Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kendaraan merupakan sarana terpenting dalam
sistem transportasi dan sangat dibutuhkan. Ide pengembangan sarana transportasi
yang kian berkembang, menunjukkan suatu bukti nyata dengan adanya
perubahan-perubahan yang terjadi pada sarana transportasi tersebut. Kendaraan
yang dahulunya bersifat klasik dimana mengandalkan tenaga hewan, kini telah
berubah menjadi modern yang lebih mengandalkan mekanik atau mesin.
Mobil sebagai salah satu sarana transportasi, kerap dipakai oleh segenap
masyarakat. Dapat dikatakan bahwa mobil memiliki kelebian tersendiri
dibandingkan dengan kendaraan bermotor lainya. Diantaranya adalah dapat
mengangkut beban yang besar, dapat dipakai untuk menempuh perjalanan yang
jauh, memiliki konstruksi yang lebih kokoh dan stabil serta kelebihan-kelebihan
lainnya.
Namun kadangkala kita selalu diperhadapkan pada masalah-masalah teknis
permesinannya. Hal ini membuktikan bahwa mesin tersebut yang terdiri dari
bermacam-macam elemen mesin memegang peranan yang sangat penting. Salah
satu elemen mesin yang akan dibahas lebih jauh pada tugas perencanaan ini
adalah kopling, dalam hali ini Kopling Pada Mobil Avanza.

1.2 Tujuan
Karena suatu perencanaa elemen mesin haruslah benar-benar akurat atau
teliti, maka khusus dalam perencanaan kopling ini terdapat beberapa tujuan yang
hendak dicapai agar memiliki efisiensi yang tinggi, antara lain :
a. Mendapatkan kekuatan kopling yang baik dengan dasar bahwa faktor
keamanan yang dimilikinya adalah optimal yang ditunjang dengan
pemilihan bahan yang sesuai.
b. Memiliki efisiensi kerja yang tinggi.
c. Mendapatkan kopling yang kuat tetapi ekonomis.
d. Dapat memperkirakan umur kopling yang direncanakan.
2

1.3 Batasan Masalah


Dalam perencanaan kopling ini tidak semua bagian-bagian dari sebuah
kopling kami jabarkan. Hanya sebahagian saja dimana dalam hal ini yang kami
bahas adalah :
1. Diameter poros.
2. Diameter sepline.
3. Diameter plat gesek.
4. Diameter plat tengah.
5. Efisiensi kopling.
6. Lamanya pemakaian.
7. Gambar Kopling.
3

BAB II
TEORI DASAR

2.1 Pengertian Kopling


Kopling merupakan suatu bagian dari mesin yang berfungsi sebagai
sambungan poros dengan elemen mesin yang dengan terus menerus atau kadang-
kadang harus ikut berputar dengan poros tersebut. Elemen mesin serupa itu ialah
umpamanya puli sabuk, puli tali dan puli rantai, roda gigi serta tromol.

Sehubungan dengan tujuannya, terdapat bermacam-macam prinsip kopling.


Prinsip-prinsip tersebut antara lain :
a) Kalau harus dibuat suatu sambungan mati, dipergunakan kopling lekat,
b) Kalau kopling harus membolehkan gerakan poros yang satu terhadap
poros yang lain dalam arah memanjang sebagai akibat perubahan yang
diakibatkan oleh perubahan temperatur, dalam arah radial sebagai akibat
ketidak telitian ketika memasang maka dipasang kopling yang dapat
bergerak atau fleksibel.
c) Suatu sambungan yang mengurangi tumbukan lewat akumulasi kerja dan
lewat pengubahan kerja menjadi kalor danyang banyak atau sedikit
meredam getaran, dinamakan kopling elastik.
d) Apabila sambungan dapat dibuat bekerja hanya kalau sedang berhenti,
tetapi dapat dilepaskan selama sedang bergerak, maka kita sedang
berhadapan dengan kopling yang dapat dilepaskan. Misalnya pada kopling
cakar.
e) Apabila sambungan sembarang waktu selama sedang bergerak harus dapat
dihubungkan dan dilepaskan, maka yang dipergunakan ialah kopling yang
dapat dihubungkan, kopling gesek, kopling hidrolik atau kopling induksi
elektromagnetik.
f) Untuk pekerjaan berat atau pekerjaa yang peka, dipergunakan kopling
aman untuk menghindari tumbukan dalam bagian yang peka dalam
perkakas yang digerakkan atau beban terlampau besar dalam mesin
4

