Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum

Monday, 13 June 2016

Uji Rangking

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORI

UJI RANGKING

Oleh :
Muhammad Wasil
J1A114013

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang

Pada bidang industri perbaikan suatau produk merupakan salah satu alternatif penunjang dalam pemasaran,
keinginan konsumen selalu menghendaki produk dengan mutu yang terbaik harus dapat dipenuhi bila perusahaan
tersebut ingin menjaring ke atas penjualan produk yang dihasilkan.
Pada uji rangking ini digunakan untuk mengukur pengaruh proses baru terhadap mutu produk yaitu untuk
mengetahui suatu produk baru harus sama atau lebih dari produk yang lama. Selain itu digunakan juga dalam
menentukan contoh terbaik dilalakukan beberapa pengujian pembedaan dan pengujian pemilihan.
Pada pengujian ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi yaitu kesan yang berhubungan dengan
kesukaan dan tanggapan senang terhadap sifat sensorik atau kualitas yang dinilai misalnya kesan kerenyahan atau
kelembekan pada bahan yang diujikan pada biskuit. Tanggapan harus diberikan segera dan secara spontan, bahkan
tanggapan nyang sudah diberikan tidak boleh ditarik kembali meskipun timbul keragu-raguan pada pengujian
yang dilakukan.

1.2 Tujuan

Pada praktikum ini bertujuan untuk mengurutkan nilai suatu produk dan memilih sampel yang terbaik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Skala
Uji skala merupakan uji dimana panelis menyatakan berasan kesan yang diperolehnya. Besaran tersebut
dinyatakan dalam bentuk besaran skala atau dalam bentuk numerik ( Susuwi, 2009).
Menurut Yulia, A (2016) pengujuian skala dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Uji skala garis

2. Uji skor (pemberian skor atau skoring)

3. Uji penjenjangan (uji pengurutan atau rangking)

2.2 Uji penjenjangan (uji pengurutan atau rangking)


Uji rangking adalah suatu proses pengurutan dua sampel atau lebih berdasarkan intensitas dan atribut yang
dirancang menurut tingkat kesukaan suatu produk dalam memilih yang terbaik atau yang terjelek, dengan
menambah atau mengurangi jumlah atribut, kualitas secara keseluruhan atau respon pada saat yang sama (Nuraini,
dkk, 2013).
Uji rangking bisa digunakan untuk mengukur proses baru terhadap mutu produk yaitu untuk mengetahui
apakah produk baru sama atau lebih baik dari produk lama. Dengan mengunakan uji rangking ini maka mutu suatu
produk dapat diketahui dan diurutkan sehingga untuk selanjutnya jenis atau tingkat mutu untuk produk inilah yang
menjadi patokan dalam proses pembuatan suatu produk (Rahayu, W. P., 2001).
Metode pengujian rangking memiliki beberapa persamaan dengan uji skoring yaitu pada kedua metode ini
sama-sama memberikan penilaian berupa angka terhadap sampel yang diujikan, uji rangking ini pada umumnya
dilakukan untuk mengurutkan sejumlah komoditas atau sejumlah produk yang berbeda intensitas sifatnya, dan
untuk memperbaiki mutu suatu produk tersebut. Sampel yang diujikan menurut intensitas mutu sensorik dan diberi
