Anda di halaman 1dari 28

DERMATITIS SEBOROIK

CASE REPORT
DERMATITIS SEBOROIK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah dermatitis seboroik adalah (D.S) dipakai untuk segolongan


kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di
tempat-tempat seboroik. Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit kronis,
dan sering kambuh. Dermatitis seboroik termasuk dalam kelompok
dermatosis eritroskuamosa dimana merupakan penyakit kulit yang terutama
ditandai dengan adanya eritema dan skuama. Dermatitis seboroik sering
dikacaukan dengan psoriasis yang juga termasuk dalam kelompok dermatosis
eritroskuamosa. Penyebabnya belum diketahui pasti, beberapa teori
menerangkan tentang etiopatogenesis. 1,2
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan dan
agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Faktor predisposisinya ialah
kelainan konstitusi berupa status seboroik (seborrhoeic state) yang rupanya
diturunkan, bagaimana caranya belum dipastikan. Prevalensi dermatitis
seboroik lebih tinggi pada penyakit autoimun seperti SLE, HIV/AIDS, dan
penyakit gangguan neurologis dan penyakit kronis lainnya juga terkait
dengan timbulnya dermatitis seboroik.1,2

1
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Identitas Pasien
1. Nama : Ny.A
2. Umur : 35 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Pasar Uler Plumpang B, RT 8/4 No. 14
6. Pendidikan : SMA
7. Suku : Jawa
8. Status : Sudah Menikah
9. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
10. Tanggal registrasi : 02 November 2017

B. Keluhan Utama
Bintik-bintik merah disertai gatal

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli kulit dengan keluhan utama bintik-bintik merah disertai
gatal pada bagian dada,punggung, lengan kanan dan lengan kiri, Keluhan ini
sudah dirasakan hampir 1 bulan yang lalu. Pasien mengaku awalnya muncul
bercak kemerahan dan terasa semakin gatal apabila berkeringat, Rasa gatal
berkurang apabila pasien menggaruk- dan setelah itu mengeluarkan sisik
berwarna putih seperti plenting berisi cairan, mudah pecah dan berminyak tetapi
tidak berbau. Keluhan gatal hilang timbul, timbul apabila sedang banyak fikiran
dan kelelahan bekerja. Pasien sudah pernah mengobati penyakit ini dengan
bedak herosin, namun keluhan belum berkurang.

2
D. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat sakit yang sama : (-)
2. Riwayat alergi obat : disangkal
3. Riwayat diabetes mellitus : sejak 6 bulan yang lalu
4. Riwayat hipertensi : disangkal
5. Riwayat penyakit Jantung : sejak 2 tahun yang lalu

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit serupa.

F. Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, berobat dengan BPJS kesan
ekonomi cukup.

G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis, GCS 456
3. Kooperatif : Kooperatif
4. Status gizi : Cukup

Status Dermatologi :
- Lokasi : Dada, Punggung, Lengan Kanan-kiri
- UKK :
Dada : eritema dengan skuama tipis berbatas tegas dan terdapat papul
Punggung/lengan kanan-kiri : tepi yang eritem dengan skuama berbatas
tegas

3
Punggung

4
LENGAN KANAN-KIRI

DADA

5
SAMPING LENGAN

H. Usulan Pemeriksaan Penunjang


1. Histopatologi
2. Pemeriksaan KOH

I. Diagnosis Banding
1. Psoriasis
2. Kandidiasis
3. Rosasea / Ptiriasis Rosea

J. Diagnosis Kerja
Dermatitis seboroik

K. Rencana Terapi

1. Nonmedikamentosa
a. Management stres, dan jangan terlalu kelelahan.
b. Minum obat teratur, istirahat cukup
c. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP).

6
2. Medikamentosa
Topikal

R/ Betametason cream

R/ Gentamycin cream

Sistemik

R/ Cetirizine tab 10 mg 1x1

L. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad cosmeticam : Dubia ad bonam

7
BAB III
PEMBAHASAN

Ny.A datang ke Poli kulit dengan keluhan utama bintik-bintik merah disertai gatal
pada bagian dada,punggung, lengan kanan dan lengan kiri, Keluhan ini sudah
dirasakan hampir 1 bulan yang lalu. Pasien mengaku awalnya muncul bercak
kemerahan dan terasa semakin gatal apabila berkeringat, Rasa gatal berkurang
apabila pasien menggaruk- dan setelah itu mengeluarkan sisik berwarna putih
seperti plenting berisi cairan, mudah pecah dan berminyak tetapi tidak berbau.
Keluhan gatal hilang timbul, timbul apabila sedang banyak fikiran dan kelelahan
bekerja. Pasien sudah pernah mengobati penyakit ini dengan bedak herosin, namun
keluhan belum berkurang. Pasien memiliki riwayat penyakit jantung sejak 2 tahun
yang lalu dan DM sejak 6 bulan yang lalu.

Bila disesuaikan dengan literatur maka gejala yang dialami oleh NY.A sangatlah
sesuai sebab predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang banyak

8
terdapat kelenjar sebasea (kelenjar minyak) yaitu daerah kepala (kulit kepala,
telinga bagian luar, saluran telinga, kulit di belakang telinga), wajah (alis mata,
kelopak mata, glabellla, lipatan nasolabial, dagu), dan badan bagian atas (daerah
presternum, daerah interskapula, areolla mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah
anogenital) .6 Tempat-tempat yang banyak mengandung kelenjar sebasea (regio
coli posterior/tengkuk kepala, regio dorsum pedis sinistra et dextra, regio anterior
antebrachii dextra) semua sesuai dengan teori yang ada.

Efloresensi : Makula eritematosa yang ditutupi oleh papul milier multiple diskrit
berbatas tak tegas disertai skuama halus dan berminyak. Pada lesi kadang-kadang
ditemukan erosi dengan krusta yang sudah mengering berwarna kekuningan.

Pemeriksaan laboratorium pada Ny.A tersebut tidak dikerjakan. Bila


dihubungkan dengan liateratur yang ada, maka seharusnya dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Untuk menegakan dignosis dermatitis seboroik
dapat dilakukan pemeriksaan patologi anatomi. Gambaran histopatologi pada
dermatitis seboroik bervariasi sesuai dengan tahap penyakit. Pada dermatitis
seboroik akut dan subakut terdapat infiltrat ringan perivaskular superfisial ,
terdiri dari sel limfohistiosit kadang-kadang disertai neutrofil; edema ringan
pada papila dermis; adanya fokus spongiosis pada infundibulum dan
epidermis; serta mound parakeratosis sengan globus kecil plasma pada bibir
muara dan diantara muara infundibulum.3
Gambaran histopatologis dermatitis seboroik pada AIDS berbeda
dengan dermatitis seboroik biasa, keratinosit yang nekrosis, kerusakan
setempat dari dermoepidermal oleh kelompok sel limfoid dan jarang
ditemukan spongiosis. Pada dermis tampak banyak pembuluh darah dengan
dinding yang menebal, banyak ditemukan sel plasma.10

Pada pasien Ny.A sangat sesuai berhubungan dengan pekerjaannya


yang melelahkan sebagai Ibu Rumah Tangga, Stress emotional tampaknya
memperburuk penyakit ini. Variasi musim dan temperatur kelembapan juga

9
terkait dengan penyakit ini. Musim dingin dan kelembapan yang rendah akan
memperburuk kondisi.Aktivitas meningkat pada musim dingin dan awal
musim semi, dengan remisi sering terjadi di musim panas. 4,8
Pada pasien Ny. A diberikan terapi Antibiotik dan Steroid Topikal
potensi kuat, serta diberikan anti histamine sebagai anti pruritus pada Ny.A.
Hal ini sesuai dengan literatur menjadi alternatif yang tepat untuk untuk
dermatitis seboroik dengan kortikosteroid karena tidak memiliki efek
5, 10
samping jangka panjang. Namun, pada pasien ny.A bila disesuaikan
dengan teori bisa di tambah antijamur sistemik seperti Itrakonazole.

