Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
I. Definisi
1
Sel darah putih: membantu melawan
infeksi. Sel darah putih memiliki beberapa
jenis yaitu
limfosit,monosit,basofil,neutrofil batang,
neutrofil segmen, dan eosinofil.
Sel darah merah: membantu membawa
oksigen ke seluruh tubuh
Sel darah putih, sel darah merah, dan platelet terbentu dari sel stem dimana
mereka sangat dibutuhkan oleh tubuh. Saat sel-sel tersebut menua dan rusak, sel
tersebut akan mati, dan sel baru akan menggantikan tempat mereka.
2
Pertama, sel stem akan berkembang menjadi sel stem myeloid atau sel stem
limfosit:
Sel stem myeloid berkembang menjadi myeloid blast. Myeloid blast ini
dapat berkembang menjadi seld darah merah, platelet, atau menjadi
beberapa jenis dari sel darah putih.
Sel stem limfoid akan berkembang menjadi limfoid blast. Limfoid blast ini
dapat berkembang menjadi beberapa tipe sel darah putih seperti sel B atau
sel T
Sel darah putih yang dihasilkan dari myeloid blast berbeda dari sel darah putih
yang dihasilkan limfoid blast ini.
Sel Leukemia
Pada orang dengan leukemia, sumsum tulang membuat sel darah putih yang
abnormal.Sel yang abnormal tersebut adalah sel leukemia.
Tidak seperti sel darah normal, sel leukemia tidak mati saat waktunya tiba.
Mereka malah memadati dan mendesak sel darah putih normal, sel darah merah,
dan platelet. Hal ini membuat sel darah normal kesulitan dalam menjalankan
fungsi normal mereka.
3
II. Epidemiologi
Leukemia menurut usia didapatkan data yaitu, Leukemia Limfoblastik Akut
(LLA) terbanyak pada anak-anak dan dewasa, Leukemia Granulositik Kronik
(LGK) pada semua usia, lebih sering pada orang dewasa, Leukemia Granulositik
Kronik pada semua usia tersering usia 40-60 tahun, Leukemia Limfositik Kronik
(LLK) terbanyak pada orang tua. Leukemia Mieoloblastik Akut lebih sering
ditemukan pada usia dewasa (85%) daripada anak-anak (15%). Walaupun
leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang sedikit lebih
banyak dibandingkan wanita dengan perbandingan 2 : 1(5).
III. Etiologi
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti. Diperkirakan leukemi tidak
disebabkan oleh penyebab tunggal, tetapi gabungan dari faktor resiko antara
lain(6) :
Terinfeksi virus.
Agen virus sudah lama diidentifikasi sebagai penyebab leukemia pada
hewan. Pada tahun 1980, diisolasi virus HTLV-1( human Tcell
lymphotropic virus type 1) yang menyerupai virus penyebab AIDS dari
leukemia sel T manusia pada limfosit seorang penderita limfoma kulit dan
sejak saat itu diisolasi dari sampel serum penderita leukemia sel T.
Faktor Genetik.
Pengaruh genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya memainkan
peranan , namun jarang terdapat leukemia familial, tetapi insidensi leukemia
lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang terserang , dengan insidensi
yang meningkat sampai 20% pada kembar monozigot (identik).
Kelainan Herediter.
Individu dengan kelainan kromosom, seperti Sindrom Down, kelihatannya
mempunyai insidensi leukemia akut 20 puluh kali lipat.
Faktor lingkungan.
- Radiasi. Kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia
4
yang timbul bertahun-tahun kemudian.
- Zat Kimia. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon,
dan agen antineoplastik dikaitkan dengan frekuensi yang meningkat
khusus
nya agen-agen alkil. Kemungkinan leukemia meningkat pada penderita
yang
diobati baik dengan radiasi maupun kemoterapi.
Radiasi
Orang yang terekspos radiasi yang sangat tinggi lebih memiliki kecenderungan
untuk mengidap leukemia mieloblastik akut, leukemia mielositik kronik,atau
leukemia limfoblastik akut.
Ledakan bom atom: telah menyebabkan radiasi yang sangat tinggi (contohnya
seperti ledakan di jepang pada perang dunia kedua). Terjadi peningkatan
resiko mengidap leukemia pada orang-orang, terutama anak-anak, yang
selamat dari ledakan bom tersebut.
Radioterapi: radioterapi untuk kanker dan kondisi lainnya adalah sumber
eksposur radiasi tinggi lainnya. Radioterapi meningkatkan resiko leukemia.