nomor urut dari intensitas mutu sensorik (Kartika, 1999).
Fungsi dari uji rangking yaitu untuk menentukan urutan sejumlah komoditas produk menurut perbedaan
intiesitasnya, misalnya pada tingkat kemanisan atau kerenyaahan dan kesukaan pemberian nomor urut biasanya
dimulai dari nomor satu yang menyatakan nilai atau peringkat tertinggi diikuti peringkat kedua yang mutu nya
lebih rendah dan seterusnya (Sarastani, 2000).
Pada uji rangking ini panelis memiliki kemudahan dalam memahami intuksi dan merespon. Uji rangking
ini memiliki kelemahan yaitu terbatasnya jumlah contoh yang dapat diujikan membuat peringkat sampai 6 sampel
masih mudah bagi panelis tetapi jika lebih dari 6 maka panelis mengalami kesulitan (Nuraini Mawansih, 2006).
Keuntungan dari uji rangking ini adalah cepat, dpat digunakan untuk bermacam-macam contoh baku atau
tidak atau tidak, sedangkan kelemahannya adalah mengabaikan jumlah atau tingkat perbedaan. Contoh, nilai satu
set data tidak dapat dibangdingkan langsung dengan nilai yang sama pada set data yang lain, dan apabila terdapat
perbedaan yang kecil panelis merasa harus membedakan contoh dianggap identik, sehingga menyebabkan
inkonsistensi pada uji rangking yang dilakukan (Soekarto, 1985).
Dalam uji ini panelis diminta untuk membuat ukuran contoh-contoh yang diuji menurut perbedaan tingkat
mutu atau tingkat sensorik, jarak atau interval antara jenjang atau rangking keatas dan kebawah tidak harus sama,
misalnya jenjang nomor satu dan nomor dua boleh berbeda dengan jenjang nomor dua dan nomor tiga. Dalam uji
perjenjangan atau rangking komoditi diurutkan dan diberi nomor urut, urutan pertama menyatakan tingkat
tertinggi, makin besar nomor pada peringkat menunjukkan urutan paling bawah atau peringkat semakin
rendah (Sarastani, 2012).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum uji ranking dilaksanakan pada Jumat, 15 April 2016 dengan langsung panelis mencicipi sampel
yang telah tersedia. Praktikum uji ranking ini dilakukan pada pukul 07.30 s.d 09.20 WIB di Laboratorium
Pengolahan (Dapur) Universitas Jambi, Unja Pondok Meja.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah roti dengan berbagai merk yaitu kode 467 (Biskuit Marrie
Roma), kode 939 (Biskuit Marrie ATB), dan kode 213 (Biskuit Marrie Kongguan) juga air mineral. Sedangkan
alat yang digunakan adalah piring kecil (3 buah), kuisioner dan alat tulis.
3.3 Prosedur Kerja
Pertama, panelis mendapat instruksi umum dari penguji. Panelis mengisi kuisioner, lalu mencicipi sampel
(3 sampel) yang ada diatas meja. Setiap sampel yang dicicip harus minum air mineral untuk menetralisirkan lidah
agar kesan yang diberikan tidak bias. Kemudian, panelis diminta menuliskan kesan terhadap 3 sampel yang ada
dan berbeda, panelis diminta mengurutkan ranking sampel dari tingkat 1 hingga tingkat 3 dari data skalar garis
dengan menulis kodenya pada kolom kuisioner yang tersedia.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.1 Hasil Data Uji Ranking

