Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario
Ny. Wafroh (65 tahun) dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan utama
kaki dan tangan susah digerakkandan bicara pelo. Kekuatan ekstremitas atas
(kanan-kiri) : 222-222 dan ekstremitas bawah (kanan-kiri) :010-110. Ada riwayat
diabetes melitus sejak 2 tahun yang lalu. Selama perawatan, pasien susah untuk
berkomunikasi, susah untuk melakukan aktivitas. Pasien juga mendapatkanobat-
pbatan dari dokter selama perawatan. Melihat kondisi tersebut, keluaraga
(anak) pasien tampak cemas dan menangiskarena takut terjadi sesuatu. Keluarga
berencana mau membawa pasien pulang ke rumah dan perawat memberikan
informasi tentang peran keluarga selama merawat pasien dirumah.

1.2 Klarifikasi/IdentifikasiIstilah
1. Bicara pelo : dimaa suatu keadaan seseorang mengalami kesulitan bicara,
sehingga bicaranya tidak jelas dan tidak dimengerti orang lain

1.3 DaftarMasalah
1. Apakah penyakit yang dapat ditentukan dari scenario tersebut dan apa
pengertian dari penyakit yang dibahas tersebut?
2. Bagaimana patofisiologi dari penyakit yang sesuai dari skenario tersebut?
3. Apa saja tanda gejala dari penyakit yang sesuai dari skenario tersebut?
4. Apa hubungan Diabetes Melitus dengan penyakit yang ada di skenrio
tersebut?
5. Bagaimana peran perawat dan keluarga untuk perawatan pasien setelah
pulang kerumah ?
6. Bagaimana cara melakukan penilaian kekuatan ekstremitas atas dan
bawah yang ada pada scenario tersebut?
7. Obat-obatan apa yang diberikan oleh dokter selama perawatan yang ada
pada skenario dan apa efek samping dari pengguana oba-obatan tersebut?
8. Bagaimana cara pencegahan primer dan sekunder untuk penyakit yang
sesuai dengan skenario tersebut?
9. Apa saja etilogi dari penayakit yang sesuai dengan skenario tesebut?
10. Bagaimana asuhan keperawatan yang sesuai dengan skenario tersebut?
11. Apa saja saraf-saraf yang terganggu akibat dari penyakit pada skenario?
12. Apa saja faktor resiko yang dapat meneybabkan penyakit pada skenario
tersebut?
13. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan yang sesuai dengan
skenario tersebut?
14. Apa saja pemeriksan diagnostik yang dapat dilakukan sesuai dengan
skenario tersebut?
15. Apa saja komplikasi yang dapat muncul dari penyakit pada scenario
tersebut?
16. Apa saja aktivitas dan latihan yang dapat diberikan untuk penyakit pada
skenario tersebut?
17. Bagaimana epidemiologi untuk penyakit pada skenario tersebut?
18. Apa saja klasifikasi dari penyakit pada skenario tersebut?

1.4 AnalisisMasalah
1. Dilihat dari tanda dan gejala yang ada pada skenario yaitu pasien
mengalami kelemahan pada bagian ekstremitas dan bicara pelo, penyakit
nya yaitu stroke. Stroke adalah penyakit yang tejadi akibat penyumbatan
atau pecahnya pembuluh darah diotak, sehingga dari penyumbatan atau
pecahan tersebut suplai oksigen ke otak terhenti dan oatk dapa
mengalami kerusakan bahkan bisa kematian
2. Sasaran Belajar
3. Tanda dan gejala yang muncul pada penyakit stroke, yaitu biasanya
pasien bicaranya pelo, hilangnya fungsi sensorik,motorik dan psikologis
secara tiba-tiba, kehilangan kesadaran, kelemahan otot, dan hilangnya
ingatan.
4. Hubungan diabetes mellitus dengan penyakit yang ada pada skenario,
yaitu diabetes mellitus merupakan faktor resiko yang dapat menyabakan
stroke, dan juga diabetes militus dapat menyebabkan sumbatan pada
pembulu darah yang dapat terjadi pada otak sehingga terjadi stroke.
5. Peran peawat yang dapat dilakukan untuk perawatan pasien stroke
dirumah, yaitu :
a) Perawat dapat bekerjasama dengan keluarga, seperti mengajakarkan
cara melakukan ROM pada pasien agar tidak terkena dekubitus
akibat pasien bedrest terlalu lama
b) Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk
melakukan bed making akibat bedrest yang terlalu lama
6. Sasaran Belajar
7. Sasaran Belajar
8. Pencegahan primer pada pasien stroke, yaitu :
a) Kurangi makan-makanan lemak, kolesterol, gula dan soda berlebihan
b) Kurangi konsumsi garam berlebih
c) Olahraga secara teratur
d) Kontrol tekanan darah
e) Kurangi merokok
Pencegahan sekunder pada pasien stoke, yaitu :
a) Monitoring TTV
b) Menjaga kepatenan jalan nafas
c) Beriakan asupan O2 sesuai yang dibutuhkan
d) Lakukan Mobilisasi untuk menghindari terjadinya dekubitus
9. Etiologi dari penyakit stroke biasanya disebabkan adanya pembekuan
darah akibat adanya material-material didalam darah, seperti kolesterol
dan juga gula yang dapat mengentalkan darah sehingga darah lama-
kelamaan akan menjadi beku. Terjadinya penyempitan pada pembulu
darah diotak. Pecahnya pembuluh darah sehingga menyebabkan hipoksia
juga merupakan etilogi dari stroke
10. Sasaran Belajar
11. Sasaran Belajar
12. Faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke, yaitu :
a) Usia, pembuluh darah menjadi kaku karena semakin bertambahnya
usia
b) Hipertensi, tekanan darah yang tinggi menyebabkan pembuluh darah
menyempit sehingga asupan O2 keotak berkurang
c) Penyakit jantung koroner, apabila terkena PJK otomatis suplai darah
ke otak juga akan terganggu
d) Diabetes Mellitus, dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh
darah karena kekentalan darah
13. Sasaran Belajar
14. Pemeriksaan diagnostik pada penyakit stroke, yaitu :
a) Angiografi Selebral, menetukan penyebab stroke secara spesisfik
b) Tes fungsi syaraf (saraf karnial dan motoric)
c) CT-Scan
15. Komplikasi yang dapat terjadi pada stroke, yaitu:
1. Dekubitus,
2. Hipoksia Selebral,
3. Embolisme selebral, dan
4. Inkontinesia
16. Aktivitas dan latihan yang dapat diberikan yaitu ROM agar mencegah
kekakuan pada otot.
17. Epidemiologi stroke yang terjadi di Indonesia, dimana penyakit ini
penaykit mematikan ke 3 setelah jantung dan kanker. 5% terjadi pada
usia diatas 65 tahun dan kebanyakan terkena stroke iskemik sekitar 85%.
18. Klasifikasi stroke yaitu :
a) Stroke iskemik, yaitu penyempitan pembuluh darah pada otak,
sehingga otak kekurangan asupan O2 da nutrisi
b) Stroke hemoragik, yaitu pecahnya pembuluh darah pada otak yang
dapat disebabkan berbagai faktor
1.5 Pohon Masalah

1.6 Sasaran Belajar


1. Bagaimana patofisiologi dari penyakit yang sesuai dari skenario tersebut?
2. Bagaimana cara melakukan penilaian kekuatan ekstremitas atas dan
bawah yang ada pada scenario tersebut?
3. Obat-obatan apa yang diberikan oleh dokter selama perawatan yang ada
pada skenario dan apa efek samping dari pengguana oba-obatan tersebut?
4. Bagaimana asuhan keperawatan yang sesuai dengan skenario tersebut?
5. Apa saja saraf-saraf yang terganggu akibat dari penyakit pada skenario?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan yang sesuai dengan
skenario tersebut?