penggerak, motor dan sebagainya. Untuk yang belakangan ini juga


diterapkan kopling starter.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencana kopling adalah


sebagai berikut :
a) Kopling harus ringan, sederhana dan semurah mungkin dan mempunyai
garis tengah yang sekecil mungkin.
b) Garis-sumbu poros yang hendak di sambung harus berderet dengan tepat
terutama apabila kopling tidak fleksibel atau tidak elastik.
c) Titik berat kopling sebanyak mungkin harus terletak pada gasris sumbu
poros, tambahan pula kopling harus disetimbangkan dinamik, kalau tidak,
kopling akan berayun. (Apabila titik barat terletak dalam garis sumbu,
maka kopling telah disetimbangkan).
d) Kopling harus dapat di pasang dan dilepaskan dengan mudah.
e) Menonjol harus di cegah atau ditutupi demikian rupa sehingga tidak
menimbulkan bahaya.

2.2 Klasifikasi Kopling


Secara umum kopling dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu :
2.2.1 Kopling Tetap
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya poros pengerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa
terjadi slip), dimana sumbu poros tersebut terletak pada suatu garis lurus.
Yang termasuk kopling tetap adalah :

a) Kopling Kaku
Kopling ini dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan
sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada mesin dan poros transmisi
umumnya di pabrik-pabrik. Kopling ini terbagi atas:
5

Kopling box atau kotak digunakan apabila dua buah poros dan
transmisi harus dihubungkan dengan sebuah garis. Kopling ini dipakai
pada poros transmisi.
Kopling flens kaku terdiri dari naf dengan flens yang terbuat dari besi
cor atau baja cor dan dipasang pada ujung poros yang diberi pasak
serta diikat dengan flensnya. Dalam beberapa hal, naf pada poros
dengan sumbunya dipress atau dibaut.
Kopling flens tempa.

b) Kopling luwes, kopling ini terbagi atas:


Kopling fans lurus.
Kopling karet ban.
Kopling karet bintang.
Kopling rantai.
Kopling gigi.

c) Kopling universal, kopling ini terbagi atas:


Kopling universal hook
Kopling universal

2.2.2 Kopling Tidak Tetap


Kopling tidak tetap Yaitu suatu elemen mesin yang menghubungkan poros
yang digerakkan dengan poros penggerak dengan putaran yang sama dalam
meneruskan daya serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik
dalam keadaan diam maupun berputar. Jenis kopling tidak tetap ini adalah :

a) Kopling cakar :
Kopling ini berfungsi untuk meneruskan momen dengan kontak positif
(tidak dengan perantaraan gesekan) sehingga tidak terjadi slip. Ada dua
bentuk kopling cakar yaitu:
6

Kopling cakar persegi


Kopling cakar spiral

b) Kopling Plat. Kopling ini disusun berdasarkan :


Berdasarkan banyaknya plat yaitu kopling plat tunggal dan kopling
plat banyak.
Berdasarkan ada tidaknya pelumas yang digunakan yaitu basah dan
kering.
Berdasarkan pelayanannya yaitu kopling manual, hidrolik, numatik
dan elektromagnetik.

c) Kopling kerucut.
d) Kopling friwill.
e) Kopling gesek ( dutch ).

2.3 Rumus-Rumus yang digunakan dalam Percobaan


1. Momen Puntir (Mp)
Mp = 71620 N/n (Kg/mm2) 1
Dimana : N = Daya maksimum mesin (Hp)
n = Putaran mesin (rpm)
2. Momen puntir yang direncanakan
Mtd = Mp x v .. 2
3. Momen Gesek (Mfr)
Mfr = B x Mtd . 3
4. Tegangan tarik yang diizinkan
td
bol .. 4
s
5. Tegangan geser yang diizinkan
bol
bol 5
s
7

6. Diameter Poros
Dp = [ 5 . Mfr/bolII]1/3... 6
7. Diameter Spline
Ds = dp/0.8. 7
8. Tinggi spline
H = 0.1 x ds 8
9. Lebar spline
W = 0.25 x ds 9
10. Jari-jari rata-rata
Dp Ds
rm 10
4
11. Tegangan geser yang terjadi pada poros
P
s .. 11
A
12. Tegangan geser yang terjadi pada spline
Mg
g ... 12
m.F .z
13. Perbandingan lebar permukaan gesek terhadap jari-jari rata-rata
b = r0 r1 13
rm = 0.5(r0 + r1)
14. Perbandingan jari-jari dalam dengan jari-jari luar
r1/r0 = ( 0.6 0.8 ) 14
15. Momen Gesek
Mfr = f . P . Fm . rm. 15
16. Jari-jari dalam plat gesek
r1g = 0.6 r0g 16
17. Diameter luar plat gesek
D0g = 2 . r0 17
18. Diameter dalam plat gesek
D1g = 2 . r1g. 18
8

