Anda di halaman 1dari 14

A SISTEM PENANGKAL PETIR

Petir merupakan fenomena alam yang selalu menghantarkan muatan


listriknya ke bumi tanpa kendali dan dapat menyebabkan kerugian harta benda
dan bahkan nyawa manusia sekalipun. Apabila aliran listrik akibat sambaran
petir mengalir melalui tubuh manusia maka organ tubuh yang dilaluinya akan
mengalami shock (terkejut). Arus tersebut dapat menyebabkan terhentinya
kerja jantung. selain itu efek rangsangan dan panas akibat dari arus petir pada
organ tubuh dapat juga melumpuhkan jaringan otot bahkan bila energinya
terlalu kuat dapat menghanguskan tubuh manusia.

Petir telah banyak membuat kerugian pada manusia dan kerusakan pada
peralatan sejak dulu. Semakin banyaknya pemakaian alat elektronik dan
peralatan tegangan rendah saat ini telah meningkatkan jumlah statistik
kerusakan yang ditimbulkan oleh pengaruh sambaran petir baik langsung
maupun tidak langsung. Manusia merasa terancam dengan adanya fenomena
alam tersebut. Maka dari itu manusia berusaha menciptakan sebuah alat yang
dapat menghindari sambaran petir yang dapat merusak atau bahkan
menghilangkan nyawanya sendiri. Bila kita melihat atau sedang terjadi hantaran
petir sebaiknya kita menghindari tempat yang terbuka dan basah.

Penangkal petir adalah rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalan


bagi petir menuju ke permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang
dilewatinya. Penangkal petir diperlukan agar aliran listrik dari petir bisa
dijinakkan sehingga tidak membahayakan struktur atau makhluk hidup. Alat ini
sering disebut pula sebagai konduktor petir atau batang Franklin. Penangkal
petir secara luas digunakan di seluruh dunia sebagai sistem perlindungan petir.
Penangkal petir dianggap efektif karena mengurangi kerugian terkait kebakaran
dan kerusakan struktural akibat sambaran petir. Alat ini umumnya terbuat dari
logam, idealnya logam yang sangat konduktif seperti tembaga.

Ketika petir menyambar logam tersebut, listrik akan disalurkan melalui


kawat menuju ke tanah (grounding). Penangkal petir bekerja dengan
mengalihkan listrik dari struktur bangunan yang rentan. Itu sebab, alat ini lazim
dipasang di atap bangunan.

Ada 3 bagian utama pada penangkal petir:

Bagian-bagian pada sistem penangkal petir

sumber: Spiderbeat.com

Batang penangkal petir

Batang penangkal petir berupa batang tembaga yang ujungnya runcing.


Dibuat runcing karena muatan listrik mempunyai sifat mudah berkumpul
dan lepas pada ujung logam yang runcing. Dengan demikian dapat
memperlancar proses tarik menarik dengan muatan listrik yang ada di
awan. Batang runcing ini dipasang pada bagian puncak suatu bangunan.

Kabel konduktor

Kabel konduktor terbuat dari jalinan kawat tembaga. Diameter jalinan


kabel konduktor sekitar 1 cm hingga 2 cm . Kabel konduktor berfungsi
meneruskan aliran muatan listrik dari batang muatan listrik ke tanah.
Kabel konduktor tersebut dipasang pada dinding di bagian luar bangunan.

Tempat pembumian

Tempat pembumian (grounding) berfungsi mengalirkan muatan listrik


dari kabel konduktor ke batang pembumian (ground rod) yang tertanam
di tanah. Batang pembumian terbuat dari bahan tembaga berlapis baja,
dengan diameter 1,5 cm dan panjang sekitar 1,8 - 3 m .

Cara kerja sistem penangkal petir

Saat muatan listrik negatif di bagian bawah awan sudah tercukupi, maka muatan
listrik positif di tanah akan segera tertarik. Muatan listrik kemudian segera merambat
naik melalui kabel konduktor , menuju ke ujung batang penangkal petir. Ketika muatan
listrik negatif berada cukup dekat di atas atap, daya tarik menarik antara kedua muatan
semakin kuat, muatan positif di ujung-ujung penangkal petir tertarik ke arah muatan
negatif. Pertemuan kedua muatan menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik itu akan
mengalir ke dalam tanah, melalui kabel konduktor, dengan demikian sambaran petir
tidak mengenai bangunan. Tetapi sambaran petir dapat merambat ke dalam bangunan
melalui kawat jaringan listrik dan bahayanya dapat merusak alat-alat elektronik di
bangunan yang terhubung ke jaringan listrik itu, selain itu juga dapat menyebabkan
kebakaran atau ledakan. Untuk mencegah kerusakan akibat jaringan listrik tersambar
petir, biasanya di dalam bangunan dipasangi alat yang disebut penstabil arus listrik
(surge arrestor).