Sediaan oral antijamur itrakonazol dengan dosis 200 mg per hari selama
1 minggu tampaknya menjadi pilihan ketika dermatitis seboroik menyebar
secara luas, tahan terhadap preparat topikal, atau ketika mempengaruhi
masalah psikologis yang dapat mengubah gaya hidup pasien. Efek anti
peradangan dan aktivitas antifungi terhadap Malassezia menunjukkan bahwa
itraconazole oral akan menjadi pengobatan lini pertama pilihan oral untuk
dermatitis seboroik di masa depan. Itrakonazol adalah anti jamur yang
lipofilik dan keratinofilik sistemik. Obat ini tidak memiliki potensi yang sama
untuk menyebabkan hepatotoksisitas sebagai ketokonazol dan mungkin,
karena itu, menjadi alternatif yang lebih aman untuk pasien yang memerlukan
pengobatan oral,walaupun begitu harus dipertimbangkan dengan cermat
dalam merencanakan pengobatan untuk kondisi kronis seperti dermatitis
seboroik.1, 12, 14

Selain itu banyak pertimbangan lain untuk pemeberian


imunomodulator, keratolitik,dan sebagainya, namun prognosis pada pasien
ini cenderung baik dengan adanya pengobatan segera sebelum terjadinya
infeksi sekunder atau komplikasi yang lebih lanjut.

10
BAB IV
DASAR TEORI

I. DEFINISI

Istilah dermatitis seboroik (D.S) dipakai untuk segolongan kelainan


kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-
tempat seboroik. 1

II EPIDEMIOLOGI

Tidak ada data yang tepat mengenai insiden dan prevalensi, tetapi
penyakit ini diyakini lebih umum dari psoriasis, misalnya mempengaruhi
setidaknya 2 sampai 5 persen dari populasi. Penyakit ini dapat menyerang
bayi ataupun pada orang dewasa. Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada
umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada usia sebelum akil balik dan
insidensnya mencapai puncaknya pada umur 18-40 tahun, kadang-kadang
pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita. Terjadinya dermatitis seboroik pada pasien AIDS (Acquired

11
Immunodeficiency Syndrome) mempunyai prevalensi yang tinggi sampai 85
%. Laporan pertama pada tahun 1984 dengan mengikuti observasi dari
seluruh dunia. Pasien dengan gangguan sistem saraf pusat seperti epilepsi dan
penyakit Parkinson juga tampak rentan terhadap pengembangan dermatitis
seboroik.1, 4, 5

III. ETIOPATOGENESIS

Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor predisposisinya ialah


kelainan konstitusi berupa status seboroik (seborrhoeic state) yang rupanya
diturunkan, bagaimana caranya belum dipastikan. 1
Penyakit ini berhubungan dengan kulit yang tampak berminyak
(seborrhea). dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan glandula
sebasea. Glandula tersebut aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi
tidak aktif selama 9-12 tahun akibat stimulasi hormon androgen dari ibu
berhenti. Kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor timbulnya
dermatitis seboroik.Walaupun peningkatan produksi sebum tidak selalu
ditemukan pada pasien dengan dermatitis seboroik. Seborrhea adalah faktor
predisposisi untuk dermatitis seboroik, tetapi dermatitis seboroik bukan
merupakan penyakit dari glandula sebasea. Pada masa kecil, produksi sebum
dan dermatitis seboroik memang berhubungan tetapi pada masa dewasa tidak.
1, 4

D.S dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat


seperti pada psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi sitotastik
dapat memperbaikinya. pada orang yang telah memiliki faktor predisposisi,
timbulnya D.S dapat disebabkan oleh faktor diantaranya faktor kelelahan,
stres, emosional, infeksi, atau imun defisiensi.
A. Efek Mikroba
Ragi Malassezia (peningkatan jumlah ragi yang umum hidup pada kulit
manusia) - Malassezia furfur atau bentuk ragi nya, Pityrosporum ovale
mungkin memainkan peran penyebab dalam dermatitis seboroik. Ragi ini