X-rays: dental x-rays dan x-rays diagnostik lainnya (seperti CT-Scan)
mengekspos orang-orang terhadap level radiasi yang lebih rendah. Belum
diketahui apakah radiasi level rendah ini dapat menghubungkan leukemia
dengan anak-anak maupun orang dewasa. Peneliti sedang mempelajari
apakah melakukan banyak foto x-rays dapat meningkatkan resiko leukemia.
Mereka juga mempelajari apakah menjalani CT-Scan ketika anak-anak dapat
meningkatkan resiko leukemia.
Benzene
Terekspose benzene di tempat kerjadapat menyebabkan leukemia mieloblastik
akut. Selain itu benzene juga dapat menyebabkan leukemia mielositik kronik
atau leukemia limfoblastik akut. Benzene banyak digunakan pada industri
kimia. Benzene juga ditemukan pada asap rokok dan gasoline.
Merokok
5
Merokok dapat meningkatkan resiko leukemia mieloblastik akut.
Kemoterapi
Pasien kanker yang diterapi dengan beberapa tipe obat pelawan kanker
kadang akan mengidap leukemia mieloblastik akut atau leukemia limfoblastik
akut. Contohnya, diterapi dengan obat bernama alkylating agen atau
topoisomerase inhibitor dapat dihubungkan dengan kemungkinan kecil
berkembangnya leukemia akut.
Memiliki satu atau lebih faktor resiko tidak berarti seseorang akan mengidap
leukemia. Kebanyakan orang yang memiliki faktor resiko tidak pernah
berkembang menjadi leukemia.3
IV. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan kita
dengan infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Leukemia meningkatkan produksi
sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat
berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel
leukemia memblok produksi sel darah putih yang normal , merusak kemampuan
tubuh terhadap infeksi. Sel leukemia juga merusak produksi sel darah lain pada
sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.(6)
6
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari
kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom
(translokasi kromosom) mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel
ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke
dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan
otak.3,5
Jika penyebab leukemia virus, virus tersebut akan masuk ke dalam tubuh
manusia jika struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia. Bila
struktur antigen individu tidak sama dengan struktur antigen virus, maka virus
tersebut ditolaknya seperti pada benda asing lain. Struktur antigen manusia
terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan
selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh (kulit disebut juga antigen
jaringan ). Oleh WHO terhadap antigen jaringan telah ditetapkan istilah HL-A
(Human Leucocyte Lucos A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut
hukum genetika sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi
leukemia tidak dapat diabaikan. 6,7
7
leukemia dan mengakibatkan penekanan hematopoesis normal, sehingga terjadi
bone marrow hipoaktivasi, infiltrasi sel leukemia ke dalam organ, sehingga
menimbulkan organomegali, katabolisme sel meningkat, sehingga terjadi
keadaan hiperkatabolisme.
V. Klasifikasi
Leukemia dapat diklafikasikan ke dalam :
Leukemia Kronik
Leukemia kronik dibedakan dari leukemia akut berdasarkan progresinya
yang lebih lambat. Sebaliknya, leukemia kronik lebih sulit diobati.
8
Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) atau dapat juga disebut leukemia
granulositik akut (LGA), mengenai sel stem hematopetik yang kelak
berdiferensiasi ke semua sel mieloid, monosit, granulosit (basofil, netrofil,
eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Dikarakteristikan oleh produksi berlebihan dari
mieloblast. Semua kelompok usia dapat terkena insidensi meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering
terjadi.(1)
9
2. LEUKEMIA GRANULOSITIK KRONIK (LMK)
Kejadian CML berkisar 20% dari seluruh leukemia yang mengenai orang
dewasa, khususnya individu berusia separuh baya. Hanya sedikit yang terjadi
pada pasien-pasien yang lebih muda. CML yang terjadi pada pasien yang lebih
muda biasanya lebih agresif terutama pada fase accelerated atau saat blast
crisis.
10
Pasien biasanya mengalami gejala-gejala akibat pembesaran limpa, hati
atau keduanya. Pembesaran limpa mendesak lambung sehingga pasien merasa
cepat kenyang yang berakibat pada menurunnya asupan makanan. Nyeri
abdomen pada bagian kuadran kanan atas menunjukkan kemungkinan adanya
infark pada limpa. Pembesaran limpa juga mungkin berhubungan dengan
keadaan hipermetabolik, demam, penurunan berat badan dan keletihan yang
berlebihan. Beberapa pasien CML menderita low grade fever dan keringat
berlebihan akibat keadaan hipermetabolik.
Pasien yang datang dalam keadaan fase accelerated atau fase akut dari
CML, gejala yang paling khas adalah ditemukannya perdarahan, peteki, dan
ekimosis. Apabila terjadi demam pada fase ini, maka penyebab paling mungkin
adalah infeksi. Sedangkan gejala khas fase blast adalah nyeri tulang dan
demam serta peningkatan fibrosis pada bone marrow.
