Pendahuluan
Kebijakan dividen adalah merupakan keputusan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan
setelah perusahaan beroperasi dan memperoleh laba. Kebijakan deviden menyangkut masalah
penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham atau keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan guna
pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Kebijakan deviden berpengaruh terhadap aliran dana, struktur finansial , likuiditas perusahaan
dan perilaku investor. Dengan demikian kebijakan deviden merupakan salah satu keputusan penting
dalam kaitannya dengan usaha untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Sebagaimana diketahui
bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh keputusan investasi, keputusan pembiayaan, dan
kebijakan dividen itu sendiri. Ketiga keputusan tersebut saling berinteraksi satu sama lain.
Prakteknya pembagian dividen dikaitkan dengan laba yang diperoleh perusahaan tersedia bagi
pemegang saham. Laba ini ditunjukan dalam laboran rugi laba yang disebut sebagai laba setelah
pajak.
Besarnya dana yang bisa dibagikan sebagai dividen (atau inviestasikan kembali) sama
dengan laba setelah pajak. Dana yang diperoleh dari hasil operasi selama satu periode tersebut
adalah sebesar laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan. Meskipun demikian, bukan berarti
bahwa kita bisa membagikan jumlah ini sebagai dividen. Karena kalau seluruh dana tersebut
dibagikan sebagai dividen, maka perusahaan tidak akan bisa melakukan penggantian aktiva tetap
dimasa yang akan datang.
Berdasarkan teori keuangan, jumlah dana yang bisa dibagikan sebagai dividen bisa
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
Dimana :
AT : Aktiva tetap
M K : Modal kerja
Persamaan tersebut menunjukan bahwa dana yang bisa dibagikan sebagai dividen
merupakan kelebihan dana yang diperoleh dari operasi perusahaan ( yaitu EAT + Penyusutan ) di
atas keperluan investasi untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang( investasi pada aktiva
tetap dan modal kerja ). Hanya saja untuk menyederhanakan analisis sering diasumsikan bahwa
modal kerja dianggap tidak berubah. Sehingga dengan asumsi seperti itu maka besarnya dividen
ditentukan oleh EAT.
Setelah diuraikan bahwa maksimum besarnya dividen yang dibagikan sebesar laba setelah pajak,
maka besarnya dividen akan dipengaruhi oleh ada tidaknya kesempatan investasi. Berikut akan
diuraikan jenis-jenis alternative pembagian dividen
7. Signalling hypothesis
Dalam keadaan ada pajak pribadi dan pajak perusahaan , dividen tidak disukai hamir semua
pemegang saham yang membayark pajak , atau pemegang saham bersikap sama apakah berupa
dividen atau capital gain. Namun mengapa perusahaan tetap membayar dividen secara teratur dan
merata.
Rozeff (1982) menganggap bahwa dividen tampaknya memiliki informasi atau sebagai isyarat
akan prospek perusahaan. Apabila perusahaan meningkatkan pembayaran dividen mungkin
diartikan oleh pemodal sebagai sinyal harapan manajemen tentang akan membaiknya kinerja
perusahaan dimasa yang akan datang.