Kode Sampel
Panelis Jumlah
939 467 213
1 2 3 1 6
2 3 2 1 6
3 3 2 1 6
4 3 2 1 6
5 1 3 2 6
6 2 1 3 6
7 2 3 1 6
8 1 2 3 6
9 3 1 2 6
10 3 2 1 6
11 3 2 1 6
12 1 3 2 6
13 3 2 1 6
14 1 3 2 6
15 1 2 3 6
16 1 2 3 6
17 1 2 3 6
18 1 2 3 6
19 1 3 2 6
20 2 3 1 6
21 3 2 1 6
22 2 1 3 6
23 1 2 3 6
24 1 2 3 6
25 1 2 3 6
26 2 3 1 6
27 1 3 2 6
28 2 1 3 6
29 2 1 3 6
30 1 3 2 6
31 1 3 2 6
32 2 3 1 6
33 2 3 1 6
34 1 3 2 6
35 3 2 1 6
36 1 2 3 6
37 3 2 1 6
38 3 2 1 6
Jumlah 70 85 73 228
Rata-rata 1,84 2,24 1,92 6

Tabel 4.1.2 Hasil Konversi Data Uji Ranking

Kode Sampel
Panelis Jumlah
939 467 213
1 0 -0,85 0,85 0
2 -0,85 0 0,85 0
3 -0,85 0 0,85 0
4 -0,85 0 0,85 0
5 0,85 -0,85 0 0
6 0 0,85 -0,85 0
7 0 -0,85 0,85 0
8 0,85 0 -0,85 0
9 -0,85 0,85 0 0
10 -0,85 0 0,85 0
11 -0,85 0 0,85 0
12 0,85 -0,85 0 0
13 -0,85 0 0,85 0
14 0,85 -0,85 0 0
15 0,85 0 -0,85 0
16 0,85 0 -0,85 0
17 0,85 0 -0,85 0
18 0,85 0 -0,85 0
19 0,85 -0,85 0 0
20 0 -0,85 0,85 0
21 -0,85 0 0,85 0
22 0 0,85 -0,85 0
23 0,85 0 -0,85 0
24 0,85 0 -0,85 0
25 0,85 0 -0,85 0
26 0 -0,85 0,85 0
27 0,85 -0,85 0 0
28 0 0,85 -0,85 0
29 0 0,85 -0,85 0
30 0,85 -0,85 0 0
31 0,85 -0,85 0 0
32 0 -0,85 0,85 0
33 0 -0,85 0,85 0
34 0,85 -0,85 0 0
35 -0,85 0 0,85 0
36 0,85 0 -0,85 0
37 -0,85 0 0,85 0
38 -0,85 0 0,85 0
Jumlah 5,10 -7,65 2,55 0
Rata-rata 0,13 -0,20 0,07 0

Perhitungan ANOVA dari Konversi Data Hasil Uji Ranking

db contoh = jumlah contoh 1

=31
=2
db panelis = jumlah panelis 1

= 38 1
= 37
db total = (jumlah panelis x jumlah contoh) 1

= (38 x 3) 1
= 114 1
= 113
db error = db total (db panelis + db contoh)

= 113 - (37 + 2)
= 113 39
= 74
FK = 0

JK Contoh =

=
= 2,39

JK Panelis =

=
=0
JK Total = Total Jumlah Kuadrat FK

= 54,91 0
= 54,91
JK Error = JK Total JK Contoh JK Panelis

= 54,91 2,39 0
= 52,52

KT Contoh =

=
= 1,195

KT Panelis =

=
=0

KT Error =

=
= 0,71

F Hitung Contoh =

=
= 1,68
F tabel 5% = 3,12

Tabel 4. 1. 3 Sidik Ragam

F
Variabel Db JK KT F tabel 5%
hitung
Contoh 2 2,39 1,195 1,68tn 3,12
Panelis 37 0 0
Error 74 52,52 0,71
Total 114 54,9
tn)
tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%

4.2 Pembahasan
Pada praktikum uji rangking ini bertujuan untuk menentukan urutan sejumlah komoditas atau produk
menurut perbedaan intensitasnya, dan panelis diminta untuk mengurutkan tingkat keempukan dari biskuit Marie.
Pemberian nomor urut biasanya di mulai dari nomor satu yang menyataka nilai atau peringkat tertinggi dan diikuti
peringkat kedua yang mutunya lebih rendah dan seterusnya. Pengujian dilakukan dengan mengurutkan tiga contoh
sampel, yaitu biskuit Marie ATB (kode 939), biskuit Marie Roma (467), dan biskuit Marie Khong Guan (kode
213). Dari hasil tabulasi data dapat diketahui bahwa biskuit Marie ATB yang memiliki keempukan paling tinggi,
kemudian biskuit Marie Khong Guan, dan yang terakhir biskuit Marie Roma.
Untuk mengetahui berbeda nyata atau tidak, dilakukan Analisis Of Varian (Anova). Sebelum dilkukan
perhitungan ANOVA hasil ditabulasikan terlebih dahulu. Kemudian setelah ditabulasikan dihitung dengan
ANOVA, dari berbandingan F tabel pada taraf 5 % diketahui F hitung 1,69 dan F tabel 3,12. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel, jadi didapatkan pada ketiga sampel dinyatakan tidak berbeda
nyata.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Uji rangking ini dapat disimpulkan bahwa pada uji ketiga sampel tidak memiliki perbedaan nyata, dimana
F hitung lebih kecil dari F tabel yaitu 1,69 < 3,12, dan biscuit Marie ATB memiliki peringkat pertama kemudian
biscuit Khong Guan dan biscuit Marie Roma setelah di bandingkan dengan F tabel padataraf 5%.