11
Manifestasi klinis (4):
Manifestasinya adalah :
Adanya anemia
Pembesaran nodus limfa
12
Pembesaran organ abdomen
Jumlah eritrosi dan trombosit mungkin normal atau menurun
Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)
Seperti semua sel darah lainnya, sel leukemia beredar di seluruh tubuh.
Gejala leukemia bergantung pada jumlah sel leukemia dan dimana sel leukemia
tersebut terkumpul dalam tubuh. Orang dengan leukemia kronik dapat tidak
memiliki gejala. Seorang dokter sering menemukan penyakit tersebut dalam
pemeriksaan darah rutin secara tidak sengaja.
1. Anemia.
Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel
darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang,
akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan
kekurangan oxygen dalam tubuh).
2. Perdarahan.
Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena
didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan
13
salah satunya di jaringan kulit (banyaknya bintik merah lebar/kecil dijaringan
kulit).
3. Terserang Infeksi.
Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama
melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang
dibentuk tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya.
Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan
sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari
hidung (meler) dan batuk.
4. Nyeri Tulang dan Persendian.
Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow)
didesak padat oleh sel darah putih.
5. Nyeri Perut.
Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel
leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang
menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri
perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar Limfe.
14
VII. Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis leukemia dilakukan secara terperinci melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sehingga dapat
diperoleh data-data yang maksimal untuk mendukung diagnosis. Terkadang
diagnosis leukemia ditemukan secara tidak sengaja saat pasien menjalani
pemeriksaan kesehatan rutin.Pemeriksaan riwayat penyakit yang lebih teliti
dilakukan dan pasien dapat melaporkan riwayat leukemia atau gejala dan faktor
resiko yang ada.
Pemeriksaan Penunjang
15
Tes darah: laboratorium akan memeriksa jumlah sel-sel darah. Leukemia
menyebabkan jumlah sel-sel darah putih meningkat sangat tinggi, dan
jumlah trombosit dan hemoglobin dalam sel-sel darah merah menurun.
Pemeriksaan laboratorium juga akan meneliti darah untuk mencari ada
tidaknya tanda-tanda kelainan pada hati dan/atau ginjal.
Pada penelitian pola apusan darah tepi (GDT) eritrosit yang banyak
ditemukan adalah normokrom normositik dengan penderita LMA sebanyak
17 orang (80,9%), LLA sebanyak 17 orang (63%), LMK sebanyak 32 orang
(74,4%), dan LLK sebanyak 2 orang (100%). Hal ini sesuai dengan teori
Bakta, Byrd, Bloomfield, dan Wetzler bahwa pada keganasan hematologi
lebih banyak ditemukan pola GDT eritrosit yaitu normokrom normositik
Pada penelitian pola GDT leukosit yang ditemukan adalah peningkatan
jumlah leukosit dan sel blas (+) yang banyak ditemukan pada penderita
LMA sebanyak 20 orang (95,24%) dan LLA sebanyak 13 orang (48,15 %).
Hal ini sesuai dengan teori Ciesla bahwa pada leukemia akut sel blas lebih
banyak ditemukan pada gambaran darah tepi dan sumsum tulang7. Pada
penderita LLA juga ditemukan peningkatan jumlah leukosit dan sel
limfoblas (+) sebanyak 13 orang (48,15%) dengan inti sel yang bercelah,
berlekuk, dan terbelah. Hal ini sesuai dengan teori Ciesla dan Turgeon
bahwa, morfologi dari tipe sel limfoblas adalah inti berlekuk, membelah dan
bercelah1,7. Pada penderita LMK banyak ditemukan peningkatan jumlah
leukosit, sel blas (+), dan di jumpai di semua tahapan maturasi seri
granulositik pada 41 orang (95,35%) dan terdapat 6 penderita LMK yang
ditemukan adanya peningkatan eosinofil dan basofil. Hal ini sesuai dengan
teori Fadjari dan Sukrisman bahwa pada LMK ditemukan gambaran leukosit
di semua tahapan diferensiasi dan maturasi seri granulosit serta peningkatan
eosinofil dan basofil.8
Berkurangnya jumlah trombosit pada leukemia akut biasanya merupakan
akibat infiltrasi sumsum tulang atau kemoterapi, selain itu dapat juga
disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti koagulasi intravaskuler
diseminata, proses imunologis dan hipersplenisme sekunder terhadap
16
pembesaran limpa. Trombositopenia yang terjadi bervariasi dan hampir
selalu ditemukan pada saat leukemia didiagnosis. Proses infiltrasi di
sumsum tulang mengakibatkan sumsum tulang dipenuhi oleh sel leukemik
sehingga terjadi penurunan jumlah megakariosit yang berakibat menurunnya
produksi trombosit. Kemoterapi pada leukemia dapat menyebabkan
kerusakan langsung sumsum tulang sehingga juga akan menyebabkan
berkurangnya produksi trombosit9
Biopsi: dokter akan mengambil sedikit jaringan sumsum tulang dari tulang
pinggul atau tulang besar lainnya. Ahli patologi kemudian akan memeriksa
sampel di bawah mikroskop, untuk mencari sel-sel kanker. Cara ini disebut
biopsi, yang merupakan cara terbaik untuk mengetahui apakah ada sel-sel
leukemia di dalam sumsum tulang.