12
ditemukan dalam kelimpahan yang tinggi pada kulit normal dan lipofilik.
Komposisi lipid pada kulit pasien ditemukan berbeda dalam proporsi
peningkatan kolesterol, trigliserida dan parafin. Kelainan pada lipid
permukaan dapat menyebabkan keratinisasi tidak efektif dan / atau aktivitas
lipase dari Pityrosporum ovale, yang dapat menghasilkan asam lemak
inflamasi. Penelitian juga menunjukkan bahwa Malassezia furfur atau
metabolismenya sebesar-produk dapat menyebabkan peradangan melalui
respons yang diperantarai sel imun yang melibatkan sel T, sel Langerhans dan
kaskade komplemen. 5, 6
Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini
dengan infeksi oleh bakteri atau pityrosporum ovale yang merupakan flora
normal kulit manusia. Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan dapat
mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang
masuk ke dalam epidermis, maupun karena sel jamur itu sendiri, melalui
aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Status seboroik sering berasosiasi
dengan meningginya suseptibilitas terhadap infeksi piogenik, tetapi tidak
terbukti bahwa mikroorganisme iniliah yang menyebabkan dermatitis
seboroik. 1,
D.S. dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat
seperti pada psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan
sitostatik dapat memperbaikinya.1 Riwayat eksim dalam keluarga mungkin
mempengaruhi seseorang untuk terkena dermatitis seboroik.5Dermatitis
seboroik sering terkait dengan variasi kelainan neurologi, contohnya
postensefalitis parkinson, trauma supraorbital, kelumpuhan wajah, trauma
unilateral gangglion Gasser, poliomielitis, siringomelia, qudriplegia. Stress
emotional tampaknya memperburuk penyakit ini. Hal ini menunjukkan
bahwa sistem saraf mungkin terlibat, meskipun tidak ada bukti kuat belum
untuk mendukung teori ini.4, 5, 7, 8. Variasi musim dan temperatur kelembapan
juga terkait dengan penyakit ini. Musim dingin dan kelembapan yang rendah
akan memperburuk kondisi.Aktivitas meningkat pada musim dingin dan awal
musim semi, dengan remisi sering terjadi di musim panas. 4,8

13
IV. GEJALA KLINIS

Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan
agak kekuningan batasnya agak kurang tegas. Kelainan kulit dapat disertai
rasa gatal walupun jarang. D.S. yang ringan hanya mengenai kulit kepala
berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang
kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus
dan kasar. Kelainan tersebut disebut pitiriasis sika (ketombe, dandruff).
Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides yang dapat disertai
eritema dan krusta-krusta yang tebal. 1, 9

Gambar 1 : Pitiriasis sika (ketombe/dandruff)

Tidak jelas apakah dermatitis seboroik menyebabkan rambut rontok


permanen, meskipun peradangan melibatkan folikel rambut. Rambut pada
tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok walaupun jarang ditemui,
mulai dibagian vertex dan frontal. Rambut rontok dapat disebabkan banyak
faktor individu dan. Digabungkan, termasuk produksi minyak berlebih dari
ketidakseimbangan hormon, stres, cuaca panas atau dingin yang ekstrim,
daerah yang lembab, imunodefisiensi, penyakit Parkinson, kondisi neurologis
tertentu dan kebersihan kulit kepala. Pertumbuhan rambut akan kembali
seperti semula setelah diberikan terapi yang efektif.1, 9, 11

14
Pada daerah pipi, hidung, dan dahi kelainan dapat berupa papul-papul.
Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama
dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi,
glabela, telinga posaurikular dan leher. Pada daerah dahi tersebut, batasnya
sering cembung. Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup
1
oleh krusta-krusta yang kotor dan berbau tidak sedap. Pada daerah
supraorbital, skuama-skuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit
dibawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak-bercak skuama
kekuningan, dapat terjadi pula blefaritis, yakni pinggir kelopak mata merah
disertai skuama-skuama halus.1, 2

Gambar 2 : Dermatitis Seboroik di kepala dan alis

Beberapa pasien muncul dengan mempunyai dua penyakit sekaligus


yaitu dermatitis seboroik dan psoriasis. Mereka menunjukan lesi klasik dari
psoriasis dan sekaligus lesi dermatitis seboroik, ini telah disebut sebagai
seborrhiasis atau sebopsoriasis. 9
Penyakit ini kronis dan akan
berlangsung sampai nantinya akan mereda selama beberapa waktu kemudian
kambuh. 5
Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang banyak
terdapat kelenjar sebasea (kelenjar minyak) yaitu daerah kepala (kulit kepala,
telinga bagian luar, saluran telinga, kulit di belakang telinga), wajah (alis
mata, kelopak mata, glabellla, lipatan nasolabial, dagu), dan badan bagian
atas (daerah presternum, daerah interskapula, areolla mammae, umbilikus,
lipatan paha, daerah anogenital) .6

15
Dermatitis seboroik yang pada infantil terjadi pada tahun pertama
kehidupan, biasanya muncul usia 3-14 minggu, membaik secara spontan pada
usia 8-12 bulan. Kelainan kulit yang terjadi berupa skuama-skuama yang
kekuningan dan kumpulan debris-debris epitel yang lekat pada kulit skalp
(Cradle cap). Lesi bisa terbatas di skalp namun dapat meluas ke regio lain,
antara lain : bagian tengah wajah(dahi, alis, hidung, bagian belakang kepala),
area retroauricular, dada, leher, daerah anogenital dan lipatan badan.6, 9 Regio
frontal dan parietal kulit kepala ditutupi dengan kulit yang berminyak dan
tebal, sering terdapat kerak-kerak yang pecah (crusta lactea or milk crust),
biasanya tanpa dasar yang merah. Kelainan kulit dapat disertai gatal ataupun
tidak, tetapi berlebihan menggaruk dapat menyebabkan peradangan, infeksi
ringan atau perdarahan. 5

Gambar 3 : cradle - cap


Leiners Disease atau disebut juga erythroderma desquamativum
merupakan kelainan kulit dengan gangguan sistem imun yang terjadi pada
bayi baru lahir dan ditandai oleh dermatitis seboroik generalisata, diare
berulang, infeksi lokal pada kulit, anemia dan kegagalan untuk berkembang,
sehingga bayi dengan gejala-gejala ini harus dievaluasi. Erythroderma
desquamativum (Leiners Disease) merupakan komplikasi dermatitis
seboroik pada bayi (dermatitis seborrhoides infantum). Kelainan kulit pada
Leiners Disease berupa eritema universal disertai skuama yang kasar pada
daerah kulit kepala, wajah. Sangat cepat menyebar ke bagian lain dari tubuh3,
4,10-11

16
Gambar 4 : Leiners Disease
Gambar 5 : Leiners Disease

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menegakan dignosis dermatitis seboroik dapat dilakukan


pemeriksaan patologi anatomi. Gambaran histopatologi pada dermatitis
seboroik bervariasi sesuai dengan tahap penyakit. Pada dermatitis seboroik
akut dan subakut terdapat infiltrat ringan perivaskular superfisial , terdiri dari

17
sel limfohistiosit kadang-kadang disertai neutrofil; edema ringan pada papila
dermis; adanya fokus spongiosis pada infundibulum dan epidermis; serta
mound parakeratosis sengan globus kecil plasma pada bibir muara dan
diantara muara infundibulum.3
Gambaran histopatologis dermatitis seboroik pada AIDS berbeda
dengan dermatitis seboroik biasa, keratinosit yang nekrosis, kerusakan
setempat dari dermoepidermal oleh kelompok sel limfoid dan jarang
ditemukan spongiosis. Pada dermis tampak banyak pembuluh darah dengan
dinding yang menebal, banyak ditemukan sel plasma.10

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis dermatitis seboroik dapat ditegakkan berdasarkan :

A. Kelainan kulit yang terdiri dari eritema dan skuama yang berminyak
dan agak kekuningan batasnya agak kurang tegas (skuama dapat halus atau
kasar)1

B. Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang


banyak terdapat kelenjar sebasea (kelenjar minyak) yaitu daerah kepala (kulit
kepala, telinga bagian luar, saluran telinga, kulit di belakang telinga), wajah
(alis mata, kelopak mata, glabellla, lipatan nasolabial, dagu), badan bagian
atas (daerah presternum, daerah interskapula, areolla mammae, umbilikus,
lipatan paha, daerah anogenital) .6

VII. DIAGNOSIS BANDING

Gambaran klinis yang khas pada D.S. ialah skuama yang berminyak
dan kekuningan dan berlokasi ditempat-tempat seboroik. 1

A. Psoriasis

18
Kelainan kulit pada psoriasis berupa eritema sirkumskrip dan merata
dengan skuama berlapis, kasar , berwarna putih seperti mika dan disertai
dengan Auspitz sedangkan pada dermatitis seboroik eritema dan skuama yang
berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang jelas. Skuama pada
psoriasis jika dicoba dilepas akan mungkin berdarah tetapi skuama pada
dermatitis seboroik dengan sangat mudah dilepas. Tempat predileksinya pun
berbeda , predileksi psoriasis antara lain skalp, perbatasan skalp dengan
muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut, dan daerah
lumbosakral, sedangkan predileksi dermatitis seboroik di : skalp, dahi, pipi,
hidung. Tempat lain yang mungkin : liang telingan luar, lipatan nasolabial,
daerah sternum, areola mame, lipatan dibawah mame pada wanita,
interskapular, umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital. Psoriasis biasanya
melibatkan kuku, disamping menimbulkan kelainan pada kulit, psoriasis
dapat pula menyebabkan kelainan pada sendi walaupun jarang. Pada
dermatitis seboroik rasa gatal akan muncul jika sudah berat sedangkan pada
psoriasis gatal sudah dirasakan dari awal penyakit.1, 10, 12

