Anda di halaman 1dari 46

BAB II

PERSPEKTIF PELAYANAN KEPERAWATAN ANAK

A. Pengertian

Ruang rawat inap anak adalah suatu ruangan rawat inap untuk kasus

pediatrik yang memberikan asuhan keperawatan pada individu bayi dan

anak-anak (usia lebih dari 28 hari sampai usia kurang dari 14 tahun).

B. Filosofi Keperawatan

Filosopi keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang keperawatan

dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk

berfikir dan bertindak ( Chitty,1997).

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui

kerjasama berbentuk kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan lain

dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkup wewenang dan

tanggung jawabnya (Nursalam, 2011:77).

Filosofi keperawatan ruang Anak adalah menegakan diagnosa dan asuhan

respon manusia terhadap masalah kesehatan, baik aktual maupun potensial,

dengan tujuan mencegah komplikasi, mempertahankan status kesehatan,

membantu individu mencapai status kesehatan optimal.

Setiap tindakan yang dilakukan dalam lingkup keperawatan harus didasari

oleh prinsip atromatik care, atau asuhan yang terapetik. Dalam keperawatan,

keluarga juga harus diperhatikan sebagai mitra kerja perawat dalam upaya

pemenuhan kebutuhan dasar klien sehingga bisa dikatakan bahwa fokus

5
6

keperawatan adalah tindakan keperawatan yang bersifat atromatik care dan

berpusat pada keluarga (family central care).

C. Prinsip- prinsip Keperawatan Anak

a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik,

dimana tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja melainkan

anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan

perkembangan menuju proses kematangan.

b. Anak sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan yang sesuai

dengan tahap perkembangan. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan

fisiologis (seperti nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur

dll), kebutuhan psikologis, social dan spiritual.

c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan dan

peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.

d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada

kesejahteraan anak.

e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan keluarga.

f. Tujuan keperawatan anak dan remaja untuk meningkatkan kematangan

yang sehat sebagai makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks

keluarga dan masyarakat.

g. Berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebagai aspek kehidupan anak.


7

D. Sifat Kekaryaan Ruang Anak

a. Fokus Telaah

Dalam bidang pelayanan, fokus telaah ruang rawat inap Anak

adalah individu anak-anak (usia lebih dari 28 hari sampai usia kurang

dari 14 tahun). Pada situasisituasi tertentu ruang rawat inap anak

dipakai juga untuk semua usia dewasa laki-laki dan perempuan dengan

kasus kejadian luar biasa (KLB) apabila keadaan ruangan lain dalam

kondisi penuh.

b. Lingkup Garapan

Lingkup garap keperawatan ruang rawat inap Anak adalah

pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Berdasarkan fokus telaah pada

respons pasien, maka lingkup garap keperawatan meliputi segala

gangguan/hambatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang terjadi

akibat perubahan fisiologis pada satu atau beberapa sistem tubuh yang

dialami oleh individu.

Secara umum lingkup garap keperawatan ruang rawat inap anak

adalah :

a) Pemberian asuhan untuk memenuhi rasa nyaman klien selama dirawat.

b) Pemberian bantuan kepada klien dalam meningkatkan dan memelihara

status kesehatan, deteksi penyakit, dan atau pencegahan penyakit.

c) Pemberian bantuan kepada klien untuk mencapai kemandirian

sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.

d) Pemberian bantuan kepada klien untuk meninggal dengan damai.


8

Elemen-elemen dalam lingkup garapan adalah:

a) Pemeliharaan pola-pola normal dari fungsi-fungsi dasar kebutuhan

dasar manusia.

b) Pengelolaan rasa tidak nyaman dan nyeri.

c) Penanganan masalah emosional yang berkaitan dengan penyakit dan

prosedur pengobatan.

d) Peningkatan pengetahuan klien dan keluarga tentang pemeliharaan

kesehatan.

e) Memfasilitasi perawatan diri klien secara mandiri.

f) Membantu klien mengambil keputusan.

g) Membantu klien dan keluarga menghadapi penyakit terminal dan

kematian dapat meninggal dengan damai.

c. Basis Intervensi

Basis intervensi ruang rawat inap Anak di bidang pelayanan berupa

ketidaktahuan, ketidakmauan dan ketidakmampuan klien dalam

pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

A. Analisis Terhadap Klien

a. Karakteristik dan ketergantungan

Karakteristik pasien berdasarkan tingkat ketergantungan klien

menurut Douglas (1984) Loverige dan cummings (1996) diklasifikasikan

derajat ketergantungan klien dibagi 3 kategori yaitu :


9

A1 Perawat Minimal : 1-2 jam / 24 jam

B2 Perawat Intermediet / Partial : 3-4 jam / 24 jam

C3 Perawat Total : 5-6 jam / 24 jam

Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Dengan

Metode Douglas ( 1984 ) :

No. KLASIFIKASI DAN KRITERIA

1 Minimal Care (1-2 jam)

1. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti

pakaian dan minum.

2. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.

3. Observasi Tanda vital setiap shift.

4. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.

5. Persiapan prosedur pengobatan

2 Perawat Intermediet / Partial Care (3-4 jam)

1. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.

2. Observasi tanda vital tiap 4 jam.

3. Pengobatan lebih dari 1 kali.

4. Pakai foley kateter.

5. Pasang infuse, intake out-put dicatat.

6. Pengobatan perlu prosedur.


10

3 Total Care (5-6 jam)

1. Dibantu segala sesuatunya.

2. Posisi diatur.

3. Observasi tanda vital tiap 2 jam.

4. Pakai NG tube.

5. Terapi intravena, pakai suction.

6. Kondisi gelisah / disorientasi / tidak sadar.

b. Klasifikasi pasien berdasarkan sistem organ meliputi:

a) Sistem Pernapasan: bronchopneumonia, TB paru, astma bronchial.

b) Sistem Pencernaan: gastroenteritis atau diare akut, vomitus.

c) Hematologi: thalasemia, anemia, bisitopenia.

d) Sistem integument: scabies.

e) Sistem Cardio Vaskular: VSD.

f) Sistem Syaraf: kejang demam, epilepsi dan meningitis

B. Analisis Unit Layanan Keperawatan Anak

1. Manajemen asuhan

Dalam pelayanan asuhan keperawatan dimulai dari tahap

pengkajian, diagnose keperawatan, perencanan, implementasi dan

evaluasi. Dimana asuhan keperawatan anak harus berdasarkan

tumbuhkembang anak. Sehingga dalam perawatnya harus berdasarkan:

a) Perawatan berfokus pada keluarga, dimana kelurga merupakan unsur

penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian dari kelurga.