Sitogenetik: laboratorium akan memeriksa kromosom sel dari sampel darah
tepi, sumsum tulang (bone marrow sample), atau kelenjar getah bening.
Lumbal puncture: dengan menggunakan jarum yang panjang dan tipis,
dokter perlahan-lahan akan mengambil cairan cerebrospinal (cairan yang
mengisi ruang di otak dan sumsum tulang belakang). Prosedur ini
berlangsung sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anestesi lokal. Pasien
harus berbaring selama beberapa jam setelahnya, agar tidak pusing.
Laboratorium akan memeriksa cairan apakah ada sel-sel leukemia atau
tanda-tanda penyakit lainnya.
Sinar X pada dada: sinar X ini dapat menguak tanda-tanda penyakit di dada.
17
VIII. Tata Laksana
Leukemia Granulositik Kronik
Sebagian besar pengobatan tidak menyembuhkan penyakit, tetapi hanya
memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan dianggap berhasil
apabila jumlah sel darah putih dapat diturunkan sampai kurang dari
50.000/mikroliter darah. Pengobatan yang terbaik sekalipun tidak bisa
menghancurkan semua sel leukemik.Satu-satunya kesempatan penyembuhan
adalah dengan pencangkokan sumsum tulang. Pencangkokan paling efektif
jika dilakukan pada stadium awal dan kurang efektif jika dilakukan pada fase
akselerasi atau krisis blast. Obat interferon alfa bisa menormalkan kembali
sumsum tulang dan menyebabkan remisi. Hidroksiurea per-oral (ditelan)
merupakan kemoterapi yang paling banyak digunakan untuk penyakit ini.
Busulfan juga efektif, tetapi karena memiliki efek samping yang serius, maka
pemakaiannya tidak boleh terlalu lama. Terapi penyinaran untuk limpa
kadang membantu mengurangi jumlah sel leukemik. Kadang limpa harus
diangkat melalui pembedahan (splenektomi) untuk: mengurangi rasa tidak
nyaman di perut, meningkatkan jumlah trombosit, mengurangi kemungkinan
dilakukannya tranfusi. (2)
18
antrasiklin atau asparaginase intravena. Untuk mengatasi sel leukemik di
otak, biasanya diberikan suntikan metotreksat langsung ke dalam cairan
spinal dan terapi penyinaran ke otak. Beberapa minggu atau beberapa bulan
setelah pengobatan awal yang intensif untuk menghancurkan sel leukemik,
diberikan pengobatan tambahan (kemoterapi konsolidasi) untuk
menghancurkan sisa-sisa sel leukemik. Pengobatan bisa berlangsung selama
2-3 tahun. (4)
Sel-sel leukemik bisa kembali muncul, seringkali di sumsum tulang, otak
atau buah zakar. Pemunculan kembali sel leukemik di sumsum tulang
merupakan masalah yang sangat serius. Penderita harus kembali menjalani
kemoterapi. Pencangkokan sumsum tulang menjanjikan kesempatan untuk
sembuh pada penderita ini. Jika sel leukemik kembali muncul di otak, maka
obat kemoterapi disuntikkan ke dalam cairan spinal sebanyak 1-2
kali/minggu. Pemunculan kembali sel leukemik di buah zakar, biasanya
diatasi dengan kemoterapi dan terapi penyinaran. (4)
19
B diobati dengan alkylating agent, yang membunuh sel kanker dengan
mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut diobati dengan interferon
alfa dan pentostatin. (3)
IX. Pengobatan
Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan
kanker ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia.
Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau
kombinasi dari dua obat atau lebih.
Terapi Biologi
Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang
digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-
sel leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh
sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan
leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami
bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.
Terapi Radiasi
20
(Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum
tulang.)
21
Daftar Pustaka
22