulkan asset misa propriation.
5. Hak kekayaan intelektual (HAKI) dan kerahasiaan informasi.
Ini terkait dengan fraud dalam pembajakan dan pencurian informasi penting milik
perusahaan.
6. Information Technology.
IT fraud meliputi hacking, mail-bombing, spamming, domain name hijacking, server
takeovers, denial of service, internet money laundering, electronic eavesdropping, electronic
vandalism and terrorrism.
10
melakukan kecurangan. Untuk mendeteksi kecurangan yang lebih besar, prosedur analitis dan
perbandingan perbandingan lainnya dapat berguna untuk mendeteksi kecurangan tersebut.
2. Risiko Kecurangan dalam Persediaan
Persediaan sering kali merupakan akun terbesar pada neraca sebagian besar perusahaan dan auditor
sering kali kesulitan untuk memverifikasi keberadaan dan penilaian persediaan.
Risiko kecurangan laporan keungan untuk persediaan. Persdiaan fiktif telah menjadi inti masalah
dari beberapa kasus kecurangan laporan keuangan penting. Banyak perusahaan besar yang memiliki
persediaan yang beragam dan dalam jumlah sangat bnayak terletak dibeberapa lokasiyang berbeda,
yang membuat perusahaan relative lebih mudah untuk menambah persediaan fiktif dalam
pencatatan akuntansi.
Tanda-tanda peringatan untuk kecurangan dalam persediaan.
i. Prosedur analitis. Prosedur analitis khususnya presentasi margin laba kotor dan perputaran
persediaan, sering kali membantu dalam mengungkap kecurangan dalam persediaan. Persediaan
fiktif akan mengurangsajikan beban pokok penjualan dan melebihsajikan presentasi margin kotor.
Persediaan fiktif juga akan menurunkan perputaran persediaan.
3. Risiko Kecurangan pada Akun Pembelian
Kasus-kasus kecurangan dalam laporan keuangan yang melibatkan utang dagan relative umum
meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan dengan kecurangan yang melibatkan persediaan atau
piutang dagang. Pengurangansajian utang dagang yang disengaja umumnya mengakibatkan kurang
saji dalam pembelian dan beban pokok penjualan serta lebih saji dalam laba bersih.
Risiko kecurangan laporan keungan untuk akun piutang dagang. Perusahaan-perusahaan dapat
terlibat dalam usaha-usaha yang disengaja untuk menguraisajikan utang dagang dan melebihsajikan
laba. Hal tersebut dapat dicapai dengan tidak mencatat utang dagang hingga periode berikutnya
atau dengan mencatat pengurangan fiktif dalam utang dagang.
Semua pembelian yang diterima sebelum akhir tahun harus dicatat sebagai kewajiban. Hal itu
relative lebih mudah untuk dibuktikan jika perusahaan mempertanggungjawabkan laporan
penerimaan barang yang telah diberi nomor terlebih dahulu. Namun, jika laporan penerimaan
barang tidak diberi nomor terdahulu atau perusahaan sengaja menghilangkan laporan penerimaan
barang dari catatan akuntansi, akan menjadi sulit bagi auditor untuk membuktikan apakah semua
kewajiban telah dicatat. Dalam kasus semacam itu, bukti analitis, seperti perubahan yang tidak
biasa dalam rasio-rasio, dapat menandai adanya kurang saji dalam utang dagang.
Penyalahgunaan dalam siklus pelaporan dan pembayaran. Kecurangan yang paling umum dalam
bagian perolehan adalah bagi sang pelaku untuk mengeluarkan pembayaran-pembayaran kepada
pemasok fiktif dan menyimpan kas di rekening fiktif. kecurangan semacam itu dapat dicegah
dengan membuat pembayaran hanya dilakukan pada pemasok resmi dan memeriksa dokumentasi-
dokumentasi yang mendukung pembelian tersebut dengan saksama oleh personel yang memiliki
otoritas sebelum pembayaran dilakukan. Dalam kasus penyalahgunaan yang lain, petugas utang
11
dagang atau pegawai lainnya mencuri sebuah cek untuk suatu pemasok resmi. Informasi dari
pembeli kemudian dilampirkan kembali agar dapat dilakukan pembayaran pada pemasok tersebut.
