Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEKNOLOGI PASCAPANEN

PENANGANAN PASCAPANEN BUAH BELIMBING

Dosen Pembimbing :
Ir. Helfi Gustia, M.Si

Oleh :
Ahlun Ahmad
(NPM : 2014610004)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatakan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN BUAH
BELIMBING tepat pada waktunya. Makalah ini di buat untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan dosen mata kuliah TEKNOLOGI PASCAPANEN sebagai
salah satu syarat yang harus diselesaikan mahasiswa.
Makalah ini berisikan informasi tentang bagaimana cara yang baik dan benar
untuk pengolahan pasca panen buah belimbing. Harapan penulis, makalah ini
dapat bermanfaat untuk penulis dan orang-orang yang membacanya. Kesulitan
yang penulis alami dalam penyusunan makalah ini ialah, mengumpulkan
informasi dan menyusunnya secara rapi.
Penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 20 April 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3
A. Pengertian Teknologi Penanganan Pascapanen .............................................. 3
B. Klasifikasi dan Mrofologi Buah Belimbing .................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 5
A. Pencucian ............................................................................................................... 5
B. Precooling .............................................................................................................. 5
C. Pengendalian Hama dan Penyakit ..................................................................... 6
D. Pelilinan Buah ........................................................................................................ 6
E. Pengemasan .......................................................................................................... 7
F. Penyimpanan Dingin........................................................................................... 9
G. Transportasi ........................................................................................................ 10
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan dalam usaha produksi pertanian, misalnya tanaman
pangan, dibedakan dalam dua tahap yaitu tahap budidaya dan tahap
pascapanen. Batas kedua tahap ditandai dengan kegiatan panen atau
pemungutan hasil. Oleh karena waktu kegiatan yang langsung antara
panen dan pascapanen, seringkali kegiatan panen dimasukkan ke dalam
kelompok pascapanen. Tahap budidaya dimulai dari pengolahan tanah,
penyemaian, penanaman dan perawatan hingga tanaman siap dipanen.
Penanganan pascapanen, yang merupakan tahap selanjutnya, adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak produk dipanen sampai siap
dikonsumsi (untuk produk segar) atau sampai siap diolah (sebagai bahan
produk olahan).
Dalam rangka pengembangan produk hilir tanaman perkebunan
yang berdaya saing, berinovasi teknologi, serta berorientasi pasar dan
berbasis sumberdaya lokal, maka pengembangan penanganan pascapanen
haruslah dipandang sebagai satu bagian dari suatu sistem secara
keseluruhan, dimana setiap mata rantai penanganan memiliki peran yang
saling terkait. Produk hasil perkebunan seperti juga produk pertanian
secara umum, setelah dipanen masih melakukan aktifitas metabolisme
sehingga jika tidak ditangani dengan segera akan mengakibatkan
kerusakan secara fisik dan kemik. Sifat mudah rusak (perishable) dari
produk mengakibatkan tingginya susut pascapanen serta terbatasnya masa
simpan setelah pemanenan sehingga serangga, hama dan penyakit akan
menurunkan mutu produk. Kondisi produk yang dipanen dipengaruhi oleh
faktor pra panen misalnya dalam pemilihan varietas, sistem tanam dan
teknik budidayanya. Faktor lingkungan dan adanya serangan hama dan
penyakit juga amat besar pengaruhnya terhadap produk segar yang

1
2

dipanen. Ketiga faktor tersebut masih belum cukup untuk dapat


menghasilkan produk dengan mutu prima, maka disinilah peran teknologi
pascapanen menjadi amatlah penitng. Semua sub-sistem tersebut haruslah
terintegrasi untuk mendapatkan produk dengan kualitas prima dan stabil
(Usman Ahmad, 2013).
Salah atu buah khas Indonesia dan Malaysia yang memerlukan
penanganan pascapanen lebih lanjut ialah buah belimbing. Buah belimbing
merupakan buah eksotik tropika yang sedang naik popularitasnya di pasar
domestik dan global karena bentuk dan rasanya yang unik, serta karena
kandungan gizinya. Namun, buah ini mudah rusak dan umur simpannya
singkat sehingga penanganan pascapanennya haruslah optimum (Sutrisno,
dkk 2013).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah tentang teknologi
pascapanen buah belimbing ialah :
1. Mengetahui tahapan - tahapan yang terjadi dalam penanganan
pascapanen buah belimbing.
2. Mengetahui teknologi yang tepat untuk proses penanganan buah
belimbing.
3. Menyelesaikan tugas pembuatan makalah sebagai syarat dari mata
kuliah Teknologi Pascapanen

