Ahlun Kibo
Ahlun Kibo
Dosen Pembimbing :
Ir. Helfi Gustia, M.Si
Oleh :
Ahlun Ahmad
(NPM : 2014610004)
Puji syukur penulis panjatakan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN BUAH
BELIMBING tepat pada waktunya. Makalah ini di buat untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan dosen mata kuliah TEKNOLOGI PASCAPANEN sebagai
salah satu syarat yang harus diselesaikan mahasiswa.
Makalah ini berisikan informasi tentang bagaimana cara yang baik dan benar
untuk pengolahan pasca panen buah belimbing. Harapan penulis, makalah ini
dapat bermanfaat untuk penulis dan orang-orang yang membacanya. Kesulitan
yang penulis alami dalam penyusunan makalah ini ialah, mengumpulkan
informasi dan menyusunnya secara rapi.
Penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan dalam usaha produksi pertanian, misalnya tanaman
pangan, dibedakan dalam dua tahap yaitu tahap budidaya dan tahap
pascapanen. Batas kedua tahap ditandai dengan kegiatan panen atau
pemungutan hasil. Oleh karena waktu kegiatan yang langsung antara
panen dan pascapanen, seringkali kegiatan panen dimasukkan ke dalam
kelompok pascapanen. Tahap budidaya dimulai dari pengolahan tanah,
penyemaian, penanaman dan perawatan hingga tanaman siap dipanen.
Penanganan pascapanen, yang merupakan tahap selanjutnya, adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak produk dipanen sampai siap
dikonsumsi (untuk produk segar) atau sampai siap diolah (sebagai bahan
produk olahan).
Dalam rangka pengembangan produk hilir tanaman perkebunan
yang berdaya saing, berinovasi teknologi, serta berorientasi pasar dan
berbasis sumberdaya lokal, maka pengembangan penanganan pascapanen
haruslah dipandang sebagai satu bagian dari suatu sistem secara
keseluruhan, dimana setiap mata rantai penanganan memiliki peran yang
saling terkait. Produk hasil perkebunan seperti juga produk pertanian
secara umum, setelah dipanen masih melakukan aktifitas metabolisme
sehingga jika tidak ditangani dengan segera akan mengakibatkan
kerusakan secara fisik dan kemik. Sifat mudah rusak (perishable) dari
produk mengakibatkan tingginya susut pascapanen serta terbatasnya masa
simpan setelah pemanenan sehingga serangga, hama dan penyakit akan
menurunkan mutu produk. Kondisi produk yang dipanen dipengaruhi oleh
faktor pra panen misalnya dalam pemilihan varietas, sistem tanam dan
teknik budidayanya. Faktor lingkungan dan adanya serangan hama dan
penyakit juga amat besar pengaruhnya terhadap produk segar yang
1
2
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah tentang teknologi
pascapanen buah belimbing ialah :
1. Mengetahui tahapan - tahapan yang terjadi dalam penanganan
pascapanen buah belimbing.
2. Mengetahui teknologi yang tepat untuk proses penanganan buah
belimbing.
3. Menyelesaikan tugas pembuatan makalah sebagai syarat dari mata
kuliah Teknologi Pascapanen
C. Rumusan Masalah
1. Apakah teknologi yang tepat untuk penanganan pascapanen buah
belimbing ?
2. Bagaimanakah tahapan dalam penanganan pascapanen buah
belimbing ?
BAB II
LANDASAN TEORI
3
4
A. Pencucian
Pencucian ini bertujuan untuk membersihkan buah dari kotoran
(tanah atau benda-benda asing lainnya) dan residu pestisida. Proses
pencucian dilakukan dengan air mengalir untuk menghindari terjadinya
penularan penyakit pada buah. Penggunaan deterjen pada dosis tertentu
dapat membersihkan lebih sempurna, sehingga penampakan buah akan
menjadi lebih besih. Setelah selesai pencucian, buah belimbing
dikeringkan untuk menghilangkan akses air dengan cara diangin-anginkan
dalam hamparan atau mengalirkan uap panas.
B. Precooling
Precooling adalah suatu proses untuk menurunkan suhu buah
segera setelah proses pemanenan, terutama bila pemanenan dilakukan pada
saat siang hari. Suhu yang tinggi bersifat merusak mutu simpan buah-
buahan. Dengan precooling juga dapat menurunkan proses respirasi buah,
kepekaan terhadap mikroba dan dapat mengurangi jumlah air yang hilang.
5
6
D. Pelilinan Buah
Buah-buahan pada umumnya mempunyai lapisan lilin alami pada
permukaan kulitnya, yang sebagian dapat hilang dalam proses pencucian.
Pelilinan dilakukan untuk memperpanjang daya simpan buah-buahan.
Dalam pelilinan harus diupayakan agar pori-pori kulit buah tidak tertutup
rapat, sehingga terjadinya metabolisme anaerobik pada kulit buah dapat
dicegah. Jenis lilin yang digunakan adalah emulsi lilin-air, yang dalam
penggunaannya dicampur dengan fungisida untuk mencegah pembusukan
pada buah. Aplikasi pelilinan pada buah-buahan dapat dengan cara
pennyelupan, penyemprotan dan pembusaan
7
E. Pengemasan
Proses distribusi meliputi aktivitas-aktivitas seperti pengemasan,
penanganan, penggudangan dan pengangkutan. Selama proses
pendistribusian, kemasan dan produk yang dikemas akan menghadapi
sejumlah resiko yaitu resiko lingkungan seperti: temperatur dan
kelembaban, resiko fisis seperti: gesekan, benturan, tekanan dan
sebagainya serta resiko lainnya seperti serangan mikroorganisme perusak.
Beberapa penyebab kerusakan mekanis selama pendistribusian
anatara lain:
1. Isi kemasan yang terlalu penuh, menyebabkan meningkatnya
kerusakan tekanan atau kompresi karena adanya tambahan tekanan
dan tutup kemasan
2. Isi kemasan yang kurang, menyebabkan kerusakan vibrasi pada
lapisan atas. Hal ini disebabkan karena adanya ruang di atas bahan
sehingga selama pengangkutan bahan bagian atas akan terlempar-
lempar dan saling membentur.
3. Kelebihan tumpukan, tumpukan bahan yang terlalu tinggi di dalam
kemasan akan menyebabkan tekanan yang besar pada buah lapisan
bawah sehingga meningkatkan kerusakan kompresi.
F. Penyimpanan Dingin
Penyimpanan dingin merupakan proses pengawetan bahan pangan
dengan cara pendinginan pada suhu diatas suhu pembekuannya. Secara
umum pendinginan dilakukan pada suhu 2-13oC tergantung dari buahan
yang akan disimpan. Proses penyimpanan dingin ini membutuhkan
pengendalian terhadap kondisi lingkungan. Pengendalaian dilakukan
terhadap suhu yang rendah, komposisi udara, kelembaban dan sirkulasi
udara. Pengontrolan lingkungan perlu dilakukan karena proses kerusakan
pascapanen komoditas merupakan fungsi suhu dan waktu. Sumber
kerusakan seperti aktifitas fisiologis, aktifitas mikroba, transpirasi dan
evaporasi, semuanya mempunyai faktor pembatas suhu dan kelembaban.
Penggunaan suhu rendah dan kelembaban relatif (RH) tinggi dapat
menghambat semua reaksi tersebut sampai pada batas waktu tertentu.
Perubahan mutu akan terus berjalan dengan laju yang lebih lambat
sesuai dengan bertambahnya waktu pendingin. Tingkat kerusakan
komoditi yang disebabkan oleh suhu pendingin tergantung pada waktu dan
lama proses pendinginan. Kelembaban lingkungan sangat berpengaruh
terhadap proses fisiologis selama penyimpanan. Kelembaban relatif udara
yang jenuh menyebabkan pertumbuhan mikroba, sementara kelembaban
relatif yang rendah akan mengakibatkan pengeriputan kulit.
Belimbing yang telah dikemas dapat disimpan pada suhu ruangan
dengan suhu 10-15oCselama 7 hari tanpa menurunkan kesegaran dan
kualitas buah. Apabila disimpan pada suhu kamar (30oC) buah akan
kelihatan mengkerut dan berwarna kecoklatan. Sebaiknya penyimpanan
pada suhu kamar diletakkan pada wadah yang tertutup plastik film, tidak
lebih dari 3 hari. Sedangkan penyimpanan belimbing pada suhu 4-5oC
dengan kelembaban 90-95% buah akan dapat bertahan selama 21-35 hari.
Penyimpanan buah belimbing pada suhu yang rendah tapi kelembabannya
juga rendah akan menyebabkan buah mengalami kerusakan dingin dengan
ciri timbulnya cacat-cacat berwarna coklat di permukaan kulit dan juga
pada bagian siripnya. Jika belimbing disimpan pada suhu 20oC dengan RH
= 60% buah hanya dapat bertahan 3-4 hari.
10
G. Transportasi
Transportasi atau pengangkutan diperlukan untuk membawa buah
dari tempat pengemasan/pengepakan di sentra produksi ke berbagai tempat
tujuan menggunakan berbagai kendaraan pengangkut. Buah dapat
mengalami beberapa kali pengangkutan untuk mencapai tujuan akhir.
Jarak tempuhnyapun dapat bervariasi, jarak terpendek jika buah dari sentra
pruduksi langsung dipasarkan di kios buah atau pasar setempat.
Transportasi yang lebih kompleks terjadi untuk buah tujuan antar pulau
atau ekspor.
Buah belimbing dengan tujuan ekspor akan memiliki waktu
transportasi yang cukup lama. Salah satu penanganan yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya sust adalah dengan melakukan rantai
pendingin, selain juga menjaga kerusakan buah akibat luka mekanis
selama perjalanan seperti benturan, lecet dan kulit buah tergores.
Apabila buah belimbing telah dipanen dengan mutu yang baik dan
dilakukan pengemasan dengan tepat dan baik, maka kualitas tersebut perlu
dijaga selama pengangkutan menuju konsumen akhir, penanganan saat
distribusi dan penanganan di tingkat pengecer (gambar 6). Upaya
mempertahankan kualitas buah tersebut terkait dengan pengelolaan suhu,
yaitu mempertahankan suhu buah tetap berada pada kisaran optimal untuk
menghambat kemunduran mutu. Dari uraian tersebut, jelas bahwa
mempertahankan rantai pendingin selama transportasi, distribusi dan retail
adalah hal terbaik yang harus dilakukan untuk menjaga mutu belimbing
dan kehilangan susut dapat ditekan.
13
DAFTAR PUSTAKA
14