4. Bagian-bagian risiko kecurangan lainnya.
Asset tetap. Asset tetap, sebuah akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan, sering kali
berdasarkan pada penilaian yang ditentukan secara subjektif. Akibatnya, asset tetap dapat menjadi
target manipulasi, khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki persediaan atau
piutang yang material.
Beban gaji. Gaji biasanya bagian dari risiko yang signifikan pada kecurangan dalamlaporan
keuangan. Meski demikian, perusahaan dapat mengurangsajikan persediaan dan laba bersih dengan
mencatat biaya upah karyawan yang berlebihan dalam persediaan. Perusahaan terkadang
melibatkan pegawainya untuk membuat ast tetap. Biaya tenaga kerja yang berlebihan dapat
dikapitalisasi sebagai asset tetap dalam kondisi tersebut. Tunjangan tambahan yang material, seperti
tunjangan pension, juga dapat dimanipulasi.
12
Memeriksa Ayat-Ayat Junal dan Penyesuaian-Penyesuaian Lainnya sebagai bukti adannya
Kemungkinan Salah Saji yang Disebabkan Oleh Kecurangan.
Seringkali kecurangan disebabkan oleh penyesuaian-penyesuaian yang tidak tepat dalam laporan
keuangan sehingga auditor pertama kali harus mendapatkan pemahaman atas proses pelapran
keuangan entitas beserta pengendalian-pengendaliannya. Setelah itu menanyakan pada pegawai
yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan jika terjadi ketidaktepatan atau aktivitas yang
ganjal dalam pemrosesan ayat jurnal dan penyesuaiannya. Hasil Tanya jawab ini nantinya akan
berpengaruh terhadap keluasan pengujian terhadap jurnal dan penyesuaian-penyesuaian laporan
keuangan.
Menelaah Estimasi Akuntansi Untuk Setiap Hal yang Tidak Wajar
PSA 70 mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan potensi ketidakwajaran manajemen ketika
menelaah estimasi-estimasi tahun berjalan. Jadi Auditor diharuskan unutk mereview kembali
estimasi-estimasi signifikan pada periode sebelukmnya untuk mengidentifikasi setiap perubahan
dalam proses perusahaan.
Mengevaluasi Rasionalitas Bisnis untuk Transaksi-Transaksi yang Tidak Biasa
PSA 70 menempatkan focus yang lebih besar untuk pemahaman atas dasar rasionalitas bisnis untuk
transaksi-transaksi tidak biasa yang signifikan yang mungkin di luar kebiasaan bisnis perusahaan.
Jadi disini auditor harus mendapatkan pemahaman atas tujuan-tujuan dari setiap transaksi yang
signifkan untuk menilai apakah transaksi tersebut terkait dengan kecurangan dalam laporan
keuangan.
4. Memutakhirkan Proses Penilaian Resiko
Penilaian auditor terhadap resiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan harus terus
berjalan di sepanjang pengauditan dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian resiko lainnya
dengan mewaspadai kondisi-kondisi sebagai berikut :
Ketidakkonsistenan dalam pencataan akuntansi
Bukti audit yang bermasalah atau hilang
Hubungan yang problematic atau tidak biasa antara auditor dengan manajemen.
Hasil dari pengujian substantive atau penelaahan akhir dari prosedur analitis yang mengindikasikan
adanya kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui.
Jawaban terhadap pertanyan yang diajukan di sepanjang pengauditan yang tidak jelas atau tidak
masuk akal atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan bukti lainnya.
13
TEKNIK PEMERIKSAAN KECURANGAN KARYAWAN
1. Pemeriksaan Langsung
2. Pengujian Analisis
3. Pemeriksaan Fisik
4. Konfirmasi
5. Tanya Jawab
1. Situasi pribadi .
a. Dililit hutang
b. Sakit berat.
tindakan balasan.
2. Keadaan perusahaan :
a. Kesulitan ekonomi
yang terbatas.
c. Kelebihan berhutang.
f. Meningkatnya persaingan.
3. Alasan khusus.
menggantikan mereka.
yang diberikan.
15
MODUS OPERANDI KECURANGAN KARYAWAN
I. Aspek Penjualan
1. Merekayasa diskon
6. Mengantongi pembayaran dari pelanggan dengan memberikan tanda terima yang tidak sah.
9. Menahan uang penerimaan penjualan tunai dengan mencatatnya sebagai penjualan kredit.
kekurangan.
2. Memainkan harga
4. Mark Up biaya
5. Menggelapkan spareparts
6. Dll
V. Aspek Produksi
2. Mengada-ada lemburan
5. dll
6. Menulis jumlah lebih rendah pada pembukuan dan selebihnya dikantongi sendiri.
7. Menagih piutang-piutang yang sudah agak lama setelah memberikan tanda terima maka piutang
itu dihapuskan.
10. Hanya menyetor jumlah yang bulat, kekurangannya disetorkan pada akhir bulan.
17
13. Menguangkan cek perusahaan dan mengantonginya.
16. Dengan sengaja tidak menutup buku kas melampaui waktu penutupan lazim.
1. Membawa pulang alat-alat tulis yang kecil, seperti : spidol, staples, kertas, meterai , perangko,dll.
9. Sengaja membuat penjumlahan yang salah pada daftar gaji (jumlah lebih besar dari
seharusnya)
5. Bermain Valas
7. dll.
18
2.2 GEJALA DAN FAKTOR PENDORONG KECURANGAN
2.2.1 Gejala kecurangan
Pelaku kecurangan di atas dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu: manajemen
dan karyawan. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan
dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu, perlu diketahui gejala yang
menunjukkan adanya kecurangan tersebut.
a. Gejala kecurangan manajemen:
Ketidakcocokan diantara manajemen puncak
Moral dan motivasi karyawan rendah
Departemen akuntansi kekurangan staf
Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak
Konsumen, pemasok, atau badan otoritas
Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi
Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang meningkat
Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama
Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan
Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku
b. Gejala kecurangan karyawan:
Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa
perincian/penjelasan pendukung
Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran
Kekurangan barang yang diterima
Kemahalan harga barang yang dibeli
Faktur ganda dan penggantian mutu barang
19
b. Opportunity (kesempatan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai
korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum). Kesempatan untuk
melakukan kecurangan tergantung pada kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan.
Kesempatan untuk melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Namun, ada yang
mempunyai kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum manajemen suatu
organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan kecurangan
daripada karyawan.
c. Need (kebutuhan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan
(disebut juga faktor individual).
d. Exposure (pengungkapan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai
korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum). Pengungkapan suatu
kecurangan belum menjamin tidak terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama
maupun oleh pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan seharusnya dikenakan
sanksi apabila perbuatannya terungkap.
b. Bagaimana auditor dapat berkomunikasi dengan efektif sehingga pihak klien lebih
termotivasi untuk menyumbangkan informasi tentang fraud. Dengan perkataan lain, diskusi
ini merupakan langkah awal bagaimana auditor mendapatkan informasi mengenai fraud.
c. Auditor menerapkan unsur unpredictability (tidak dapat ditebak) dalam prosedur auditnya,
misalnya mengacak sifat, jadwal dan sampel pengujiannya.
d. Auditor perlu mengasah sensivitasnya akan hal-hal yang sifatnya tidak lazim yang boleh jadi
merupakan indikasi akan terjadinya fraud. Misalnya memeriksa manual journal entry, auditor
melihat adanya angka yang secara ganjil jumlahnya bulat; sewaktu dicek lebih lanjut ternyata
benar bahwa angka tersebut merupakan angka yang dimarkup dengan cara dibulatkan ke atas.
e. Dalam menjalankan jasa profesionalnya, auditor perlu menerapkan praktik - praktik
manajemen risiko secara lebih baik. Sebagai contoh, auditor akan melakukan penilaian,
berdasarkan kriteria tertentu,atas hal-hal sebagai berikut:
apakah auditor dapat menerima suatu entitas sebagai kliennya,
apakah audito dapat melanjutkan hubungan professional dengan kliennya dari satu periode
ke periode berikutnya,
apakah auditor dapat menerima suatu penugasan tertentu dari kliennya. Dengan
perkataan lain, bila auditor meragukan integritas dari manajemen suatu entitas, atau
20
berdasarkan pengalaman entitas tersebut rentan terhadap fraud, maka auditor dapat
memutuskan untuk secara professional tidak menerima entitas tersebut sebagai kliennya.