Gambar 6 : psoriasis di kepala


B. Kandidosis Kutis
Dermatitis seboroik dapat menyerupai kandidosis kutispada lipat paha,
lipatan payudara, dan umbilikus dengan gambaran bercak yang berbatas

19
tegas, bersisik, basah, dan eritematosa sedangkan pada dermatitis seboroik
eritema dan skuama berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang
jelas. Pada kandidosis, Lesi dikelilingi oleh satelit berupa vesikel - vesikel
dan pustul pustul yang kecil atau bula yang bila pecah meningalkan daerah
yang erosif dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
Dermatitis seboroik dan kandidosis intertriginosa juga dapat dibedakan pada
tempat predileksinya. Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian
tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea yaitu daerah kepala, wajah dan
badan bagian atas.6 Sedangkan predileksi kandidosis intertriginosa selain
pada lipat paha, lipatan payudara dan umbilikus, juga terdapat ada lipatan
kulit ketiak, intergluteal, antara jari tangan atau kaki, glands penis dan
umbilikus.Keluhan gatal yang lebih menonjol dapat mendukung diagnosis
kandidosis intertriginosa. 1

Gambar 7: kandisosis intergluteal

20
Gambar 8: kandiosis di lipatan payudara
C. Rosasea
Rosasea memiliki kesamaan dengan dermatitis seboroik karena dapat
12
menghasilkan eritema wajah menyerupai dermatitis seboroik. Tempat
predileksi rosasea adalah di sentral wajah, yaitu hidung, pipi, dagu, dahi, dan
alis, terkadang meluas ke leher bahkan pergelangan tangan atau kaki.
Sedangkan dermatitis seboroik terdapat pada tempat sebore, dengan skuama
yang berminyak dan agak gatal. Kelaianan kulit pada rosasea adalah eritema,
telangiektasia, papul, edema, dan pustul. Adanya eritema dan telangiektasia
yang persisten pada setiap episode merupakan gejala khas rosasea. Lesi
umumnya simetris. 1

Gambar 10 : Rosasea

VIII. PENATALAKSANAAN

Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar


disembuhkan, meskipun penyakitnya dapat terkontrol. Faktor predisposisi
hendaknya diperhatikan, misalnya stess emosional dan kurang tidur.
Mengenai diet, dianjurkan miskin lemak, kurangi konsumsi gula, dan banyak
mengkonsumsi sayuran. Kebersihan kulit kepala yang tepat merupakan hal
utama dalam mengobati dermatitis seboroik. Pengobatan dapat diberikan

21
secara topikal ataupun sistemik. Pengobatan secara topikal digunakan dalam
sebagian besar kasus Dermatitis Seboroik. 1, 10 -12

A. Pengobatan Sistemik

Kortikosteorid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednison 20-


30 mg sehari. Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan.
Kalau disertai infeksi sekunder diberi anti biotik.1
Isotretinoin dapat digunakan pada kasus rekalsitran. Efeknya
mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat
dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum.
Dosisnya 0,1-0,3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan tampak setelah
empat minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per hari
selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk mengontrol penyakitnya.1
Pada dermatitis seboroik yang parah juga dapat diobati dengan narrow
band UVB (TL-1) yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3
x seminggu selama 8 minggu, sebagian besar penderita mengalami
perbaikan.1
Data tentang efektivitas agen anti jamur sistemik untuk dermatitis
seboroik terbatas. Bila pada sediaan langsung terdapat pityrosporum ovale
yang banyak dapat diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari selama
1 3 minggu. Selain itu oral antijamur itrakonazol dengan dosis 200 mg per
hari selama 1 minggu tampaknya menjadi pilihan ketika dermatitis seboroik
menyebar secara luas, tahan terhadap preparat topikal, atau ketika
mempengaruhi masalah psikologis yang dapat mengubah gaya hidup pasien.
Efek anti peradangan dan aktivitas antifungi terhadap Malassezia
menunjukkan bahwa itraconazole oral akan menjadi pengobatan lini pertama
pilihan oral untuk dermatitis seboroik di masa depan. Itrakonazol adalah anti
jamur yang lipofilik dan keratinofilik sistemik. Obat ini tidak memiliki
potensi yang sama untuk menyebabkan hepatotoksisitas sebagai ketokonazol
dan mungkin, karena itu, menjadi alternatif yang lebih aman untuk pasien
yang memerlukan pengobatan oral,walaupun begitu harus dipertimbangkan