7. Bagaimana cara pemeriksaan angiografi serebral dan berapa lama jangka
waktu pemeriksaannya?
8. Bagaimana epidemiologi stroke yang ada diwilayah Kal-Sel?
9. Apa saja perbedaan manifestasi klinis stroke iskemik dan stroke
hemoragik?
10. Bagaimana peran keluarga pada pasien stroke yang dirawat dirumah?
11. Apakah usia muda dapat mengalami stroke?
12. Apakah stroke bisa mengalami sembuh total? Jika bisa, berapa lama
waktu penyembuhannya?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Konsep Penyakit
2.1.1. Definisi Stroke
Stroke adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat
pembatasan atau terhentinya suplai darah ke otak.
Stroke adalah suatu gangguan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak
sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
2.1.2. Klasifikasi
Stroke dibagi menjadi 2, yaitu :
2.1.2.1. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragi merupakan perdarahan serebral dan mungkin
perdarahan subaraknoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
pada area otak tertentu, biasanya kesadaran umun pasien menurun.
2.1.2.2. Stroke Nonhemoragik
Stroke nonhemoragik dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis
serebral. Stroke ini biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun
tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder
2.1.3. Etiologi
2.1.3.1. Trombosis Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema
dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan
aktivitas simpatis dan penurunan darah yang menyebabkan iskemi serebral
2.1.3.2. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk dalam perdarahan
dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi.
2.1.4. Faktor Resiko
Menurut University of Pittsburgh Medical Center (2003) dan American
Heart Association (2007), ada beberapa faktor risiko stroke yaitu:
a. Usia
Stroke dapat menyerang segala usia, tetapi semakin tua usia seseorang
maka semakin besar kemungkinan orang tersebut terserang stroke.
b. Riwayat Keluarga
Keluarga dengan riwayat anggota keluarga pernah mengalami stroke
berisiko lebih besar daripada keluarga tanpa riwayat stroke
c. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama penyebab stroke.
d. Merokok
Merokok dapat mengakibatkan rusaknya pembuluh darah dan peningkatan
plak pada dinding pembuluh darah yang dapat menghambat sirkulasi
darah. Nikotin dari rokok dapat meningkatkan tekanan darah.
e. Diabetes Melitus
Penyakit diabetes mellitus dapat mempercepat timbulnya plak pada
pembuluh darah yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya stroke
iskemik.
f. Obesitas
Peningkatan berat badan dapat meningkatkan risiko stroke. Obesitas juga
dapat menimbulkan faktor risiko lainnya seperti tekanan darang tinggi,
tingginya kolesterol jahat, dan diabetes.
g. Kurangnya Aktivitas Fisik
Latihan penting untuk mengontrol faktor risiko stroke, seperti berat badan,
tekanan darah, kolesterol, dan diabetes.
2.1.5. Patofisiologi
Aliran darah di setiap otak terhambat karena trombus atau embolus, maka
terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otot, kekurangan oksigen pada awalnya
mungkin akibat iskemia imun (karena henti jantung atau hipotensi) hipoxia
karena proses kesukaran bernafas suatu sumbatan pada arteri koroner dapat
mengakibatkan suatu area infark (kematian jaringan).
Perdarahan intraksional biasanya disebabkan oleh ruptura arteri cerebri
ekstravasasi darah terjadi di daerah otak atau subarachnoid, sehingga jaringan
yang terletak di dekatnya akan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan
otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteri di sekitar pendarahan,
spasme ini dapat menyebaar ke seluruh hemisfer otak, bekuan darah yang semua
lunak akhirnya akan larut dan mengecil, otak yang terletak di sekitar tempat
bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis. Infark regional kortikal,
sub kortikal ataupun infark regional di batang otak terjadi karena daerah
perdarahan suatu arteri tidak/ kurang mendapat aliran darah. Aliran/ suplai darah
tidak disampaikan ke daerah tersebut oleh karena arteri yang bersangkutan
tersumbat atau pecah. Sebagai akibat keadaan tersebut bias terjadinya anoksia
atau hypoksia.