DAFTAR PUSTAKA
Kartika. 1999. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Universitas Pangandan Gizi : Yogyakarta
NurAini, dkk. 2013. Penuntun Praktikum Analisis Organoleptik Fateta : IPB Bogor
Nuraini dan Mawansih. 2006. Uji Sensori Buku Ajar Lampung. Universitas : Lampung
Rahayu. 2001. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan Dan Gizi. Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB : Bogor
Sarastani. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Organoleptik. Program Diploma. IPB : Bogor
Soekarto. 1985. Penilaian Organoleptik. Bhrata Karya Aksara : Jakarta
Laporan Praktikum
Monday, 13 June 2016

Uji Skoring

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORI

UJI SKORING

Oleh :
Muhammad Wasil
J1A114013

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang

Evaluasi sensori atau organoleptik merupakan ilmu pengetahuan yang menggunakan indera manusia untuk
mengukur tekstur, penampakan, aroma dan falvor. Oleh karena pada akhirnya yang dituju adalah penerimaan
konsumen, maka uji organoleptik yang menggunakan panelis (pencicip yang terlatih) dianggap yang paling peka
dan karenanya sering digunakan dalam menilai mutu berbagai jenis makanan. Untuk mengukur daya simpannya
atau dengan kata lain untuk menentukan tanggal kadaluarsa makanan.
Pengujian sensori berperan penting dalam pengembangan produk dengan meminimalkan resiko dalam
pengambilan keputusan. Panelis dapat mengidentifikasi sifat-sifat sensori yang akan membntu untuk
mendeskripsikan produk. Evaluasi sensori digunakan untuk menilai adanya perubahan yang dikehendaki atau
tidak dikehendaki dalam produk atau bahan-bahan formulasi. Mengidentifikasi area perngembangan,
mengevaluasi produk pesaing dan memberikan data yang diperlukan bagi promosi produk.
Uji skoring digunakan untuk menilai mutu dan intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan, kekerasan, rasa,
dan warna. Selain itu digunakan untuk mencari korelasi pengukuran subjektif dalam menentukan presisi
pengukuran objektif.

2) Tujuan

Untuk memberikan nilai atau skor tertentu terhadap suatu karakteristik mutu, memberi skor sesuai skor
sesuai dengan kriteria pada produk.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Skalar
Uji skalar merupakan uji dimana panelis menyatakan besaran kesan yang diperolehnya. Besaran tersebut
dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau dalam bentuk numeric. Bentuk yang paling biasa dalam menyatakan
besaran skalar yaitu bentuk garis lurus atau disebut uji skalar garis (Susiwi, 2009).
Menurut Soekarto (1985) pengujian skalar meliputi :
1) Uji skalar garis

2) Uji skoring

3) Uji perbandingan pasangan

4) Uji perbandingan jamak

5) Uji penjenjangan

2.2 Uji skoring


Uji skoring merupakan pengujian dengan menggunakan skala 1 sebagai nilai tertinggi dan angka 7 sebagai
nilai terendah (1-2-3-4-5-6-7). Spesifikasi ini dicantumkan dalam score sheet (Soekarto, 1985).
Lingkup dan penerapan uji skoring adalah panelis diminta untuk menilai penampakan sampel berdasarkan
intensitas atribut atau sifat yang dinilai. Panelis harus paham benar akan sifat yang akan dinilai. Oleh karena itu,
dalam pengujian ini digunakan panelis yang terpilih dan terlatih. Tipe pengujian ini sering digunakan untuk
menilai mutu intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan, kekerasan, rasa, dan warna. Selain itu digunakan untuk
mecari korelasi pengukuran subjektif dan objektif dalam menentukan presisi pengukuran objektif (Kartika, 1988).
Menurut Setyaningsih (2010) dengan pembuatan skala skoring perlu diperhatikan beberapa hal antara
lain sebagai berikut :
a. Bila nilai yang dinilai dari satu sifat urutan, sifat yang dinilai adalah kenampakannya, kemudian bau, kemudian
rasa (dicicipi).

b. Skala tidak terlalu besar atau terlalau kecil, diperkirakan dapat memberi gambaran sifat yang dinilai dan
reproducible.

c. Ada persamaan persepsi antara panelis mengenai perbedaan dan persamaan yang ada dengan membandingkan
denga standar atau suatu kesepakatan.

d. Untuk keperluan pengendalian untuk dapat digunakan istilah baik dan tidak baik yang disesuaikan dengan
standar jika diperlukan.
e. Skala nilai yang dapat dibuat terstruktur digunakan potongan-potongan skala sedangkan tidak terstruktur bagian
kepala dan belakang saja diberi deskripsi.

f. Bentuk skala yang umum digunakan sama dengan skala hedonik.