Sumber: Pustaka Pedia


B SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

Akhir-akhir ini, media massa cetak dan elektronik banyak melaporkan


terjadinya kebakaran pada bangunan, baik bangunan tempat tinggal,
perkantoran atau gudang/pabrik. Penyebabnya pun bermacam-macam, seperti
hubungan pendek arus listrik, meledaknya kompor, kecerobohon penyalaan api
dan sebagainya. Memang, suatu bangunan gedung memiliki potensi terjadinya
kebakaran. Apalagi bila bangunan tersebut material konstruksinya berasal dari
material yang mudah terbakar dan digunakan untuk menyimpan bahan-bahan
yang mudah terbakar. Oleh karenanya, guna meminimalisasi kebakaran dan
menanggulangi kejadian kebakaran pada bangunan gedung, maka gedung harus
diproteksi melalui penyediaan prasarana dan sarana proteksi kebakaran serta
kesiagaan dan kesiapan pengelola, penghuni dan penyewa bangunan dalam
mengantisipasi dan mengatasi kebakaran.

Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung merupakan sistem


yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang
maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem
proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka
melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008


tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan disebutkan bahwa pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya
mencegah terjadinya kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan
ataupun lantai-lantai bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi
ataupun meminimalisasi risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang
berpotensi menimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem
proteksi aktif maupun pasif.

Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang


secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun
otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak
dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia,
seperti APAR (alat pemadam api ringan) dan pemadam khusus. Penempatan
APAR harus tampak jelas, mencolok, mudah dijangkau dan siap digunakan setiap
saat, serta perawatan dan pengecekan APAR secara periodik.

Gedung perkantoran, apartemen, gedung kantor bahkan mall pasti


mempunyai sistem proteksi kebakaran tersediri. Manfaat utama sistem
pemadam kebakaran adalah untuk pencegahan serta perlindungan terhadap
kebakaran. Pada umunya Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler, sistem hidran
dan Fire Extinguisher. Dan pada tempat-tempat tertentu digunakan juga sistem
fire gas.Tetapi biasanya sistem yang digunakan terdiri dari: sistem sprinkler,
hidran dan fire extinguisher. Berikut penjelasan mengenai sistem pemadam
kebakaran

Fire Fighting Sistem Sprinkler

Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan


head sprikler sebagai alat utama untuk memadamkan kebakaran. Sistem
ada 2 macam, yaitu:

1. Wet Riser System: Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air


bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang
relatif tetap.
2. Dry riser system : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air
bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara
otomatis jika instalasi fire alar memerintahkannya.

Pada umumnya gedung bertingkat tinggi menggunakan sistem


wet riser, seluruh pipa sprinkler berisikan air bertekanan, dengan
tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap. Apabila tekanan
dalam pompa menurun, maka secara otomatis jockey pump akan bekerja
untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa. Jika tekanan terus menurun
atau ada glass bulb head sprinkler yang pecah maka pompa elektrik akan
bekerja dan secara otomatis pompa jockey akan berhenti. Dan apabila
pompa elektrik gagal bekerja setelah 10 detik, maka pompa cadangan
diesel secara otomatis akan bekerja.
Fire Fighting Sistem Hydrant
Sistem ini menggunakan instalasi hydrant sebagai alat utama
pemadam kebakaran, yang terdiri dari box hydrant dan accesories, pilar
hydrant dan siemese. Box Hydrant dan accesories instalasinya (selang
(hose), nozzle) (atau disebut juga dengan Fire House cabinet (FHC))
biasanya ditempatkan dalam gedung, sebagai antisipasi jika sistem
sprinkler dan sistem fire extinguisher kewalahan mengatasi kebakaran di
dalam gedung. Sedang Pilar hydrant (yang dilengkapi juga dengan box
hydran disampingnya, untuk menyimpan selang (hose) dan nozzle)
biasanya ditempatkan di area luar (jalan) disekitar gedung, digunakan
jika sistem kebakaran di dalam gedung tidak memadai lagi. Dan Siemese
berfungsi untuk mengisi air ground tank (sumber air hydran) tidak
memadai lagi atau habis. Siemese ditempatkan di dekat di dekat jalan
utama. Hal ini untuk memudahkan dalam pengisian air. System Hydrant
ini terdiri dari 2 system, yaitu:
1. Wet Riser System: Seluruh instalasi pipa hydran berisikan air
bertekanan dengan tekanan yang selalu dijaga pada tekanan yang
relatif tetap.
2. Dry Riser System: seluruh instalasi pipa hydran tidak berisikan air
bertekanan, peralatan penyedia air akan secara otomatis jika
katup selang kebakaran di buka.