2.1.6. Pathway
2.1.7. Manifestasi Klinis
Ada beberapa tannda dan gejala dalam penyakit stroke, seperti:
a. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunteer terhadap gerakan motorik. Disfungsi motorik paling umum
adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak
yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah
tanda yang lain.
b. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan
komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa
dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:
a) Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab
untuk berbicara.
b) Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara) yang
terutama ekspresif atau reseptif.
c) Apraksia (ketidakmampuan melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha
untuk menyisir rambutnya.
c. Gangguan persepsi
Gangguan persepsi merupakan ketidakmampuan menginterpretasikan
sensasi.seperti:
a) Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di antara
mata dan korteks visual. Hominus heminopsia (kehilangan setengah
lapang pandang) dapat terjadi karena stroke dan mungkin sementara
atau permanen
b) Gangguan hubungan visual spasial (mendapatkan hubungan dua atau
lebih objek dalam area spasial) sering terlihat pada pasien dengan
hemiplegia kiri. Pasien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa
bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokan pakaian ke bagian
tubuh.
c) Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan
ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi
(kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta
kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil, dan auditorius.
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas,
memori, atau intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi
ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam
pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini
menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka. Depresi
umum terjadi dan mungkin diperberat oleh respon alamiah pasien terhadap
penyakit katastrofik ini. Masalah psikologik lain juga umum terjadi dan
dimanifestasikan oleh labilits emosional, bermusuhan, frustasi, dendam, dan
kurang kerja sama.
e. Disfungsi kandung kemih
Pasien pasca stroke mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan menggunakan urinal/ bedpan karena kerusakan control
motorik dan postural. Kadang-kadang setelah stroke, kandung kemih menjadi
atonik, dengan kerusakan sensasi dalam respon terhadap pengisian kandung
kemih. Kadang-kadang kontrol sfingter urinarius eksternal hilang atau
berkurang. Inkontinensia ani dan urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologik luas.
f. Mendadak, nyeri kepala
Ada cara khususdalam menentukan apak seseorang terkena stroke atau
tidak, dengan cara mengetahui triasnya. Trias stroke ada 3 yaitu penurunan
kesadaran, nyeri kepala, dan refleks babiniski. Trias ini juga dapat kita gunakan
untuk mengetahui jenis stoke yang diderita pasien.
Penurunan Kesadaran Nyeri Kepala Reflek babinski Jenis Stroke
+ + + Heoragik
+ - - Heoragik
- + - Heoragik
- - + Iskemik
- - - Iskemik
2.1.8. Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Angiografi cerebral membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik oklusi atau
ruptur.
b. CT Scan : memperlihatkan adanya oedem
c. MRI : mewujudkan daerah yang mengalami infark
d. Penilaian kekuatan otot dan tonus otot
e. EEG : mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak.
f. Pemeriksaan tingkat kesadaran(GCS)
g. Pemeriksaan fungsi saraf karnial
2.1.9. Penatalaaksanaan
2.1.9.1. Keperawatan
Tindakan Keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Monitoring TTV
b. Oksigenasi
c. Pemasangan dan monitoring cairan infus
d. Mobilisasi
e. Bed making
f. Memberikaan dukunngan mental kepada pasien dan keluarga
g. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
2.1.9.2. Medis
a. Pertimbangkan pemberian manitol 1-2 mg/kg IV.
b. Pertimbangkan deksametason 200-100mg IV : mulai timbulnya efek
lebih lambat dari pada tindakan intubasi atau manitol.
c. Neuroproteksi berfungsi untuk mempertahankan fungsi jaringan.Cara
kerja metode ini adalah menurunkan aktifitas metabolisme dan
kebutuhan sel-sel neuron.
d. Antikoagulasi. Diperlukan antikoagulasi dengan derajat yang lebih tinggi
(INR 3,0 4,0) untuk pasien stroke yang memiliki katup prostetik
mekanik. Bagi pasien yang bukan merupakan kandidat untuk terapi
warvarin (coumadin), maka dapat digunakan aspirin tersendiri atau dalam
kombinasi dengan dipiridamol sebagai terapi anti trombotik awal untuk
profilaksis stroke.
e. Trombolisis Intravena. Satu-satunya obat yang telah disetujui oleh US
Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi stroke iskemik akut
adalah aktivator plasminogen jaringan (TPA) bentuk rekombinan. Terapi
dengan TPA intravena tetap sebagai standar perawatan untuk stroke akut
dalam 3 jam pertama setelah awitan gejala. Risiko terbesar menggunakan
terapi trombolitik adalah perdarahan intraserebrum.
f. Trombolisis Intraarteri. Pemakaian trombolisis intraarteri pada pasien
stroke iskemik akut sedang dalam penelitian, walaupun saat ini belum
disetujui oleh FDA. Pasien yang beresiko besar mengalami perdarahan
akibat terapi ini adalah yang skor National Institute of Health Stroke
Scale (NIHSS)-nya tinggi, memerlukan waktu lebih lama untuk
rekanalisasi pembuluh, kadar glukosa darah yang lebih tinggi, dan hitung
trombosit yang rendah
g. Tindakan bedah dikompresif perlu dikerjakan apabila terdapat supra
tentoral dengan pergeseran linea mediarea atau cerebral infark disertai
efek rasa.
2.1.10. Komplikasi
a. Inkontenensia Urin
b. Hipoksia serebral
c. Penurunan aliran darah serebral
d. Embolisme serebral
e. Pneumonia aspirasi
f. CHF
2.1.11. Peran Keluarga
Adapun peran keluarga pada pasien dengan stroke yaitu :
1. Peran Keluarga Sebagai Motivator
Keluarga berperan sebagai motivator yaitu keluarga memberikan motivasi
yang tinggi dalam memberikan dukungan kepada pasien stroke, seperti
keluarga mengingatkan disaat akan dilakukan latihan, mendorong pasien
agar tidak putus asa, agar pasien patuh terhadap program latihan dan
pasien melakukan latihan secara rutin. Sehingga dapat menimbulkan
semangat pada diri pasien demi tercapainya peningkatan status kesehatan
secara optimal.
2. Peran Keluarga Sebagai Edukator
Keluarga harus memiliki pengetahuan mengenai program latihan pada
stroke sehingga keluarga mampu memberikan pendidikan pada pasien
tentang pentingnya program latihan, tentang urutan pelaksanaan latihan,
tentang akibat bila tidak menjalani latihan. Peran keluarga sebagai
educator ini hendaknya dapat lebih ditingkatkan karena keluarga
merupakan system pendukung yan penting dalam memberikan pendidikan
mengenai kesehatan dalam sebuah keluarga.
3. Peran Keluarga Sebagai Perawat Keluarga
Keluarga harus mampu melaksanakan tindakan keperawatan secara
mandiri, namun sebelum melaksanakan tindakan keperawatan tersebut
keluarga harus diajarkan dulu oleh tenaga kesehatan. Peran keluarga
disini seperti keluarga memperhatikan jadwal latihan, keluarga
memberikan perawatan sederhana untuk meringankan dampat kecacatan,
keluarga melakukan tindakan untuk meningkatkan status kesehatan, dan
keluarga selalu berkonsultasi dengan petugas kesehatan tentang program
latihan dan tentang keadaaannya.
2.2.Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
2.2.1.1. Identitas
1) Identitas klien
Nama : Wafrof
Usia : 65 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
2) Identitas Keluarga
Tidak ada data (perlu dikaji)
2.2.1.2. Keluhan utama
Kaki dan tangan sysah digerakkan dan bicara pelo
2.2.1.3. Riwayat penyakit sekarang
Tidak ada data (perlu dikaji)
2.2.1.4. Riwayat penyakit Terdahulu
Diabetes melitus
2.2.1.5. Riwayat penyakit Keluarga
Tidak ada data (perlu dikaji)
2.2.1.6. Pola fungsi kesehatan (pola gordon)
Tidak ada data (perlu dikaji)
2.2.1.7. Pemeriksaan fisik
Sistem Persarafan.