19. Berat plat gesek


Gl = 2 . (D0g2 D1g2) t . asbes / 4...... 19
20. Perhitungan berat plat tengah
G2 = . (D0t D1t) . t . plat. 20
21. Perhitungan naf
G3 = .(D0n-D1n) . t . baja.. 21
22. Perhitungan berat rumah kopling
G4 = . ((D0g + 2 . A . K)2 D1n2) . t. plat 22
23. Perhitungan berat poros
G5 = . dp2 . t . plat.. 23
24. Defleksi akibat beban poros
5.q. 4
.. 24
.348
25. Defleksi akibat berat kopling
3
. 25
.348
26. Putaran Kritis
1
Ncr = 300 26
tot
27. Akibat beban terpusat
ML1 = Pl/4 27
28. Akibat beban terbagi merata
Ml2 = gl2/8 28
29. Momen lentur yang terjadi
Mltot = Pl/4 + gl2/8..... 29
30. Diameter Kritis
Mrc = (ml)2 + A (mp)2. 30
31. Diameter kritis yang terjadi pada poros
red
Dcr . 31
0,1. bolii
9

32. Energi yang dihilangkan karena gesekan


Wg = Mtd . W . t/2... 32
33. Kenaikan Suhu
Q = Wg = G . Cp . Dt. 33
34. Umur Kopling
a.k .m
34
fr
35. Efesiensi Kopling
m fr
.. 35
m
10

BAB III
PERENCANAAN

Data perencanaan dari Mobil Avanza dengan type standart deck :


1. Daya maksimum : 83 Ps
2. Putaran maksimum : 4200 rpm

3.1 Desain Poros


3.1.1 Perhitungan Diameter Poros
1. Momen Puntir yang terjadi:
N
Mp 71620
n
83
Mp 71620 1415,34kg.cm
4200
2. Momen Puntir Yang Direncanakan
Mtd = Mp. V ; V = Faktor Keamanan
=16
= dipilih 4, untuk mengantisipasi adanya
pembebanan yang tiba-tiba.
Semakin tinggi faktor keamanan maka momen puntir yang direncanakan
semakin baik terhadap perencanaan poros.
Mtd = (1415.34) (4)
= 5661.36 kg.cm.

3. Momen Gesek
Mfr = . Mtd ; = Faktor konstanta
= 1,2 1,5
= dipilih 1,2 untuk memperoleh gesekan yang
kecil, sehingga poros yang direncanakan tidak
mudah aus.
11

Semakin besar konstanta maka momen gesek yang terjadi semakin


rendahmenyebabkan gesekan yang terjadi juga semakin besar.
Mfr = (1,2) (5661.36)
= 6793,63 kg.cm

4. Diameter Poros
Karena poros merupakan bagian dari suatu mesin yang sangat vital, maka
material poros yang digunakan haruslah benar-benar kuat. Untuk menjaga
agar dalam operasinya lebih aman maka dipilih baja St 60 sebagai bahan
poros dalam perencanaan ini.
Poros dianggap berada pada kondisi beban dinamis II dengan faktor
keamanan S = 5 8 maka tegangan-tegangan yang terjadi adalah sebagai
berikut : (dipilih S = 6)
a) Tegangan tarik yang diizinkan :
6000
boll II 1000 kg cm 2
6
b) Tegangan geser yang diizinkan :
bollII
bollII
1,73
1000
boll
II 578,03 kg cm 2
1,73
c) Diameter Poros

5.Mfr
Dp 3
bol

5.6793,63
= 3
578,03
= 3,88 cm
= 4 cm

5. Pemeriksaan tegangan geser pada poros


12

P P
s
A dp 2
4

Mp 1415,34
P 141,34kg
l 10
141,34
s 2
11,25 kg cm 2
4
x 4
Material poros cukup aman karena tegangan geser yang terjadi lebih
kecil dari tegangan geser yang diizinkan yaitu :
s <
11,25 < 578,03 kg/cm2

3.1.2 Perhitungan Splines


Splines berfungsi untuk menghubungkan poros dengan cakra sehingga
momen puntir cakra dapat dipindahkan melalui alur splines yang mengakibatkan
poros berputar bersama-sama dengan cakra.
1. Pemilihan bahan splines
Dari perencanaan ini material poros yang digunakan adalah baja St 70
maka bahan sepline yang digunakan juga adalah baja St 70 yang bekerja pada
kondisi pembebanan dinamis II dengan faktor keamanan yang diambil adalah
8. Selanjutnya dari bahan tersebut kita dapat menentukan tegangan tegangan
yang diizinkan, yaitu :
Tegangan tarik yang diizinkan adalah :
7000
bol II = = 1166,6 kg/cm2
6
Tegangan geser yang diizinkan adalah :
bol 1166,6
bolII =
II

1,7 1,7
bol II = 686,27 kg/cm2

2. Pemilihan jumlah splines


13

Dengan menentukan jumlah splines, kita dapat menentukan dimensi


splines yang lain. Dalam perencanaan ini kita merencana sebanyak 10 buah
splines.

3. Perhitungan diameter splines (Ds)


dp
Ds
0,8
4
=
0,8
= 5 cm

4. Jari-jari rata-rata splines (rms)


rms = (Ds + dp)
= (5 + 4)
= 2,25 cm

5. Tingi splines
h = 0,1 Ds
= 0,1 (5)
= 0,5 cm

6. Lebar Splines (w=b)


w = 0,25 Ds
= 0,25 (5)
= 1,25 cm

7. Diameter rata-rata splines (Dms)


Dms = 2 rms
= 2 (2,25)
= 4,5 cm
14

8. Koreksi faktor keamanan pada spline


Tegangan geser yang terjadi pada spline
Mfr
g
rm.F .z.
dimana : = 0,75 (untuk distribusi pembebanan merata)
F = 0,8 . dm . l/z
Dimana : l = panjang spline
= 6 cm (direncanakan)
z = 2.rm
= 2 . 2,25
= 4,5 cm
F = 0,8 . 4,5 . 6/10
= 2,16 cm2
6793,63
g
2,25.2,16.10.0,75
= 186,38 kg/cm2

3.2 Desain Kampas Kopling


Dari tabel untuk bahan plat gerek spesifikasinya adalah sebagai berikut
(buku ir.J Stolk hal.210) selnjutnya terdapat pada lampiran.
a) Material plat gesek : asbes
b) Keadaan plat gesek : kering
c) Koefisien gesek (f) : 0,2
d) Tekanan permukaan (P) : 8 kg/cm2
e) Temperatur maksimum : 250C

3.2.1 Perhitungan Plat Gesek


1. Perbandingan lebar permukaan gesek terhadap jari-jari rata-rata adalah :
b rog rig
1 (rog rig
rmg = 2 = (0,2 0,5)
15

Dalam hal ini dipilih 0,5 sebab semakin besar permukaan geges maka
gaya geseknya juga semakin besar sehingga kopling dapat berfungsi
dengan baik.

2. Perbandingan jari-jari dalam dan jari-jari luar adalah :


rig
rog = (0,6 0,8)

Dalam hal ini dipilih 0,6 sebab semakin kecil perbandingan jari-jari dalan
dan jari-jari luar maka geseknya juga semakin kecil sehingga kopling
dapat berfungsi dengan baik.

3. Momen gesek (Mfr)


Mfr = f . P . Fm . rm
Dimana Fm = 2 .rm . b . z
Z = jumlah plat gesek
= 2 ( direncanakan )
= 2 . rm . 0,5rm . 2
= 2 . rm2

Mfr = f. P . 2 . rm3

Mfr
3
f .P.2
rm =
6793,63
3

= 0,2.8.2.3,14

= 8,77 cm

Sehingga dari persamaan (A) didapat lebar permukaan gesek :


b = 0,5.rm
= 0,5.8,77
= 4,38 cm
16

Karena rm = ( rog + rig ) maka :


rm = ( rog + 0,6 rog )
8,77 = (1,6) rog
rog = 10,96 cm
rig = 0,6 rog
= 0,6 . 10,96
= 6,57 cm
Syarat tebal plat gesek ( 0,2 0,5 ) cm sehingga diplih 0,5 cm
Semakin tebal pelat gesek yang direncanakan maka semakin baik karena
semakin lama dipakai.
Diameter luar pelat gesek :
Dog = 2 rog
= 2 (10,96 )
= 21,92 cm
Diameter dalam pelat gesek adalah :
Dig = 2 rig
= 2 ( 6,57)
= 13,14 cm

3.2.2 Perhitungan Plat Tengah Gesek


Plat ini disatukan dengan naf dan juga berfungsi untuk memegang plat
gesek. Dimensi dimensi plat gesek tengah yang direncanakan adalah sebagai
berikut :
1. Dimeter luar plat tengah sama dengan diameter luar palat gesek.
Dot = Dog = 21,92 cm
2. Bahan plat tengah yaitu St-60
t = 6000 kg/cm2
3. Tebal pelat tengah direncanakn 0,4 cm
t = 0,4 cm
4. Diameter dalam plat tengah direncanakan sama dengan diameter luar
naf yaitu sama dengan diameter luar naf
17

Dit = 7 cm

3.2.3 Naf
Naf berfungsi untuk mentransmisi daya poros ke plat gesek dan
penghubung antara poros dan seplain
Dimensi dimensi yang direncanakan :
1. Diameter luar naf
Don = 7 cm
2. Diameter dalam naf sama dengan diameter poros
Din = 6,25 cm
3. Panjang naf direncanakan sama dengan panjang splain yaitu 6 cm
4. Bahan naf direncanakn adalah St-60.

3.2.4 Perhitungan Kopling dan Komponen-komponenya


1. Berat plat gesek

G1
= 2 Do g Di g . t./4
2 2

asbes = Massa jenis asbes = 2,1 gr/cm3

= 2 21,92 2 13,14 2 .0,5 x 2,1/4
= 507,45 gram

2. Berat plat tengah

G2
= 2 Do t Di t . t./4
2 2

baja = 7,8 gr/cm3
G2
= 2 21,92 2 7 2 0,4 x 7,8/4
= 2113,59 gr

3. Berat naf

G3 = 1
4
Do Di
n
2
n
2
. t.
baja = 7,8 gr/cm3
18

= 1
4 7 2 5 2 0,6 x 7,8
= 176,34 gr
4. Berat rumah kopling

G4
= 14 Dog 2. ak 2 - Din 2 . t.
baja = 7,8 gr/cm3
t = ak = tebal rumah kopling = 0,5 cm direncanakan
= 1
4
21,92 2. 0,52 - 5 2 0,5 x 7,8
= 1531,74 gram

5. Berat Poros
G5 = .dp2 . L.
= .3,14 .42 .10 .7,8
= 976,68 gram

6. Berat total kopling tanpa berat poros


Gtot = G1 + G2 + G3 + G4
= 507,45 + 2113,59 + 176,34 + 1531,74
= 4329,12 gram

3.2.5 Pemeriksaan Putaran Kritis


1. Defleksi pada poros
Defleksi yang terjadi pada poros kita dapat menganggapnya sebagai
akibat dari dua macam pembebanan, yaitu pembebanan akibat berat poros
itu sendiri (beban terbagi merata) dan pembebanan terpusat yang diakibatkan
oleh berat kopling.
a. Beban akibat berat poros (beban terbagi merata)

ql ql
19

Mx
qx

ql x/2
x/2

Mx =0
= - ql.x + qx2
Karena

d2y
Mx = EI
dx 2

d2y
Maka EI = - qlx + qx2
2
dx
dy
EI = - qlx2 + 1/6 qx3 + c1
dx
EI y = 1/12 qlx3 + 1/24 qx4 + c1x + c2
Syarat Batas :

Pada x = 0 ; y = 0 ; C2 = 0
dy
x = l ; =0
dx
- ql (1/2 l)2 + 1/6 q(1/2 l)3 + c1 = 0
-1/8 ql3 + 1/12 ql3 + c1 = 0
c1 = 1/24 ql3
20

Sehingga persamaannya menjadi :

1 ql 3 qx 4 ql 3 x
y =
EI 12 24 24

Lendutan maximum terjadi pada pertengahan poros atau x = l


Maka :

ql 1 2 l q 2 gl 2
1 1 3 1 1 4 1 3 1
y =
EI 12 24 24

1 ql 4 qx 4 ql 4
y =
EI 96 384 48

1 5.ql 4
y =
EI 384

Dimana :
E = Modulus elastisitas untuk beban poros St 70
= 21500 kg/mm2 = 2,15.106 kg/cm2
I = Momen Inersia poros
~ 1/64..dp4
~ 1/64.3,14.44 = 11,739 cm4
q = Beban terbagi merata
Gp
~ /l = 0,979/10 = 0,0979 kg/cm
Sehingga lendutan akibat berat poros adalah :

