Disusun oleh:
1. Andi Khalishah Rizqita Andammari (15000122140320)
2. Aulya Ornella Putri (15000122140319)
3. Istiqomah Dwi Ramadhani (15000122140314)
4. Khansa Anindyaputri Tjarliman (15000122130123)
5. Yasmine Kayla Qisthi (15000122140311)
Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga kami diberi waktu dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul “Neo-Psikoanalisis” dapat selesaikan tepat waktu.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Bapak Muhammad
Zulfa Alfaruqy, S.Psi., M.A. pada bidang studi psikologi. Selain itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang Neo-Psikoanalisis.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini
jauh dari kata sempurna dan adanya banyak kekurangan yang kami yakini ada di luar batas
kemampuan kami pada makalah ini. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan partisipasi
pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan peningkatan kualitas tulisan
karya kami ke depannya. Kami juga berharap semoga karya ilmiah ini mampu memberikan
manfaat kepada para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
Urutan Kelahiran
Adler menjadi tertarik kepada hubungan kepribadian dan urutan kelahiran ketika
mempelajari masa kecil pasiennya. Adler mendapatkan bahwa anak pertama, tengah, dan
terakhir masing-masing memiliki pengalaman sosialnya sendiri yang menimbulkan
perbedaan sikap perilaku. Anak paling tua mendapatkan banyak perhatian sampai
dilahirkannya anak kedua. Anak pertama akhirnya menjadi tidak stabil dan bermusuhan.
Anak kedua yang ambisius dan terus berusaha untuk mengalahkan anak pertama. Seperti
Adler yang menjadi anak kedua dan bersaing dengan kakak laki-lakinya.
Reaksi Terhadap Pandangan Adler
Teori Adler dapat diterima oleh masyarakat yang tidak puas dengan pandangan Freud
mengenai kepribadian manusia yang diatur oleh kekuatan seksual dan pengalaman masa
kanak-kanak. Banyak psikolog juga mengklaim bahwa teori Adler dangkal dan
mengandalkan pengamatan akal sehat dari kehidupan sehari-hari. Kritik psikolog
eksperimental terhadap karya Freud dan Jung juga berlaku untuk Adler, pengamatannya
kepada pasien tidak dapat diulang atau diversifikasi, tidak dapat diperoleh dengan cara
sistematis. Ia tidak berusaha untuk memverifikasi keakuratan laporan pasiennya dan tidak
menjelaskan prosedur yang ia gunakan untuk menganalisis datanya dan menarik
kesimpulan.
Dukungan Penelitian
Konsep urutan kelahiran menjadi subjek penelitian yang cukup besar (Eckstein &
Kaufman, 2012). Studi telah menunjukkan bahwa anak sulung memiliki tingkat
kecerdasan yang tinggi untuk berprestasi, dan mereka cenderung mengalami kecemasan
ketika anak kedua lahir dan menjadi bagian dari anggota keluarganya. Sebuah penelitian
di Inggris mendapati bahwa anak sulung jauh lebih kecil presentasenya untuk mengalami
PTSD (gangguan stress pasca-trauma). Anak yang lahir setelahnya ditemukan lebih
rentan terhadap stress dan gangguan penyesuaian Green & Griffth, 2014). Penelitian ini
secara umum mampu mendukung teori Adler.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Para Neo-Freudians adalah psikolog-psikolog yang pemikirannya mengikuti Freud. Beberapa
analisis Neo-Freudian terkemuka adalah Alfred Adler, Carl Jung, Erik Erikson, Erich Fromm,
dan Karen Horney. Kelompok analisis Neo-Freudian menganut perubahan dari teori Freud
yaitu perluasan konsep ego. Psikologi ego menjelaskan bahwa ego lebih mandiri ketimbang
id. Selain itu, mereka lebih menekankan pada dampak dari dorongan sosial dan psikologis
ketimbang dorongan psikoseksual kepada perkembangan kepribadian. Oleh karena itu,
menurut Neo-Freudians interaksi sosial dalam masa kanak diasumsikan lebih penting
daripada interaksi seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Schultz, D.P & Schultz, S.E. (2016). A history of modern psychology. Cengage Learning.