22
dengan cermat dalam merencanakan pengobatan untuk kondisi kronis seperti
dermatitis seboroik.1, 12, 14

B. Pengobatan Topikal
1. Anti-Inflamasi (imunomodulator)

Tacrolimus dan pimecrolimus termasuk imunomodulator topikal


nonkortikosteroid. Cara kerjanya mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Inhibitor kalsineurin topikal ini mengerahkan efek anti-inflamasi oleh
limfosit T menghambat aktivasi dan proliferasi, juga menunjukkan sifat anti-
jamur dan anti-inflamasi tanpa resiko atrofi kutaneus yang berhubungan
dengan topikal steroids. Dan mungkin menjadi alternatif yang tepat untuk
untuk dermatitis seboroik dengan kortikosteroid karena tidak memiliki efek
samping jangka panjang. 5, 10

2. Keratolitik

Terapi lain untuk dermatitis seboroik dengan menggunakan keratolitik.


Keratolitik yang secara luas dipakai untuk dermatitis seboroik adalah tar,
asam salisilat dan shampo zinc pyrithion. Zinc pyrithion memiliki sifat
keratolitik non spesific dan antijamur dan dapat diterapkan dua atau tiga kali
per minggu. Pasien harus meninggalkan ini sampo pada rambut selama paling
sedikit lima menit untuk memastikan bahwa shampo mencapai kulit kepala.
Pasien juga dapat menggunakannya di tempat lain yang terkena dampak,
misalnya wajah. 10

3. Antijamur Topikal

Antijamur topikal merupakan andalan pengobatan dermatitis seboroik.


Dipelajari dengan baik agen termasuk ketokonazol, bifonazole, dan
ciclopiroxolamine (juga disebut ciclopirox), yang tersedia dalam formulasi
yang berbeda seperti krim, gel, busa, dan shampoo. Krim ketokonazol 2%
dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung terdapat banyak
pityrosporum ovale. Penggunaan intermiten ketokonazol dapat

23
mempertahankan remisi. Tidak ada efek samping dalam penggunan antijamur
1, 10, 12
topikal.

4. Kortikosteroid Topikal

Kortikosteroid topikal bermanfaat dalam pengobatan jangka pendek


terutama untuk mengontrol eritema dan gatal, misalnya krim hidrokortison 2
1/2 %. Pada kasus inflamasi yang berat dapat dipakai kortikosteroid yang
lebih kuat, misalnya betametason valerat, asalkan jangan dipakai terlalu lama
karena dapat terjadi atrofi kulit dan hipertrikosis dalam penggunaan
kortikosteroid jangka panjang. 1, 12

5. Preparat Selenium Sulfida


Pada pitiriasis sika dan oleosa ,gunakan seminggu 2 3 kali pada kulit
kepala dikeramasi selama 5 15 menit, misalnya dengan selenium sulfide
(selsun). 1, 12
Obat topikal lain yang dapat dipakai :

- Ter, misalnya likuor karbonas detergens 2 5 % atau krim pragmatar


- Resorsin 1 3 %
- Sulfur Praesipitatum 4 20 %, dapat digabung dengan asam salisilat
36%
- Kortikosteroid, misalnya krim hidokortison 21/2% pada kasus
dengan inflamasi yang berat dapat dipakai kortiko steroid yang lebih
kuat, misalnya betametason valerat, asalkan jangan dipakai terlalu
lama karena efek sampingnya.
- Krim ketokonazol 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan
langsung terdapat banyak P.ovale
Obat-obat tersebut sebaiknya dipakai dalam krim.1
Skuama yang melekat pada bayi dapat diberikan minyak mineral
hangat, dibiarkan 8-12 jam, kemudian skuama dilepas dengan sikat halus, lalu
dilanjutkan dengan sampo yang tepat. Sampo ketokonazol merupakan

24
pengobatan yang aman dan berkhasiat untuk bayi dengan cradle cap.
Menggunakan sampo ringan dan lembut memijat kulit kepala akan membantu
menghilangkan skuama. Dermatitis Seboroik yang sudah melampaui kulit
kepala, obat topikal seperti krim antijamur atau kortikosteroid ringan
diperlukan, contohnya hidrokortison 1%. Untuk kasus yang parah pemberian
kortikosteroid topikal perlu dibatasi karena mungkin terjadi penyerapan
sistemik. 6, 9 13

IX. PROGNOSIS

Seperti telah dijelaskan pada sebagian kasus yang mempunyai faktor


konstitusi penyakit ini sukar disembuhkan, meskipun terkontrol

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M. Dermatitis Seboroik. In: Djuanda A, editor. Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta; 2007.200-203
2. Gibson EL, Perry HO. Eczematous Rashes. In: Dermatology. Moschella SL,
Hurley HJ, Eds, 3rd Ed. Harcourt Brace Jovanovich, Inc, New York. p : 214
3. Plewig G. Seborrheic Dermatitis. In : Dermatology In General Medicine.
Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen KF, Eds. 4th Ed.
McGraw Hill, Inc, New York. p. 1596-73
4. Anonymous. Seborrheic Dermatitis (SD). Available at
http://www.clinuvel.com/en/skin-science/skin-conditions/common-skin-
conditions/seborrheic-dermatitis-sd. Accesed on 02 November 2017
5. Gupta AK, Nicol KA. Seborrheic dermatitis of the scalp : etiology and
treatment. Journal of Drugs in Dermatology. 2004.
6. Selden T. Seborrheic Dermatitis Clinical presentation. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1108312-overview#a0101.
Accesed on 02 November 2017.

26
7. Orkin M, Maibach HI, Dahl VD. Dermatologic manifestations of AIDS.
In:Dermatology. 1st Ed. Prentice-Hall International Inc. p. 144-145
8. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair / RSU Dr. Soetomo
Surabaya. Dermatitis Seboroik. Atlas Penyakit kulit & kelamin. 4th Ed.
Surabaya : Penerbit Airlangga University Press; 2008. P. 113-115
9. Schwartz RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic dermatitis : An
Overview. Am Fam Physician. 2006 Jul 1;74 (1): 125-132
10. Ngan V. Leiners disease. Available at
:http://dermnetnz.org/dermatitis/leiner.html. Accesed on 02 November
2017.
11. Naldi L, Rebora A. Seborrheic Dermatitis. N Engl J Med
2009;360;368;387-96
12. L, Wahab A, Khan SI, Shirin S. Safety of oral itraconazol in the traetment
of seborrheic dermatitis. Journal of Pakistan Association od Dermatologist
2011;21:102-105
13. Sheffield RC, Crawford P. Whats the best treatment for cradle cap. THE
JOURNAL OF FAMILY PRACTICE. March 2007 Vol. 56, No. 3:
232-233.
14. Harms RW. Seborrheic Dermatitis. Available at
http://www.mayoclinic.com/health/seborrheic-dermatitis/DS00984.
Accesed on 02 November 2017.
15. Leiners Disease. Available at
http://vgrd.blogspot.com/2011/01/dermatitis-and-failure-to-thrive.html .
Accesed on 02 November 2017.
16. Anonymous. Dermatitis and failure to thrive. Available at
http://www.infodoctor.org/rss/rss/?cat=14446. Accesed on 02 November
2017.
17. Kusmayoni WM. Kandidosis intergluteal. Available
athttp://www.klikdokter.com/userfiles/kandi2.jpg. Accesed on 02
November 2017.

27
18. Simatupang MM. Kandidosis. Available athttp://3.bp.blogspot.com/-
yud1mH2IexA/T3WZs62e3QI/AAAAAAAAADE/WLUPYEfpQng/s160
0/blog+5.jpg. Accesed on 02 November 2017.
19. Alai NN, Cole GW, Shiel WC. Rosasea. Available
athttp://medicastore.com/penyakit/813/Rosaea.html. Accesed on 02
November 2017.

28

Anda mungkin juga menyukai