Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Pendekatan Psikologi Individu Neo Freudian Alfred Alder”

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat ilahi Rabbi karena dengan rahmat
dan inayahnya, penyusun bisa menyelesaikan makalah “Ilmu Kalam” ini. Shalawat beriring salam
semoga tetap tercurah limpah kepada nabi kita yaitu rasulullah Muhammad Saw, kepada para
keluarganya, para sahabatnya, serta kita selaku umatnya.

Tujuan nya penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Psikologi Kepribadian.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi Kepribadian yaitu
ibu Tias Febtiana Sari, M. Psi. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis tentang mata
kuliah Psikologi Kepribadian ini. Mudah-mudahan hal tersebut menjadi amal jariyah bagi bapak
dimata Allah Swt.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu besar
harapan kepada para pembaca agar sudi untuk mengkritik dan memberikan saran terhadap
makalah ini.

Bandung, November 2021

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
• Latar Belakang
Psikoanalisis terobosan Sigmund Freud berkembang pada tahun 1906 ketika Carl Jung
dan Bleuler berminat bergabung pada aliran psikoanalisis. Pada tahun 1908 diadakan kongres
pertama bagi masyarakat psikoanalisa di Vienna, Austria yang mengambil tempat di Salzburg
dan kongres psikoanalisis internasional yang pertama di Buremberg pada tahun 1910.
Terobosan mendapat status yang lebih tinggi ketika Carl Jung terpilih dan di tugaskan sebagai
pimpinan tertinggi dari masyarakat psikoanalisis internasional. Pada tahun 1910 itu pulalah
didirikan cabang-cabangnya di beberapa negara penting di dunia.

Seiring dengan berkembangnya aliran Psikoanalisis tentu saja mendapat banyak kritik
yang berdatangan. Umumnya aliran psikoanalisis ini mendapat kritikan tentang kurangnya
memberikan keseimbangan pada faktor sosial dan kebudayaan dalam membentuk kepribadian.
Akan tetapi aliran psikoanalisis ini telah banyak berpengaruh secara luas. Hal ini terbukti dari
banyaknya psikiater yang menganalisis Riwayat hidup tokoh sejarah yang menonjol
menggunakan ide pendekatan psikoanalisis.

Pada saat yang bersamaan bermunculan juga para ilmuan yang memandang
perkembangan perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkuangan sosial dan budaya. Mereka
mengembangkan dan memodifikasi teori psikoanalitik dasar. Teori baru ini disebut dengan Neo
Psikoanalisis atau lebih dikenal dengan sebutan Neo Freudian. Aliran ini muncul karena
beberapa tokoh yang tidak sependapat dengan teori yang disampaikan oleh Freud. Tokoh-tokoh
tersebut antara lain Jung, Adler, Horney, Fromm, dan Sullivan.

Neo-Freudian adalah sekelompok ahli teori Amerika yang tergabung dari pertengahan
abad kedua puluh, yang semuanya dipengaruhi oleh Sigmund Freud. Tetapi teori-teori Freud
tersebut telah diperpanjang seiring dengan arah sosial atau budaya. Mereka telah didefinisikan
sebagai 'penulis Amerika yang mencoba untuk menyajikan kembali teori Freud dalam hal
sosiologis dan untuk menghilangkan hubungannya dengan biologis. Didalam makalah ini akan
dibahas mengenai aliran Neo Freudian menurut pandangan dari Alfred Adler yang mencetus
tentang Psikologi Individual.

• Rumusan Masalah

• Siapakah Alfred Adler?

• Bagaimana tentang ide yang digagas oleh Adler tentang aliran psikologi Neo
Freudian?
• Tujuan

• Mengetahui siapa Alfred Adler

• Mengetahui tentang ide gagasan Alfred Adler

BAB II
PEMBAHASAN

• ALFRED ADLER DAN NEO FREUDIAN

• Biografi Alfred Adler

Alfred Adler dilahirkan di Mariahilfer Straße, kota Vienna, Austria, pada 7 Februari 1870.
Adler adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara, dari sepasang pedagang makanan pokok. Adler
muda pernah menderita rakhitis, dan memiliki masalah persaingan dengan saudara-saudaranya.

Adler menikah pada tahun 1898 dengan Raissa Epstein, memiliki lima orang anak. Adler
meninggal pada 1937 di Skotlandia, akibat serangan jantung. Jenazahnya dikremasi di
Edinburgh, tetapi menghilang. Abu jenazah Adler baru ditemukan pada 2007, di sebuah peti di
Krematorium Warriston. Pada 2011 abu tersebut dikembalikan ke kota kelahirannya, Vienna,
untuk dimakamkan di sana.

Adler memulai karier sebagai dokter spesialis mata, namun kemudian beralih menjadi
dokter umum. Pada 1910 ia, Sigmund Freud, Rudolf Reitler, dan WIlhelm Stekel membentuk
Vienna Psychoanalytic Society, sekaligus menjadikan Adler sebagai pemimpin pertamanya.
Karena ketidakcocokan pemikiran dengan psikoanalisa, Adler kemudian memutuskan mundur
dari jabatan presiden dan keluar dari komunitas. Ia lalu mendirikan perkumpulan sendiri, yaitu
Society for Individual Psychology. Walaupun ada perbedaan pendapat dan pemikiran, Adler dan
Freud tetap saling menghormati dan mengakui kejeniusan satu sama lain.

Pada Perang Dunia I pada 1914, Adler ikut menjadi dokter perang untuk tentara Austria.
Ia ditempatkan di front Russia. Ia lalu dipindahtugaskan ke rumah sakit di Austria. Setelah
perang berakhir, Adler mendirikan klinik konseling anak di Vienna. Ia juga membentuk tim untuk
mengajarkan cara menangani trauma perang pada anak, lalu mengirim tim tersebut ke sekolah-
sekolah. Tim ini sukses besar, hingga muncul permintaan untuk datang dari seluruh Austria.