11

Dalam pemberian Asuhan Keperawatan diperlukan keterlibatan

keluarga karena anak selalu membutuhkan orang tua di Rumah Sakit

seperti aktifitas bermain atau program kesembuhan anak.Program

terapi yang telah direncanakan untuk anak bisa saja tidak terlaksana

jika perawat selalu membatasi keluarga dalam memberikan dukungan

terhadap anak yang rawat, hal ini hanya akan meningkatkan stress dan

ketidaknyamanan pada anak. Perawat dengan menfasilitsi keluarga

dapat membantu proses penyembuhan anak yang sakit selama dirawat.

Kebutuhan keamanan dan kenyamanan bagi orang tua pada anaknya

selama perawatan merupakan bagian yang penting dalam mengurangi

dampak psikologis anak sehingga rencana keperawatan dengan

berprinsip pada aspek kesejahteraan anak akan tercapai.

b) Atraumatik care

Dalam perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak

dan keluarga. Dimana atruamatic care merupakan bentuk perawatan

teraupetik yang dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan

mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang

diberikan.Sehingga untuk mencapai perawatan tersebut ada beberapa

prinsip yang dapat dilakukan perawat antara lain:

(1) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga yang

dapat mengakibatkan kecemasan pada anak sehingga menghambat

proses penyembuhan dan dapat menggangu pertumbuhan dan

perkembangan anak.
12

(2) meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan

anak a meningkatkan kemandirian anak dan akan bersikap waspada

dalam segala hal.

(3) Mencegah atau mengurangi cedera (injur) dan nyeri (dampak

psikologis)

(4) Tidak melakukan kekerasan pada anak.

(5) Modifikasi lingkungan yang bernuansa anak yang dapat

meningkatkan kecerian dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga

anak selalu berkembang dan merasa nyaman dilingkungannya.

c) Manajemen kasus, pengelolaan kasus secara konferensif adalah bagian

utama dalam memberikan asuhan keperawatan secara utuh, melalui

upaya pengkajian , penentuan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi dari berbagai kasus baik akut atau kronis. Kemampuan

perawat dalam mengelola kasus dengan baik akan berdampak pada

proses penyembuhan. Pendidikan dan keterampilan mengelola kasus

anak selama di rumah sakit akan mampu memberikan keterlibatan

secara penuh bagi keluarga.

d) Penerimaan dan pengelolaan

(a) Penerimaan pasien baru

o Menyiapkan tempat tidur

o Menerima pasien baru dan mengantarnya ke tempat tidur

o Mengatur posisi yang nyaman bagi klien

o Serah terima kepada perawat ruangan.


13

o Melakukan pemeriksaan status, seleksi kasus berdasarkan

diagnosa.

o Mengorientasikan klien dan keluarga terhadap pasien dan

keluarga terhadap ruangan, petugas kesehatan yang

bertanggung jawab dan fasilitas yang ada di ruangan.

o Melakukan pengkajian dan mendokumentasikan hasilnya.

2. Pengelolaan di Ruangan

a. Menempatkan klien sesuai dengan diagnosa dan keinginan klien.

b. Informed consent awal yaitu menjelaskan kepada klien untuk tindakan-

tindakan tertentu.

c. Pengkajian awal meliputi pengkajian bio, psiko, sosio, spiritual.

d. Pre conference dengan dokter berkaitan dengan kondisi atau keadaan

klien.

e. Pemenuhan kebutuhan klien sesuai dengan masalah yang ditemukan

pada pengkajian awal.

f. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, EKG, dan X-ray)

3. Pemenuhan KDM

a. Biologis

1) Oksigenisasi

(1) Mengatur posisi tidur klien yang dapat melancarkan jalan

napas.

(2) Membersihkan secret dari hidung, mulut, dan trakea (postural

drainage, suction)
14

(3) Memberikan latihan teknik napas dalam dan batuk efektif

(4) Mengobservasi frekuensi pernapasan cuping hidung,

penggunaan otot napas tambahan serta suara napas tambahan

untuk menentukan perlu tidaknya klien mendapatkan terapi 02.

(5) Memberikan O2 pernasal sesuai dengan keburtuhan klien

(6) Mempersiapkan pemeriksaan laboratorium.

(7) Modifikasi lingkungan untuk mempertahankan sirkulasi

2) Nutrisi

(1) Mengkaji kebiasaan makan klien (waktu, jenis dan alergi)

(2) Mengatur posisi klien untuk makan dan minum

(3) Mempersiapkan makanan/minuman klien di tempat tidur

(4) Mempersiapkan pemasangan alat bantu makan (sonde feeding)

(5) Melakukan pemasangan sonde feeding dengan benar (prosedur

pemasangan NGT terlampir)

(6) Mengauskultasi bising usus

(7) Memberi contoh dan mengajarkan cara pemberian makanan

melalui sonde kepada keluarga

(8) Membereskan perlengkapan makan setelah dipakai

(9) Menimbang dan mengukur TB-BB

3) Keseimbangan cairan dan elektrolit

(1) Mengukur kebutuhan cairan klien

(2) Memberi tahu klien atau keluarga mengenai kebutuhan klien.

(3) Mencatat intake dan output cairan.


15

(4) Mempersiapkan peralatan untuk pemasangan infus.

(5) Menjelaskan prosedur pemasangan infus (prosedur

pemasangan infuse terlampir).

(6) Mengatur kecepatan tetesan infus.

(7) Mempersiapkan pemeriksaan laboratorium .

(8) Mengobservasi tanda-tanda kekurangan atau kelebihan

(9) Mengobservasi tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan

dan elektrolit.

