Anda di halaman 1dari 3

WANITA BAHULAWEAN

Karya Arievicka N.S

Semilir angin sore membelai lembut rerumputan yang terhampar menyelimuti tanah di
ladang. Candaan burung-burung kecil di ranting pepohonan mengiringi detik-detik kembalinya sang
surya ke peraduan. Goresan warna jingga di langit terlukis indah seakan mengajakku mengarunginya.
Ku hirup aroma khas melati dari secangkir teh yang kuseduh untuk sejenak menenangkan pikiranku
yang lumayan penuh karena pekerjaan.
dua tahun sudah engkau pergi meninggalkan sejuta kenangan, kini tak ada lagi yang
merangkul pundakku dalam kesepian. Do`aku selalu terpanjatkan untukmu Dirgan.
Sejenak aku teringat almarhum suamiku yang meninggal saat usia pernikahan kita yang ke-3. Aku
sangat merindukan senyum hangatnya yang selalu membuatku melupakan semua beban hidup.
sendirian? Biar ibu temani
Suara ibu seketika membuyarkan lamunanku. Mungkin ibu sudah hafal tempat yang biasa aku
singgahi ketika aku jenuh ataupun sedih.
jangan sering-sering melamun cah ayu. Apa yang sedang kamu lamunkan? Kalau ada masalah cerita
ke ibu
tidak ada masalah kok bu, aku hanya merindukan Mas Dirgan
Yang kuat ya nak.Ibu pernah mengalami hal yang sama sepertimu saat ayahmu meninggal.
terima kasih bu, entah apa jadinya hidupku kalau tidak ada ibu
Ku peluk erat-erat tubuh ibuku, aku terisak di dalam pelukan ibu. Air mataku mengalir meluapkan
semua emosi yang kupendam.
***
mbak Evi, tadi saya ke rumah Pak Raka. Pak Raka setuju tentang bisnis yang kita
rundingkan semalam. Dia akan menjual pohon damarnya 700 ribu per pohon
baiklah. Nanti malam saya akan ke rumah Pak Raka untuk memastikannya
kalau begitu, biar saya yang mengantar mbak. Saya takut mbak Evy kenapa-kenapa kalau pulang
malam sendirian
Terima kasih, sebenarnya saya memang sungkan ke rumah Pak Raka kalau tidak denganmu.
Aku sangat beruntung mempunyai teman seperti Rean. Berkat Rean, aku dapat bangkit dari
keterpurukanku. Setelah Dirgan meninggal, tidak ada lagi yang membiayai hidupku dan ibuku. Aku
hampir frustasi setelah beberapa kali mencoba melamar pekerjaan kesana kemari tetapi hasilnya
lamaranku ditolak. Rean lah yang banyak membantuku. Umur Rean memang 2 bulan lebih muda
dariku tetapi kerjanya yang ulet, gesit dan penuh pertimbangan menjadi poin tersendiri dalam
kesuksesannya. Mungkin sosok Rean yang menjadi inspirasi dalam hidupku.
***
Jarum jam di pergelangan tangan kiriku telah menunjukkan angka 10. Sebelumnya aku tidak
pernah pulang malam seperti saat ini. Aku merasakan kepalaku sedikit pening, mungkin karena
kelelahan.
jam segini baru pulang vi
iya bu, maaf. Ada bisnis baru yang lumayan menguntungkan. Sayang kalau tidak diambil
kamu ini selalu saja begitu. Lain kali jangan sampai malam seperti ini ya Vi. Tidak baik untuk
kesehatanmu. Kamu juga perlu istirahat. Ibu cuma takut kamu sakit, Evi. Ya sudah Ibu mau tidur
dulu. Kalau kamu lapar, ibu sudah siapkan makanan di meja makan.
iya bu
Ku langkahkan kakiku menuju ruang makan. Benar kata ibu, ia telah menyiapkan nasi lengkap beserta
lauknya dan segelas susu. Aku tidak habis pikir bagaimana bisa ia tau kalau perut anaknya sedang
kosong? Memang benar, naluri seorang ibu selalu tepat. Aku ingin menjadi seorang ibu sepertinya.
Kurebahkan tubuhku di atas kasur empuk yang mampu menghipnotisku menuju ke alam
mimpi. Berkali-kali kupejamkan kedua mataku. Sial! Sepertinya aku insomnia malam ini. Ku ambil
remote televisi, mungkin ada box office yang menayangkan film-film aksi favoritku. Gagal! Semua
channel menayangkan acara yang membosankan.
ini semua gara-gara kopi! Sudah larut malam tapi belum mengantuk juga. Mungkin mendengarkan
lagu sedih bisa membantu telunjuk jemariku sibuk membuka pola kunci pada layar handphone. Dan
yang kudapatkan adalah dua pesan dari Rean. Segera ku sentuh kotak perintah `baca`.
Wah kelihatannya bisnis kita sukses.
Jika ada bisnis yang menguntungkan lagi, saya akan segera menghubungi mbak.
Maaf untuk pesan yang menurut mbak tidak penting ini. Selamat malam.
Tumben sekali dia mengirimkan pesan singkat yang memang tidak penting ini. Akhir-akhir ini aku
merasakan hal yang aneh dalam diri Rean. Dia lebih perhatian dan bahkan sering memujiku. Mungkin
karena aku teman dekatnya. Tapi___ ah entahlah! Mengapa aku jadi memikirkan dia sih.
Kupejamkan kedua mataku dan menunggu mimpi membawaku menuju ke alamnya.