Pada 1924, ia menjadi pengajar di Institut Pedagogi di Vienna. Ia juga sering menjadi
dosen tamu di berbagai kampus di Eropa dan Amerika. Setelah itu, pada 1927 ia juga menjadi
dosen terbang di Uninversitas Columbia. Pada 1932, Ia mengajar di Long Island College of
Medicine.

Adler semula anggota bahkan ketua masyarakat psikoanalisis Wina yang menjadi
organisasi pengembang teori Freud, namun kemudian memisahkan diri karena
mengembangkan ide-idenya sendiri. Dia kemudian membentuk kelompoknya sendiri, yaitu
individual psychology. Psikologi Individual adalah psikologi yang memandang individu sebagai
satu kesatuan yang utuh dan tidak terbagi dalam aspek-aspek seperti id, ego dan super ego.
Psikologi individual menekankan pada keunikan kepribadian individu. Adler berpendapat bahwa
setiap orang merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat-sifat, minat-minat dan nilai-nilai
setiap perbuatan yang dilakukan orang membawa corak khas gaya hidupnya sendiri.

Pemikiran-pemikiran Adler dipengaruhi oleh filsuf Hans Vaihinger dan karya sastra dari
Dostoevsky. Waktu masih jadi anggota Vienna Psychoanalytic Society, ia mengembangkan teori
inferioritas organik dan kompensasi. Pengembangan ini menuntun Adler untuk masuk ke dunia
fenomenologi dan pengembangan karya terkenalnya, the inferiority complex.

Adler juga dipengaruhi filsuf-filsuf macam Kant, Nietzsche, Virchow, dan Smuts. Aliran
Adler, yang dikenal sebagai psikologi individual memfokuskan pada psikologi sosial, komunitas,
sekaligus psikologi dalam. Adler adalah tokoh awal yang fokus pada pencegahan abnormalitas.
Ia mengajarkan para guru dan orang tua untuk membolehkan anak untuk melatih kemampuan
dalam mengambil keputusan sambil bekerjasama dengan yang lain.

Adler menganggap bahwa lingkungan sosial punya dampak psikologi yang sama
besarnya dengan alam pemikiran internal (pikiran individu itu sendiri). Bagi Adler, dinamika
kekuasaan dan kompensasi sama pentingnya dengan seks. Jenis kelamin dan politik sama
pentingnya dengan libido.

• Neo Freudian dan Psikologi Individual

Neo-Freudian merupakan pendekatan psikologis yang berkembang dari psikoanalisis


Sigmund Freud dengan tambahan pemfokusan pada individu dan hubungannya dengan dunia
luar. Para ilmuan yang termasuk dalam masyarakat Neo Freudian adalah mereka yang tidak
setuju dan menemukan celah dari psikoanalisis yang digagas Sigmund Freud. Masyarakat Neo
Freudian ini lebih menyeimbangkan akan keterlibatan aspek lingkungan sosial dan budaya
terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
Salah satu tokoh Neo Freudian yang semula merupakan presiden dari perkumpulan
masyarakat pengembang teori psikoanalisis Sigmund freud adalah Alfred Adler. Teori Adler yang
sangat terkenal adalah Individual Psychology (psikologi individual). Psikologi individual adalah
sebuah cabang ilmu psikologi yang khusus meneliti perbedaan antarindividu, yang sinonim
dengan Differential Psychology. Psikologi individu Adler merupakan suatu sistem psikologi yang
bertujuan untuk memahami, mencegah dan mengobati penyakit-penyakit mental. Salah satu
perbedaan utama antara pandangan Adler dengan Freud adalah penekanan mengenai asal
motivasi. Bagi Freud, motivator utama adalah kesenangan (bahwa Id dijalankan atas dasar
prinsip kesenangan) dan seksualitas. Bagi adler, motivasi manusia jauh lebih kompleks dari pada
itu.

Adler tidak setuju dengan penekanan yang dibuat oleh Freud mengenai alam bawah
sadar dan tentang pentingnya seksualitas. Adler merasa bahwa manusia adalah makhluk sosial
yang diatur oleh dorongan sosial dan bukan oleh naluri biologis. Dalam pandangan Adler,
kekuatan utama dalam pendorong kepribadian adalah berjuang untuk superioritas. Adler
merasa bahwa semua orang mengalami perasaan rendah diri. Hal ini terjadi karena individu
mulai hidup sebagai anak-anak kecil, lemah, dan relatif tak berdaya dikelilingi oleh orang
dewasa yang lebih besar dan lebih kuat. Perasaan rendah diri juga dapat berasal dari
keterbatasan pribadi individu. Perjuangan untuk keunggulan muncul dari perasaan seperti itu.
Sementara berjuang untuk keunggulan, masing-masing mencoba untuk mengimbangi
keterbatasan yang berbeda, dan masing-masing memilih jalur yang berbeda untuk superioritas.

Adler menyatakan bahwa ada satu daya motivasi yang memengaruhi semua bentuk
perilaku dan pengalaman manusia. Daya motivasi tersebut disebut "dorongan ke arah
kesempurnaan”. Daya tersebut mendorong manusia memenuhi semua potensi dan keinginan
yang ada di dalam dirinya, sehingga seorang manusia dapat semakin dekat dengan apa yang
diidealkan. Di sinilah poin yang menyebabkan ketidaksepakatan Adler dengan Sigmund Freud.

Menurut Freud, segala sesuatu yang terjadi di masa lalu, seperti trauma masa kecil, pasti
menjadi penentu siapa orang itu di masa kini. Sebaliknya, Adler justru berpendapat bahwa
"dorongan ke arah kesempurnaan" yang hendak seseorang capai di masa depan itulah yang
memotivasi manusia di masa kini. Setiap manusia diarahkan menuju tujuan, harapan, dan cita-
citanya. Untuk mendukung dorongan ke arah kesempurnaan tersebut, Adler menyatakan bahwa
ada ide lain yaitu "kepentingan sosial" atau "kepekaan sosial".