C. Rumusan Masalah
1. Apakah teknologi yang tepat untuk penanganan pascapanen buah
belimbing ?
2. Bagaimanakah tahapan dalam penanganan pascapanen buah
belimbing ?
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Teknologi Penanganan Pascapanen


Untuk melindungi hasil panen dari cepatnya kerusakan diperlukan
perlakuan yang disebut penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen
sebenarnya dimulai sejak produk itu telah dipanen hingga prosesing
(pengolahan).
Tujuan utama penanganan pascapanen adalah memperkecil
kehilangan dan kerusakan produk panen. Usaha untuk memperkecil
kehilangan pascapanen adalah dengan menentukan perbaikan tindak
penanganan. Sebelumnya, tentu saja harus diketahui resiko setiap tahap
penanganan yang kini dilakukan. Teknologi yang digunakan juga harus
sesuai dengan waktu, biaya, tingkat keberhasilannya.
Keberhasilan penanganan tidak hanya dirasakan oleh podusen,
karena memperkecil kehilangan panen, tapi juga dirasakan oleh konsumen
karena mendapatkan komoditi sayuran dalam mutu terbaik (Tirta
Kurniawan, 2012).

B. Klasifikasi dan Mrofologi Buah Belimbing


Belimbing secara umumnya memiliki klasifikasi dan morfologi
sebagai berikut :
Klasifikasi belimbing
Kingdom : Plantae
Divisi : Magniliopsyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa carambola L

3
4

Morfologi tanaman belimbing


1. Akar ( Radix ) tanaman belimbing bercabang, berbentuk kerucut
panjang, tumbuh lurus kebawah tanah, dan tidak memiliki stipula.
Perakaran ini terdir dari pangkal akar, ujung akar, batang akar,
cabang akar, serabut akar, bulu akar dan tudung akar. Perakaran
tanaman ini berguna untuk menyokong tanaman dan juga
menyerap zat atau unsur air yang ada didalam tanah.
2. Batang ( caulis ) tanaman blimbing kuat, kasar dan juga berkayu,
batang ini memiliki bentuk bulat dengan panjang mencapai 10
meter bahkan lebih, dengan tumbuh tegak mengarah keatas.
3. Daun ( Folium ) tanaman belimbing tunggal dengan bentuk bulat
oval memanjang, berwarna kehijauan muda hingga tua. Daun
belimbing memiliki permukaan datar, bertangkai pendek, memiliki
pertulangan atau urat didalam daun tersebut. Dimanfaatkan untuk
berbagai menyimpan cadangan makanan tanaman.
4. Bunga ( Flos ) tanaman blembing adalah majemuk, dengan
memiliki kelamin ganda yang terdapat didalamnya benang sari
pendek, dan putik yang panjang. Bunga belimbing ini tumbuh
dibagian ketiak daun atau batang tua, dengan mahkota yang
berlekatan. Penyerbukan bunga ini dibantu dengan angin maupun
binatang yang ada di sekitar tanaman belimbing.
5. Buah belimbing ini berbentuk memajang dengan bentuk hampir
menyerupai bintang jika dilihat dari bagian atas dan bawah, buah
ini berwarna kehijauan jika masih muda dan kekuningan jika sudah
tua. Buah ini memiliki daging tebal, lunak, dan memiliki rasa asam
dan juga ada yang manis. Buah ini berukuran sekitar 4-13 cm.
6. Biji buah belimbing ini berbentuk pipih, berwarna coklat muda
yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan dalam tipis dan lunak
serta lapisan dalam luar sangat kuat. Selain itu, biji ini dilapisi
dengan cairan atau serat yang ada didalam buah belimbing dengan
warna putih.
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam tulisan Adian Rindang, 2011, penanganan pascapanen buah-buahan


dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi dan pemasaran. Pada umumnya
kegiatan penanganan pascapanen dilakukan dalam satu pusat penanganan
(packing house operation = PHO). Rangkaian kegiatan utama di PHO ini terdiri
dari pemilihan (sorting), pemisahan berdasarkan ukuran atau standar mutu
(sizing/grading) dan pengemasan. Beberapa kegiatan tambahan diperlukan
didalam penaganan pascapanen, seperti pencucian, precooling dan waxing.
Semakin panjang proses penanganan ataupun penundaan penanganan akan
mengakibatkan kehilangan dan kerusakan seperti susut bobot, pembusukan serta
penurunan nilai gizi yang semakin besar. Berikut ini merupakan tahapan tahapan
dalam teknologi penanganan pascapanen buah belimbing :

A. Pencucian
Pencucian ini bertujuan untuk membersihkan buah dari kotoran
(tanah atau benda-benda asing lainnya) dan residu pestisida. Proses
pencucian dilakukan dengan air mengalir untuk menghindari terjadinya
penularan penyakit pada buah. Penggunaan deterjen pada dosis tertentu
dapat membersihkan lebih sempurna, sehingga penampakan buah akan
menjadi lebih besih. Setelah selesai pencucian, buah belimbing
dikeringkan untuk menghilangkan akses air dengan cara diangin-anginkan
dalam hamparan atau mengalirkan uap panas.

B. Precooling
Precooling adalah suatu proses untuk menurunkan suhu buah
segera setelah proses pemanenan, terutama bila pemanenan dilakukan pada
saat siang hari. Suhu yang tinggi bersifat merusak mutu simpan buah-
buahan. Dengan precooling juga dapat menurunkan proses respirasi buah,
kepekaan terhadap mikroba dan dapat mengurangi jumlah air yang hilang.

5
6

Precooling mutlak dilakukan dalam pelaksanaan sistem transportasi rantai


dingin (cold/cool chain).

C. Pengendalian Hama dan Penyakit


Beberapa hama yang menyerang buah belimbing, diantaranya
adalah lalat buah (Dacus pedestris). Pengendalian dilakukan dengan cara
pembungkusan buah pada stadium pentil (umur 1 bulan sejak bunga
mekar), mengumpulkan dan membakar sisa tanaman yang berserakan
dibawah pohon. Penyakit yang sering ditemukan pada buah belimbing
pascapanen adalah Antraenose (Colletotrichum gloeosporioides), gejala
yang ditimbulakan adalah potongan kecil, tipis dan berwarna coklat terang
pada sirip buah belimbing. Penyakit lain dapat juga disebabkan oleh
Alternaria alternata, Cladosporium cladosporioides dan Botrypdiplodia
theobroma. Penyakit-penyakit ini dapat terjadi akibat penyimpanan buah
dalam jangka waktu lama. Perlakuan panas dapat digunakan untuk
mengendalikan penyakit ini, pencelupan ke dalam air panas atau udara
yang dipanaskan.

Gambar 1. Kerusakan buah belimbing akibat penyakit

D. Pelilinan Buah
Buah-buahan pada umumnya mempunyai lapisan lilin alami pada
permukaan kulitnya, yang sebagian dapat hilang dalam proses pencucian.
Pelilinan dilakukan untuk memperpanjang daya simpan buah-buahan.
Dalam pelilinan harus diupayakan agar pori-pori kulit buah tidak tertutup
rapat, sehingga terjadinya metabolisme anaerobik pada kulit buah dapat
dicegah. Jenis lilin yang digunakan adalah emulsi lilin-air, yang dalam
penggunaannya dicampur dengan fungisida untuk mencegah pembusukan
pada buah. Aplikasi pelilinan pada buah-buahan dapat dengan cara
pennyelupan, penyemprotan dan pembusaan
7