Association of Certified Fraud Examinations (ACFE- 2000), salah satu asosiasi di USA
yang mendarmabaktikan kegiatannya dalam pencegahan dan pemberantasan kecurangan,
mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok sebagai berikut:
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan
kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan nonfinancial. Kecurangan dalam
penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi melalui analisis laporan keuangan sebagai
berikut :
analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara item-item
dalam laporan laba rugi, neraca, atau Laporan arus kas dengan menggambarkannya dalam
persentase. Sebagai contoh, adanya kenaikan persentase hutang niaga dengan total hutang dari
rata-rata 28% menjadi 52% dilain pihak adanya penurunan persentase biaya penjualan dengan
total penjualan dari 20% menjadi 17% mungkin dapat menjadi satu dasar adanya pemeriksaan
kecurangan.
analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentasepersentase perubahan item
laporan keuangan selama beberapa periode laporan. Sebagai contoh adanya kenaikan penjualan
sebesar 80% sedangkan harga pokok mengalami kenaikan 140%. Dengan asumsi tidak ada
perubahan lainnya dalam unsur-unsur penjualan dan pembelian, maka hal ini dapat
menimbulkan sangkaan adanya pembelian fiktif, penggelapan, atau transaksi illegal lainnya.
analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item dalam laporan
keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio, adanya penggelapan uang atau pencurian kas
dapat menyebabkan turunnya perhitungan rasio tersebut.
b. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation)
Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam Kecurangan Kas dan Kecurangan atas
Persediaan dan Aset Lainnya, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulent
disbursement). Teknik untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan kategori ini sangat banyak
variasinya. Namun, pemahaman yang tepat atas pengendalian intern yang baik dalam pos-pos
tersebut akan sangat membantu dalam melaksanakan pendeteksian kecurangan. Dengan demikian,
terdapat banyak sekali teknik yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi setiap kasus
penyalahgunaan aset. Masing-masing jenis kecurangan dapat dideteksi melalui beberapa teknik
21
yang berbeda. Misalnya, untuk mendeteksi kecurangan dalam pembelian ada beberapa metode
deteksi yang dapat digunakan. Metode-metode tersebut akan sangat efektif bila digunakan secara
kombinasi gabungan, setiap metode deteksi akan menunjukkan gejala penyimpangan yang dapat
diinvestigasi lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya kecurangan. Selain itu, metode-metode
tersebut akan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam pengendalian intern dan mengingatkan /
memberi peringatan pada auditor akan adanya potensi terjadinya kecurangan di masa mendatang.
c. Korupsi (Corruption)
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya
pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi
ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian illegal, dan
pemerasan. Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang
jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidakpuas dan menyampaikan komplain ke
perusahaan. Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap
tersangka atau transaksinya.
22
Daftar Pustaka
Albrecht, W. Steve and Chad 0. Albrecht, 2003, Fraud Examination, New York: Thomson South-
Western.
Arens, Alvin A., Randal J, Elder and Mark S. Beasley, 2005, Chicago: Auditing and
Assurance Services, An Integrated Approach, Pearson-Prentice Hall. ,
----------------, 2004, Overviews of The Sarbanes-Oxley Act of 2002 with Other Changes
in Auditing and The Public Accounting Profession, New York: Pearson Prentice- Hall.
Bologna dan Lindquist, Fraud Auditing and Forensic Accounting, 1995, New York: John Wiley &
Sons, 1995)
M. Romney, W.S. Albrecht, and D.J. Cherrington, 1980, "Auditors and the Detection of Fraud",
New York: Pearson-Prentice Hall.
Arens A. Alvin., Elder J. Randal., dan Beasley S. Mark. 2006. Auditing dan Jasa Assurance. Jilid
1. Edisi 12. Jakarta: Penerbit Erlangga. PT Gelora Aksara Pratama.
http://renny.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/31285/10.AuditKecurangan.ppt
http://irwan-transcorp.blogspot.co.id/2013/12/makalah-akuntansi-audit-kecurangan.html
http://www.materiakuntansi.com/pengertian-audit-kecurangan/
https://www.academia.edu/18617437/MAKALAH_KELOMPOK_11_CONSIDERING_THE_RISK_OF_F
RAUD_
https://www.slideshare.net/dewimasita/makalah-fraud-auditing
https://www.slideshare.net/PutryCamilie/makalah-kel-ii-fraud
http://okta-wiskey.blogspot.co.id/2016/03/audit-kecurangan.html