Seperti halnya sistem sprinkler, jika ada tekanan dalam pipa


instalasi menurun, maka pompa jockey akan bekerja. Dan jika instalasi
hydrant dibuka maka secara otomatis pompa elektrik akan bekerja, dan
jockey pump secara otomatis akan berhenti. Dan jika pompa elektrik gagal
bekerja secara otomatis, maka pompa diesel akan bekerja.

Fire Fighting fire Extinguisher


Fire extinguisher atau lebih dikenal dengan nama APAR (Alat
Pemadam Api Ringan) merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya
dilakukan secara manual dan langsung diarahka pada posisi dimana api
berada. Apar biasanya ditempatkan di tempat-tempat strategis yang
dissuaikan dengan peraturan Dinas Pemadam Kebakaran. Terdapat
beberapa jenis Apar yang digunakan, yaitu:
Apar Type A: Murtipupuse Dry Chemical Powder 3,5 Kg
Apar Type B: Gas Co2 6,8 kg
Apar type C : Gas Co2 10 kg
Apar type D : Multipupuse Dry Chemical Powder 25 kg (dilengkapi
dengan Trolley)

Fire Fighting Sistem Gas


Sistem fire gas biasanya digunakan untuk ruangan tertentu,
seperti: ruang Genset, ruang panel dan ruangan eletronik (ruang central
komputer: ruang hub dan server, IT, Comunication dan lain-lain). Sistem
yang digunakan biasanya sistem fire gas terpusat, dimana tabung-tabung
gas (foam, halon, FM 100, Co2 dan lain-lain), ditempatkan secara terpusat
dan pendistribusiannya ke dalam ruangan dilewatkan melalui motorized
valve / actuator, instalasi pemipaan dan nozzle. Cara kerja sistem ini
berdasarkan perintah dari system fire alarm.

Hal-hal diatas merupakan sistem pemadam kebakaran yang umumnya


digunakan, Sistem pamadam kebakaran pada gedung bertingkat tinggi adalah wajib
hukumnya untuk di sediakan. Mengingat dalam suatu gedung bertingkat akan timbul
keterbatasan tindakan yang dapat di lakukan penghuni untuk menyelamatkan diri saat
terjadi kebakaran. Selain itu proses penyelamatan para penghuni pun juga akan sulit di
lakukan oleh dinas pemadam kebakaran di sebabkan tingginya lokasi. Selain kedua hal
di atas, sistem pemadam kebakaran pada gedung bertingkat tinggi wajib ada mengingat
efek dari kebakaran yang dapat melemahkan struktur gedung jika kebakaran tidak
segera di atasi.

Sedangkan sistem proteksi kebakaran pasif merupakan sistem proteksi


kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan
komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan
berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan.
Sedangkan kompartemensasi merupakan usaha untuk mencegah penjalaran kebakaran
dengan cara membatasi api dengan dinding, lantai, kolom, balok yang tahan terhadap
api untuk waktu yang sesuai dengan kelas bangunan gedung.

Sistem proteksi pasif berperan dalam pengaturan pemakaian bahan bangunan


dan interior bangunan dalam upaya meminimasi intensitas kebakaran serta menunjang
terhadap tersedianya sarana jalan keluar (exit) aman kebakaran untuk proses evakuasi.
Sarana exit merupakan bagian dari sebuah sarana jalan keluar yang dipisahkan dari
tempat lainnya dalam bangunan gedung oleh konstruksi atau peralatan untuk
menyediakan lintasan jalan yang diproteksi menuju eksit pelepasan.