E. Pengemasan
Proses distribusi meliputi aktivitas-aktivitas seperti pengemasan,
penanganan, penggudangan dan pengangkutan. Selama proses
pendistribusian, kemasan dan produk yang dikemas akan menghadapi
sejumlah resiko yaitu resiko lingkungan seperti: temperatur dan
kelembaban, resiko fisis seperti: gesekan, benturan, tekanan dan
sebagainya serta resiko lainnya seperti serangan mikroorganisme perusak.
Beberapa penyebab kerusakan mekanis selama pendistribusian
anatara lain:
1. Isi kemasan yang terlalu penuh, menyebabkan meningkatnya
kerusakan tekanan atau kompresi karena adanya tambahan tekanan
dan tutup kemasan
2. Isi kemasan yang kurang, menyebabkan kerusakan vibrasi pada
lapisan atas. Hal ini disebabkan karena adanya ruang di atas bahan
sehingga selama pengangkutan bahan bagian atas akan terlempar-
lempar dan saling membentur.
3. Kelebihan tumpukan, tumpukan bahan yang terlalu tinggi di dalam
kemasan akan menyebabkan tekanan yang besar pada buah lapisan
bawah sehingga meningkatkan kerusakan kompresi.

Pengemasan merupakan salah satu proses untuk mencegah


terjadinya penurunan mutu buah, karena perlindungan atau pengawetan
buah dapat dilakuakn dengan pengemasan buah pada kemasan yang tepat.
Beberapa sifat kemasan yang diinginkan selama distribusi buahan adalah
yang sesuai dengan sifat buahan yang akan dikemas, mempunyai kekuatan
yang cukup untuk bertahan dari resiko kerusakan selama pengangkutan
dan penyimpanan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
kemasan yaitu jenis, sifat, tekstur dan dimensi bahan kemasan, komoditas
yang diangkut, sifat fisik, bentuk, ukuran, struktur dan pola susunan
produk dalam kemasan, permintaan waktu, jarak dan keadaan jalan yang
akan dilintasi.
8

Kemasan buah belimbing dapat dibagi kedalam dua jenis yaitu:


kemasan transportasi dan kemasan retail.
1. Kemasan transportasi, dibagi dalam dua jenis yaitu: kemasan rigid
(kemasan kaku) dan kemasan fleksibel. Kemasan rigid akan
memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap produk yang
dikemas. Kekakuannya tinggi sehingga penumpukan dapat lebih
tinggi. Bisa dipakai satu kali atau berulang kali. Contoh kemasan
rigid adalah peti kayu dan kardus karton. Kemasan rigid biasanya
dapat digunakan untuk pengemasan buah belimbing dengan jarak
pemasaran yang relatif jauh. Sedangkan kemasan fleksibel
mempunyai bobot yang ringan dan volume produk yang terkemas
dapat disesuaikan dengan keinginan konsumen, contohnya adalah
kemasan plastik dan kantong jaring. Kemasan ini cocok untuk
pemasaran buah belimbing di pasar-pasar tradisional dan umumnya
tidak menempuh perjalanan yang jauh.

Gambar 2. Contoh pengemasan belimbing dengan kemasan rigid

2. Kemasan retail, merupakan kemasan eceran atau kemasan yang


terakhir sampai pada konsumen, biasanya berupa laisan streofoam
dan plastik polyetilen.

Gambar 3. Contoh pengemasan belimbing dengan kemasan retail


9

F. Penyimpanan Dingin
Penyimpanan dingin merupakan proses pengawetan bahan pangan
dengan cara pendinginan pada suhu diatas suhu pembekuannya. Secara
umum pendinginan dilakukan pada suhu 2-13oC tergantung dari buahan
yang akan disimpan. Proses penyimpanan dingin ini membutuhkan
pengendalian terhadap kondisi lingkungan. Pengendalaian dilakukan
terhadap suhu yang rendah, komposisi udara, kelembaban dan sirkulasi
udara. Pengontrolan lingkungan perlu dilakukan karena proses kerusakan
pascapanen komoditas merupakan fungsi suhu dan waktu. Sumber
kerusakan seperti aktifitas fisiologis, aktifitas mikroba, transpirasi dan
evaporasi, semuanya mempunyai faktor pembatas suhu dan kelembaban.
Penggunaan suhu rendah dan kelembaban relatif (RH) tinggi dapat
menghambat semua reaksi tersebut sampai pada batas waktu tertentu.
Perubahan mutu akan terus berjalan dengan laju yang lebih lambat
sesuai dengan bertambahnya waktu pendingin. Tingkat kerusakan
komoditi yang disebabkan oleh suhu pendingin tergantung pada waktu dan
lama proses pendinginan. Kelembaban lingkungan sangat berpengaruh
terhadap proses fisiologis selama penyimpanan. Kelembaban relatif udara
yang jenuh menyebabkan pertumbuhan mikroba, sementara kelembaban
relatif yang rendah akan mengakibatkan pengeriputan kulit.
Belimbing yang telah dikemas dapat disimpan pada suhu ruangan
dengan suhu 10-15oCselama 7 hari tanpa menurunkan kesegaran dan
kualitas buah. Apabila disimpan pada suhu kamar (30oC) buah akan
kelihatan mengkerut dan berwarna kecoklatan. Sebaiknya penyimpanan
pada suhu kamar diletakkan pada wadah yang tertutup plastik film, tidak
lebih dari 3 hari. Sedangkan penyimpanan belimbing pada suhu 4-5oC
dengan kelembaban 90-95% buah akan dapat bertahan selama 21-35 hari.
Penyimpanan buah belimbing pada suhu yang rendah tapi kelembabannya
juga rendah akan menyebabkan buah mengalami kerusakan dingin dengan
ciri timbulnya cacat-cacat berwarna coklat di permukaan kulit dan juga
pada bagian siripnya. Jika belimbing disimpan pada suhu 20oC dengan RH
= 60% buah hanya dapat bertahan 3-4 hari.
10

G. Transportasi
Transportasi atau pengangkutan diperlukan untuk membawa buah
dari tempat pengemasan/pengepakan di sentra produksi ke berbagai tempat
tujuan menggunakan berbagai kendaraan pengangkut. Buah dapat
mengalami beberapa kali pengangkutan untuk mencapai tujuan akhir.
Jarak tempuhnyapun dapat bervariasi, jarak terpendek jika buah dari sentra
pruduksi langsung dipasarkan di kios buah atau pasar setempat.
Transportasi yang lebih kompleks terjadi untuk buah tujuan antar pulau
atau ekspor.
Buah belimbing dengan tujuan ekspor akan memiliki waktu
transportasi yang cukup lama. Salah satu penanganan yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya sust adalah dengan melakukan rantai
pendingin, selain juga menjaga kerusakan buah akibat luka mekanis
selama perjalanan seperti benturan, lecet dan kulit buah tergores.
Apabila buah belimbing telah dipanen dengan mutu yang baik dan
dilakukan pengemasan dengan tepat dan baik, maka kualitas tersebut perlu
dijaga selama pengangkutan menuju konsumen akhir, penanganan saat
distribusi dan penanganan di tingkat pengecer (gambar 6). Upaya
mempertahankan kualitas buah tersebut terkait dengan pengelolaan suhu,
yaitu mempertahankan suhu buah tetap berada pada kisaran optimal untuk
menghambat kemunduran mutu. Dari uraian tersebut, jelas bahwa
mempertahankan rantai pendingin selama transportasi, distribusi dan retail
adalah hal terbaik yang harus dilakukan untuk menjaga mutu belimbing
dan kehilangan susut dapat ditekan.

Jalur A: Sentra produksi Pasar terdekat


11

Jalur B: Sentra produksi Negara ekspor

Di negara maju biasanya pengangkutan buah telah memerhatikan


rantai pendingin, sehingga untuk pengiriman antar kota/daerah ataupun
tujuan ekspor umumnya telah menggunakan truk atau trailer berpendingin.
Truk berpendingin memiliki kapasitas angkut yang lebih kecil dari trailer
yaitu berupa boks berinsulasi dan dilengkapi dengan pendingin. Trailer
berpendingin berupa boks berinsulasi memiliki roda di bagian belakang
dan digandengkan dengan kendaraan penggandengnya. Trailer
berkapasitas 40, 45, 48 atau 53 ft umumnya digunakan sebagai angkutan
antar propinsi atau antar negara dengan fasilitas jalan bebas hambatan.
Buah yang diangkut dengan truk berpendingin memiliki daya simpan lebih
lama daripada buah dengan pengangkutan tanpa pendingin.

Gambar 4. Rancangan truk yang diberi penagkap angin di bagian depan


dan susunan peti kayu untuk menjadi aliran udara.
12

Pengangkutan buah juga dapat dilakukan dengan truk yang tidak


dilengkapi dengan pendingin (gambar 7). Namun ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan diantaranya adalah sirkulasi udara antara tumpukan peti
kemasan. Selama perjalanan panjang, dapat terjadi peningkatan suhu di
dalam bak yang berasal dari panas yang dikeluarkan oleh buah ditambah
dengan panas dari lingkungan luar (bagian bawah dan samping
kendaraan). Untuk mengurangi peningkatan suhu yang terjadi di dalam
bak truk pengangkut yang ditutup terpal, saat memuat buah dan
menutupnya dengan kain terpal harus dimungkinkan adanya aliran udara
dari depan ke belakang yang berguna untuk membuang panas. Rancangan
truk tanpa pendingin yang dilengkapi dengan penangkap angin dan
saluran udara yang disusun dari peti-peti kayu memungkinkan terciptanya
aliran udara dari depan ke bagian belakang sehingga dapat menghindari
peningkatan suhu, selanjutnya kemasan buah diatur agar tercipta aliran
udara tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat di ambil dari makalah Teknologi Pascapanen yang


berjudul Penanganan pascapanen buah belimbing ini ialah :
1. Untuk melindungi hasil panen dari cepatnya kerusakan diperlukan
perlakuan yang disebut penanganan pascapanen.
2. Tujuan utama penanganan pascapanen adalah memperkecil kehilangan dan
kerusakan produk panen.
3. Penanganan pascapanen nuah belimbing meliputi Pencucian, Precooling,
Penegndalian Hama dan Penyakit, Pelilinan Buah, Pengemasan,
Penyimpanan Dingin dan Transportasi.
4. Keberhasilan penanganan pascapanen tidak hanya dirasakan oleh podusen,
karena memperkecil kehilangan panen, tapi juga dirasakan oleh konsumen
karena mendapatkan komoditi buah belimbing dalam mutu terbaik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Usman. 2013. Teknologi Penanganan Pascapanen Buahan dan Sayuran.


Yogyakarta : Graha Ilmu

Kurniawan, Fredi. 2017. Klasifikasi dan Morfologi Belimbing ( Averrhoa


carambola ). http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-
morfologi-belimbing-averrhoa-carambola/. (Diakses, pada tanggal
20 April 2017)

Kurniawan, Tirta. 2012. Pengertian Dan Manfaat Pascapanen Sayuran.


http://tirtatmip.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-dan-manfaat-
pascapanen.html. (Diakses, pada tanggal 20 April 2017)

Rindang, Adian. 2011. Rantai Pendingin Pascapanen Buah Belimbing


(Carambola averrhoa L.).
http://gadogadobumbukacanginginberbagi.blogspot.co.id/2011/02
/rantai-pendingin-pascapanen-buah.html. (Diakses, pada tanggal
20 April 2017)

Sutrisno, dkk. 2013. Pencegahan Kerusakan Fisiologis Belimbing (Avverhoa


carambola) dalam Rantai Pasok dengan Optimisasi Model
Kombinasi Perlakuan Air Panas dan CaCl2 Menggunakan
Response Surface Method. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI),
April 2013. 28Vol. 18 (1): 20.

14

Anda mungkin juga menyukai