Dengan ide ini, seorang manusia yang sedang mengarahkan dirinya menuju
kesempurnaan akan mempertimbangkan lingkungan sosialnya.
Adler percaya bahwa situasi ini menciptakan gaya yang unik kehidupan (atau pola
kepribadian) untuk setiap individu. Menurut Adler inti dari setiap gaya hidup seseorang
terbentuk pada usia 5 tahun. Adler mulai menekankan keberadaan diri kreatif. Dengan ini ia
maksudkan bahwa manusia menciptakan kepribadian mereka melalui pilihan dan pengalaman.

• KONSEP PSIKOLOGI INDIVIDUAL

• Striving for Success / Inferiority Theory

Alfred Adler mencetuskan sebuah gagasan, bahwa manusia itu memiliki pembawaan sifat
lemah/inferior sejak dilahirkan. Dibuktikan dengan bayi yang baru lahir yang sangat inferior dan
tidak bisa melakukan apa-apa tanpa dibantu orang tuanya/orang dewasa di sekitarnya. Teori ini
juga dilatar belakangi oleh pegnalmaan hidup Adler di masa kecil, dimana ia merasa inferior
dibanding kakak-kakaknya karena ia lahir dengan keadaan fisik yang lemah dan menderita sakit
parah pada usia 4 tahun hingga mencapai kondisi near death experience. Pengalaman hidup
itupun menjadi pelajaran bagi Adler untuk superior melawan kematian (berjuang untuk sehat
dan dalam bidang kesehatan untuk meminimalisir penyakit-penyakit penyebab kematian). Itulah
yang juga menjadi alsan mengapa Adler bercita-cita menjadi seorang Dokter dan mengawali
karirnya sebagai dokter mata sebelum akhirnya terjun ke dunia psikologi.

Teori cetusan Adler ini uga mengemukakan bahwa manusia berjuang demi tujuan
akhirnya. Kepribadian dan pola hidupnya digerakkan oleh tujuan yang ia miliki. Konsep ini
berbanding terbalik dengan teori Freud dimana ia memandang manusia dengan berorientasi
pada masa lalunya, terutama pada masa anak-anak awal. Sedangkan Adler memandang
manusia dengan berorientasi pada masa depannya, pada tujuan yang ia miliki yang selanjutnya
memotivasinya untuk melakukan hal-hal tertentu. Lebih jelas lagi, Adler menggagas bahwa
setiap orang memililki kekuataan untuk menciptakan sesbuah tujuan fiksional sesuaai
pribaadinya. Tujuan tersebut bukanlah berasal dari kerturnan dan lingkungan, melainikana
dihasilkan dari daya kreativ untuk secara bebas membentuk perilaku dan menciiptakan
kepribaadian mereka sendiri.

Dalam memperrjuangkan tujuan akhirnya, individu akan menciptakan dan mengeejar


banyaak preeliminary goals atau sub tujuan. Sub tujuaan ini seringkali disadari, walau kadan-
kadan hubunan anara sub-sub tujuan tersebut tidak disadari. Namun, kesemua sub tujuan
tersebut sebenarnya saling sesuai satu sama lain dalam suatu pola yang self-consistent. Secara
terus menerus, manusia didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi perasaan niferior dan
didorong oleh keinginan untuk menjadi utuh. Situasi positif dan negatif ini muncul secara
bersamaan dan tidak bisa dipisahkan karena merupakan dimensi dari sebuah kekuatan tunggal.

Terdapat suatu kondisi dimana seseorang berjuang meraih superioiritas pribadi hingga
mengabaikan orang lain serta tindakannya dimotivasi oleh rasa inferior berlebihan atau complex
inferiority. Contoh kasusnya ialah pencurian, pembunuhan, atau penipuan. Sedangkan
perjuangan meraih superioritas untuk orang lain atau untuk umat manusia dimotivasi oleh
minat sosial yang tinggi. Perlu diketahui juga bahwa Adler adalah penikmat paham sosialis, ia
senang belajar paham tersebut saat duduk di bangku kuliah, bahkan sampai menyumbangkan
tulisan untuk koran sosialis.

• Subjective Perception

Teori selanjutnya dari Alfred Adler adalah tentang persepsi subjektif seseorang yang
membentuk perillaku dan kepribadian mereka. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa manusia
berjuang untuk melawan inferioritas pada dirinya. Namun sikap juang yang mereka wujudkan
tidak berdasar pada kenyataan, melainkan presepsi mereka akan kenyataan, suatu perspektif
subjektif yang unik pada tiap-tiap individu. Terkait perspektif subjektif ini, Adler merumuskan
sesuatu yang dinamakan fictionalism. Fiksi manusia yang terpenting menurutnya adalah
menggapai superioritas, tujuan yang sudah diciptakan sedari awal dan mungkin tidak disadari
dengan jelas. Tujuan akhir yang fiksional dan subjektif inilah yang juga turut membentuk gaya
hidup dan menyatukan kepribadian manusia.

Keterbatasan fisik pada manusia mungkin tidak berarti sama sekali, kecuali keterbatasan
ini menstimulasi semangat juang melalui perasaan subjektif tetang inferioritas yang berfungsi
sebagai dorongan menuju kesempurnaan atau keutuhan (superioritas). Terdapat banyak contoh
yang bisa diambil, seperti para atlet disabilitas, seorang ilmuan di bidang neuroscience yang
memodifikasi kaki buatan dengan teknologi mutakhir, dan lain sebagainya. Beberapa orang
mengganti perasaan inferior tersebut dengan gaya hidup yang sehat dan bermanfaat.
Sementara golongan lainnya melakukan kompensasi berlebihan dan menarik diri dari orang lain.

• Unity and self-consistency of personality

Kesadaran menurut Adler, adalah inti kepribadian individu. Meskipun tidak secara
eksplisit Adler mengatakan bahwa ia yakin akan kesadaran, namun secara eksplisit terkandung
dalam setiap karyanya. Adler merasa bahwa manusia menyadari segala hal yang dilakukannya
setiap hari, dan ia dapat menilainya sendiri.
Meskipun kadang-kadang individu tak dapat hadir pada peristiwa tertentu yang
berhubungan dengan pengalaman masa lalu, tidak berarti Adler mengabaikan kekuatan-kekuatan
yang tersembunyi yang ditekannya.
Manusia dengan tipe otak yang dimilikinya dapat menampilkan banyak proses mental
dalam satu waktu. Hal-hal yang tidak tertangkap oleh kesadarannya pada suatu saat tertentu tak
akan diperhatikan dan diingat oleh individu. Ingatan adalah fungsi jiwa, yang seperti proses
lainnya, tidak bekerja secara efisien. Keadaan tidak efisien ini adalah akibat kondisi yang tidak
sempurna pada organ tubuh, khususnya otak.
Adler tidak menerima konsep ambang sadar dan alam tak sadar (preconsious dan
uncounsious) Freud. Hal ini dianggap sebagai mistik. Ia merasa bahwa manusia sangat sadar
benar dengan apa yang dilakukannya, apa yang dicapainya, dan ia dapat merencanakan dan
mengarahkan perilaku ke arah tujuan yang dipilihnya secara sadar.

• Social interest

Setelah melampaui proses evolusi tentang dorongan utama perilaku individu, Adler
menyatakan pula bahwa manusia memiliki minat sosial. Bahwa manusia dilahirkan dikaruniai
minat sosial yang bersifat universal. Kebutuhan ini terwujud dalam komunikasi dengan orang
lain, yang pada masa bayi mulai berkembang melalui komunikasi anak dengan orang tua.
Proses sosialisasi membutuhkan waktu banyak dan usaha yang berkelanjutan. Dimulai
pada lingkungan keluarga, kemudian pada usia 4-5 tahun dilanjutkan pada lingkungan
pendidikan dasar dimana anak mulai mengidentifikasi kelompok sosialnya. Individu diarahkan
untuk memelihara dan memperkuat perasaan minat sosialnya ini dan meningkatkan kepedulian
pada orang lain. Melalui empati, individu dapat belajar apa yang dirasakan orang lain sebagai
kelemahannya dan mencoba memberi bantuan kepadanya. Individu juga belajar untuk melatih
munculnya perasaan superior sehingga jika saatnya tiba, ia dapat mengendalikannya. Proses-
proses ini akan dapat memperkaya perasaan superior dan memperkuat minat sosial yang mulai
dikembangkannya.
Dikarenakan manusia tidak sepenuhnya dapat mencapai superioritas, individu tetap
memiliki perasaan ketidakmampuan. Namun individupun yakin bahwa masyarakat yang kuat
dan sempurna akan dapat membantunya mencapai pemenuhan perasaan superior. Gaya hidup
dan diri kreatif melebur dalam prinsip minat sosial yang pada akhirnya terwujud tingkah laku
yang ditampilkan secara keseluruhan.

• Style of Life

Adler berpendapat bahwa struktur kepribadian yang self-consistent berkembang menjadi


Style of life seseorang. Style of life merupakan istilah yang digunakan Adler untuk menunjukkan
selera hidup seseorang. Gaya hidup mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap
orang lain, dan sikap terhadap dunia.

Gaya hidup seseorang terbentuk dengan cukup baik ketika mencapai umur empat atau
lima tahun. Setelah masa tersebut, semua tindakan kita berputar disekitar gaya hidup kita yang
sudah terbentuk itu. Individu yang tidak sehat secara psikologis seringkali mengarah pada
kehidupan yang tidak fleksibel, ditandai oleh ketidakmampuan memilih cara-cara baru bereaksi
terhadap lingkungan. Pribadi yang sehat secara psikologis bersikap dengan gaya yang beragam
dan fleksibel dengan gaya hidup yang kompleks, memperkaya dan selalu berubah.

Usaha individu untuk mencapai superioritas atau kesempurnaan yang diharapkan,


memerlukan cara tertentu. Adler menyebutkan hal ini sebagai gaya hidup (Style of Life). Gaya
hidup yang diikuti individu adalah kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam diri (the
inner self driven) yang mengatur arah perilaku, dan dorongan dari lingkungan yang mungkin
dapat menambah, atau menghambat arah dorongan dari dalam tadi. Dari dua dorongan itu, yang
terpenting adalah dorongan dalam diri (inner self) itu. Bahwa karena peranan dalam diri ini,
suatu peristiwa yang sama dapat ditafsirkan berbeda oleh dua orang manusia yang
mengalaminya.

Dengan adanya dorongan dalam diri ini, manusia dapat menafsirkan kekuatan-kekuatan
di luar dirinya, bahkan memiliki kapasitas untuk menghindari atau menyerangnya. Bagi Adler,
manusia mempunyai kekuatan yang cukup, sekalipun tidak sepenuhnya bebas, untuk mengatur
kehidupannya sendiri secara wajar. Jadi dalam hal ini Adler tidak menerima pandangan yang
menyatakan bahwa manusia adalah produk dari lingkungan sepenuhnya. Menurut Adler, justru
jauh lebih banyak hal-hal yang muncul dan berkembang dalam diri manusia yang mempengaruhi
gaya hidupnya.

Gaya hidup manusia tidak ada yang identik sama, sekalipun pada orang kembar.
Sekurang-kurangnya ada dua kekuatan yang dituntut untuk menunjukkan gaya hidup seseorang
yang unik, yakni kekuatan dari dalam diri yang dibawa sejak lahir dan kekuatan yang datang dari
lingkungan yang dimasuki individu tersebut. dengan adanya perbedaan lingkungan dan
pembawaan, maka tidak ada manusia yang berperilaku dalam cara yang sama. Gaya hidup
seseorang sering menentukan kualitas tafsiran yang bersifat tunggal atas semua pengalaman yang
dijumpai manusia. Misalnya, individu yang gaya hidupnya berkisar pada perasaan diabaikan
(feeling of neglect) dan perasaan tak disenangi (being unloved) menafsirkan semua
pengalamannya dari cara pandang tersebut. misalnya ia merasa bahwa semua orang yang ingin
mengadakan kontak komunikasi dipandangnya sebagai usaha untuk menggantikan perasaan tak
disayangi tersebut. Gaya hidup seseorang telah terbentuk pada usia tiga sampai lima tahun. Gaya
hidup yang sudah terbentuk tak dapat diubah lagi, meskipun cara pengekspresiannya dapat
berubah. Jadi gaya hidup itu tetap atau konstan dalam diri manusia. Apa yang berubah hanya
cara untuk mencapai tujuan dan kriteria tafsiran yang digunakan untuk memuaskan gaya hidup.

Perubahan gaya hidup meskipun mungkin dapat dilakukan, akan tetapi kemungkinannya
sangat sukar, karena beberapa pertimbangan emosi, energi, dan pertumbuhan gaya hidup itu
sendiri yang mungkin keliru. Karenannya jauh lebih mudah melanjutkan gaya hidup yang telah
ada dari pada mengubahnya. Mengenai bagaimana gaya hidup itu berkembang, dan kekuatan
yang mempengaruhinya, menurut Adler dapat dipelajari dengan meyakini bahwa perasaan
rendah diri itu bersifat universal pada semua manusia, dan berikutnya karena adanya usaha untuk
mencapai superioritas. Akan tetapi ada karakteristik umum yang berasal dari sumber lain di luar
dirinya yang turut menentukan keunikan kepribadian individu, yakni kehadiran kondisi sosial,
psikologis, dan fisik yang unik pada setiap manusia. Dikatakan, bahwa setiap manusia mencoba
menangani pengaruh-pengaruh itu. Faktor yang khusus yang dapat menyebabkan gaya hidup
yang salah adalah pengalaman masa kecil, banyaknya saudara, dan urutan dalam keluarga. Adler
juga menemukan tiga faktor lainnya yang dapat menyebabkan gaya hidup keliru dalam
masyarakat dan menyebabkan kehidupan manusia tidak bahagia. Ketiga Pkanak-kanak yang
dimanja atau dikerasi, dan masa kanak-kanak yang diacuhkan oleh orang tuanya.

Pada anak cacat tubuh, perasaan rendah diri akan lebih besar dari pada anak yang sehat
fisiknya. Biasanya reaksi yang muncul ada yang menyerah pada keadaan dikalahkan oleh
lingkungan, akan tetapi ada juga yang berusaha mengkonpensasikannya pada bidang yang jauh
dari bakat normal pada orang biasa, misalnya berhasil dalam kegiatan olahraga, kesenian, atau
industri. Pada anak cacat mental, menyebabkan masalah yang lebih parah lagi, hal ini disebabkan
oleh: (a) kompensasinya jauh lebih sukar, (b) keragaman kesempatan yang dapat digunakan
untuk kompensasi lebih sedikit, (c) tuntutan masyarakat modern lebih menekankan kemampuan
intektual ketimbang kerja otot, (d) masyarakat sendiri kadang kurang mau memahami usaha
kompensasi orang-orang yang terbelakang mental. Jadi secara umum kondisi sosial dapat
membentuk gaya hidup yang keliru sekalipun kondisi fisik dan psikologisnya masih normal.

• Creative Power

Adler mengungkapkan bahwa style of life is molded by people’s creative power. Adler
percaya bahwa setiap orang diperkuat oleh kebebasan untuk menciptakan gaya hidupnya sendiri.
Intinya, setiap orang bertanggung jawab pada siapa diri mereka dan bagaimana mereka
berperilaku.

Daya kreatif seseorang menempatkannya dalam kendali atas hidup mereka sendiri,
bertanggung jawab atas tujuan akhir mereka, menentukan metode untuk berjuang terhadap
tujuan, dan berkontribusi terhadap perkembangan kepedulian sosial. Adler mengakui pentingnya
herediter dan lingkungan dalam membentuk kepribadian. Manusia, melampaui produk herediter
dan lingkungan, mereka adalah ciptaan yang kreatif yang tidak hanya bereaksi terhadap
lingkungan tertentu juga bertindak di dalamnya dan menyebabkan lingkungan bereaksi terhadap
mereka. Adler menggunakan analogi ‘the law of the low doorway’.

Diri kreatif dianggap sebagai penggerak utama, penyebab pertama semua tingkah laku.
Diri yang kreatif bersifat padu, konsisten, berdaulat dalam struktur kepribadian, merupakan
jembatan antara stimulus-stimulus yang menerpa seseorang dan respon-respon yang diberikan
orang yang bersangkutan terhadap stimulus- stimulus tersebut.

Diri kreatif manyatakan bahwa manusia membentuk kepribadiannya sendiri, membangun


kepribadiannya dari bahan mentah hereditas dan pengalaman. Hereditas memberi “kemampuan-
kemampuan tertentu” dan lingkungan memberi “impresi-impresi tertentu”. Hal ini, bersama
dengan cara individu menginterpretasikan dan mengalaminya, mennyusun batu bata yang
digunakan dalam cara kreatif untuk mengkonstruksi sikap-sikap individual terhadap kehidupan
dan relasi individu dengan dunia luar.

Diri kreatif adalah ragi yang mengolah fakta-fakta dunia dan mentransformasikannya
menjadi kepribadian yang bersifat subyektif, dinamik, menyatu, personal dan unik. Diri kreatif
adalah prinsip aktif kehidupan manusia, memberikan arti pada kehidupan menciptakan tujuan
maupun sarana untuk mencapainya.

Adler juga mengemukakan tentang diri yang kreatif merupakan sistem subyektif yang
sangat dipersonalisasikan, yang menginterpretasikan dan membuat pengalaman-pengalaman
organisme penuh arti. Diri/Self mencari pengalaman-pengalaman yang akan membantu untuk
pemenuhan gaya hidup sang pribadi yang unik. Apabila pengalaman-pengalaman ini tidak
ditemukan di dunia, maka diri akan berusaha menciptakannya. Adler menekankan pada keunikan
kepribadian, sehingga setiap orang merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat-sifat,
minat- minat dan nilai-nilai. Setiap perbuatan yang dilakukan orang membawa corak khas gaya
hidupnya sendiri. Lebih dari itu, manusia adalah individu yang sadar akan dirinya sendiri dan
mampu merencanakan serta membimbing perbuatan-perbuatannya dan menyadari sepenuhnya
arti dari perbuatan-perbuatan tersebut bagi aktualisasi dirinya sendiri.
• PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN DAN PERKEMBANGAN ABNORMAL

• Perkembangan Kepribadian

Adler sependapat dengan Freud dalam hal ini, yang mengatakan bahwa kehidupan
seseorang dipengaruhi oleh perkembangan empat atau lima tahun pertama. Sepanjang tahap awal
perkembangan, anak sudah mulai mengembangkan persepsi diri, pola tingkah laku, dan gaya
hidup. Pada waktu ini juga individu mulai untuk memilih tujuan hidup, semua perilaku
diarahkan. Adler berpendapat bahwa ada manusia dalam kehidupan ini ada rasa rendah diri
“inferiority“, perasaan inferiority ini menggerakkan seseorang untuk mencapai “superiority“.

Faham Adler tentang superiority lebih ditekankan pada masing-masing individu dalam
memahami lingkungannya dan seseorang selalu berusaha untuk mengembangkan situasinya.
Dalam istilah Adler semua fungsi yang kita miliki mengikuti arah tersebut, mereka berusaha
keras mempertahankan, menjaga, mengembangkan, baik dalam hal yang baik, dan buruk. Adler
berkeyakinan bahwa memberikan kondisi yang menyenangkan pada awal interaksi anak dengan
keluarganya, akan semakin mendorong timbulnya minat sosial. Anak akan terdorong untuk
mencapai keuntungan bagi dirinya maupun orang lain. Salah satu cara mengatasi perasaan yang
tidak menyenangkan yang tercipta dari perasaan rendah diri adalah dengan meyakini bahwa
seseorang mampu mengembangkan kesejahteraan dan kegembiraan kepada orang lain. Oleh
karena itulah mereka merasa dirinya berharga. Untuk mengembangkan gaya hidup ada tiga
konsep menurut Adler yaitu: self-deterministik, teleology dan holistik.

Menurut Adler bahwa individu menentukan tingkah lakunya bukan kejadian eksternal.
Adler berpandangan individu mengontrol dirinya dan bergerak untuk mencapai tujuan sebagai
sesuatu keseluruhan yang menyatu dan inilah yang dinamakan gaya hidup. Pada suatu saat
dimana tujuan hidup telah dipilih serta gaya hidup dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut
maka sangat sukar bagi setiap individu untuk merubahnya.

• Perkembangan Abnormal

Adler percaya bahwa manusia adalah gambaran dari apa yang mereka ciptakan atau
mereka buat dalam hidupnya sendiri. Daya kreatif membantu manusia sampai batasan tertentu,
dengan keterbatasan untuk menjadi sehat secara psikologis atau tidak sehat secara psikologis
dan untuk mengikuti gaya hidup yang berguna atau tidak.
Menurut Adler satu faktor yang mendasari jenis ketidakmampuan untuk menyesuaikan
diri adalah minat sosial yang tidak berkembang. Selain kurangnya minat sosial, orang-orang
neurotik cenderung untuk: (1) Menetapkan tujuan yang terlalu tinggi; (2) Hidup dalam dunianya
sendiri; (3) Mempunyai gaya hidup yang kaku dan dogmatis.

Ketiga karakteristik ini terjadi karena kurangnya minat sosial. Manusia mengalami
kegagalan dalam hidupnyakarena mereka terlalu memperhatikan dirinya sendiri dan kurang
memperhatikan orang lain. Orang yang tidak mampu menyesuaikan diri menetapkan tujuan
hidup yang tinggi sebagai kompensasi yang berlebihan karena adanya perasaan inferior yang
berlebihan. Tujuan yang tinggi ini menyebabkan adanya perilaku yang dogmatis dan semakin
tinggi tujuan semakin kaku perjuangan yang dilakukan untuk meraihnya. Untuk mengompensasi
perasaan tidak mampu dan tidak aman yang sangat mendalam, individuindividu seperti ini
mempersempit cara pandangannya dan berjuang secara kompulsif serta kaku untukmencapai
tujuannya.

Menurut Adler, minat sosial yang tidak berkembang menjadi faktor yang
melatarbelakangi semua jenis maladjusment, antara lain:

• Faktor Eksternal Maladjusment

• Cacat fisik yang buruk: dapat dibawa dari lahir atau akibat kecelakaan atau penyakit.
Setiap orang dapat mengembangkan perasaan inferior yang berlebihan, tetapi anak yang
lahir cacat fisik mempunyai peluang lebih besar untuk menjadi maladjusment dibanding
anak yang lahir sehat secara jasmani.

• Gaya hidup manja: anak yang manja mempunyai minat sosial yang kecil dan tingkat
aktivitas yang rendah. Mereka mengharap orang lain memperhatikan, melindungi dan
memuaskan semua keinginannya yang mementingkan diri sendiri.

• Gaya hidup diabaikan: anak yang merasa tidak dicintai dan tidak dikhendaki akan
mengembangkan gaya hidup ini. Anak ini cenderung akan berharap orang lain bersikap
dingin karena ia terbiasa diperlakukan secara dingin. Mereka jg cenderung mendendam,
tidak percaya diri, dan tidak mampu bekerjasama untuk tujuan bersama.

Semua penderita neurotik menciptakan pengamanan terhadap harga dirinya. Konsep


kecenderungan pengamanan ini mirip dengan konsep mekanisme pertahanan diri dari Freud.
Perbedaannya adalah:

(1) mekanisme pertahanan melindungi ego dari kecemasan instingtif, sedangkan safeguarding
melindungi selfdari tuntutan luar;

(2) mekanisme pertahanan merupakan gejala umum yang dilakukan semua orang, sedangkan
safeguarding merupakan salah satu simptom neurotik;

(3) mekanisme pertahanan beroperasi pada tingkat tak sadar, sedangkan safeguarding pada
tingkat sadar dan tak sadar. Ada tiga kecenderungan safeguarding yang dilakukan, yaitu excuses,
agresi, dan withdrawl.

• Excuses: kecenderungan yg paling umum. Biasanya sesalan yang dipakai adalah


“ya,tetapi” , “sesungguhnya kalau”.

• Agresi: terdapat tiga macam, yaitu

• Merendahkan (deprication) mrp kecenderungan menilai rendah prestasi orang lain dan
menilai tinggi prestasi diri sendiri.

• Menuduh (acussation) mrp kecenderungan menyalahkan orang lain atas kegagalan yang
dilakukannya sendiri, dan cenderung untuk mencari pembalasan dendam.

• Menuduh diri sendiri (self-acussation) ditandai oleh menyiksa diri sendiri dan perasaan
berdosa.

• Withdrawal: merupakan kecenderungan untuk melarikan diri dari kesulitan, dengan cara
mengambil jarak (menjaga jarak). Terdapat 4 jenis, yaitu moving backward, standing still,
hestilating, dan constructing obstacle.

• KONSELING ADLERIAN DAN RELEVANSI TEORI ADLERIAN

• Konseling Adlerian

Darminto (2007 :58), mengemukakan bahwa konseling pendekatan Adlerian merupakan


suatu model konseling yang berorientasi pada keutuhan dan keunikan individu untuk
mengarahkan dirinya sendiri. Memang, selain terkenal dengan teori inferioritas-superioritas
dan kepribadian dari urutan kelahiran, Adler juga terkenal dengan prinsip atau teknik
konselingnya. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam riwayat hidupnya, setelah memisahkan diri
dari Vienna Psychoanalytic Society, Adler turut serta menjadi dokter perang pada Perang Dunia I
di tahun 1914. Ia ditugaskan di Rumah Sakit Austria. Kemudian ia melihat sendiri pahitnya
perang, serta perihnya penderitaan rakyat Austria. Perang berakhir, Adler pun mendirikan klinik
konseling anak di Vienna. Orientasi utamanya adalah menangani trauma perang pada anak,
Adler sampai membentuk tim khusus untuk penanganan kasus tersebut.

Berbeda dengan Freud, konseling Adler lebih fokus pada masa sekarang, tidak terlalu
terpaku pada masa lalu. Metode membangun hubungan yang akrab antara klien & terapis,
meyakinkan klien bahwa dia bisa berubah, dan menciptakan tujuan bersama adalah buah pikir
Adler dalam bidang konseling. Metode Adler tidak hanya fokus pada penyembuhan, namun juga
fokus pada pencegahan, seperti pemberian semangat, dorongan untuk lebih banyak
bersosialisasi, memberhentikan perlakuan yang memanjakan anak, dsb. Selain itu metode ini
mengharuskan konselornya untuk berperan sebagai seorang pendidik, pengembang minat sosial
klien, dan mengarahkan klien untuk memodifikasi gaya hidup, perilaku, dan tujuannya. Konselor
juga bertindak sebagai model, dengan mendemonstrasikan cara-cara bersosial, mencari makna,
berpikir, berkolaborasi, serta membangun dan mencapai tujuan bersama. Adler memandang
bahwa pada hakikatnya, keseluruhan proses konseling adalah proses sosialisasi. Beranjak dari
teorinya tentang minat sosial. Menurutnya, permasalahan klien sebagian besar berasal dari
tidak adanya sosialisasi individu. Terdapat kurang lebih 4 tahapan dalam proses konseling
Adlerian, yaitu : (1) membangun suatu hubungan konseling yang kolaboratif, (2) eksplorasi dan
analisis, (3) pengemabngan insight, (4) reorientasi dan perubahan.

• Membangun suatu hubungan konseling yang kolaboratif.

Dalam tahap ini, keterampilan interpersonal konselor serta kemampuan analisis penting
adanya. Kemampuan meliputi attending, mendengarkan aktif, empati, dan teknik-teknik
komunikasi verbal maupun nonverbal yang memberi kenyamanan dan menumbuhkan rasa
percaya pada konselor di sepanjang proses konseling. Untuk mendorong dan mengarahkan
konseli, konselor perlu memusatkan perhatian pada; (1) apa yang dilakukan dan bukan
mengevaluasi perilakunya; (2) perilaku sekarang dan bukan perilaku lampau; (3) perilaku dan
bukan pribadi konseli; (4) upaya dan bukan hasil; (5) motivasi intrinsik; (6) yang dipelajari dan
bukan yang tidak dipelajari; dan (7) apa yang positif dan bukan apa yang negatif.

• Eksplorasi dan analisis

Tahapan ini guna memahami gaya hidup konseli, logika pribadi, logical fallacy konseli,
tujuan fiksional, dan perilaku-perilaku yang merusak diri. Pada tahap ini, konselor juga perlu
memberikan perhatian pada upaya memahami konstelasi keluarga konseli, urutan kelahiran,
impian-impian konseli, dan dorongan-dorongannya.

• Pengembangan insight
Dorongan yang ditambah dengan interpretasi, konfrontasi, tantangan, atau bentuk
intervensi lain dapat digunakan konselor untuk membantu konseli guna memperoleh kesadaran
tentang gaya hidupnya, mengamini alasan-alasan tersembunyi dari perilakunya, dan menerima
konsekuensi negatif dari perilakunya tersebut, dan berusaha untuk mencapai perubahan yang
positif.

• Reorientasi dan perubahan

Konselor berperan aktif untuk mendorong konseli menggunakan pemahamannya untuk


merancang tindakan-tindakan yang mengacu pada perubahan hidupnya serta pemecahan
masalahnya. Membantu konseli untuk melihat hidupnya dari perspektif yang berbeda melalui
berbagai alternatif, merupakan tugas serta konselor.

• Relevansi Teori Adlerian

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dalam penjelasan Berikut ini akan menggambaran


tentang relevansi terhadap karakter yang di tampakan pada di setiap individu sesuai dengan
teori psikologi individu.

Pertama, Prinsip Rasa Rendah Diri (Inferiority Principle), Prinsip rasa rendah diri ini juga
sesuai dengan sifat manusia, yang mana dimulai saat dirinya menyadari kurang sempurnanya
terhadap apa yang di milikinya. Rasa rendah diri digambarkan dengan rasa menjadi manusia
yang sejatinya lemah dan masih banyak kekurangan untuk memahami banyak problematika di
hidupnya.

Kedua, Prinsip Superior (Superiority Principle), Prinsip superior ini merupakan prinsip
dasar untuk melakukan perubahan-perubahan pada dirinya. Perjuangan untuk mencapai
kesempurnaan dan keberhasilan dari segala upaya yang ia lakukan demi dirinya dan
keluarganya. Perjuangan tersebut biasanya didorong oleh tekad yang berasal dari dalam diri
individu. Sifat rajin, konsisten, kerja keras dan menyukai tantangan, ini adalah cerminan sifat
individu yang sesuai dengan teori ini.

Ketiga, Prinsip Gaya Hidup (Style of Life Principle), Gaya hidup yang sesuai dengan teori
ini mengarah kepada menjadi seseorang yang tidak mudah menyerah dan percaya pada dirinya
sendiri. Semangat pantang menyerah yang ada dalam diri mampu membawa menjadi seseorang
yang sukses, meraih apa yang menjadi citacitanya. Dorongan dari dalam diri ini akan terlihat
ketika selalu tekun untuk belajar dan mengembangkan dirinya dengan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat untuk menunjang ilmu pengetahuannya.
Keempat, Prinsip Diri Kreatif (Creative Self Principle), Teori Diri kreatif ini akan tergambar
pada seseorang berbentuk kepada mengembangkan pengalamannya untuk memenuhi
tujuannya. Dengan memakai pengalaman yang ada dalam dirinya untuk menjadi pribadi yang
lebih baik lagi. mampu menentukan cara supaya tujuan hidup yang telah petakan bisa tercapai
tahap demi tahap.

Kelima, Prinsip Tujuan Semu (Fictional Goals Principle), Dalam prinip tujuan semu ini
membuat tujuan akhir pencapaian bertujuan untuk mampu menjadi individu yang disiplin,
konsisten dan gigih dalam mencapai masa depan yang ia harapkan. Citacita dengan tekad yang
kuat pada dirinya membuatnya harus bekerja keras mewujudkannya.

Keenam, Prinsip Minat Sosial (Social Interest Principle) Teori Prinsip Minat Sosial ini akan
tercermin sebagai individu yang memiliki rasa simpati yang tinggi kepada siapapun, tidak hanya
orang yang ia kenal tetapi juga kepada orang asing. Kepedulian di tunjukkan tidak hanya kepada
orang lain, kepada teman-teman pun juga begitu.

BAB III
PENUTUP
• Kesimpulan

Ketika teori psikoanalisis yang digagas Sigmund Freud berkembang dan menjadi popular
pada masa itu, tak luput juga dari kritikan-kritikan tentang kekurangan dari teori ini. Mereka
yang kurang setuju dengan teori Sigmund Freud lebih dikenal dengan sebutan Neo Freudian.
Para ilmuan dan peneliti yang termasuk dalam neo Freudian ini adalah Alfred Adler.

Alfred Adler yang semula merupakan presiden dari perkumpulan pengembang


psikoanalisis yang bermuara di Wina, mengundurkan diri karena ketidaksepahamannya dengan
teori psikoanalisis tersebut. Adler menganggap bahwa lingkungan sosial punya dampak psikologi
yang sama besarnya dengan alam pemikiran internal (pikiran individu itu sendiri). Adler
berpendapat bahwa manusia adalah mahluk sosial yang bertanggungjawab. Ia percaya manusia
sejak lahir dikarunia dengan kesadaran bersosial dan hanya keterpaksaan (kompensasi) yang
membuatnya bertanggung jawab kepada manusia lain untuk dapat mencapai sebuah
kesejahteraan yang baik bagi dirinya dan orang lain. Pada akhirnya Adler meyakinkan bahwa
manusia adalah mahluk yang menyimpan interest sosial yang sangat dalam.Bagi Adler, dinamika
kekuasaan dan kompensasi sama pentingnya dengan seks. Jenis kelamin dan politik sama
pentingnya dengan libido.
Teori yang digagas Alfred Adler ini dikenal dengan istilah Psikologi Individual. Konsep dari
psikologi individual ini meliputi (1) Striving for Success / Inferiority Theory; (2) Subjective
Perception; (3) Unity and self-consistency of personality; (4) Social interest; (5) Style of Life; (6)
Creative Power.

• Saran

• Dengan mempelajari psikologi individual ini diharapkan bahwa seorang individu bisa
menemukan konsep dari dalam dirinya. Dengan mengandalkan kekuatan dalam dirinya
sehingga didapatkan pribadi yang mandiri dan bertanggungjawab.

DAFTAR PUSTAKA

• David Matsumoto, 2009, The Cambridge Dictionary of Psychology, Cambridge University


Press.

• Freidman, Howard S & Schustack, Mariam W, Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern
(Jakarta: Erlangga, 2006).

• Jess Feist& Gregory J. Feist, Theories of personality, (Boston: McGraw-Hill, 2006).

• Luh Kadek Pande Ary Susilawati dkk, Bahan Ajar TEORI DASAR PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I,
(Bali: Universitaass Udayana, 2017).

• Puri Dewi,Dkk.Teori Dasar Psikologi Kepribadian 1. Bahan Ajar. Vol:1.

• Teori Dasar Psikologi Kepribadian I, Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana 2017.

• Psikologi Individual Alfred Adler,


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196010151987101ZULKIFLI_S
IDIQ/PSIKOLOGI_INDIVIDUAL_ALFRED_ADLER.pdf

• Robi Maulana, Biografi Alfred Adler, https://psikologihore.com/biografi-alfred-adler/ ,


diakses pada 23 November 2021.

• Wikipedia, lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Alfred_Adler diakses pada 24 November


2021.

Anda mungkin juga menyukai