Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK KEPRIBADIAN I

TENTANG
TEORI ALFRED ADLER
Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah
Psikologi Kepribadian I pada Semester III

Disusun Oleh

Putri Ariska Anggraini 190110100066


Laras Ambar Sari 190110100074
Novita Septiyana 190110100116
Morisa Hanum Faulana 190110100118
Efika Fiona 190110100128
Yolanda Chyntya N. B. 190110100132
Rian Oktora 190110100138

Kelas : B (Genap)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2011
TEORI PSIKOLOGI SOSIAL:
ADLER, FROMM, HORNEY, DAN SULLIVAN

Teori-teori psikoanalitik mengenai kepribadiaan yang dirumuskan oleh Freud


dan Jung dipengaruhi oleh iklim positivisme seperti yang mendasari fisika dan biologi
pada abad XIX. Individu pertama-tama dilihat sebagai suatu sistem energy yang
kompleks yang mempertahankan dirinya sendiri dengan bantuan transaksi-transaksi
dengan dunia luar. Transaksi tersebut bertujuan untuk kelangsungan hidup individu,
perkembangan spesies, dan kelangsungan perkembangan evolusi. Menurut ajaran
evolusi, beberapa kepribadian lebih cocok menjalankan tugas yang membentuk
kepribadian ini daripada kepribadian lain, karena itu pengertian tentang variasi dan
pembedaan antara penyesuain diri dan ketidakmampuan menyesuaikan diri
menentukan pemikiran para psikoanalisi awal. Bahkan psikologi akademik
dihanyutkan ke dalam orbit Darwinisme dan mulai sibuk mengukur perbedaan-
perbedaan kemampuan individu dan nilai adaptif atau fungsinal dari proses-proses
psikologis.
Muncullah arah pikiran yang berbeda dengan konsepi tentang manusia yang
semata-mata bersifat biologis. Selama abad XIX, sosiologi dan antropologi sebagai
ilmu pengetahuan tersendiri dan perkembangannya yang pesat. Para sosiolog
mempelajari manusia yang hidup dalam situasi perabadan yang maju dan berpendapat
bahwa mereka adalah produk dari kelas dan golongan, pranata dan adat kebiasaan
tradisional, sedangkan para antopolog menemukan bukti bahwa manusia hampir
secara tak terbatas bisa dibentuk. Menurut ilmu sosial, individu merupakan produk
dari masyarakat di mana ia hidup. Kepribadian orang lebih dibentuk oleh lingkuangan
sosial daripada faktor biologis.
Ajaran sosial dan kebudayaan yang berkembang mulai meresap ke dalam
psikologi dan psikoanalisis menjadi dasar ilmu pengetahuan yang bersifat navististik
dan fisikalistik. Sejumlah pengikut Freud yang tidak puas dengan apa yang mereka
pandang terhadap penentu sosial kepribadian, namun mereka mengembangkan ilmu
pengetahuan sosial pada psikoanalisis sejalan dengan orientasi baru. Di antara yang
melengkapi teori psikoanalisis dengan pandangan psikologi sosial abad XIX terdapat
empat orang yang ide-idenya dikemukakan dalam bab ini, yakni Alfred Adler, Karen
Horney, Erich Fromm, dan Harry Strack Sullivan. Di antara keempat orang ini,
Alfred Adler mungkin dianggap bapak "Pandangan psikologi sosial yang baru" karena
sudah sejak tahun 1911 ia terpisah dengan Freud karena persoalan mengenai
seksualitas, dan mulai mengembangkan teori sosial dan perjuangan kearah
superioritas menjadi dua pilar konseptualnya yang paling penting. Tokoh Sekaliber
Fromm menyatakan Adler adalh psikoanalisis pertama yang menekankan kodrat
sosial fundamental manusia. Sedangkan, Horney dan Fromm melawan dengan gigih
psikoanalisis yang terlalu berorientasi pada insting dan mempertahankan relevansi
variabel-variabel psikologi sosial terhadap teori kepribadian. Akhirnya Harry Strack
Sullivan dalam teorinya tentang hubungan-hubungan antarpribadi mengukuhkan
pendirian teori kepribadian yang berlandaskan proses-proses sosial.
Harry Srack Sullivan terdorong oleh keyakinan bahwa ia telah mengemukakan
ide-idenya pada tingkat konseptualisasi yang lebih tinggi dan karena ia merupakan
seorang teoretikus yang luas pengaruhnya dan ia bebas dari pengaruh ajaran
psikoanalitik; meskipun sebelumnya menggunakan kerangka Freudian, namun dalam
perkembangan suatu sistem teoritis yang sangat menyimpang dari sistem Freud. Ia
sangat terpengaruh oleh antropologi dan psikologi sosial. Sebaliknya, Horney maupun
Fromm tetap berada dalam garis pemikiran psikoanalisis; meskipun Adler
memisahkan diri dari Freudian, namun ia terus memperlihatkan pengaruh persekutuan
lamanya dengan Freud sepanjang hidupnya. Horney dan Fromm biasanya disebut
sebagai revisionis atau neo-Freudian, meskipun Fromm berkerebatan terhadap
sebutan itu. Tidak seorang pun di antara mereka berusaha mengembangkan suatu teori
kepribadiaan baru; mereka lebih suka menganggap dirinya sebagai renovator dan
pengurai teori lama. Sullivan merupakan seorang innovator dan mengembangkan
aliran psikiatri baru.

ALFRED ADLER

Biografi Alfred Adler


Alred Adler lahir di Wina pada tahun 1870 dari keluarga kelas menengah, dan
meninggal di Aberdeen, Skotlandia pada tahun 1937 pada waktu ia mengadakan
perjalanan keliling untuk memberikan ceramah. Ia meraih gelar dokter pada tahun
1895 dari Universitas Wina. Pada awalnya, beliau mengambil spesialisasi di bidang
ophthalmologi, kemudian setelah menjalani praktek dokter umum, ia menjadi seorang
psikiater. Ia menjadi anggota dan kemudian ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina.
Akan tetapi Adler segera mulai mengembangkan ide-idenya yang menyimpang dari
ide-ide Freud dan anggota-anggota lain di masyarakat Wina itu. Ketika perbedaan-
perbedaan menjadi tajam, beliau diminta untuk menyajikan pandangan-panangannya
di hadapan masyarakat itu. Hal ini terjadi pada tahun 1911 dan sebagai akibat kritik
dan celaan seru terhadap pendirian Adler oleh anggota-anggota lain dari masyarakat
itu, Ad;er mengundurkan diri dari jabatan ketua dan beberapa bulan kemudian ia
memutuskan hubungan dengan psikoanalisis Freudian (Colby, 1951; Jones, 1955;
H.L. dan R. R. Ansbacher, 1956,1964).
Beliau kemudian membentuk kelompoknya sendiri, yang kemudian dikenal
sebagai Psikologi Individual dan yang menarik pengikut dari seluruh dunia. Selama
perang dunia I, Adler bekerja sebagai dokter pada tentara Austria dan sesudah perang
ia tertarik pada bimbingan anak-anak dan mendirikan klinik bimbingan pertama yang
berhubungan dengan sistem aliran Wina. Ia juga mendorong berdirinya aliran
eksperimental di Wina yang menerapkan teorinya di bidang pendidikan (Furtmuller,
1964).
Pada tahun 1935, Adler menetap di Amerika Serikat dimana ia meneruskan
prakteknya sebagai psikiater dan menjadi profesor dalam psikologi medis di Long
Island College of Medicine. Adler adalah seorang penulis produktif dan seorang
penceramah yang tidak kenal lelah. Selama masa hidupnya, ia telah menerbitkan
beratus-ratus buku dan artikel. The Practice and theory of individual psychology
(1927) mungkin merupakan pengantar paling baik bagi teori Adler tentang
kepribadian. Intisari yang lebih ringkas dari pandangan Adler terdapat dalam
Psychologies of 1930 (1930) dan dalam International Journal of Individual
Psychology (1935). Suatu perspektif baru tentang Adler ditemukan dalam buku yang
ditulis Sperber (1974). Ide-ide Adler disebarluaskan di Amerika Serikat oleh
American Society of Adlerian Psychology dengan cabang-cabangnya di New York,
Chicago, dan Los Angeles dan melalui jurnalnya, yakni The American Journal of
Individual Psychology.
Berbeda secara tajam dengan pandangan Freud bahwa tingkah laku manusia
didorong pleh insting-insting yang dibawa sejak lahir dan dengan aksioma pokok
Jung yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia dikuasai oleh pola dasar yang
dibawa sejak lahir. Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan
oleh dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler, manusia pada dasarnya adalah
makhluk sosial. Mereka menghubungkan dirinya dengan orang-orang lain, ikut dalam
kegiatan-kegiatan kerjasama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial di atas
kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan
orientasi sosial. Adler tidak berkata bahwa manusia disosialisasikan hanya dengan
melibatkan diri pada proses-proses sosial; dorongan sosial adalah sesuatu yang
dibawa sejak lahir, meskipun tipe-tipe khusus hubungan dengan orang dan pranata-
pranata sosial yang berkembang ditentukan oleh corak masyarakat tempat orang itu
dilahirkan. Maka dalam satu segi, pandangan Adler sama-sama bersifat biologis
seperti Freud dan Jung. Ketiga-tiganya berpendapat bahwa seseorang mempunyai
kodrat yang tidak dapat dipisahkan yang membentuk kepribadiannya. Freud
menekankan pada seks, Jung menekankan pola-pola pemikiran primordial, serta Adler
menekankan minat sosial. Penekanan faktor-faktor sosial yang telah diabaikan Freud
dan Jung merupakan sumbangan paling besar Adler dalam teori Psikologi.
Sumbangan penting kedua dari Adler adalah konsepnya mengenai diri yang
kreatif. Tidak seperti ego pada konsep Freud, yang terdiri dari kumpulan proses
psikologis yang melayani tujuan; insting-insting diri pada konsep Adler merupakan
sistem yang subjektif yang sangat dipersonalisasikan, yang menginterpretasikan dan
membuat pengalaman-pengalaman organisme penuh arti. Konsepsi tentang diri kreatif
ini merupakan hal yang baru bagi psikoanalitik dan membantu mengimbangi
objektivisme ekstrem psikoanalisis klasik, yang hampir sepenuhnya bersandar pada
kebutuhan-kebutuhan biologis dan stimulus-stimulus dari luar untuk menerangkan
dinamika kepribadian.
Ciri ketiga psikologi Adler yang membedakannya dengan psikoanalisis klasik
adalah tekanannya pada keunikan kepribadian. Adler berpendapat bahwa setiap orang
merupakan konfigurasi unik motif-motif, sifat-sifat, minat-minat, dan nilai-nilai;
setiap perbuatan yang dilakukan orang membawa corak khas gaya hidupnya sendiri.
Adler termasuk dalam tradisi William James dan William Stern yang disebut sebagai
tokoh-tokoh yang meletakkan dasar psikologi personalistik.
Teori Adler tentang pribadi meminimalisasikan peran insting seksual yang
dalam teori awal Freud memainkan peranan yang hampir eksklusif dalam dinamika
tingkah laku. Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama adalah makhluk sosial,
bukan seksual. Manusia dimotivasikan oleh minat sosial, bukan oleh dorongan
seksual. Inferioritas mereka tidak terbatas pada bidang seksual, melainkan bisa meluas
pada segala segi, baik fisik maupun psikologis.
Pada akhirnya, Adler memandang kesadaran sebagai pusat kepribadian, yang
menyebabkan beliau menjadi perintis perkembangan psikologi yang berorientasi
kepada ego. Manusia adalah makhluk sadar; mereka biasanya sadar akan alasan-
alasan tingkah laku mereka. Lebih dari itu, manusia adalah individu yang sadar akan
dirinya sendiri dan mampu merencanakan serta membimbing perbuatan-perbuatannya
dan menyadari sepenuhnya arti perbuatan-perbuatan itu bagi aktualisasi dirinya
sendiri. Hal ini merupakan antitesis teori Freud, yang benar-benar mereduksikan
kesadaran ke nonentitas (sesuatu yang tidak berarti).
Alfred Adler sama seperti para teoretikus kepribadian yang lainnya, latar
belakang pendidikan utamanya adalah kedokteran dan yang membuka praktek
psikiatri, mulai berteori dalam bidang psikologi abnormal. Ia merumuskan suatu teori
tentang neurosis sebelum memperluas jangkauan teorinya pada kepribadian normal,
dan ini terjadi pada tahun 1920-an (H. L. dan R. R. Ansbacher, 1956). Teori
kepribadian Adler sangat ekonomis, yaitu sedikit konsep dasar menopang seluruh
struktur teoretisnya. Karena itu, segi pandangan Adler dapat dengan cepat disajikan
secara ringkas dalam sejumlah kecil rubrik, yaitu: (1) finalisme fiktif; (2) perjuangan
ke arah superioritas; (3) perasaan inferioritas dan kompensasi; (4) minat sosial; (5)
gaya hidup; (6) diri kreatif.

Pandangan Adler Secara Singkat


Adler menyatakan ada satu daya motivasi yang memengaruhi semua bentuk
perilaku dan pengalaman manusia. Daya motivasi tersebut disebut "dorongan ke arah
kesempurnaan". Daya tersebut mendorong manusia memenuhi semua potensi dan
keinginan yang ada di dalam dirinya, sehingga seorang manusia dapat semakin dekat
dengan apa yang diidealkan. Gagasan Adler ini sebenarnya dipengaruhi oleh
Nietzsche.
Di sinilah poin yang menyebabkan ketidaksepakatan Adler dengan Sigmund
Freud. Menurut Freud, segala sesuatu yang terjadi di masa lalu, seperti trauma masa
kecil, pasti menjadi penentu siapa orang itu di masa kini. Sebaliknya, Adler justru
berpendapat bahwa "dorongan ke arah kesempurnaan" yang hendak seseorang capai
di masa depan itulah yang memotivasi manusia di masa kini. Setiap manusia
diarahkan menuju tujuan, harapan, dan cita-citanya. Untuk mendukung "dorongan ke
arah kesempurnaan" tersebut, Adler menyatakan bahwa ada ide lain yakni
"kepentingan sosial" atau "kepekaan sosial". Dengan ide ini, seorang manusia yang
sedang mengarahkan dirinya menuju kesempurnaan akan mempertimbangkan
lingkungan sosialnya.

Finalisme Fiktif (Fictional Finalism)


Every psychological manifestation should be perceived and understood as
only preparatory for a particular goal. Everyone develops a final goal, either
consciously or unconsciously, but ignorant of its meaning.
Konsep Fictional Finalism adalah berdasarkan filsafat Hans Valhinger dalam
buku beliau: The Psychology of "as if ', pada tahun 1911. Fictional Finalism
menunjukkan apa yang sedang diusahakan oleh seseorang individu itu untuk dipenuhi
(kehendak) di masa mendatang. Tujuan yang sedang ditujui adalah Fictional Finalism
yang mengarahkan perilaku seseorang itu seperti percaya dan yakinnya individu itu
bahwa dirinya ada kemampuan untuk merealisasikan segala impian (fiksi) agar
menjadi nyata di akhirnya. Impian yang ingin dicapai seringkali bersifat ke arah
kesempurnaan (guiding self ideal) dan idealistik. Ia ada dalam diri individu secara
sadar atau tidak sadar. Selain itu, fiksi yang dirancang ini bersifat positif dan mampu
mengemudi kejiwaan individu secara efektif sepanjang berhadapan dengan alam
realitas. Misalnya, kepercayaan Muslim terhadap konsep neraka dan surga. Dua hal
tersebut adalah suatu yang gaib dan penuh keajaiban. Namun, faktor keimanan
Muslim membuat mereka yakin akan keberadaan hal ini setelah tibanya hari kiamat di
mana surga diciptakan Allah untu didiami oleh para Mukmin sedangkan neraka
menempatkan para hamba yang mungkar dan dilaknat. Justru itu, segala tindak tanduk
manusia adalah menurut tujuan yang diinginkan yaitu untuk mendiami surga Allah.
Maka, jelas bahwa tingkah laku manusia dalam corak kehidupan adalah dipengaruhi
oleh tujuan yang hendak dicapai. Menurut Adler, seseorang yang normal mampu
membebaskan dirinya dari keterbelengguan fiksi dan manusia turut berupaya
membelakangi fiksi tersebut apabila ia dirasakan sudah tidak mempunyai
kepentingan.
Perjuangan ke Arah Superioritas
Pada tahun 1908, Adler mencapai kesimpulan bahwa agresi lebih penting
daripada seksualitas. Impuls agresif diganti dengan hasrat akan kekuasaan. Adler
mengidentifikasikan kekuasaan dengan sifat maskulin dan kelemahan dengan sifat
feminine. Tahun 1900 Adler mengemukakan ide tentang protes maskulin sebagai
suatu bentuk kompensasi yang berlebihan baik dilakukan pria atau wanita jika merasa
tidak mampu dan rendah diri. Adler juga menggantikan hasrat akan kekuasaan dengan
perjuangan ke arah superioritas. Jadi ada tiga tahap dalam pemikiran Adler tentang
tujuan final manusia, yaitu: menjadi agresif, menjadi berkuasa, dan menjadi superior.
Superior bukan pengkotakan sosial, kepemimpinan, atau kedudukan yang
tinggi, tetapi merupakan perjuangan menuju kesempurnaan (dorongan kuat ke atas).
Dorongan itu merupakan akar dari semua pemecahan masalah hidup dan tampak dari
cara kita memecahkan masalah. Perjuangan bersifat bawaan, merupakan bagian dari
hidup dan hidup itu sendiri. Ini merupakan prinsip dinamik prepoten, membawa orang
dari tahap perkembangan ke tahap yang lebih tinggi. Setiap orang memiliki cara
konkret untuk berusaha mencapai kesempurnaan. Contohnya orang neurotik
memperjuangkan harga diri, kekuasaan, dan pemujaan diri (egoistik) sedangkan orang
normal memperjuangkan tujuan yang bersifat sosial.

Perasaan Inferioritas dan Kompensasi


Adler mengemukakan bahwa yang menentukan letak gangguan tertentu pada
fisik manusia adalah inferioritas dasar pada bagian itu, suatu inferioritas yang timbul
karena hereditas maupun karena suatu kelainan dalam perkembangan. Adler juga
mengamati orang yang mempunyai organ cacat sering berusaha mengkompensasikan
kelemahan itu dengan memperkuatnya melalui latihan intensif. Contohnya
Demosthenes yang gagap ketika kecil dan menjadi seorang orator dunia termasyur
ketika dewasa.
Adler memperluas konsep inferioritas organ dengan memasukkan semua
perasaan inferioritas, yaitu perasaan-perasaan yang muncul akibat kekurangan
psikologis atau sosial yang dirasakan secara subjektif maupun dari kelemahan atau
cacat fisik yang nyata. Perasaan inferioritas bersumber pada rasa tidak lengkap dalam
setiap bidang kehidupan. Contohnya anak yang dimotivasi dengan perasaan
inferioritas akan berusaha untuk lebih maju. Inferioritas bukan tanda abnormalitas,
melainkan penyebab segala bentuk penyempurnaan dalam kehidupan manusia. Pada
keadaan normal, perasaan inferioritas atau rasa tidak lengkap ini merupakan daya
pendorong kuat bagi manusia. Jadi manusia didorong kebutuhan untuk mengatasi
inferioritasnya dan ditarik hasrat untuk menjadi superior.
Adler bukanlah seorang pendukung hedonisme. Meskipun ia yakin bahwa
perasaan inferioritas menyakitkan, ia tidak berpikir bahwa hilangnya perasaan ini
akan mendatangkan kenikmatan. Bagi Adler, tujuan hidup adalah kesempurnaan,
bukan kenikmatan.

Minat Kemasyarakatan
Pada tahun-tahun awal perumusan teorinya, Adler mengemukakan hakikat
manusia yang agresif dan haus kekuasaan serta ide tentang proses maskulin sebagai
suatu bentuk kompensasi berlebihan atas kelemahan feminin, Adler dikritik dengan
tajam karena ia menekankan dorongan dorongan yang bersifat mementingkan diri
sendiri dan mengabaikan motif motif sosial.
Adler, memperluas konsepsinya tentang manusia dengan memasukkan faktor minat
sosial. Meskipun minat sosial terjelma dala bentuk bentuk seperti kerja sama,
hubungan antarpribadi dan hubungan sosial, namun makna dari istilah itu sendiri jauh
lebih luas dari pada hal itu. Menurutnya, minat sosal merupakan kompensasi sejati
dan yang tak dapat dielakkan bagi semua kelemahan alamiah manusia
individual(Adler,1929b,hlm. 31).
Setiap orang berada dalam suatu konteksa sosial sejak hari pertama hidupnya.
Kerjasama terwujud dalam hubungan antara bayi dan ibunya, dan sejak itu sang
pribadi terus-menerus terlibat dalam jalinan hubungan antarpribadi yang membentuk
kepribadiannya.
Adler yakin bahwa minat sosial bersifat bawaan; bahwa manusia adalah
makluk sosial menurut kodratnya, bukan karena kebiasaan saja. Akan tetapi sama
seperti setiap bakat kodrati, kecenderungan yang dibawa sejak lahir ini tidak bisa
muncul secara spontan, tetapi terus ditumbuhkan lewat bimbingan dan latihan.
Di mata adler muda, manusia didorong oleh nafsu akan kekuasaan dan dominasi yang
tak terpuaskan untuk mengkompensasikan suatu perasaan inferioritas yang dalam dan
tersembunyi. Di mata Adler tua, manusia dimotivasikan oleh minat sosial bawaan
yang menyebabkan ia menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
Gaya Hidup
Gaya hidup adalah slogan teori kepribadian Adler dan merupakan ciri yang
sangat khas dari psikologinya. Haya hidup adalah prinsip sistem dengan mana
kepribadian individual berfungsi; keseluruhanlah yang memerintah bagian
bagiannya. Gaya hidup merupakan prinsip idiografik Adler yang menjelaskan
keunikan seseorang. Setiap orang mempunyai gaya hidup tetapi tidak mungkin ada
dua orang mengembangkan gaya hidup yang sama.
Setiap orang mempunyai tujuan yang sama, yakni superioritas, namun cara untuk
mengejar tujuan ini tak terhingga jumlahnya. Orang yang sau berusaha menjadi
superior dengan mengembangkan inteleknya, yang lain mengarahkan segenap
usahanya untuk mencapai kesempurnaan otot. Gaya hidup cendikiawan berbeda dari
olahragawan.
Gaya hidup terbentuk sangat dini pada masa kanak kanak, sekitar usia 4 atau
5 tahun, dan sejak itu pengalaman diasimilasikan dan digunakan seturut gaya hidup
yang unik ini.
Yang menentukan gaya hidup adalah inferioritas- inferioritas khusus, entah khayalan
atau nyata yang dimiliki orang. Gaya hidup merupakan kompensasi dari suatu
inferioritas khusus. Apabila anak memiliki kelemahan fisik, maka gaya hidupnya akan
berwujud melakukan hal hal yang akan menghasilkan fisik yang kuat. Anak yang
bodoh akan berjuang mencapai superioritas intelektual.

Diri Kreatif (The Creative Self)


Diri kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai teoris kepribadian.
Menurut Adler, diri kreatif atau diri kreatif adalah kekuatan ketiga yang paling
menentukan tingkah laku (kekuatan pertama dan kedua adalah hereditas dan
lingkungan). Diri kreatif, menurut Adler, bersifat padu, konsisten, dan berdaulat
dalam struktur kepribadian. Keturunan memberi kemampuan tertentu, lingkungan
memberi impresi atau kesan tertentu. Diri kreatif adalah sarana yang mengolah fakta-
fakta dunia dan menstranformasikan fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat
subjektif, dinamis, menyatu, personal dan unik. Diri kreatif memberi arti kepada
kehidupan, menciptakan tujuan maupun sarana untuk mencapainya.
Seperti penyebab utama, kekuatan kreatif pada diri adalah sulit untuk di
deskripsikan. Kita dapat melihat efeknya, tapi kita tidak dapat melihatnya. Doktrin
pada diri kreatif menyatakan bahwa manusia membuat kerpibadiannya sendiri.
Mereka membangunnya dari materi berupa pengalaman dan keturunan.
Hereditas hanya memberikan manusia kemampuan. Lingkungan hanya
memberikan manusia kesan. Kemampuan dan kesan ini, merupakan pengalaman
manusia. Interpretasi yang mereka buat pada pengalaman adalah hal yang
membangun, atau dengan kata lain adalah perilaku yang hidup, yang menentukan
hubungan dengan dunia.

Karakteristik Penelitian Khas dan Metode Penelitian

Kepribadian Menurut Urutan Kelahiran


Adler menganggap urutan kelahiran dalam keluarga mempunyai peranan
penting dalam membentuk kepribadian seseorang, urutan-urutan tersebut mempunyai
perbedaan-perbedaan dalam menginterpretasikan setiap pengalaman yang didapat.
Adler menggambarkan; anak sulung mendapat perhatian yang utuh dari
orangtuanya, sampai perhatian itu terbagi saat ia mendapatkan adiknya. Perhatian dari
orang tua cenderung membuat anak memiliki perasaan mendalam untuk menjadi
superior atau kuat, kecemasan tinggi dan terlalu dilindungi. Saat kelahiran adiknya,
menimbulkan dampak traumatik kepada anak sulung yang turun tahta sebagai anak
tunggal. Peristiwa ini mengubah situasi dan mengubah cara pandangnya terhadap
dunia sekitarnya.
Adler tidak menaruh aturan tetap untuk perkembangan. Sebagaimana telah
tercatat, anak tidak akan secara otomatis memperoleh satu dan hanya satu macam sifat
sebagai hasil dari urutan kelahiran. Apa yang dia sarankan adalah kemungkinan dari
perkembangan gaya hidup yang pasti sebagai fungsi dari salah satu posisi di dalam
keluarga. Individu harus selalu belajar di dalam hubungannya dengan orang lain,
karena hubungan social secara dini digunakan oleh diri yang kreatif dalam menata
gaya hidup.

Ingatan-ingatan Awal
Adler berpendapat bahwa ingatan paling awal yang dapt dilaporkan seseorang
merupakan kunci penting untuk memahami gaya hidup dasarnya.
Pengalaman Masa Kanak-Kanak
Ada tiga faktor penting yang menyebabkan anak-anak dengan mudahnya jatuh
ke dalam pergaulan yang salah: (1) anak-anak yang memiliki inferioritas, (2) anak-
anak yang dimanjakan, (3) anak-anak terlantar. Anak-anak yang memiliki kelemahan
fisik atau jiwa cenderung menganggap dirinya sebagai orang-orang yang gagal karena
sulit bagi mereka untuk dapat menghadapi tugas-tugas kehidupan. Sedangkan anak-
anak yang dimanjakan cenderung sulit untuk mengembangkan perasaan sosial.
Mereka selalu berharap agar masyarakat-lah yang menyesuaikan diri dengan
keinginan-keinginan mereka yang tentunya kebanyakan berpusat pada diri mereka
sendiri. Anak-anak yang ditelantarkan atau diabaikan pun sangatlah berbahaya.
Mereka yang diperlakukan secara buruk pada masa anak-anak cenderung akan
tumbuh menjadi pribadi yang bermusuhan dnegan masyarakat. Gaya hidup mereka
dikuasai oleh kebutuhan untuk balas dendam. Ketiga keadaan ini, yaitu kelemahan
organic, pemanjaan, dan penolakan, menimbulkan konsepsi-konsepsi yang sallah
tentang dunia dan mengakibatkan suatu gaya hidup yang patologis.
DAFTAR PUSTAKA

Administrator. 2011. Kepribadian Menurut Urutan Kelahira (Berdasarkan Teori


Alfred Adler). http://pikirdong.org/index.php?option=com_
content&view=article&id=170:kepribadian-menurut-urutan-kelahiran
berdasarkan-teori-alfred-adler-&catid=49:psikologi-umum&Itemid=65 yang
diposting pada tanggal 6 Juni 2011 dan diunduh pada tanggal 9 Oktober pukul
19.08 WIB.

Chiril. 2010. Pespektif Psikologi Individual (Alfred Adler).


http://chiril.wordpress.com/2010/12/06/perspektif-psikologi-individual-alfred-
adler/ yang diposting pada tanggal 6 Desember 2010 dan diunduh pada
tanggal 8 Oktober 2011 pukul 19.08 WIB.

Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).


Yogyakarta: Kanisius.

Himcyoo. 2011. Teori Psikologi Individual Alfred Adler.


http://himcyoo.wordpress.com/2011/04/21/teori-psikologi-individual-alfred-
adler/ yang diposting pada tanggal 21 April 2011 dan diunduh pada tanggal 9
Oktober 2011 pukul 18.49 WIB.

Maman. 2009. Teori Alfred Adler. http://unikunik.wordpress.com/2009/05/03/teori-


alfred-adler/ yang diposting pada tanggal 3 Mei 2009 dan diunduh pada
tanggal 9 Oktober 2011 pukul 18.44 WIB.

Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Alfred_Adler yang diunduh pada tanggal 10


Oktober pukul 20.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai