HIDROPNEUMOTORAKS
Disusun Oleh :
Isma Dewi Masithah
150070200011055
Pembimbing :
dr. Farah Nurdiana, Sp. Rad
Laboratorium Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
MALANG
2017
2
LEMBAR PERSETUJUAN
CASE REPORT
HIDROPNEUMOTORAKS
Disusun Oleh:
Isma Dewi Masithah
NIM : 150070200011055
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
HIDROPNEUMOTORAKS
1.1 Definisi
Hidropneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana terdapat udara dan
cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru.1
1.2 Epidemiologi
Pencatatan tentang insiden dan prevalensi hidropneumotoraks belum
dilakukan, namun insiden dan prevalensi pneumotoraks berkisar antara 2,4-17,8
per 100.000 penduduk per tahun. Menurut Barrie dkk, seks ratio laki-laki
dibandingkan dengan perempuan 5:1. Ada pula peneliti yang mengatakan 8:1.1
1.3 Etiologi
Hidropneumotoraks dapat terjadi karena adanya trauma, toracentesis,
riwayat pembedahan toraks, dan fistula bronkopleural. Hidropneumotoraks
spontan terjadi oleh karena pecahnya bleb atau kista kecil yang diameternya tidak
lebih dari 1-2 cm yang berada di bawah permukaan pleura viseralis, dan sering
ditemukan di daerah apeks lobus superior dan inferior. Terbentuknya bleb ini oleh
karena adanya perembesan udara dari alveoli yang dindingnya ruptur melalui
jaringan interstitial ke lapisan jaringan ikat yang berada di bawah pleura viseralis.
Sebab pecahnya dinding alveolus ini belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga
ada dua faktor sebagai penyebabnya.
1) Faktor infeksi atau radang paru. Infeksi atau radang paru walaupun minimal
akan membentuk jaringan parut pada dinding alveoli yang akan menjadi titik
lemah.
2) Tekanan intra alveolar yang tinggi akibat batuk atau mengejan. Mekanisme ini
tidak dapat menerangkan kenapa pneumotoraks spontan sering terjadi pada waktu
penderita sedang istirahat. Dengan pecahnya bleb yang terdapat di bawah pleura
viseralis, maka udara akan masuk ke dalam rongga pleura dan terbentuklah fistula
bronkopleura. Fistula ini dapat terbuka terus, dapat tertutup, dan dapat berfungsi
sebagai ventil.
3) Robeknya pleura visceralis Sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari
alveolus akan memasuki kavum pleura. Hidropneumotoraks jenis ini disebut
4
1.4 Patofisiologi
Keadaan fisiologi dalam rongga dada pada waktu inspirasi tekanan
intrapleura lebih negative dari tekanan intrabronkial, maka paru mengembang
mengikuti gerakan dinding dada sehingga udara dari luar akan terhisap masuk
melalui bronkus hingga mencapai alveoli. Pada saat ekspirasi dinding dada
menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi daripada
tekanan udara alveoli atau bronkus akibatnya udara akan ditekan keluar melalui
bronkus. 1,2
Tekanan intrabronkial akan meningkat apabila ada tahanan pada saluran
pernafasan dan akan meningkat lebih besar lagi pada permulaan batuk, bersin,
atau mengejan. Apabila di bagian perifer bronki atau alveoli ada bagian yang
lemah, maka kemungkinan terjadinya robekan bronki atau alveoli akan sangat
mudah. 1,2
Dengan cara demikian dugaan terjadinya pneumotoraks dapat dijelaskan yaitu
jika ada kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pleura
yang pecah, bagian yang robek tersebut berhubungan dengan bronkus. Pelebaran
alveolus dan septa-septa alveolus yang pecah kemudian membentuk suatu bula
