Anda di halaman 1dari 14

PEMBAHASAN

A. Definisi Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah yang biasa diartikan sebagai persaudaraan, terambil dari akar kata yang pada
mulanya berarti memperhatikan. Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan
mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara. Masyarakat Muslim
mengenal istilah Ukhuwah Islamiyah. Istilah ini perlu didudukan maknanya, agar bahasan kita
tentang ukhuwah tidak mengalami kerancauan. Untuk itu, terlebih dahulu perlu dilakukan
tinjauan kebahasaan untuk menetapkan kedudukan kata Islamiyah dalam istilah diatas. Selama
ini ada kesan bahwa istilah teresebut bermakna persaudaraan yang dijalin oleh sesama muslim,
atau dengan kata lain , kata islamiyah dujadikan sebagai pelaku ukhuwah itu. Pemahaman ini
kurang tepat. Kata Islamiyah yang dirangkaikan dengan kata ukhuwah lebih tepat dipahami
sebagai adjektiva, sehingga ukhuwah islamiyah berarti persaudaraan yang bersifat islami atau
yang diajarkan oleh Islam. Paling tidak ada dua alasan untuk mendukung pendapat ini. Pertama,
Al-Quran dan Hadits memperkenalkan bermacam-macam persaudaraan. Kedua, karena alasan
kebahasaan. Di dalam bahasa arab, kata sifat selalu harus disesuaikan dengan kata yang
disifatinya. Jika yang disifati berbentuk indefinitif maupun feminin, maka kata sifatnya pun
harus demikian. Ini terlihat secara jelas pada saat kita berkata ukhuwah Islamiyah dan Al-
Ukhuwah Al-Islamiyah. Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, misalnya dalam kalimat
akha fulanun shalihan, (Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara). Makna ukhuwah menurut
Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain
dengan ikatan aqidah.

B. Macam-Macam Ukhuwah Islamiyah

Di atas telah dikemukakan arti ukhuwah Islamiyah, yakni ukhuwah yang bersifat Islami
atau yang diajarkan oleh Islam. Di dalam Al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang menyinggung
masalah ukhuwah Islamiyah dan dapat kita simpulkan bahwa di dalam kitab suci ini
memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan:

1) Ukhuwah ubudiyah atau saudara kesemahlukan dan kesetundukan kepada Allah.


2) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena
mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu. Rasulullah Saw. juga menekankan lewat sabda
beliau,
) (
Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.

Hamba-hamba Allah semuanya bersaudara
3) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
4) Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antarsesama Muslim. Rasulullah Saw. bersabda,

Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah (wafat)-ku.

C. Hakekat Ukhuwah Islamiyah

1.Nikmat Allah





Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk. (Q.S. Ali Imron:103)

2. Perumpamaan tali tasbih




Artinya: Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertaqwa. (Q.S.Az-Zukhruf :67)

3. Merupakan arahan Rabbani




Artinya: Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu
membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati
mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Anfal:63)

4. Merupakan cermin kekuatan iman



Artinya: Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (Q.S. Al-
hujurat:10)

Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda, Barangsiapa menghilangkan
kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat.
Barang siapa menutupi aib di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia
menolong saudaranya. (H.R. Muslim). Taawun adalah saling membantu tentu saja dalam
kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.
D. Hal-hal yang menguatkan ukhuwah islamiyah:

1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai


Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: Ada seseorang
berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang
disamping Rasulullah tadi berkata: Aku mencintai dia, ya Rasullah. Lalu Nabi menjawab:
Apakah kamu telah memberitahukan kepadanya? Orang tersebut menjawab: Belum.
Kemudian Rasulullah bersabda: Beritahukan kepadanya. Lalu orang tersebut memberitahukan
kepadanya seraya berkata: Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah. Kemudian orang
yang dicintai itu menjawab: Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-
Nya.

2. Memohon didoakan bila berpisahTidak seorang hamba mukmin berdoa untuk saudaranya
dari kejauhan melainkan malaikat berkata: Dan bagimu juga seperti itu (H.R. Muslim)
3. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpaJanganlah engkau meremehkan
kebaikan (apa saja yang dating dari saudaramu), dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu
maka berikan dia senyum kegembiraan. (H.R. Muslim)
4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)Tidak ada dua orang mukmin yang
berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.
(H.R Abu Daud dari Barra)
5. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara).
6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu.
7. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya.
8. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya.
9. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan.