4) Eliminasi

(1) Membantu kliien untuk BAB/BAK di kamar mandi .

(2) Membantu klien untuk BAB/BAK di tempat tidur dengan

menggunakan pispot/urinal.

(3) Mencatat karakteristik (warna, jumlah, bau, konsisten) urine

dan feaces.

(4) Mengkaji kebutuhan pemasangan kateter.

(5) Mempersiapkan pemasangan kateter.

(6) Menjelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter pada

keluarga & klien.

(7) Melakukan pemasangan kateter.

(8) Merawat kateter dan mengobservasi pembuangan

urine/drainage.

(9) Mengajarkan toilet training


16

5) Integritas kulit dan kebersihan diri

(1) Membantu klien untuk mandi dan membersihkan diri.

(2) Mengganti linen.

(3) Membantu klien mengganti pakaian.

(4) Mengkaji keadaan kulit.

(5) Membantu klien mencuci rambut.

(6) Merawat kebersihan gigi dan mulut.

(7) Merawat kebersihan kuku.

(8) Membantu dan menganjurkan klien untuk melakukan gerakan

aktif atau pasif sesuai dengan kondisi klien

6) Istirahat tidur

(1) Mengatur lingkungan yang kondusif untuk klien beristirahat

dan tidur.

(2) Mengatur posisi tidur yang nyaman bagi khen.

(3) Mengajarkan teknik relaksasi.

(4) Menyarankan pada khen minum susu hangat saat sebelum tidur

jika klien mengalami kesulitan tidur.

(5) Mencegah klien terjatuh selama tidur dengan memasang

bedside rail

7) Pencegahan infeksi

(1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien atau

melakukan tindakan
17

(2) Menggunakan sarung tangan bersih dan steril sesuai dengan

kebutuhan. Menggunakan prinsip steril dalam melakukan

prosedur invasiv.

8) Aktivitas

(1) Membantu klien beraktivitas di tempat tidur.

(2) Membantu khen beraktivitas di sekitar tempat tidur.

(3) Melakukan ambulasi dini

b. Psikososiospiritual

1) Identitas sosiokultural

(1) Berkomunikasi aktif dengan keluarga klien

(2) Memperkenalkan diri pada setiap kontrak baru.

(3) Memotivasi klien untuk memperkenalkan identitasnya.

(4) Mengkaji hubungan social dan peran di masyarakat

9) Kesehatan mental

(1) Mengkaji orientasi klien terhadap waktu, orang dan tempat.

(2) Mengkaji konsep diri klien.

(3) Mengkaji peran yang dirasakan saat ini

10) Nilai dan kepercayaan

(1) Mengkaji nilai dan kepercayaan klien.

(2) Membantu klien dalam melaksanakan ibadah

4. Dokumentasi asuhan keperawatan

Dokumentasi keperawatan adalah suatu sistem pencatatan dan

pelaporan informasi tentang status kesehatan klien serta semua kegiatan


18

asuhan keperawatan yang dilakukan perawat . Dokumentasi keperawatan

sendiri mempuyai makna yang penting dilihat dari berbagai aspek, antara

lain : hukum, jaminan mutu, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian

dan akreditasi (Nursalam, 2002).

Dokumentasi proses keperawatan harus dilaksanakan sesuai

standar. Semakin banyak kriteria standar yang tercapai dan terpenuhi maka

dapat dikatakan bahwa dokumentasi proses keperawatan tersebut

berkualitas. Dokumentasi keperawatan yang baik merefleksikan tahap-

tahap dalam proses keperawatan . Dokumentasi proses keperawatan yang

lengkap, akurat dan sesuai standar akan menjamin kesinambungan proses

keperawatan yang diberikan kepada pasien.

Dokumentasi proses keperawatan tidak lengkap dan tidak sesuai

dengan permasalahan pasien akan membuat dokumentasi menjadi tidak

berarti dan menimbulkan ketidaksinambungan proses keperawatan . Jika

kegiatan keperawatan tidak didokumentasikan dengan akurat dan lengkap

sesuai standar maka sulit untuk membuktikan bahwa tindakan

keperawatan telah dilakukan dengan benar.

a. Standar pengkajian dan diagnosa keperawatan

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data lengkap dan

dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk

menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus

bermanfaat bagi semua anggota team kesehatan. Komponen

pengkajian keperawatan meliputi:


19

1) Pengumpulan data kriteria: Menggunakan format baku, sistematis,

diisi sesuai item yang tersedia, aktual dan absah

2) Pengumpulan data meliputi : data biologis, psikologis, sosial,

spiritual

3) Perumusan masalah, kriteria : ke kesehatan dengan norma dan

pola fungsi

b. Standar diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan status

kesehatan klien, dianalisis, dan dibandingkan dengan norma fungsi

kehidupan, kriteria:

1) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab

kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan klien

2) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat

3) Komponennya terdiri dari masalah, etiologi, tanda dan gejala (P-E-

S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (P-E).

4) Bersifat aktual apabila masalah kesehatan klien sudah terjadi

5) Bersifat resiko apabila masalah kesehatan klien kemungkinan

besar akan terjadi

6) Dapat ditanggulangi perawat.

c. Standar perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan, komponen perencanaan keperawatan, meliputi;

1) Prioritas masalah, kriteria:


20

(1) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan

merupakan prioritas utama

(2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan adalah

prioritas kedua

(3) Masalah-masalah yang mempengaruhi prilaku merupakan

prioritas ketiga

2) Tujuan asuhan keperawatan: spesifik, bisa diukur, bisa dicapai,

realistik, ada batas waktu (SMART)

3) Rencana tindakan, kriteria:

(4) Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan

(5) Melibatkan klien dan keluarga

(6) Mempertimbangkan latar belakang budaya

(7) Klien dan keluarga

(8) Menentukan alternatif tindakan yang tepat

(9) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang

berlaku, lingkungan, sumber daya, dan fasilitas yang ada

(10) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien

(11) Kalimat instruksi: ringkas, tegas, dan dengan bahasa yang

mudah dimengerti.

d. Standar implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana

tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien

terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan,


21

pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan

mengikutsertakan klien dan keluarganya, kriteria :

1) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan

2) Menyangkut bidang bio-psiko-sosial-spiritual klien

3) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan

kepada klien atau keluarga

4) Sesuai waktu yang telah ditentukan

5) Menggunakan sumber daya yang ada

6) Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik

7) Menerapkan perinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi, dan

mengutamakan keselamatan kien

8) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon klien.

9) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.

10) Merapikan klien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.

11) Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman kepada

prosedur teknis yang telah ditentukan

e. Standar evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis, dan

berencana untuk menilai perkembangan klien, kriteria:

4) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi

5) Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada

perumusan tujuan.

6) Evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan.


22

7) Evaluasi melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan.

8) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar

f. Standar dokumentasi keperawatan

Pencatatan asuhan keperawatan dilakukukan secara individu, kriteria:

1) Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan

2) Dilakukan segera setelah tindakaan dilaksanakan

3) Penulisan harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang

baku

4) Sesuai dengan pelaksanaan proses keparawatan

5) Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial / paraf / nama

perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya

6) Menggunakan formulir yang baku

5. Discharge planning

a. Pengertian

Menurut Hurts (1996) perencanaan pulang merupakan proses

yang dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang

cukup untuk menyiapkan pasien melakukan perawatan mandiri di

rumah. Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi di mana

perawat profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk

memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan

oleh pasien di mana perencanan, harus berpusat pada masalah pasien,

yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta perawatan rutin yang

sebenarnya (Swenberg, 2000).


23

b. Tujuan

Menurut Jipp dan Siras (1986) perencanaan pulang bertujuan:

1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan

sosial.

2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.

3) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.

4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.

5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan

keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta

mempertahankan status kesehatan pasien.

6) Melaksanakan rentang perawatan antar-rumah sakit dan

masyarakat.

c. Manfaat

Menurut Spath (2003), perencanaan pulang mempunyai manfaat:

1) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran

kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit.

2) Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan

untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien.

3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada

penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau

kebutuhan perawatan baru.

4) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan

perawatan rumah
24

d. Jenis-jenis pemulangan

Chesca (1982) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien

sebagai berikut:

1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan

pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat

komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat di rumah namun

harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau Puskesmas

terdekat.

2) Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini

merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit.

Namun apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur

perawatan dapat dilakukan kembali.

3) Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien

diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan cidak

memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan

melakukan kerja sama dengan perawat puskesmas terdekat.

6. Manajemen unit

Manajemen unit berupa pelayanan yang terbagi menjadi:

a. Struktur organisasi

1) Mempunyai visi dan misi ruangan rawat inap anak sebagai bentuk

penjabaran dari visi dan misi rumah sakit.

2) Mempunyai struktur organisasi serta job description yang jelas, di

pimpin oleh seorang manajer pelayanan kesehatan (kepala ruangan)


25

dengan latar belakang pendidikan S1 yang memiliki pengalaman

minimal 3 tahun sebagai perawat pelaksana.

3) Mempunyai seorang manajer pelayanan keperawatan (coordinator

askep) dengan latar belakang pendidikan S1 telah mengikuti

pelatihan asuhan keperawatan serta didukung oleh staf professional

dan non profesional sesai kebutuhan yang dapat dihitung

berdasarkan jumlah tempat tidur, BOR, dan tingkat ketergantungan

pasien anak.

b.Administrasi

1) Memiliki prosedur tetap, Standar Operasional Prosedur (SOP), dan

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang dapat digunakan sebagai

acuan dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien

anak dan standar atau alat instrument kepuasan pasien anak serta

keluarga dan kepuasan kinerja perawat.

2) Mempunyai formulir asuhan keperawatan dan formulir pencataatan

yang terkait dengan asuhan keperawatan dan buku-buku untuk

menunjang administrasi.

3) Mempunyai alur pelayanan yang jelas

4) Mempunyai ruang administrasi dan ketenagaan serta peralatan

administrasi yang cukup.

5) Aturan pelaksanan supervise keperawtan, ronde keperawatan,

timbang terima atau operan tersedia.


26

6) Evaluasi pelayanan keperawatan dilakukan secara komprehensif dan

berkala dapat dilakukan pada tiap bulan pertriwulan, dan

persemester atau pertahun. Evaluasi meliputi: jenis dan jumlah kasus

yang ada, kesesuaian antara SOP, SAK, dan Protap, Sistem

pendokumentasian askep, disiplin kerja perawat (absensi), survey

kepuasan pasien/keluarga dan kepuasan kerja perawat.

C. Sumber Daya/ Kekuatan

1. Manusia

Kegitan pelayanan perawatan tergantung dari kwalitas dan kwantitas

tenaga keperawatan yang tersedia dan bertugas selama 24 jam secara

berkesinambungan.Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan diperlukan

SDM yang adekuat dalam melaksanakan tugas serta mengadakan

perubahan yang positif baik untuk peningkatan keperawatan di ruang

rawat inap anak(anggrek). Tenaga kesehatan selain perawat yang

diperlukan dalam perawatan anak yaitu : dokter spesialis anak, ahli gizi,

laboratorium dan farmasi, dan staf administrasi serta cleaning servis.

Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah proses membuat

perencanaan untuk menentukan berapa banyak dan dengan kriteria tenaga

yang seperti apa pada suatu ruangan tiap shifnya.