***
Pukul 10.00 saya tunggu di restoran D`licious.
Penting.
Pesan singkat dari Rean sontak membuatku kaget. Aku sampai dibuat tersedak saat membacanya.
pelan-pelan kalau makan Vi.
bu, sepertinya ada bisnis baru. Aku harus siap-siap pergi
Jam di pergelangan tangan kiriku berada di antara angka 9 dan 10. Pakaianku sudah rapi dan bahkan
untuk pertama kalinya aku menyemprotkan parfum di tubuhku. Untungnya aku tidak tinggal di kota
besar, kemacetan pun tidak pernah kualami.
Mataku mengamati setiap sudut dari restoran. Ku cari-cari lelaki berambut hitam cepak, berkacamata
dan berkulit bersih itu. Oh ternyata dia berada di meja 21. Diapun melambaikan tangan kanannya dan
tersenyum padaku.
bisnis baru?
ooh bukan. Saya ingin bicara serius sama mbak. Mbak mau pesan makan? Atau minum barangkali?
Sebentar ya
tidak usah Re, aku sudah sarapan. Ya sudah kalau begitu langsung saja
Mmm, saya tidak tau harus dimulai dari mana. Semenjak mbak jadi rekan bisnis saya, saya
merasakan sesuatu yang menurut saya istimewa. Suatu hal yang pertama kali saya rasakan. Saya
yakin mbak pernah merasakan sebelumnya. Saya jatuh hati pada mbak Evi
Seperti petir yang menyambarku dari ubun-ubun, rasanya ini benar-benar seperti mimpiku
semalam. Tanganku dingin, wajahku pucat, mulutku membisu. Aku tidak tau harus menjawab apa.
Seorang lelaki yang berada tepat didepanku menungguku mengucapkan sepatah kata.
mbak Evi kenapa diam? Kaget ya? Maaf ya mbak. Saya terlalu egois. Saya tau mbak Evi masih
mencintai Mas Dirgan. Sa__
saya memang masih mencintai Dirgan. Tetapi bukan berarti saya harus menutup hati dan tetap
sendirian menanggung beban hidup. Saya masih membutuhkan sosok lelaki yang mampu merangkul
saya dalam kesulitan. Saya harap lelaki itu kamu Rean
***
ibu, anakmu memakai gaun pengantin untuk yang kedua kalinya
ibu sangat bahagia Evi, akhirnya kamu menemukan pengganti Dirgan. Semoga ini menjadi
pernikahanmu yang terakhir ya nak. Ibu tidak ingin kamu sedih lagi
Dalam balutan busana kebaya putih dan rangkaian melati yang disusun diatas rambutku
mengingatkanku saat pertama kali aku menikah dengan Dirgan. Ku tengok ibu tengah mondar mandir
menjamu tamu undangan yang datang di acara akad nikahku dengan Rean. Pada jam digitalku tertera
angka 07.40. Sebentar lagi acaranya akan dimulai tetapi Rean belum juga sampai. Perasaan khawatir,
gelisah, gugup, bahagia, bercampur aduk menjadi satu. Semoga Rean selamat sampai tujuan.
Halo? Rean kamu sud__
Eviii! Vi, Rean kecelakaan Vi. Sekarang tante sama om ada di rumah sakit (di Solo). Sekarang
keadaannya kritis Vi.
Tanganku lemas hingga tak mampu lagi menahan beban handphone di genggamanku. Dadaku sakit
Seperti ditusuk ribuan jarum. Walaupun kedua kakiku masih lemas, ku paksakan untuk berjalan
menuju garasi. Aku tidak menghiraukan teriakan ibu yang memanggil namaku berkali-kali. Kini di
bayanganku hanya ada wajah Rean yang tergolek lemas di rumah sakit.
Dengan tubuh yang masih dibalut kebaya aku terus berlari menuju UGD. Kulihat dari jauh
sepasang suami istri yang berpakaian seperti orang akan kondangan sama halnya seperti diriku tengah
mengintip dari balik kaca jendela UGD. Orang tua Rean! Itu pasti orang tua Rean. Berkali-kali tante
Mira menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menangis di pundak sang suami. Ku
hampiri tante Mira, ku peluk erat tubuhnya. Aku berusaha tegar tetapi air mataku tak henti-hentinya
menetes.
keluarga dari saudara Rean?
iya dok, bagaimana keadaannya?
maaf mbak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan nyawanya. Namun
sepertinya Tuhan berkehendak lain. Maaf,sekali lagi saya minta maaf. Tuan Rean telah tiada
Aku berlari masuk memeluk erat tubuh Rean yang terbujur kaku. Aku menangis memanggil nama
Rean saat memeluknya. Rasanya aku tidak ingin melepaskan pelukanku, pelukan terakhir untuknya.
Ku raba baju pengantinnya yang bersimbah darah. Mengapa orang yang ku cintai selalu berakhir
tragis seperti ini Tuhan?
***
Hembusan angin sore menyampaikan salam rindu kepada wanita berlesung pipit dari lelaki
terakhirnya. Itulah aku! Rinduku kepada dua orang lelaki yang tetap menjadi pengisi hatiku tak dapat
terbendung lagi. Dirgan dan Rean, sentuh aku dalam belaian angin. Bisikkan kata cintamu dalam
cericit burung. Sendiri, mungkin inilah pilihan terbaikku untuk menikmati rinduku bersamamu, lelaki
terakhirku.

Anda mungkin juga menyukai