Sarana exit harus direncanakan dan dibuat agar mudah dijangkau, tidak buntu
pada ujungnya, tidak melewati ruangan yang mungkin terkunci seperti dapur, kloset
atau ruang kerja, dan rambu menuju pintu exit harus jelas dan mudah dilihat. Tangga
darurat dibangun di tempat yang terhindar dari jangkauan asap dan api kebakaran.
C SISTEM PENGAMAN KUNCI

Meningkatkan sistem keamanan bagi pemilik bangunan dan property


merupakan salah satu cara meningkatkan keamanan bisnis bagi para pelaku usaha.
Keamanan gedung baik di dalam ataupun di luar ruangan menjadi sangat penting bagi
kelangsungan sebuah bisnis. Selain memasang sistem tanda bahaya (alarm system),
untuk menjaga keamanan dari suatu ruangan maupun beberapa ruangan maka
dibuatlah sistem pengamanan ruangan, maupun yang dikombinasikan antara keduanya,
semua itu gilakukan untuk menjaga keamanan dari suatu ruangan.

Sistem pengamanan ruangan dapat dengan menggunakan anak kunci maupun


tanpa menggunakan anak kunci. Masing-masing dari sistem tersebut mempunyai cara
yang berbeda.

DENGAN ANAK KUNCI


Secara umum pengamanan dilakukan dengan memasang kunci pada
setiap pintu yang dibuka dengan menggunakan anak kunci tertentu. Pada
prinsipnya terdapat dua sistem perkuncian (key system), yaitu : dengan sistem
master key dan sistem penguncian yang dipusatkan (central locking system).
Dalam sistem master key, sebuah anak kunci dapat digunakan untuk
membuka beberapa pintu yang berada di bawah tingkatannya, yang disusun
berdasarkan hirarki. Kunci grand master dapat digunakan untuk membuka
seluruh pintu yang ada dalam satu bangunan. Kunci master dapat digunakan
untuk membuka seluruh pintu pada satu lantai tertentu dalam bangunan; jika
ada 20 lantai, maka ada 20 buah kunci master. Selanjutnya, jika setiap lantai
bangunan dibagi atas beberapa zona, maka pintu-pintu yang berada pada zona
tertentu dapat dibuka oleh kunci sub master. Dan akhirnya, pintu-pintu ruangan
menggunakan pintu individual. Sistem ini biasa digunakan untuk bangunan
hotel, kantor, pendidikan dan industri.
Anak kunci nomor 10 pada gambar di atas dinamakan kunci pass group,
atau dikenal dengan kunci duplikat, yang digunakan oleh beberapa orang untuk
membuka satu pintu tertentu.
Dalam sistem central lock, beberapa anak kunci tertentu yang berbeda
dapat digunakan untuk membuka satu pintu tertentu. Sistem ini biasanya
digunakan untuk beberapa blok apartemen. Setiap penghuni apartemen, dengan
anak kuncinya masing-masing, dapat membvuka pintu blok apartemennya, pintu
unit apartemennya dan pintu untuk ke tempat cuci (laundry).

TANPA ANAK KUNCI


Pintu dibuka dengan menekan tombol angka yang ada pada pintu, baik
yang difungsikan secara mekanik maupun elektronik. Sebuah sistem keamanan
Access Control memungkinkan pemilik bangunan dan property untuk
melakukan lebih dari sekedar mengontrol masuk ke daerah yang diproteksi.
Sistem ini juga dapat membuat catatan history atau informasi secara elektronik
mengenai siapa saja yang masuk ke dalam ruangan yang sudah diproteksi.
Dengan adanya cacatan informasi tersebut membantu pemilik usaha
mengidentifikasi siapa saja yang masuk ke ruangan pada waktu-waktu tertentu.
Hal ini tentu akan lebih membantu pemilik usaha untuk bisa lebih
mengetahui tentang siapa yang masuk pada jam tertentu ketika terjadi sebuah
insiden, misalnya seperti adanya kasus kehilangan aset dikarenakan pencurian
ataupun hal yang tidak diinginkan di luar dugaan.
Ada beberapa metode verifikasi pada sistem Access Control yang cocok
digunakan, dan itu merupakan pilihan bagi anda yang menginginkan sistem
keamanan seperti apa yang anda perlukan sesuai dengan kebutuhan serta
budget yang anda miliki tentunya.
Jenis-jenis metode verifikasi Access Control:

1. Metode Verifikasi Access Control menggunakan Mesin Kartu Strip Magnetic


Untuk jenis kartu ini memuat strip magnetic yang berisi informasi mengenai
informasi pemegang kartu. Untuk setiap pengguna kartu jenis ini diberikan ID
unik dan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Contoh jenis kartu ini
mungkin anda bisa melihat pada jenis kartu ATM yang anda miliki. Dewasa ini
penggunaan jenis kartu serta mesin tersebut pada sistem Access Control sudah
jarang ditemui, dikarenakan untuk verifikasi kartu ini harus digesek pada bagian
mesin, sedangkan teknologi pada saat ini sudah tergantikan dengan metode
swipe / tempel kartu dengan menggunakan Proximity Card / Smart Card
2. Metode Verifikasi Access Control menggunakan Mesin Scanner Biometric
Jenis sistem ini mengharuskan pengguna / user untuk memasukan informasi
menggunakan aspek biologis yang melekat pada pengguna/ user. Contoh dari
jenis ini yang umum dan banyak digunakan adalah mesin Access Control yang
menggunakan verifikasi menggunakan Sidik Jari / Fingerprint dan juga deteksi
Wajah / Face ID. Selain itu ada juga mesin yang menggunakan verifikasi yang lain
seperti retina mata ataupun suara. Hanya saja untuk tipe mesin ini masih
membutuhkan investasi yang cukup tinggi baik dari segi biaya dan
pengadaannya.
3. Metode Verifikasi Access Control menggunakan Mesin Kartu Proximity / Smart
card. Pada sistem ini biasanya user dapat memasukkan kode tertentu pada
keypad / reader untuk masuk ke ruangan ataupun wilayah yang diproteksi.
Keypad / Reader Elektronik ini tidak mudah untuk diutak-atik, karena untuk
memprogram sebuah kartu ke dalam sistem biasanya ada kode tertentu yang
unik dan berbeda antara mesin keypad yang satu dengan mesin keypad yang
lainnya. Akan tetapi perlu pengubahan kode akses secara periodik dari kode
akses aslinya (standar pabrik), untuk mencegah kebocoran informasi kode akses
dari pihak-pihak yang tidak berwenang dan berkepentingan. Berbeda dengan
mesin yang menggunakan strip magnetic, informasi user terkandung di dalam
sebuah microchip, sehingga cendrung lebih aman terhadap kerusakan akibat
berdekatan dengan benda-benda yang memiliki sifat magnetik. Selain itu
penggunaan jenis kartu ini hanya cukup mudah, hanya ditempelkan saja di
depan keypad / reader, tidak perlu digesek seperti halnya mesin yang
menggunakan kartu magnetic.

Sebuah sistem keamanan Access Control memiliki beberapa komponen utama.


Pada intinya, ada pusat kontrol yang terkomputerisasi dan berisi catatan untuk setiap
orang yang memiliki hak akses ke dalam bangunan atau bagian-bagian yang terdapat di
dalam ruangan. Pusat kendali berhubungan dengan entry point di seluruh gedung. Poin
ini dapat mencakup tidak hanya pintu, tetapi juga lift, pintu putar, gerbang parkir dan
sistem akses lainnya. Tidak ada batasan yang tetap untuk jumlah titik yang dapat
dipantau dengan cara ini.

Berikut ini adalah cara kerja pada sebuah sistem keamanan: Sistem Akses pada
titik masuk yang sudah dilengkapi dengan scanner elektronik berfungsi untuk
memverifikasi informasi yang dimasukkan oleh pengguna / user. Ketika Informasi
dimasukkan ke dalam scanner (baik dengan menggesekkan / menempelkan kartu akses
atau memasukkan informasi biologis seperti sidik jari, wajah, retina mata, dsb), reader
kemudian mentrigger relay informasi ke pusat kontrol. Komputer memverifikasi
kredensial keamanan atau menolak entri yang sesuai, dengan melakukan pencatatan log
history pada sistem.

Beberapa alasan pentingnya Access Control untuk sistem keamanan

Manfaat yang di dapatkan dari sistem Access Control ini diantaranya:

1) Mengurangi Biaya Operasional Keamanan, seperti penjagaan ruangan dengan


menyewa jasa security / petugas keamanan.

Pada gedung-gedung besar, untuk menyewa jasa petugas keamanan tentu


memiliki cost yang tinggi dalam operasional keamanan. Mereka biasanya
ditempatkan untuk memonitoring titik-titik penting entry point pada sebuah
gedung.Dari sudut pandang seperti ini, bisa dilihat bahwa Access Control dapat
mengurangi tingkat biaya operasional kemanan, karena merupakan sebuah
perangkat elektronik yang bekerja menggunakan sistem, sehingga sangat efisien
dalam penggunaannya.Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah selain
pengurangan beban pada biaya operasional keamanan, sistem ini tidak lagi
menganut kunci pintu tipe lama yang sudah konvensional. Salah satu contohnya
adalah sistem ini menggunakan kartu / proximity card dimana bila terjadi
kehilangan kartu akses, dicuri ataupun tidak dikembalikan oleh karyawan / staff
yang sudah tidak bekerja lagi ( suhah Resign ataupun kena PHK), anda hanya
cukup menghapus identitas kartu si karyawan tersebut, sehingga memberikan
rasa aman bagi pemilik perusahaan atau pengelola gedung. Sangat
disayangkan,jika anda memiliki gudang penyimpanan yang berisi stok barang
dan anda mempekerjakan karyawan yang sudah sangat anda percaya tetapi lupa
( atau bahkan hilang) ketika ditanya tentang kunci gudang tersebut. Mungkin
saja anda harus mengganti kunci pintu konvensional anda dengan yang baru, dan
tentu saja itu akan mengeluarkan biaya lagi. Karena anda harus berantisipasi jika
saja orang yang menemukan kunci yang hilang tersebut akan kembali pada saat
tertentu, dan melakukan pencurian. Bandingkan jika anda mengunakan dan
memasang alat Access Control , tentukan akan mengurangi resiko dari kerugian
anda, karena tidak perlu khawatir apakah anda harus mengganti kunci pintu
dengan yang baru, ataupun anda harus khawatir jika kunci itu ditemukan oleh
orang lain. Sehingga menghemat biaya dan selamat dari resiko-resiko tersebut

2) Membatasi Public Area dan Staff Area Only

Di banyak bangunan seperti kantor-kantor gedung pencakar langit,


banyak orang-orang baik karyawan ataupun orang dari luar gedung (visitor),
lalu lalang hilir mudik dan memiliki keperluan ataupun kepentingannya masing-
masing. Dengan menggunakan alat Acces Control yang sudah terpasang,
pengunjung umum (visitor) biasanya dibatasi pada bagian ruang depan, atau
sampai dengan ruangan recepcionist. Pada ruangan dalam yang sudah terpasang
Access Control, anda tidak perlu khawatir lagi, karena hak akses tersebut hanya
bisa dimasuki oleh karyawan/ staff dalam kantor, sehingga aman dari intervensi
orang luar.

3) Kemampuan untuk mencatat Record / Log History masuk dan keluar akses

Manajemen kantor ataupun pengelola gedung biasanya memerlukan


bukti otentik berupa report / laporan tentang siapa yang masuk pertama kali ke
dalam ruangan dan siapa yang terakhir kali meninggalkan ruangan. Hal ini
sangat diperlukan bilamana sewaktu-waktu terjadi insiden ataupun hal-hal yang
tidak diinginkan di luar dugaan.

4) Kemampuan untuk melindungi daerah yang sensitif / diproteksi

Sistem Access Control memungkinkan pengguna / user untuk mengatur berbagai


tingkat akses keamanan. Setelah menetapkan metode akses entry point untuk setiap
orang yang bekerja di sebuah gedung / bangunan. Izin keamanan tertentu dapat
diberikan kepada masing-masing pemegang kartu akses. Misalnya, salah satu pemegang
kartu diberikan akses hanya untuk pintu eksterior, pemegang kartu lain dapat diberikan
akses ke kedua pintu eksterior ditambah beberapa atau semua pintu interior. Hal ini
memungkinkan untuk membatasi karyawan untuk masuk dan keluar dengan mudah
namun area yang sensitive/ diproteksi sudah terlindungi. Situasi tertentu juga bisa
dilakukan ketika terjadi penanganan ketika Access Control sudah terpasang. Dalam hal
masalah keamanan yang paling utama, Access Control elektronik memfasilitasi kuncian
keamanan, mencegah semua akses, kecuali mereka yang diberikan hak akses pada
tingkat yang tinggi/ tingkatan tertentu. Ini amat membantu permasalahan yang terjadi
pada sistem keamanan di dalam gedung

Anda mungkin juga menyukai