1 5.0,0979.10 4
y =
2,15 .10 6..7,36 384
y = 8,015.10-7 cm = 0,8075. 10-6

b. Beban akibat berat kopling (beban terpusat)

Gtot = P
x
Mx b
a
b

Pb/l Pb/l
21

Mx =0
Pb
= .x
l
Karena :

d2y
Mx = EI
dx 2
Maka :

d2y Pb
EI = .x
dx 2 l

dy Pbx 2
EI = c1
dx 2.l

Pbx 2
EI y = c1 x c 2
2.l
Syarat batas :
x = 0 ; y = 0 ; C2 = 0
dy
x = 1/2l dan = 0 , maka :
dx

dy Pbx 2
EI = c1
dx 2.l

Pbx 2
C1 =
2.l

C1 = Pbl/8
Sehingga :

1 Pb.x 3 Pb.l.x
y = .
EI 6.l 8

dimana lendutan maximum terjadi pada x = l/2 dan b = l/2


22

3
P. l 2 . l 2 .l
1 P. l 2 . l 2
y = .
EI 6.l 8

1 P.l 3
y = .
EI 48

Dimana :
E = Modulus elastisitas kopling dipakai standar baja St 70
= 21500 kg/mm2 = 2,15.106 kg/cm2
I = Momen inersia poros
3,14.4 4
= 1/64 .dp4 = 7,36
64
P = Berat total kopling 1,672 kg
Sehingga lendutan akibat beban terpusat dari berat kopling adalah :

1 P.l 3
y = .
EI 48

1 1,672.10 3
y = .
6
2,15.10 .7,36 48

y = 2,2013.10-6 cm
Maka Ytotal adalah :
= y1 +y2 cm
= 0,8075.10-6 +2,2013.10-6 cm
= 3.10-6

Putaran Kritis

1
ncr = 300
ytot

1
ncr = 300
3.10 6
ncr = 173205 rpm
23

Putaran poros (n) dianggap cukup aman jika fluktuasinya berada


diantara (0,8n 1,2n), dimana putaran poros n = 4800 rpm. Sehingga interval
putaran maksimum adalah (1,2) (4800rpm) = 5760 rpm.
Karena putaran optimum (nopt) lebih kecil dari putaran kritis (ncr)
maka dapat dikatakan bahwa kondisi putaran poros berjalan dengan stabil
terhadap akan adanya pembebanan.
nopt < ncr
5780 < 173205 rpm

3.2.6 Pemeriksaan Kekuatan Poros Mome Lentur


1. Akibat beban terpusat (P = Gtot)

P
L/2

A B

l
P/2 P/2

Momen lentur terjadi maximum pada L = l/2

.l
A Ml1

P/2

Ml1 = 0
P l Pl
= .
2 2 4

2. Akibat beban terbagi merata (berat poros)

L = 1/2

A B
1/
4

ql/2 ql/2
24

X= l/2

Ml2

qx
Ml2 = 0 ql/2
= -qx.(l/4) + q.(l/2).(l/2)
= - (ql2/8) + ql2/4)
= ql2/8.
3. Momen lentur yang terjadi
Ml = Ml1 + Ml2
= Pl/4 + ql2/8
dimana : P = Berat kopling = 1,672 kg
l = Panjang poros = 10 cm
q = Berat beban terbagi merata
= qp/l = 0,97/10 = 0,0974 kg/cm.
Ml = (0,0979.102/8) + (1,672.10/4)
= 5,3975 kg.cm

3.2.7 Diameter Kritis


Pemeriksaan diameter kritis menggunakan momen reduksi

Mred = Ml 2 (Mp) 2

dimana : = faktor koreksi


= bol III/bol II
Berdasarkan tabel XX.4 pada buku referensi Bagian-bagian mesin dan
merencana, hal 186, karangan Umar Sukrisno, untuk baja St 60-70 :
25

bol III = 600 800 kg/cm2 ; dipilih boll III = 600.


= 600/875 = 0,685
Semakin kecil tegangan tarik yang digunakan maka momen reduksinya
juga senakin kecil sehingga diameter kritis yang terjadi juga kecil
Sehingga :

Mred = 5,39752 (0,685).1193.672


= 817,682 kg.cm
Diameter kritis

Mrd
=
0,1.bol II

817,682
=
0,1 x 600
=3,69 cm
Karena diameter kritis adalah 3,69 cm dan diameter poros adalah 4 maka
dalam perencanaan ini dianggap aman sebab diameter kritis lebih kecil
dari diameter poros.
dcr dp
3,69 4 cm

3.3 Karakteristik Kopling


3.3.1 Suhu Kampas Kopling
Suhu kampas kopling sama dengn suhu kopling dan akan meningkat akibat
gesekan/slip saat penyambungan. Kenaikan suhu ini tidak melebihi batas tertentu
agar plat gesek lebih awal. Untuk asbes suhu kerja yang direncanakan adalah
250o. Untuk menghitung kenaikan suhu kopling direncanakan (diambil asumsi) :
waktu penyambungan : 1 detik
panas ditimbulkan oleh plat tengah
1. Energi yang hilang karena gesekan
Mt.t..
Wfr =
2
26

Mt = Momen puntir rencana


= Mtd . 9,81
= 56.61 . 9,81
= 555,34 Nm
t = Waktu penyambungan (0,2 1) detik
= dipilih 1 detik.
Semakin cepat waktu penyambungan maka energi yang hilang juga
semakin kecil agar energi yang dihasilkan tidak terbuang percuma.
= Kecepatan sudut
2. .n 2. .4200
= =
60 60
= 439,6 rad/sekon
Sehingga:
555,34.1.439,6
Wfr =
2
= 12,2064.104 Joule.
2. Kenaikan temperatur
Q = Wfr
Q = 2,488.105 Joule
Q = Go . Cp . t
Q
t =
Go.Cp

dimana : Go = Berat plat tengah


=0,764 kg/m3
Cp = Panas spesifik udara pada 27C
= 1,0053 kJ/kgC = 1005,3 J/kgC
Maka :
12,2063.104
t =
0,764.1003,5
= 159 oC
Karena temperatur kopling dipengaruhi oleh temperatur luar maka :
27

t kop = t udara + t
= (27 + 159)C
= 186 C
Karena temperatur kopling lebih kecil dari temperatur yang direncanakan
maka kondisi kopling berada dalam keadaan aman.
Tkop < tdirencaanakan
186 < 250C

3.3.2 Umur Kopling


Umur kopling plat gesek kering adalah lebih rendah dari pada plat gesek
basah. Umur kopling gesek basah kurang lebih sepuluh kali umur kopling gesek
kering. Karena laju keausan plat gesek sangat tergantung pada macam bahan
geseknya, tekanan kontak, kecepatan keliling, temperatur dan lain-lain, maka agak
sukar menentukan umur secara lebih teliti.
Lama gesekan
a.k . Am
Ld =
Nfr

dimana : a = Tebal plat gesek = 0,5 cm


= Luas permukaan gesek
= (Dog2 Dig2). 2
= (3,14)(21,922 13,142). 2
= 60,51 cm2
k = Kerja spesifik untuk bahan asbes, dimana daya
yang merusak asbes (5 - 8) dk/cm3 dipilih 8
= 5968 waat jam/cm2
Nfr = Daya yang hilang karena gesekan
Mtd . .t.z
=
2.3600
1 60
Nfr = 555,34 . 439,6. .
2 3600
= 2034,39 Watt
28

Maka :
Lama gesekan adalah :
0,5.60,51.5968
Ld =
2034,39
= 188,75 jam
Dalam penentuan umur kopling, direncanakan penyambungan oleh
kopling 60 kali tiap jamnya dimana waktu kopling menyambung 1 detik dan
melepas 1 detik. Sehingga waktu yang diperlukan tiap jam adalah ~ 60(1 + 1)
detik/jam 120 detik/jam
Jika diperkirakan kendaraan dipakai selama 10 jam setiap hari, maka :
N = 10 jam/hari x 120 detik/jam
N = 1200 detik/hari
= 0,3 jam/hari
Sehingga umur kopling didapat adalah :
Lt = 188,75 / 0,3
=1,7 tahun
Jadi kopling dapat dipakai selama 1,7 tahun

3.3.3 Efisiensi Kopling


Efisiensi kopling merupakan besarnya kemampuan kopling bekerja secara
efektif untuk memindahkan daya maksimum ke bagian transmisi lain.
Nm - Ng
= . 100%
Nm
Nm = Daya rata-rata kopling tiap jam
= 83 . 736
= 61088 waat
Sehingga efesiensi kopling didapat
61088 2034,39
= x100%
61088
= 96,6 %
29

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dalam perencanaan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1. Suatu perncanaan dapat dikatakan aman apabila harga yang didapat lebih
kecil daripada harga yang diizinkan.
2. Dalam perencanaan ini ukuran-ukuran poros sagat penting karena turut
mempengaruhi perhitungan kopling yang direncanakan.
3. Dalam desain poros dan kopling, bahan poros harus lebih kuat daripada
bahan untuk kopling.

4.2. Saran
1. Untuk perencanaan ini sebaiknya diperhatikan bahan yang digunakan
untuk desain poros dan komponen-komponen kopling.
2. Suatu perncanaan sebaiknya diperhatikan bahwa harga yang didapat dari
hasil perhitungan harus lebih kecil daripada harga yang diizinkan.
30

LAMPIRAN
31

DAFTAR PUSTAKA

Dobrovolsky, Machine Element


Perry, Robert, H, Engineering Manual, Mc. Graw Hill Book Company
Rune, Ir, Zaenab A, Materi Kuliah Elemen Mesin
Ressang, Prof.Dr.Ir.H. Arifuddin, Materi kuliah Mekanika Kekuatan Material I
Stolk. Ir, 1993, Elemen Mesin; Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin,
Erlangga; Jakarta.
Sularso, 1987, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, PT. Pradnya
Paramita; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Transmisi
    Makalah Transmisi
    Dokumen33 halaman
    Makalah Transmisi
    Taufikriska
    84% (19)
  • Laporan Magang Pengoperasian Boiler
    Laporan Magang Pengoperasian Boiler
    Dokumen175 halaman
    Laporan Magang Pengoperasian Boiler
    ahmad nurikhsan maulana
    100% (3)
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen3 halaman
    Lembar Pengesahan
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Bang Rizky
    Bang Rizky
    Dokumen1 halaman
    Bang Rizky
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen3 halaman
    Bab V
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Boiler
    Boiler
    Dokumen19 halaman
    Boiler
    dzat_sudrazat
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen3 halaman
    Bab V
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Boiler
    Boiler
    Dokumen6 halaman
    Boiler
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Makalah Ketel Uap
    Makalah Ketel Uap
    Dokumen20 halaman
    Makalah Ketel Uap
    Hafid Alwan
    100% (1)
  • Boiler
    Boiler
    Dokumen6 halaman
    Boiler
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Chapter II
    Chapter II
    Dokumen43 halaman
    Chapter II
    Yogga Adhitya
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • PKL STRUKTUR BALOK
    PKL STRUKTUR BALOK
    Dokumen2 halaman
    PKL STRUKTUR BALOK
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Junal Harian
    Junal Harian
    Dokumen2 halaman
    Junal Harian
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Boiler
    Boiler
    Dokumen1 halaman
    Boiler
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Bang Rizky
    Bang Rizky
    Dokumen1 halaman
    Bang Rizky
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • ANALISA PEMBAKARAN BOILER CANGKANG DAN FIBER
    ANALISA PEMBAKARAN BOILER CANGKANG DAN FIBER
    Dokumen49 halaman
    ANALISA PEMBAKARAN BOILER CANGKANG DAN FIBER
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Boiler
    Boiler
    Dokumen19 halaman
    Boiler
    dzat_sudrazat
    Belum ada peringkat
  • Bahan Bakar Dan Pembakaran - 19018
    Bahan Bakar Dan Pembakaran - 19018
    Dokumen3 halaman
    Bahan Bakar Dan Pembakaran - 19018
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Cover Elmes Kyky
    Cover Elmes Kyky
    Dokumen1 halaman
    Cover Elmes Kyky
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Surat Permohonan PKL - Helmi
    Surat Permohonan PKL - Helmi
    Dokumen2 halaman
    Surat Permohonan PKL - Helmi
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Junal Harian
    Junal Harian
    Dokumen2 halaman
    Junal Harian
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Tugas SBK
    Tugas SBK
    Dokumen9 halaman
    Tugas SBK
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Rizky
    Rizky
    Dokumen22 halaman
    Rizky
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Rizky
    Rizky
    Dokumen22 halaman
    Rizky
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • HEAT TREATMENT
    HEAT TREATMENT
    Dokumen19 halaman
    HEAT TREATMENT
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat
  • Absen Hadir Kelas III
    Absen Hadir Kelas III
    Dokumen6 halaman
    Absen Hadir Kelas III
    Rizky Andriawan
    Belum ada peringkat