Beberapa ahli telah mengembangkan beberapa formula untuk

menetapkan jumlah tenaga tersebut. Formula tersebut juga dapat


27

digunakan untuk menilai dan membandingkan apakah tenaga yang ada

saat ini sesuai , kurang atau berlebih. Formula tersebut antara lain;

a) Cara rasio

Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai

denominator personal yang diperlukan. Metoda ini paling sering

digunakan karena sederhana dan mudah. Metoda ini hanya mengetahui

jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas

SDM rumah sakit,dan kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap

unit atau bagian rumah sakit yang mebutuhkan. Bisa digunakan bila:

kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan personal terbatas,

jenis, tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil. Cara rasio

yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat Keputusan

MenKes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit,

dengan standar sebagai berikut :

Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT

A&B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1

C 1/9 1/1 1/5

D 1/15 1/6 2/3

Khusus Disesuiakan

Keterangan :

TM : Tenaga Medis

TT : Tempat Tidur
28

TPP : Tenaga Para Medis Perawat

TPNP : Tenaga Para Medis Non Perawat

TNP : Tenaga Non Medis

b) Menurut Douglas (2004)

Untuk klien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standart

waktu pelayanan klien rawat inap sebagai berikut:

(a) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam

(b) Perawatan Intermediate memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam

(c) Perawatan Maksimal/total memerlukan waktu: 5-6 jam/24 jam

Dalam penerapan sistem klasifikasi klien dengan tiga kategori tersebut

diatas adalah sebagai berikut:

(a) Kategori I : self care / perawatan mandiri

Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan

secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, klien memrlukan

orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan

biasanya ringan dan simple.

(b) Kategori II : Intermediate care / perawatan sedang

Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi

waktu makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan

kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk kekamar

mandi. Penampilan klien sakit sedang. Tindakan perawatan pada

klien ini memonitor TTV, periksa urine reduksi, fungsi fisiologis,


29

status emosional, kelancaran drainage atau infus. Klien

memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-

10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20-30 ment/shift atau 30-

60 menit/shift dengan mengobservasi side effect obat atau reaksi

alergi.

(c) Kategori III : Intensive care / perawatan total

Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, semua

dibantu oleh perawat, penampilan sair berat. Klien memerlukan

observasi terus menerus.

Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga

perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan

pada pagi, sore dan malam tergantung pad tingkat ketergantungan

pasien seperti pad tabel dibawah ini :

Jumlah KLASIFIKASI PASIEN

Pasien Minimal Partial Total

pagi Siang malam Pagi Siang malam pagi siang Malam

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,06 0,90 0,60

dst
30

c) Cara Gillies

Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan tenaga

keperawatan disatu unit perawatan adalah sebagai berikut :

ABC=F
=H
(CD)E=G

Keterangan:

A Rata-rata
: jumlah perawatan /pasien/hari

B rata-rata
: jumlah pasien perhari

C jumlah
: hari pertahun

D hari: libur masing-masing perawat

E jumlah
: jam kerja masing2 perawat

F jumlah
: jam perawatn yang dibutuhkan pertahun

G jumlah
: jam perawatan yang diberikan perawat

H jumlah
: perawat yg dibutuhkan untuk unit tersebut

Prinsip perhitungan rumus Gillies:

Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk

pelayanan, yaitu:

(a) Perawatan Langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh

perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik,

psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan

pasien pada perawat maka dapat diklasifikasikan dalam 4

kelompok yaitu : self care, partial care, total care dan intensive
31

care. Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan

langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk :

Self1 care dibutuhkan x 4 jam 2:jam

Partial
2 care dibutuhkan x 4 jam 3:jam

3 care dibutuhkan 1 1,5 x 4 jam


Total 4-6
: jam

Intensive
4 care dibutuhkan 2 x 4 jam 8: jam

(b) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat

rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, konsultasi

dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan,

melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha

Detroit (Gillies, 1989, h. 245) = 38 menit/ klien/ hari,

sedangkan menurut Walfe dan Young (Gillies, 1989, h.245) =

60 menit/ klien/ hari dan penelitian di RS John Hopkin

dibutuhkan 60 menit/ pasien (Gillies, 1994).

(c) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien melliputi :

aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut

Mayer dalam Gillies (1994) waktu yang dibutuhkan untuk

pendidikan kesehatan aialah 15 menit/klien/hari.

(d) Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat

disuatu unit berdasarkan rata-ratanya atau menurut Bed

Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :


32

Jumlah hari perawatan RSdalam waktu tertentu


x 100%
Jumlah tempat tidur x 365

Jumlah hari per tahun, yaitu : 365 hari

Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu :

128 hari (hari minggu = 52 hari, hari sabtu = 52 hari (

untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat,

kalau ini merupakan hari libur maka harus

diperhitungkan, begitu juga sebaliknya ), hari libur

nasional = 12 hari, dan cuti tahunan = 12 hari

jumlah jam kerja tiap perawat adalah = 40 jam perhari,

kalau hari kerja efektif 6 hari perminggu maka 40/6 =

6,6 jam perhari

Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit

harus ditambah 20% (untuk antisipasi

kekurangan/cadangan)

menentukan jumlah tenaga keperawtaan yang

dibutuhkan pershift, yaitu dengan ketentuan menurut

Eastler (dalam Swansburg, 1990, h.71). proporsi dinas

pagi : 47%, sore : 36%, dan malam : 17%

2. Non manusia

a) Money

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam keuangan antara lain :

(a) Sistem pengelolaan rumah sakit


33

(b) Sumber keuangan : Umum ,BPJS , Jamsostek, Asuransi.

Untuk pengeluaran ada perencanaan pengeluaran seperti

untuk pengembangan program, insentif perawat dan untuk lain-lain

.Sumber keuangan dan pengelolaannya/ pengeluarannya harus

jelas, dalam arti harus transparan.

b) Metode

Ada beberapa pendekatan tentang metode pembagian dinas

menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998)

sebagai berikut:

(a) Metode Fungsional

Pada metode ini pelyanan keperawatan dibagi menurut tugas

yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat yang berbeda

tergantung pada kekomplekan dari setiap tugas,misalnya: fungsi

suntik, fungsi pembagian obat,membalut/perawatan luka dan

sebagainya.

Keuntungan:

1. Pembagian tugas jelas

2. Lebih efesien (pekerjaan cepat selesai)

3. Tenaga perawat semakin trampil

4. Pengawasan dan evaluasi lebih mudah


34

Kelemahan:

1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien karena perawatan

yang diberikan terpengal-pengal (terfragmatasi) menurut

prasat/tugas yang dilakukan.

2. Lama kelamaan perawat akan melaksanakan pelayanan

keperawatan yang hanya sebagai rutinitas saja sehingga

perawat tidak lagi peka terhadap kebutuhan pasien.

Kepala Ruangan

Perawat: Perawat: Perawat : Perawat :

Pengobatan Merawat Luka Pengobatan Merawat Luka

Pasien / Klien
Diagram Sistem Asuhan Keperawatan FungsioMaterial

(b) Metode tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang

berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

sekelompok klien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang

terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan pembantu, dalam

satu tim kecil yang saling membantu. Pembagian tugas di

dalam kelompok atau grup dilakukan oleh kelompok, Selain itu,

ketua tim bertanggungjawab untuk membuat perencanan dan

evaluasi asuhan keperawatan untuk semua pasien yang ada di

bawah tanggungjawabnya. Anggota tim bertanggungjawab untuk


35

memberikan auhan keperawatan kepada pasien dibawah

tangungjawabnya, bekerjasama dengan anggota tim dan tim lain

dalam konferensi dan pemberian umpan balik, memberikan laporan

dan catatan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Keuntungan

1. Meningkatkan ketrampilan berkomunikasi dan bekerjasama

dalam sebuah tim

2. Meningkatkan keterampilan dalam pencatatan dan pelaporan

(pendokumentasian) tindakan keperawatan yang telah/belum

dilaksanakan.

3. Relatif lebih mudah memperoleh pemecahan masalah (bila ada

masalah yang sulit diatasi) dalam konferensi anggota tim.

4. Meningkatkan pengetahuan dalam pelayanan auhan

keperawatan karena ada care konferensi dan evaluasi berupa

umpan balik dari sesame anggota tim.

5. Meningkatkan pengethauan dan kemampuan perawat dalam

pembahasan kasus

6. Memungkinkan pelayanan keperawatan secara menyeluruh.

Kelemahan

1. Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam

bentuk konferensi tim yang biasanya membutuhkan waktu

dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk


36

2. Perawat yang belum berpengalaman tergantuung pada

anggota/ketua tim

3. Bila tidak terkontrol biasanya model tim ini dalam

pelaksanaanya menjadi model fungsional.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Anggota tim Anggota tim Anggota tim

Klien Klien Klien

Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Tim

(c) Metode manajemen kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan

pasien.Psien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap

shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang

yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa

diterapkan satu pasien satu perawat, dalam hal ini umumnya

dilaksanakan oleh perawat private atau untuk keperawatan khusus,

seperti : isolasi, intensive care.


37

Keuntungan:

1. Perawat memahami kasus per kasus

2. Sistem evaluasi dari manajerial lebih mudah.

Kelemahan:

1. Belum dapat diidentifikasinya perawat penanggungjawab.

2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan

dasar yang sama.

(d) Metode asuhan keperawatan primer (MPKP)

Metode penugasan dimana satu orang perawat

bertanggungjawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan

keperawatan pasien dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antar si

pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ditandai

dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien

dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan

koordinasi asuhan keperawatan selama pasien di rawat.

Konsep dasar metode primer yaitu ada tanggung jawab dan

tanggung gugat, ada otonomi, ketertiban pasien dan keluarga.

Tugas perawat primer yaitu menerima pasien dn mengkaji

kebutuhan pasien secara komprehensif, membuat tujuan dan

rencana keperawatan, melaksanakan rencana yang telah dibuat

selama ia dinas, mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan


38

pelayanan yang diberikan oleh perawat sendiri maupun perawat

lain,mengevaluasi rencana, menyiapkan penyuluhan untuk pulang.

Peran kepala ruangan/bangsal dalam metode primer yaitu

sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer,

orientasi dan merencanakan karyawan baru, menyusun jadwal

dinas dan memberikan penugasan pada perawat asisten, evaluasi

kerja, merencanakan / menyelenggarakan pengembangan staf.

Keuntungan:

1. Bersifat kontuinitas dan komprehensif

2. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap

hasil dan memungkinkan pengembangan diri.

3. Keuntungan terhadap pasien dimana pasien merasa

dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara

individual, perawat dalam pe layanan keperawatannya bermutu

tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadp pengobatan,

dukungan, proteksi, informasi dn advokasi,dan untuk dokter

akan mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang sellu

diperbaharui dn komprehensif, serta rumah sakit akan

mendukung tercapainya peningkatan kualitas pelayanan rumah

sakit.

Kelemahan :

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki

pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria


39

asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang

tepat, menguasai keperawatan klinik, accountable, serta mampu

berkomunikasi dengan berbagai disiplin.

c) Material

Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis

(a) Alat tenun yang terdiri dari:

1 Alas baki 12 Kelambu

2 Alas brankar 13 LakenDewasa

3 Bantal 14 SelimutWool

4 Barak scot 15 Stik Laken

5 Duk bolong 16 Sarung Bantal

6 Duk alas 17 Sarung Penderita

7 Duk balutan 18 Sampiran

8 GordenTebal 19 TutupMayat

9 Gorden Vitrase 20 Taplak Meja Klien

10 Handuk 21 Waslap

11 Kasur Busa Dewasa

(b) Alat kedokteran dan kesehatan

1. Alat mandi: waskom mandi, standar Waskom

2. Alat eliminasi: pispot, urinal, irrigator, gelas ukuran


40

3. Alat oksigenasi : manometer oksigen, roda oksigen besar, kunci

inggris, ambubag.

4. Pengukuran tanda-tanda vital: tensimeter, stetoskop,

termometer, timbangan berdiri, timbangan biasa, tongue spatel.

5. Alat transportasi: brancard, kursi roda, roda cucian.

6. Machine : suction fortable, EKG, nebulizer.

7. Lain-lain : vena seksi set, dresing card, perlak, buli-buli panas,

standar infos , standar BSE, windring, stabilisator listrik.

8. Dressing set : pinset anatomis, pinset chirerurgis, gunting

benang, gunting jaringan, kom besar tertutup, kom sedang, kom

kecil, korentang, gunting verban, bak instrument besar, bak

instrument sedang, bak instrument kecil, baki besi.

9. Bengkok besar, bengkok sedang, gunting besar benang, gunting

jahitan.

d) Marketing

Dilakukan dalam bentuk pemberian pendidikan kesehatan

tentang perawatan mandiri di rumah, penyediaan sarana pendidikan

dan pelayanan. Sasaran market adalah masyarakat umum (menerima

pasien dengan Umum, asuransi ). Sedangkan market dalam bidang

pendidikan dan pelayanan adalah peserta didik/calon praktisi

kesehatan.
41

D. Lingkungan Kerja

1. Fisik

a) Ruangan

1) Sarana Ruangan: Lingkungan kerja untuk pencapaian proses

manajerial keperawatan di ruang rawat inap secara keseluruhan

mempunyai : ruang perawatan lengkap dengan tempat tidur dan

kamar mandi klien, ruang perawat, ruang perawat/ nurse station

berada ditengah ruang perawatan, ruang kepala ruangan , ruang

bermain, kamar mandi, ruang peralatan, ruang ganti perawat ,

kamar mandi perawat, ruang konferensi, musola, ruang spuelhok,

dapur dan gudang.

2) Letak : jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan

ruang operasi dan pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.

3) Posisi : dekat dengan nurse station, depo farmasi.

4) Kondisi : pencahayaan cukup dan sesuai dengan luas ruangan,

besar ruangan sesuai dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan

ukuran jendela sesuai dengan besar ruangan, warna cat lembut,

tidak berjamur, bersih, pintu fleksibel dan dapat dilalui brankar,

bersih, tidak licin, perbandingan kamar mandi dengan pasien

sesuai dengan pasien , lantai tidak licin, bersih, letak terjangkau

oleh pasien, kasur bersih, dapat dirubah posisinya, terdapat side

rails, fasilitas ruangan tidak menggangu delivery pasien,sampiran


42

ada pada setiap tempat tidur pasien dan terdapat papan petunjuk

arah.

b) Alat dan bahan

1) Alat tenun (jumlah dan kondisinya) : laken, boven laken, sarung

bantal, sarung guling, perlak, stik laken, selimut, baju pasien,

washlap, taplak meja, alas kaki, handuk, sarung buli-buli, sarung

O2, gorden.

2) Alat kesehatan (jumlah dan kondisinya) : bak instrumen (besar,

sedang, kecil), bak steril, kom, pincet anatomis dan chirurgis,

gunting (jaringan, hecting, verband), bengkok, korentang dan

tempatnya.

3) Alat-alat tanda vital : tensimeter, stetoscope, termometer.

4) Alat-alat pemeriksa fisik : refleks hammer, tongue spatel,

timbangan BB, pengukur TB, mid line.

5) Irigator, waskom mandi.

6) Alat transportasi : brancard, kursi roda.

7) Emergency troly

8) O2 dan manometer.

9) Bahan habis pakai : alkohol, betadine, aquadest, savlon, H2O2,

NaCl, cairan infus, lysol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas,

kassa, plester, set infus, kateter, NGT, urine bag, dan obat-obatan.

10) Alat-alat rumah tangga : kasur, bantal, guling, meja, jam dinding,

kursi, lemari, (besar dan kecil), lampu, peralatan makan (piring,


43

sendok, gelas), gayung, tempat sampah, (medis, ATK, umum),

kapstok pakaian, rak handuk, keset, telepon, dan white board.

11) ATK amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku, lem, spidol,

formulir (pengkajian, implementasi, resume, pasien pulang/

meninggal, dirujuk, grafik suhu nadi, pemeriksa penunjang seperti

laboratorium dan radiologi).

2. Non fisik

a) Hubungan perawat dengan pasien

1) Hubungan perawat klien dimulai sejak klien masuk, selama

perawatan (pelaksanasan proses keperawatan) sampai klien

pulang.

2) Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bernama

karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan

proses keperawatan. Dengan kata lain kualitas asuhan yang

diberikan pada klien sangat tergantung pada hubungan perawat-

klien.

b) Hubungan perawat dengan perawat

1) Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

2) Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.

3) Kegiatan serah terima pasien dilakukan setiap pergantian dinas dan

berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.

4) Mengadakan ronde keperawatan dan surpevise khusu.

5) Mengadakan rapat bulanan secara rutin.


44

6) Media komunikasi antar perawat menggunakan buku laporan,

buku ronde dan whiteboard.

7) Mempunyai protap timbang terima

c) Hubungan perawat dengan profesi lain

1) Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani

masalah tim.

2) Komunikasi antar profesi berjalan dengan baik.

3) Proses pendelegasian jelas dilakukan secara jelas dan tertulis.

4) Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas.

5) Saling menghargai antar profesi

E. Kajian Indikator Mutu Ruangan

Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa

yang menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan pelanggan

baik berupa kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat

(Supriyanto dan Wulandari,2011).

Mutu tidak lepas dari kata kuantitas atau mutu tersebut.kata kualitas

mengandung banyak definisi dan makna, diantaranya:

1. Mutu adalah kualitas

2. Bebas dari kerusakan atau cacat

3. Kesesuaian, penggunaan (fitnes of use), persyaratan atau tuntutan

4. Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal

5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat

6. Kepuasaan klien dalam arti klien tersebut maupun keluarga


45

Adapun indikator mutu ruangan,meliputi:

a. BOR (Bed Occupancy Rate)

BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan

waktu tertentu. ndikator ini mengambarkan tinggi rendahnya tingkat

pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit.idealnya : 60-85%. cara

penghitungan dengan rumus:

Jumlah hari perawatan rumah sakit X 100%

Jumlah tempat tidur X jumlah hari

b. LOS (Average Lengt Of Stay (AV LOS)

AV LOS yaitu rata-rata lama dirawat seorang pasien. Indikator ini

mengambarkan tingkat efesiensi dan mutu pelayanan. dealnya : 6-9

hari.Rumus :

Jumlah hari perawatan pasien keluar

Jumlah pasien keluar (hidup atau mati)

c. BTO (Bed Turn Over)

BTO adalah pemakaian frekuensi tidur dalam satu satuan waktu

tertentu. Idealnya selama satu tahun, tempat tidur rata-rata dipakai 40-50

kali. Rumus:

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Jumlah tempat tidur


46

d. TOI ( Turn Over Internal)

TOI adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat

pasien pulang sampai dengan saat terisi berikutnya. Indikator ini

mengambarkan tingkat efesiensi pengunaan tempat tidur.Idealnya tempat

tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari.Rumus :

(jumlah TT X Hari ) - Hari Perawatan

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

F. Pendidikan

Keperawatan merupakan pelayanan kemanusiaan, dimana pelayanan

tersebut memberikan pemenuhan kebutuhan yang diperlukan individu untuk

berfungsi secara optimum, baik mental, fisik, maupun emosional, dan

mencapai potensi maksimumnya untuk berkembang. Karena itu, pendidikan

keperawatan dikembangkan sebagai suatu sistem pendidikan yang humanistik

(humanistic education).