Uji skoring dilakaukan dengan pendekatan skala atau skor yang dibutuhkan dengan deskripsi tertentu
dari atribut mutu produk. Dalam sistem skoring angka digunakan untuk menilai intesitas produk dengan susunan
meningkat atau menurun. Uji skoring dilakukan merupakan pemberian skor yaitu memberikan angka nilai untuk
menetapkan nilai mutu sensori terhadap bahan yang diuji pada jenjang mutu atau tingkat skala hedonik. Tingkat
skala mutu dinyatakan dalam skala mutu yang sudah baku. Uji skoring merupakan pengujian dengan
menggunakan skala angka 1 sebagai nilai terendah dan angka 6 sebagai nilai tertinggi (Soekarto, 1985).
Pentingnya uji skoring dalam bidang teknologi pangan adalah pemeriksaan mutu kualitas, pengendalian
proses, dan pengembangan produk. Skala satu bagian dari uji inderawi adalah uji skoring. Pada dasarnya uji
skoring merupakan pembedaan. Uji skoring merupakan uji kemampuan dalam memberikan penilaian sampel
berdasarkan atribut atau sifat yang dinilai pada praktikum yang diujikan (Stone, dkk, 2004).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 22 April 2016 pada pukul 07.30 WIB di Laboratorium
Pengolahan (Dapur) Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jambi.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, gelas plastik (cup kecil), sendok, alat tulis panelis dan
kuisioner. Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu, sirup Marjan (kode 815), sirup ABC (kode 558), sirup
Sarang Tawon (kode 384) serta air mineral.
3.3 Prosedur Kerja
Disiapkan 3 sampel yang akan diuji yaitu sirup dengan kode 815(sirup Marjan), sirup kode 558 (sirup
ABC), dan sirup kode 384 (sirup Sarang Tawon). Penelis diminta untuk memberikan penilaian terhadap warna
dan rasa dari sampel dan alasan singkat terhadap penilaian tersebut. Penilaian dilakukan dengan memberikan
tanda pada kolom yang telah disediakan pada kuisioner sesuai instruksi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.1 Hasil Uji Skoring pada warna sirup

Kode Sampel
Panelis Jumlah
815 558 384
1 3 3 2 8
2 1 3 1 5
3 2 2 3 7
4 3 4 2 9
5 3 4 3 10
6 4 5 3 12
7 3 3 2 8
8 3 3 2 8
9 2 3 2 7
10 3 3 3 9
11 3 3 5 11
12 3 3 2 8
13 3 3 2 8
14 4 4 2 10
15 3 3 2 8
16 2 3 2 7
17 4 3 2 9
18 3 4 4 11
19 2 3 3 8
20 1 2 3 6
21 3 3 2 8
22 2 3 3 8
23 3 3 4 10
24 3 3 2 8
25 3 2 2 7
26 3 3 4 10
27 3 3 2 8
28 4 2 5 11
29 3 4 3 10
30 2 3 1 6
31 3 2 3 8
32 3 4 1 8
Jumlah 90 99 82 271
Rata-rata 2,813 3,094 2,563 8,469
Perhitungan ANOVA pada warna sirup

Total = 271
Total jumlah total tiap contoh = 833
Jumlah kuadrat total tiap contoh = 24625
Jumlah kuadrat total tiap panelis = 2375

db contoh = contoh - 1 = 3-1 = 2


db panelis = panelis - 1 = 32-1 = 31
db total = ( panelis x contoh) 1
= (32 x 3) 1
= 95
db error = db total (db panelis + db contoh)
= 95 (31 + 2)
= 62
= 67,9896 4,5208 26,9896
= 36,8125

Tabel 4.1.2 Hasil ANOVA pada warna sirup

Sumber db JK KT F Hitung F Tabel


keragaman Taraf 5 %
Contoh 2 4,5208 2,2604 3,8067 3,15
Panelis 31 0,8599 0,8599
Error 62 36,8125 0,5938
Total 95 67,9896

Tabel 4.1.3 Hasil Uji Skoring pada rasa sirup

Kode Sampel
Panelis Jumlah
815 558 384
1 2 4 3 9
2 2 4 3 9
3 3 4 5 12
4 3 2 3 8
5 3 3 5 11
6 3 2 6 11
7 3 3 5 11
8 4 3 3 10
9 3 4 1 8
10 3 4 4 11
11 5 3 6 14
12 3 2 1 6
13 2 3 4 9
14 3 5 4 12
15 3 3 4 10
16 1 1 5 7
17 4 3 5 12
18 2 4 6 12
19 2 3 4 9
20 2 3 2 7
21 4 4 3 11
22 3 2 3 8
23 4 3 5 12
24 3 2 2 7
25 2 2 5 9
26 2 3 4 9
27 3 3 5 11
28 4 2 6 11
29 2 4 3 8
30 1 1 2 4
31 1 1 5 7
32 2 1 5 8
Jumlah 86 90 127 303
Rata-rata 2,688 2,813 3,969 9,469