E. Manfaat Ukhuwah Islamiyah

1) Merasakan lezatnya iman.

2) Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang


dilindungi).

3) Mendapatkan tempat khusus di surga.

Di antara unsur-unsur pokok dalam ukhuwah adalah cinta. Tingkatan cinta yang paling rendah
adalah husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati dari perasaan hasad, benci, dengki, dan
bersih dari sebab-sebab permusuhan. Al-Quran menganggap permusuhan dan saling membenci
itu sebagai siksaan yang dijatuhkan Allah atas orang0orang yang kufur terhadap risalahNya dan
menyimpang dari ayat-ayatNya. Sebagaiman firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Maidah:14:





Artinya: Dan diantara orang-orang yang mengatakan:"Sesungguhnya kami orang-orang


Nasrani", ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan
sebahagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan
diantara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan
memberitakan kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan.

Ada lagi derajat (tingkatan) yang lebih tinggi dari lapang dada dan cinta, Yaitu itsar. Itsar adalah
mendahulukan kepentingan saudaranya atas kepentingan diri sendiri dalam segala sesuatu yang
dicintai. Ia rela lapar demi kenyangnya orang lain. Ia rela haus demi puasnya prang lain. Ia rela
berjaga demi tidurnya orang lain. Ia rela bersusah payah demi istirahatnya orang lain. Ia pun rela
ditembus peluru dadanya demi selamatnya orang lain. Islam menginginkan dengan sangat agar
cinta dan persaudaraan antara sesama manusia bisa merata di semua bangsa, antara sebagian
dengan sebagian yang lain. Islam tidak bisa dipecah-belah dengan perbedaan unsur, warna kulit,
bahasa, iklim, dan atau batas negara, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertikai atau saling
dengki, meskipun berbeda-beda dalam harta dan kedudukan. Perjuangan Islam tidak akan tegak
tanpa adanya ukhuwah islamiyah.Islam menjadikan persaudaraan dalam islam dan iman sebagai
dasar bagi aktifitas perjuangan untuk menegakkan agama Allah di muka bumi. Ukhuwah
islamiyah akan melahirkan rasa kesatuan dan menenangkan hati manusia. Banyak persaudaraan
lain yang bukan karena islam dan persaudaraan itu tidak akan kuat dikalangan umat dewasa ini
terjadi disebabkan mereka tidak memenuhi persyaratan ukhuwah, yaitu kurangnya mendekatkan
diri kepada Allah dengan ibadah yang bersungguh-sungguh. Sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.(Q.s. Al-
Hujrat:10)

Artinya: Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang.


Katakanlah:"Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertaqwalah
kepada Allah dan perbaikilah perhubungan diantara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang beriman".(Q.S. Al-Anfal:1)
Oleh karena itu untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa proses
terbentuknya ukhuwah Islamiyah antara lain :

1. Melaksanakan proses Taaruf




Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.

Taaruf adalah saling mengenal sesama manusia. Saling mengenal antara kaum muslimin
merupakan wujud nyata ketaatan kepada perintah Allah SWT . Adanya interaksi dapat membuat
ukhuwah lebih solid dan kekal. Persaudaraan Islam yang dijalin oleh Allah SWT merupakan
ikatan terkuat yang tiada tandingannya, Perpecahan mengenal karakter individu. Perkenalan
pertama tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh, wajah, gaya pakaian, gaya
bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Selanjutnya interaksi berlanjut
ke pengenalan pemikiran (Fikriyyan). Hal ini dilakukan dengan dialog, pandangan terhadap
suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi dan diikuti, dan lain
sebagainya. Pengenalan terakhir adalah mengenal kejiwaan (Nafsiyyan) yang ditekankan kepada
upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku. Setiap manusia tentunya punya
keunikan dan kekhasan sendiri yang memepengaruhi kejiwaannya. Proses ukuhuwah islamiyah
akan terganggu apabila tidak mengenal karakter kejiwaan ini.

2. Melaksanakan proses Tafahum

Tafahum adalah saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan


saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta, karena
pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan. Saling memahami
adalah kunci ukhuwah islamiyah. Tanpa tafahum maka ukhuwah tidak akan berjalan. Proses
taaruf (pengenalan) dapat deprogram namun proses tafahum dapat dilakukan secara alami
bersamaan dgn berjalannya ukhuwah. Dengan saling memahami maka setiap individu akan
mudah mengatahui kekuatan dan kelemahannya dan menerima perbedaan. Dari sini akan lahirlah
taawun (saling tolong menolong) dalam persaudaraan. Ukhuwah tidak dapat berjalan apabila
seseorang selalu ingin dipahami dan tidak berusaha memahami org lain. Saling memahami
keadaan dilakukan dgn cara penyatuan hati, pikiran dan amal. Allah-lah yang menyatukan hati
manusia.

3. Melakukan At-Taaawun









Artinya: Hai kehormatan bulan-bulan Haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,
dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) menggganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Rabbnya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorong
kamu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-maidah:2)
Bila saling memahami sudah lahir, maka timbullah rasa taawun. Taawun dapat dilakukan
dengan hati (saling mendoakan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan aman
(saling bantu membantu). Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri.
Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi dan butuh bantuan orang lain.
Kebersamaan akan bernilai bila kita mengadakan saling Bantu membantu.

4. Melaksanakan proses Takaful

yang muncul setelah proses taawun berjalan. Rasa sedih dansenang diselesaikan bersama.
Takaful adalah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan hadits Nabi SAW dan para
sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang sahabat kehausan dan
memberikan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih kehausan juga, namun setelah
diberi, air itu diberikan lagi kepada sahabat yang lain, terus begitu hingga semua mati dalam
kondisi kehausan. Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya (itsar).
Inlah cirri utama dari ukhuwah islamiyah.

Seperti sabda Nabi SAW: Tidak beriman seseorang diantaramu hingga kamu mencintainya
seperti kamu mencintai dirimu sendiri. (HR. Bukhari-Muslim).

Betapa indah ukhuwah islamiyah yang diajarkan Allah SWT. Bila umat islam melakukannya,
tentunya terasa lebih manis rasa iman di hati dan terasa indah hidup dalam kebersamaan.
Kesatuan barisan dan umat berarti bersatu fikrah atau pemikiran dan tujuan tanpa menghilangkan
perbedaan dalam karakter (kejiwaan). Inilah kekuatan Islam. Mari kita mulai dari diri kita,
keluarga, masyarakat dekat untuk menjalin persaudaraan Islam ini.

F. Merakit Ulang Ukhuwah Islamiyah Yang Hampir Hilang

Ukhuwah atau persaudaraan dalam Islam bukan saja mencirikan kualitas ketaatan seseorang
terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya, tetapi juga sekaligus merupakan salah satu kekuatan
perekat sosial untuk memperkokoh kebersamaan. Fenomena kebersamaan ini dalam banyak hal
dapat memberikan inspirasi solidaritas sehingga tidak ada lagi jurang yang dapat memisahkan
silaturahmi di antara umat manusia sebagai mahluk sosial yang dianugrahi kesempurnaan.
Meskipun demikian, dalam perjalanan sejarahnya, bangunan kebersamaan ini seringkali
terganggu oleh godaan-godaan kepentingan yang dapat merusak keutuhan komunikasi dan
bahkan mengundang sikap dan prilaku yang saling berseberangan.
Karena itu, semangat ukhuwah ini secara sederhana dapat terlihat dari ada atau tidak adanya
sikap saling memahami untuk menumbuhkan interaksi dan komunikasi. Ukhuwah Islamiyah
sendiri menunjukkan jalan yang dapat ditempuh untuk membangun komunikasi di satu sisi, dan
di sisi lain, ia juga memberikan semangat baru untuk sekaligus melaksanakan ajaran sesuai
dengan petunjuk al-Qur'an serta teladan dari para Nabi dan Rasul-Nya.
Sekurang-sekurangnya ada dua pernyataan Nabi SAW, yang menggambarkan persaudaraan yang
Islami. Pertama, persaudaraan Islam itu mengisyaratkan wujud tertentu yang dipersonifikasikan
ke dalam sosok jasad yang utuh, yang apabila salah satu dari anggota badan itu sakit, maka
anggota lainnya pun turut merasakan sakit. Kedua, persaudaraan Islam itu juga mengilustrasikan
wujud bangunan yang kuat, yang antara masing-masing unsur dalam bangunan tersebut saling
memberikan fungsi untuk memperkuat dan memperkokoh. Ilustrasi pertama menunjukkan
pentingnya unsur solidaritas dan kepedulian dalam upaya merakit bangunan ukhuwah menurut
pandangan Islam. Sebab Islam menempatkan setiap individu dalam posisi yang sama. Masing-
masing memiliki kelebihan, lengkap dengan segala kekurangannya. Sehingga untuk menciptakan
wujud yang utuh, diperlukan kebersamaan untuk dapat saling melengkapi. Sedangkan ilustrasi
berikutnya menunjukkan adanya faktor usaha saling tolong menolong, saling menjaga, saling
membela dan saling melindungi. Pernyataan al-Qur'an: Innama al-mu'minuuna ikhwatun
(sesungguhnya orang-orang mu'min itu bersaudara) memberikan kesan bahwa orang mu'min itu
memang mestinya bersaudara. Sehingga jika sewaktu-waktu ditemukan kenyataan yang tidak
bersaudara, atau adanya usaha-usaha untuk merusak persaudaraan, atau bahkan mungkin adanya
suasana yang membuat orang enggan bersaudara, maka ia berarti bukan lagi seorang mu'min.
sebab penggunaan kata "innama" dalam bahasa Arab menunjukkan pada pengertian "hany saja.
Tuntutan normatif seperti tertuang dalam al-Qur'an di atas memang seringkali tidak
menunjukkan kenyataan yang diinginkan. Kesenjangan ini terjadi, antara lain, sebagai akibat dari
semakin memudarnya penghayatan terhadap pesan-pesan Tuhan khususnya berkaitan dengan
tuntutan membina persaudaraan. Bahkan, lebih celaka lagi apabila umat mulai berani
memelihara penyakit ambivalensi sikap: antara pengetahuan yang memadai tentang al-Qur'an di
satu sisi, dengan kecenderungan menolak pesan-pesan yang terkandung di dalamnya di sisi lain,
hanya karena terdesak tuntutan pragmatis, khususnya menyangkut kepentingan sosial, politik
ataupun ekonomi. Karena itu, bukan hal yang mustahil, jika seorang pemuka agama sekalipun,
rela meruntuhkan tatanan ukhuwah hanya karena pertimbangan kepentingan-kepentingan
primordial.
Karena tarik menarik antara berbagai kepentingan itulah, sejarah umat Islam selain diwarnai
sejumlah prestasi yang cukup membanggakan, juga diwarnai oleh sejumlah konflik yang tidak
kurang memprihatinkan. Nilai-nilai ukhuwah tidak lagi menjadi dasar dalam melakukan interaksi
sosial dalam bangunan masyarakat tempat hidupnya sehari-hari. Konflik yang bersumber pada
masalah-masalah yang tidak prinsip menurut ajaran, dapat membongkar bangunan kebersamaan
dalam seluruh tatanan kehidupannya.

Perbedaan interprestasi tentang imamah pada akhir periode kepemimpinan shahabat,


misalnya, telah berakibat pada runtuhnya kebesaran peradaban Islam yang telah lama dirintis
bersama. Lalu sejarah itu pun berlanjut, seolah ada keharusan suatu generasi untuk mewarisi
tradisi konflik yang mewarnai generasi sebelumnya. Akhirnya, nuansa kekuasaan pada masa-
masa berikutnya hampir selalu diwarnai oleh politik "balas dendam" yang tidak pernah berujung.
Al-Qur'an memang memberikan peluang kepada ummat manusia untuk bersilang pendapat dan
berbeda pendirian. Tetapi al-Qur'an sendiri sangat mengutuk percekcokan dan pertengkaran.
Interprestasi terhadap ayat-ayat yang mujmal (umum), pemaknaan terhadap keterikatan sesuatu
ayat dengan asbab al-Nuzul, atau sesuatu hadits dengan asbab wurud-nya, seringkali melahirkan
adanya sejumlah perbedaan. Lebih-lebih jika perbedaan itu telah memasuki wilayah ijtihadiyah
Dalil-dalil dzanny yang biasa menjadi rujukan beramal memang memiliki potensi untuk
melahirkan perbedaan. Tetapi perbedaan itu sendiri seharusnya dapat melahirkan hikmah, baik
dalam bentuk kompetisi positif, mempertajam daya kritis, maupun dalam membangun semangat
mencari tahu sesuai dengan anjuran memperbanyak ilmu. Sayangnya, dalam kenyataan,
perbedaan itu justru seringkali melahirkan hancurnya nilai-nilai ukhuwah, hanya karena
ketidaksiapan untuk memahami cara berpikir yang lain, atau karena keengganan menerima
perbedaan sebagai buah egoisme yang tidak sehat.

Dan, yang lebih celaka lagi, apabila potensi konflik itu telah dipengaruhi variabel-
variabel politik dan ekonomi seperti apa yang saat ini tengah dialami oleh bangsa kita yang
semakin lelah ini. Ikatan agama telah pudar oleh kepentingan kekuasaan. Kehangatan
persaudaraan pun semakin menipis karena desakan-desakan materialisme ataupun kepentingan
primordialisme. Perbedaan paham politik sangat potensial untuk melahirkan suasana
ketidakakraban yang cenderung membawa kepada suasana batin yang tidak menunjang tegaknya
ukhuwah. Demikian juga perbedaan tingkah kekayaan sering melahirkan kecemburuan yang juga
sangat potensial untuk mengundang suasana bathin yang tidak menunjang tegaknya ukhuwah.
Subhanallah, ukhuwah kini telah menjadi barang antik yang sulit dinikmati secara bebas dan
terbuka. Karena ukhuwah memang hanya akan dapat terwujud apabila masyarakat sudah mampu
memiliki dan menghayati prinsip-prinsip tasamuh (toleransi), sekaligus terbuka untuk melakukan
tausiyah (saling mengingatkan).

G. Islam dan Kepedulian Sosial

Rasululullah bersabda : Belum beriman seseorang itu sebelum ia mencita saudara nya seperti
mencitai dirinya sendiri.

Hadis ini shahih dan cukup populer di kalangan kau muslimin umum sekalipun. Yang
subtansif pada hadis ini adalah mengaitkan iman dengan masalah sikap hati dalam hal ini
mencintai orang lain selain dirinya. Mencintai orang itupun ditentukan bobotnya oleh Rasulullah
yaitu sama dengan mencintai diri sendiri. Rasanya ini sangat berat dan sulit dilaksanakan, namun
jika iman itu benarbenar ada dan hidup dalam jiwa maka yang berat dan sulit itupun sangat bisa
terealisir.
Konsep kepedulian sosial dalam Islam sungguh cukup jelas dan tegas . Bila diperhatikan dengan
seksama, dengan sangat mudah ditemui dan untuk saya mengatakan bahwa masalah kepedulian
sosial dalam Islam terdapat dalam bidang akidah dan keimanan , tertuang jelas dalam syariah
serta jadi tolak ukur dalam akhlak seorang mukmin. Begitu juga Allah menghargai mereka yang
melaksanakan amal sosial dalam kontek kepedulian sosial tersebut sebagaimana juga Alah
sangat mengecam mereka yang tidak mempunyai rasa kepedulian sosial.

1. Dari Dimensi Aqidah dan Keimanan

Iman kepada Allah merupakan rukun utama dan pertama dalam Islam. Bagaimana
implikasi kepada Allah dijelaskan oleh AlQuran dan hadis. Salah satunya berkaitan dengan
kepedulian sosial.antara lain, misalnya surah alAnfal ayat 2-5:

{ 2}
{ 3} { 4}
{ 5}
Artinya: Sesungguhnya orangorang beriman itu hanyalah mereka yang jika disebut
nama Allah gemetar hatinya. (2) dan apabila dibacakan kepadanya bertambah keimanannya (3)
dan mereka bertawakkal kepadanya. (4) Mereka yang melaksanakan sholat dan (5) menafkahkan
sebagian harta yang diberikan kepada mereka

Jadi menafkahkan sebagian harta (ayat:5) untuk orang lain termasuk indikasi atau ukuran
bagi keimanan sesorang dalam kehidupan ini.Hadishadis yang menekan hal ini cukup banyak
antara lain Siapa yang beriman dengan Allah dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan
tamu/tetangga.
Dalam Islam, para pemberontak negara haru diperangi sampai habis total dan
tuntas.Termasuk disini adalah mereka yang tak mau bayar zakat.Artinya tidak mau bayar zakat
merupakan kesalahan besar di mata hukum Islam. Islam juga mewajibkan amar makruf nahi
mungkar yang kesemuanya terkait dengan hukum dan segala konsekwensinya. Orang yang yang
tidak memberi makan fakir miskin dapat terjerat vonis pedusta agama.

Dimensi Akhlak

Dalam Islam seseorang dianggap mulia, jika ia memelihara anak yatim. Orang yang
paling disenangi Allah adalah mereka yang paling dermawan. Orangoarang yang
berinfaq/bersedekah diberi ganjaran pahala sampai 70 x lipat. Dalam hadis Rasulullah disebutkan
bahwa Allah akan selalu membantu hamba-Nya selama hamba tersebut membantu saudaranya.
Pada hadis lain Rasulullah menyebutkan, bahwa bakhil itu sifat tercela dan pemboros itu adalah
kawankawan setan.

Jika dibahas secara terinci, tentang kepedulian Islam terhadap masalah sosial maka kita
akan menemukan bahwa ternyata amal ibadah secara umum lebih banyak berurusan dengan
hamblum minannas ketimbang hablum minallah. Cuma kesemuanya itu harus dikunci dengan
prinsip utama.
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat penyusun simpulkan bahwa :

Ukhuwah islamiyah berarti persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh
Islam.
Di dalam kitab suci ini memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan:

Ukhuwah ubudiyah atau saudara kesemahlukan dan kesetundukan kepada Allah.


b) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara,
karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu.
c) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan
kebangsaan.
d) Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antarsesama Muslim. Rasulullah Saw.
bersabda,

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, secara garis besar ukhuwah dibagi menjadi dua
yaitu:

a) Ukhuwah Islamiyah yang bersifat abadi dan universal karena berdasarkan akidah dan
syariat Islam.

b) Ukhuwah Jahiliyah yang bersifat temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu ikatan
selain ikatan akidah (missal: ikatan keturunan orang tua-anak, perkawinan, nasionalisme,
kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi).

Manfaat ukhuwah Islamiyah:

a) Merasakan lezatnya iman.


b) Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang
dilindungi).
c) Mendapatkan tempat khusus di surga.

Untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa proses terbentuknya
ukhuwah Islamiyah antara lain :

a) Melaksanakan proses Taaruf


b) Melaksanakan proses Tafahum
c) Melakukan At-Taaawun
d) Melaksanakan proses Takaful
PENUTUP
Demikianlah makalah sederhana ini kami buat. Namun demikian, kami sebagai penyusun
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami mohon maaf apabila masih
banyak ditemui kesalahan, itu datangnya dari kealpaan kami. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat kami harapkan dari pembaca semua. Terutama dari Pembina Kelompok
Tutorial 42 dan teman-teman pada umumnya. Akhirnya, marilah kita kembalikan semua
urusan kepada-Nya. Billahit taufiq wal hidayah war ridho wal inayah.
DAFTAR PUSTAKA

Depag. R.I., Al-Quran dan Terjemahnya, Depag R.I. : Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-
Quran, 1978.
Shiahab, M. Quraisy, Wawasan Al-Quran, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007.

http://kumpulan-makalah-islami.blogspot.co.id/2009/06/ukhuwah-islamiyah.html

Anda mungkin juga menyukai