Pendidikan humanistik merupakan pendidikan yang berpusat kepada

individu (person-centered), dimana individu dibantu untuk mengenali dan

mengembangkan potensi-potensi unik yang dimiliki, kemudian ia

fasilitasi proses perkembangannya dan difasilitasi perubahan perilaku yang

positif melalui partisipasi aktifiiya dalam kegiatan belajar. Hal tersebut

memberikan suatu implikasi dalam pendidikan keperawatan untuk


47

memfasilitasi pengembangan perawat yang humanistik (King dan Gerwig,

1981).

Pendidikan merupakan salah satu fungsi rumah sakit, dimana aktivitas

yang mengarah pada hal tersebut meliputi:

1. Pendidikan Pada Klien dan Keluarga

Penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan kebutuhan klien. Jenis

pendidikan ini merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan yang

bertujuan meningkatkan pengetahuan klien dan keluaraga tentang

masalah kesehatan yang dihadapi dan pengetahuan kesehatan secara

umum. Dengan kata lain, pendidikan ini bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan klien dan keluarga tentang kesehatan yang akan

meningkatkan status kesehatan atau perawatan mendirikan klien di rumah.

2. Pendidikan bagi para staf dan pegawai

Rumah sakit juga menjadi tempat pendidikan bagi para staf

pegawai, terutama bagi mereka yang baru direkrut, atau magang kerja.

Dalam fungsi ini Rumah Sakit berperan untuk memantapkan kemampuan

dan keterampilan para peserta didik dalam mengatasi masalah kesehatan

yang dihadapi oleh pasien dan dampak yang ditimbulkannya.

3. Pendidikan Pada Calon Praktisi Keperawatan

Pengalaman belajar klinik pada program pendidikan keperawatan

merupakan kegiatan pengalaman belajar utama yang diarahkan untuk

menumbuhkan sikap, tingkah laku, dan keterampilan. Bimbingan pada


48

pengalaman belajar clinik melalui praktik diarahkan untuk memfasilitasi

siswa agar dapat:

a) Mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam situasi

nyata.

b) Menanamkan konsep dan prinsip keperawatan dalam kompetensi

keperawatan.

c) Meningkatkan kemampuan dalam penyelesaian masalah.

d) Mengarahkan peserta didik kepada tugas-tugas keperawatan.

Manajemen Rumah Sakit dapat mengarahkan peserta didik untuk

melaksanakan asuhan keperawatan yang sesuai standar:

a) Iklim dan lingkungan yang kondusif memungkinkan proses belajar

berjalan baik, terutama yang berhubungan dengan dinamika

interpersonal.

b) Tersedianya fasilitas dan peralatan yang memadai untuk berbagai

pengalaman belajar keperawatan dan menerapkan teknologi

sederhana.

c) Adanya komunitas profesional yang mampu memelihara sikap,

perilaku, dan etika.

d) Adanya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan Standar Operasional

(SOP) yang lengkap dan berfungsi sebagai pedoman kerja.

e) Staf Rumah Sakit dan pembimbing mempunyai kualifikasi pendidikan

dan sikap positif terhadap semua profesi kesehatan serta berperan

dalam mengelola pengalaman belajar yang diperlukan peserta didik.


49

f) Adanya perpustakaan yang memadai sebagai bahan rujukan bagi

mahasiswa dalam kegiatan ilmiah

Secara umum tujuan pendidikan pada praktisi adalah untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memenuhi kebutuhan

pasien yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang diambil dari

dampak yang ditimbulkannya melalui pengaplikasian teori serta konsep

yang didapatkan pada masa pendidikan akademik dilingkungan institusi

pendidikannya.Dalam melakukan pendidikan dibutuhkan pembimbing

lapangan atau yang disebut CI (Clinical instructor).

CI (clinical instructure) adalah pengajar dan institusi pendidikan

keperawatan/instansi yang diberi tugas di lahan praktik yang bertanggung

jawab memberikan pengajaran klinik untuk melaksanakan

perencanaan/pengorganisasian, dan bimbingan serta penilaian terhadap

perkembangan belajar mahasiswa/siswi di lahan praktik lapangan (Depkes

RI, 1986

G. Pelatihan

Riset atau penelitian yaitu pencaritahuan secara sistematis dengan

menggunakan metode ilmiah untuk mengasah pengetahuan yang ada serta

menghasilkan pengetahuan yang baru, menjawab pertanyaan atau

menyelesaikan masalah.

Karakteristik riset keperawatan : fokus pada variabel yang dapat

meningkatkan asuhan keperawatan, berpotensi dalam memberikan kontribusi


50

untuk pengembangan teori, akses dan kendali terhadap fenomena, keingin

tahuan dan pertanyaaan yang perlu di jawab secara ilmiah.

Prioritas riset keperawatan : kesejahteraan dan kemampuan merawat diri

sendiri, perilaku yang menimbulkan masalah, dampak teknologi baru,

memastikan askep untuk memenuhi kebutuhan.

Dalam bidang keperawatan, fokus yang berkaitan :

1.Asuhan keperawatan pada klien

2.Pendidikan keperawatan

3.Pengelolaan pelayanan

Secara umum aktivitas penelitian meliputi:

1. Penelitian yang dilakukan oleh calon praktisi kesehatan dan

keperawatan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa non kesehatan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh staf atau pegawai RS yang terkait

Anda mungkin juga menyukai