yang berdinding tipis di dekat daerah yang ada proses non spesifik atau fibrosis
granulomatosa. Keadaan ini merupakan penyebab yang paling sering dari
pneumothoraks. 1,2
5
1.5 Diagnosis
1.5.1 Anamnesis
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada
seperti ditusuk disertai sesak napas dan kadang-kadang disertai dengan
batuk. Rasa nyeri dan sesak napas ini makin lama dapat berkurang atau
bertambah hebat. Berat ringannya sesak napas ini tergantung dari derajat
penguncupan paru, dan apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak. Pada
penderita COPD, pneumotoraks yang minimal sekali pun akan
menimbulkan sesak napas yang hebat. Nyeri dada biasanya datang tiba-
tiba seperti ditusuk-tusuk setempat pada sisi paru yang terkena. Kadang-
kadang menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan scapula. Rasa nyeri
bertambah waktu bernapas dan batuk. Nyeri dada biasanya akan
berangsur-angsur hilang dalam waktu satu sampai empat hari. Batuk
biasanya merupakan keluhan yang jarang bila disertai penyakit paru lain,
biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif. 3,4
sign tidak tampak. Pada foto posisi tegak maka akan dijumpai air fluid level
meskipun cairan sedikit dan telihat garis mendatar karena adanya udara di atas
cairan. Gambaran radiologi pada hidropneumotoraks ini ruang pleura sangat
translusen dengan tak tampaknya gambaran pembuluh darah paru (clear
space), biasanya tampak garis putih tegas membatasi pleura visceralis yang
membatasi paru yang kolaps, tampak gambaran semiopak homogen menutupi
paru bawah, dan penumpukan cairan di dalam cavum pleura yang
menyebabkan sinus costofrenikus menumpul.5
1.7 Tatalaksana
Tindakan pengobatan hidropneumotoraks tergantung dari luasnya
permukaan hidropneumotoraks. Tujuan dari penatalaksanaan ini yaitu untuk
mengeluarkan udara dari rongga pleura, sehingga paru-paru bisa kembali
mengembang. Pada hidropneumotoraks yang kecil biasanya tidak perlu
dilakukan pengobatan, karena tidak menyebabkan masalah pernafasan yang
9
serius dan dalam beberapa hari udara akan diserap. British Thoracic Societyy
dan American College of Chest Physicians telah memberikan rekomendasi
penanganan hidropneumotoraks adalah :
a. Observasi dan pemberian tambahan oksigen
Tindakan ini dilakukan apabila luas pneumotoraks <15% dari
hemitoraks. Apabila fistula dari alveoli ke rongga pleura telah menutup, udara
dalam rongga pleura perlahan-lahan akan diresorbsi. Laju resorbsinya
diperkirakan 1,25% dari sisi pneumotoraks perhari. Laju resorbsi tersebut akan
meningkat jika diberikan tambahan oksigen. Observasi dilakukan dalam
beberapa hari (minggu) dengan foto dada serial tiap 12-24 jam selama 2 hari
bisa dilakukan dengan atau tanpa harus dirawat di rumah sakit. Jika pasien
dirawat di rumah sakit dianjurkan untuk pemberian tambahan oksigen. Pasien
dengan luas pneumotoraks kecil unilateral dan stabil, tanpa gejala
diperbolehkan berobat jalan dan dalam 2-3 hari harus kontrol lagi.10
b. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi
dengan atau tanpa pleurodesis
Tindakan ini dilakukan seawal mungkin pada pasien pneumotoraks
yang luasnya >15%. Tindakan ini bertujuan mengeluarkan udara di rongga
pleura (dekompresi). Tindakan dekompresi ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Menusukkan jarum melalui dinding dada sampai masuk rongga
pleura, sehingga tekanan udara positif akan keluar melalui
jarum tersebut.
2. Membuat hubungan dengan udara luar melalui saluran
kontraventil, yaitu dengan:
a. Jarum infuse set ditusukkan ke dinding dada sampai masuk
rongga pleura, kemudian ujung pipa plastik di pangkal
saringan tetesan dipotong dan dimasukkan ke dalam botol
berisi air kemudian klem dibuka, maka akan timbul
gelembung-gelembung udara di dalam botol.
b. Jarum abbokath no 14 ditusukkan ke rongga pleura dan
setelah mandarin dicabut, dihubungkan dengan pipa infuse
set.
c. Water sealed drainage (WSD)
Pipa khusus (kateter urin) yang steril dimasukkan ke rongga
pleura dengan perantaraan trokar atau klem penjepit. Sebelum
10
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Dsn Jatibanggi RT 02/05 Tanggung Campur Darat
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status : Pasien R. 231
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
Sesak napas
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke RSSA Malang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan
yang lalu. yang memberat sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak
napas tidak dipengaruhi dengan aktivitas ringan dan perubahan posisi. Selain
sesak, pasien juga mengeluh batuk dengan dahak putih dan nyeri dada
dengan VAS= 8/10.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien didiagnosis Ca bronkogenik sejak 1 bulan yang lalu. Pasien tidak
memiliki riwayat hipertensi, asma, dan diabetes mellitus.
Riwayat pengobatan :
Pasien sudah menjalani kemoterapi satu kali di RSSA.
Riwayat sosial:
Pasien saat ini sudah tidak bekerja dan hanya beristirahat di rumah. Riwayat
merokok dan riwayat minum alkohol disangkal oleh pasien. Namun suami
pasien memiliki kebiasaan merokok 2 pak/hari.
Riwayat Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan serupa.
Auskultasi: V Rh - - Wh - -
V -- --
V -- --
Akral hangat, edema lengan -/-, edema tungkai -/-, CRT <2
Ekstremitas
detik, kondisi kulit normal.
Lain-lain -
13
2.5 Diagnosis
Adeno Ca Bronchogenic Dextra TxNxM1b st IV
15
Hidropneumothorax Dextra
Cancer Pain
BAB III
PEMBAHASAN
TEORI KASUS
Anamnesis Dari anamnesis pasien mengeluh
Biasanya ditemukan anamnesis yang sesak napas sejak 1 bulan yang
khas, yaitu rasa nyeri pada dada lalu yang memberat sejak 4 hari
seperti ditusuk disertai sesak napas sebelum masuk rumah sakit.
dan kadang-kadang disertai dengan Sesak napas tidak dipengaruhi
batuk. Rasa nyeri dan sesak napas dengan aktivitas ringan dan
ini makin lama dapat berkurang atau perubahan posisi. Selain sesak,
bertambah hebat. Berat ringannya pasien juga mengeluh batuk
sesak napas ini tergantung dari dengan dahak putih dan nyeri
derajat penguncupan paru, dan dada dengan VAS= 8/10. Pasien
apakah paru dalam keadaan sakit sudah terdiagnosis Ca
atau tidak. Pada penderita COPD, Bronkogenik sejak satu bulan
pneumotoraks yang minimal sekali yang lalu dan sudah menjalankan
pun akan menimbulkan sesak napas kemoterapi.
yang hebat. Rasa nyeri bertambah
waktu bernapas dan batuk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Asril Bahar, 1999, Penyakit-penyakit Pleura, Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid
II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
2. Darmanto Djojodibroto, 2009, Respirologi, EGC.
3. Sjahriar rasad, 2009, Radiologi diagnostik, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.
4. Kahar Kusumawidjaja, 200, Pleura dan Mediastinum, Rdiologi diagnostic, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
5. Chen PH, Lin XZ. Images in clinical medicine. Hydropneumothorax. N. Engl. J.
Med. 2010;362 (3): e9.
6. Farrow CS. Exercise in diagnostic radiology. Pyopneumothorax, secondary to
distemper pneumonia. Can. Vet. J. 1981;22 (6): 182-3.
7. Chowdhury R, Wilson I, Rofe C et-al. Radiology at a Glance. Wiley-Blackwell.
(2010) ISBN:1405192208.
8. Ho ML, Gutierrez FR. Chest radiography in thoracic polytrauma. AJR Am J
Roentgenol. 2009;192 (3): 599-612.
9. Collins J, Stern EJ. Chest radiology, the essentials. Lippincott Williams &
Wilkins. (2007) ISBN:0781763142.
10. Doherty G, Companies M. Current diagnosis and treatment surgery. McGraw
Hill Professional. (2009) ISBN:0071590870.