Perhitungan ANOVA pada rasa sirup

Total = 303
Total jumlah total tiap contoh = 1111
Jumlah kuadrat total tiap contoh = 31625
Jumlah kuadrat total tiap panelis = 3017

db contoh = contoh - 1 = 3-1 = 2


db panelis = panelis - 1 = 32-1 = 31
db total = ( panelis x contoh) 1
= (32 x 3) 1
= 95
db error = db total (db panelis + db contoh)
= 95 (31 + 2)
= 62

= 154,6562 31,9375 49,3229


= 73,3958
Tabel 4.1.4 Hasil ANOVA pada warna sirup

Sumber db JK KT F Hitung F Tabel


keragaman Taraf 5 %
Contoh 2 31,9375 15,9688 13,4894* 3,15
Panelis 31 49,3229 1,5911
Error 62 74,3958 1,1468
Total 95 154,6562
*= berpengaruh nyata

4.1 Pembahasan
Uji skoring merupakan uji dimana panelis diminta untuk menilai penampilan sampel berdasarkan intensitas
atribut atau sifat yang dinilai dengan menggunakan skala angka yang dicantumkan dalam kuisoner. Pada
pengujian skoring jenis sampel yang digunakan pada praktikum uji skoring ini adalah sirup marjan dengan kode
815, sirup ABC dengan kode 558 dan sirup sarang tawon dengan kode 384.
Pada uji skoring berdasarkan tabel ANOVA terhadap parameter warna diperoleh Fhitung sampel yaitu 3,80.
Jika dibandingkan dengan Ftabel 5% yaitu 3,15, nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel taraf 5%. Oleh karena
itu maka dapat disimpulkan bahwa ketiga sampel sirup pada parameter warna tidak ada perbedaan.
Pada uji skoring berdasarkan tabel ANOVA terhadap parameter rasa diperoleh Fhitung sampel yaitu 13,48.
Jika dibandingkan dengan Ftabel 5% yaitu 3,15, nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel taraf 5%. Oleh karena
itu maka dapat disimpulkan bahwa ketiga sampel sirup berbeda nyata secara signifikan pada parameter rasa.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum uji skoring yang telah dilakukan yang berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka
dapat disimpulkan bahwa, prinsip uji skoring yaitu memberikan angka nilai atau menetapkan nilai mutu sensorik
terhadap bahan yang diuji pada jenjang mutu ataupun tingkat skala hedonik. Pada parameter warna dari ketiga
sampel sirup yakni sirup marjan, sirup ABC dan sirup sarang tawon tidak berbeda nyata dimana Fhitung(3,80) >
Ftabel 5% (3,15). Sedangkan pada parameter rasa dari ketiga sampel sirup yaitu sirup marjan, sirup ABC dan
sirup sarang tawon, rasa tidak ada perbedaan secara signifikan yaitu Fhitung (13,48) > Ftabel 5% (3,15).

DAFTAR PUSTAKA

Kartika, B. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi : Yogyakarta
Setyaningsih, Dwi, Anton A., Maya P.. 2010. Analisis Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro. IPB Press : Bogor
Soekarto, S. T.. 1985. Penilaian Organoleptik. Bharata Karya Aksara: Jakarta
Susiwi. 2009. Handout Penilaian Organoleptik. FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung

Posted by wasil muhammad at 21:12


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:
Post a Comment
Newer PostOlder PostHome

Subscribe to: Post Comments (Atom)


About Me

wasil muhammad
View my complete profile
Blog Archive

2016 (12)
o June (7)
Uji Pengenalan Sifat Organoleptik
Pembedaan Pasangan
Uji Duo Trio
Uji Hedonik Dan Mutu Hedonik
Uji Rangking
Uji Skoring
Ambang Rangsangan
o December (5)
2017 (3)

Blogger

Anda mungkin juga menyukai