1. Tes Fungsi Serebral.
a) Status Mental.
Tidak ada data (perlu dikaji)
b) Pengkajian Bicara.
Pasien bicara pelo
2. Tes Fungsi Nervus Kranial.
Tidak ada data (perlu dikaji)
3. Pemeriksaan motorik.
Kekuatan ekstremitas atas (kanan-kiri) : 222-222 dan ekstremitas
bawah (kanan-kiri) :010-110
4. Fungsi sensoris.
Tidak ada data (perlu dikaji)
5. Fungsi serebelum.
Tidak ada data (perlu dikaji)
6. Tes fungsi refleks.
Tidak ada data (perlu dikaji)
2.2.2. Diagnosa
1. Hambatan mobilitas fisik b.d. penurunan kekuatan otot
2. Hambatan komonikasi verbal b.d perubahan sistem saraf pusat
3. Anxiety b.d Perubahan dalam: status kesehatan dan terkait keluarga
4. Defisiensi pengetahuan b.d kurang pajanan
2.2.3. NOC-NIC
Diagnosa NOC NIC
Hambatan Level mobilitas: Latihan : gerakan sendi
mobilitas fisik
a) Setelah dilakukan (ROM)
b.d. penurunan tindakan keperawatan 1. Berikan latihan ROM pada
kekuatan otot selama 7x 24 jam, ekstremitas sejak awal.
Hambatan mobilitas fisik 2. Ubah posisi tiap 2 jam.
teratasi dengan kriteria 3. Beri sokongan pada
hasil: ekstremitas.
1. Peningkatan fungsi 4. Anjurkan klien melakukan
dan kekuatan otot latihan ROM sendiri selama
2. ROM aktif / pasif 15-30 menit bila
meningkat memungkinkan.
3. Perubahan posisi 5. Kolaborasi dengan dokter
adekuat untuk pemberian terapi
4. Fungsi motorik relaksasi otot, antispasmodik
meningkat sesuai indikasi, seperti
5. ADL optimal baklofen, dan trolen.
Hambatan Setelah dilakukan Terapi Bicara
komonikasi verbal tindakan keperawatan 1. Kaji kemampuan klien untuk
b.d perubahan selama7 x 24 jam, berkomunikasi secara verbal.
sistem saraf pusat hambatan komunikasi 2. Beri dukungan klien untuk
verbal teratasi dengan aktif berkomunikasi secara
kriteria hasil: verbal.
1. Klien dapat memahami 3. Anjurkan keluarga/orang
komunikasi dengan terdekat untuk
orang lain. mempertahankan usahanya
2. Klien dapat untuk berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa klien.
isyarat untuk 4. Bicara dengan nada normal
berkomunikasi. dan hindari percakapan cepat.

Anxiety b.d Kontrol cemas Penurunan kecemasan


Perubahan dalam: Setelah dilakukan 1. Tenangkan klien
status kesehatan tindakan keperawatan 2. Jelaskan seluruh posedur
dan terkait selama 3 x 60 menit, tindakan kepada klien dan
keluarga Anxiety teratasi dengan perasaan yang mungkin
kriteria hasil: muncul pada saat melakukan
1.Pantau intensitas tindakan
kecemasan 3. Berikan informasi diagnosa,
2.Menyingkirkan prognosis, dan tindakan
tanda kecemasan 4. Berusaha memahami keadaan
3.Mencari informasi klien
untuk menurunkan 5. Kaji tingkat kecemasan dan
cemas reaksi fisik pada tingkat
4.Mempertahankan kecemasan
konsentrasi 6. Gunakan pendekatan dan
5.Laporankan durasi sentuhan, untuk meyakinkan
dari episode cemas pasien tidak sendiri.
7. Sediakan aktivitas untuk
Koping menurunkan ketegangan
Setelah dilakukan 8. Bantu pasien untuk
tindakan keperawatan identifikasi situasi yang
selama 3 x 60 jam Anxiety mencipkatakan cemas
teratasi dengan kriteria 9. Instruksikan pasien untuk
hasil: menggunakan teknik relaksasi
1.Memanajemen Peningkatan Koping
masalah 1. Hargai pemahamnan pasien
2.Melibatkan anggota tentang pemahaman penyakit
keluarga dalam 2. Gunakan pendekatan yang
membuat keputusan tenang dan berikan jaminan
3.Mengekspresikan 3. Sediakan informasi aktual
perasaan dan tentang diagnosa,
kebebasan emosional penanganan, dan prognosis
4.Menunjukkan 4. Sediakan pilihan yang realisis
strategi penurunan tentang aspek perawatan saat
stress ini
5. Tentukan kemampuan klien
untuk mengambil keputusan
6. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi strategi
positif untuk mengatasi
keterbatasan dan mengelola
gaya hidup atau perubahan
peran
Defisiensi Kowlwdge : disease Teaching : Disease proces
pengetahuan b.d process 1. Kaji tingkat pengetahuan
kurang pajanan Kowledge : health pasien dan keluarga tentang
Behavior penyakit
setelah diberikan 2. Jelaskan patofisiologi dari
penjelasan selama 2 x penyakit dan bagaimana hal
pasien mengerti proses ini berhubungan dengan
penyakitnya dan Program anatomi dan fisiologi, dengan
perawatan serta Therapi cara yang tepat.
yang diberikan dengan 3. Gambarkan tanda dan gejala
Indikator: yang biasa muncul pada
1. Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara yang
mampu: tepat
Menjelaskan 4. Gambarkan proses penyakit,
kembali tentang dengan cara yang tepat
penyakit, 5. Identifiasi kemungkinan
2. Mengenal penyebab, dengan cara yang
kebutuhan tepat
perawatan dan 6. Sediakan informasi pada
pengobatan tanpa pasien tentang kondisi,
cemas dengan cara yang tepat
7. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Stroke adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat
pembatasan atau terhentinya suplai darah ke otak. Stroke sendiri dibagi
menjadi 2 yaitu stroke hemoragik yang disebabkan karena pecahnya pembuluh
darah diotak, dan stroke iskemik/ nonhemoragik yang disebabkan penyempitan
pembulu darah. Tanda utama stroke adanya kelemahan pada otot serta
gangguan saraf motorik.
Didalam menangani pasien stroke kita juga harus melibatkan peran
keluarga agar dapat membantu proses penyembuhan pasien dan membantuh
mensupport pasien.
3.2. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
konsep penyakit pada sistem neurologis, khususnya pada penyakit stroke yang
terdapat dalam skenario 1, sehingga nantinya dapat diterapkan dengan baik saat
turun langsung melakukan praktek lapangan
DAFTAR PUSTAKA

1. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M. 2013. Nursing


Interventions Classification 6th Ed. St. Louis: Mosby
2. Gleadle, Jonathan. 2008. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:EMS.
3. Hassman KA. 2012. Stroke iskemik. http://emidecine.nedsape.com/article 21
maret 2012
4. Herdman, T.H. 2012. NANDA International Nursing Diagnoses;Definition &
Classification, 2012-2014. Oxford:Wiley-Blackwell
5. Jhonson, Marion., Meridean Maas. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC) 6th Ed. St. Louis: Mosby
6. Nurhakim Ridwan, Solikin, Sukarlan. 2013. Hubungan antara Riwayat
Diabetes Mellitus dengan kajian Stroke di RSUD DR.H.Moch. Ansari Saleh.
Banjarmasin
7. Pipit Festy. 2009. Peran Keluarga dalam Pelaksanaan Rehabiliasi Medik
Pada PAsien Stroke. Surabaya : Bagian keperawatan Keluarga FIH UMS
8. Price, S.A & Wilson. L.M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC
9. Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai