BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kendaraan merupakan sarana terpenting dalam
sistem transportasi dan sangat dibutuhkan. Ide pengembangan sarana transportasi
yang kian berkembang, menunjukkan suatu bukti nyata dengan adanya
perubahan-perubahan yang terjadi pada sarana transportasi tersebut. Kendaraan
yang dahulunya bersifat klasik dimana mengandalkan tenaga hewan, kini telah
berubah menjadi modern yang lebih mengandalkan mekanik atau mesin.
Mobil sebagai salah satu sarana transportasi, kerap dipakai oleh segenap
masyarakat. Dapat dikatakan bahwa mobil memiliki kelebian tersendiri
dibandingkan dengan kendaraan bermotor lainya. Diantaranya adalah dapat
mengangkut beban yang besar, dapat dipakai untuk menempuh perjalanan yang
jauh, memiliki konstruksi yang lebih kokoh dan stabil serta kelebihan-kelebihan
lainnya.
Namun kadangkala kita selalu diperhadapkan pada masalah-masalah teknis
permesinannya. Hal ini membuktikan bahwa mesin tersebut yang terdiri dari
bermacam-macam elemen mesin memegang peranan yang sangat penting. Salah
satu elemen mesin yang akan dibahas lebih jauh pada tugas perencanaan ini
adalah kopling, dalam hali ini Kopling Pada Mobil Avanza.
1.2 Tujuan
Karena suatu perencanaa elemen mesin haruslah benar-benar akurat atau
teliti, maka khusus dalam perencanaan kopling ini terdapat beberapa tujuan yang
hendak dicapai agar memiliki efisiensi yang tinggi, antara lain :
a. Mendapatkan kekuatan kopling yang baik dengan dasar bahwa faktor
keamanan yang dimilikinya adalah optimal yang ditunjang dengan
pemilihan bahan yang sesuai.
b. Memiliki efisiensi kerja yang tinggi.
c. Mendapatkan kopling yang kuat tetapi ekonomis.
d. Dapat memperkirakan umur kopling yang direncanakan.
2
BAB II
TEORI DASAR
a) Kopling Kaku
Kopling ini dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan
sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada mesin dan poros transmisi
umumnya di pabrik-pabrik. Kopling ini terbagi atas:
5
Kopling box atau kotak digunakan apabila dua buah poros dan
transmisi harus dihubungkan dengan sebuah garis. Kopling ini dipakai
pada poros transmisi.
Kopling flens kaku terdiri dari naf dengan flens yang terbuat dari besi
cor atau baja cor dan dipasang pada ujung poros yang diberi pasak
serta diikat dengan flensnya. Dalam beberapa hal, naf pada poros
dengan sumbunya dipress atau dibaut.
Kopling flens tempa.
a) Kopling cakar :
Kopling ini berfungsi untuk meneruskan momen dengan kontak positif
(tidak dengan perantaraan gesekan) sehingga tidak terjadi slip. Ada dua
bentuk kopling cakar yaitu:
6
c) Kopling kerucut.
d) Kopling friwill.
e) Kopling gesek ( dutch ).
6. Diameter Poros
Dp = [ 5 . Mfr/bolII]1/3... 6
7. Diameter Spline
Ds = dp/0.8. 7
8. Tinggi spline
H = 0.1 x ds 8
9. Lebar spline
W = 0.25 x ds 9
10. Jari-jari rata-rata
Dp Ds
rm 10
4
11. Tegangan geser yang terjadi pada poros
P
s .. 11
A
12. Tegangan geser yang terjadi pada spline
Mg
g ... 12
m.F .z
13. Perbandingan lebar permukaan gesek terhadap jari-jari rata-rata
b = r0 r1 13
rm = 0.5(r0 + r1)
14. Perbandingan jari-jari dalam dengan jari-jari luar
r1/r0 = ( 0.6 0.8 ) 14
15. Momen Gesek
Mfr = f . P . Fm . rm. 15
16. Jari-jari dalam plat gesek
r1g = 0.6 r0g 16
17. Diameter luar plat gesek
D0g = 2 . r0 17
18. Diameter dalam plat gesek
D1g = 2 . r1g. 18
8
BAB III
PERENCANAAN
3. Momen Gesek
Mfr = . Mtd ; = Faktor konstanta
= 1,2 1,5
= dipilih 1,2 untuk memperoleh gesekan yang
kecil, sehingga poros yang direncanakan tidak
mudah aus.
11
4. Diameter Poros
Karena poros merupakan bagian dari suatu mesin yang sangat vital, maka
material poros yang digunakan haruslah benar-benar kuat. Untuk menjaga
agar dalam operasinya lebih aman maka dipilih baja St 60 sebagai bahan
poros dalam perencanaan ini.
Poros dianggap berada pada kondisi beban dinamis II dengan faktor
keamanan S = 5 8 maka tegangan-tegangan yang terjadi adalah sebagai
berikut : (dipilih S = 6)
a) Tegangan tarik yang diizinkan :
6000
boll II 1000 kg cm 2
6
b) Tegangan geser yang diizinkan :
bollII
bollII
1,73
1000
boll
II 578,03 kg cm 2
1,73
c) Diameter Poros
5.Mfr
Dp 3
bol
5.6793,63
= 3
578,03
= 3,88 cm
= 4 cm
P P
s
A dp 2
4
Mp 1415,34
P 141,34kg
l 10
141,34
s 2
11,25 kg cm 2
4
x 4
Material poros cukup aman karena tegangan geser yang terjadi lebih
kecil dari tegangan geser yang diizinkan yaitu :
s <
11,25 < 578,03 kg/cm2
1,7 1,7
bol II = 686,27 kg/cm2
5. Tingi splines
h = 0,1 Ds
= 0,1 (5)
= 0,5 cm
Dalam hal ini dipilih 0,5 sebab semakin besar permukaan geges maka
gaya geseknya juga semakin besar sehingga kopling dapat berfungsi
dengan baik.
Dalam hal ini dipilih 0,6 sebab semakin kecil perbandingan jari-jari dalan
dan jari-jari luar maka geseknya juga semakin kecil sehingga kopling
dapat berfungsi dengan baik.
Mfr = f. P . 2 . rm3
Mfr
3
f .P.2
rm =
6793,63
3
= 0,2.8.2.3,14
= 8,77 cm
Dit = 7 cm
3.2.3 Naf
Naf berfungsi untuk mentransmisi daya poros ke plat gesek dan
penghubung antara poros dan seplain
Dimensi dimensi yang direncanakan :
1. Diameter luar naf
Don = 7 cm
2. Diameter dalam naf sama dengan diameter poros
Din = 6,25 cm
3. Panjang naf direncanakan sama dengan panjang splain yaitu 6 cm
4. Bahan naf direncanakn adalah St-60.
G1
= 2 Do g Di g . t./4
2 2
asbes = Massa jenis asbes = 2,1 gr/cm3
= 2 21,92 2 13,14 2 .0,5 x 2,1/4
= 507,45 gram
G2
= 2 Do t Di t . t./4
2 2
baja = 7,8 gr/cm3
G2
= 2 21,92 2 7 2 0,4 x 7,8/4
= 2113,59 gr
3. Berat naf
G3 = 1
4
Do Di
n
2
n
2
. t.
baja = 7,8 gr/cm3
18
= 1
4 7 2 5 2 0,6 x 7,8
= 176,34 gr
4. Berat rumah kopling
G4
= 14 Dog 2. ak 2 - Din 2 . t.
baja = 7,8 gr/cm3
t = ak = tebal rumah kopling = 0,5 cm direncanakan
= 1
4
21,92 2. 0,52 - 5 2 0,5 x 7,8
= 1531,74 gram
5. Berat Poros
G5 = .dp2 . L.
= .3,14 .42 .10 .7,8
= 976,68 gram
ql ql
19
Mx
qx
ql x/2
x/2
Mx =0
= - ql.x + qx2
Karena
d2y
Mx = EI
dx 2
d2y
Maka EI = - qlx + qx2
2
dx
dy
EI = - qlx2 + 1/6 qx3 + c1
dx
EI y = 1/12 qlx3 + 1/24 qx4 + c1x + c2
Syarat Batas :
Pada x = 0 ; y = 0 ; C2 = 0
dy
x = l ; =0
dx
- ql (1/2 l)2 + 1/6 q(1/2 l)3 + c1 = 0
-1/8 ql3 + 1/12 ql3 + c1 = 0
c1 = 1/24 ql3
20
1 ql 3 qx 4 ql 3 x
y =
EI 12 24 24
ql 1 2 l q 2 gl 2
1 1 3 1 1 4 1 3 1
y =
EI 12 24 24
1 ql 4 qx 4 ql 4
y =
EI 96 384 48
1 5.ql 4
y =
EI 384
Dimana :
E = Modulus elastisitas untuk beban poros St 70
= 21500 kg/mm2 = 2,15.106 kg/cm2
I = Momen Inersia poros
~ 1/64..dp4
~ 1/64.3,14.44 = 11,739 cm4
q = Beban terbagi merata
Gp
~ /l = 0,979/10 = 0,0979 kg/cm
Sehingga lendutan akibat berat poros adalah :
1 5.0,0979.10 4
y =
2,15 .10 6..7,36 384
y = 8,015.10-7 cm = 0,8075. 10-6
Gtot = P
x
Mx b
a
b
Pb/l Pb/l
21
Mx =0
Pb
= .x
l
Karena :
d2y
Mx = EI
dx 2
Maka :
d2y Pb
EI = .x
dx 2 l
dy Pbx 2
EI = c1
dx 2.l
Pbx 2
EI y = c1 x c 2
2.l
Syarat batas :
x = 0 ; y = 0 ; C2 = 0
dy
x = 1/2l dan = 0 , maka :
dx
dy Pbx 2
EI = c1
dx 2.l
Pbx 2
C1 =
2.l
C1 = Pbl/8
Sehingga :
1 Pb.x 3 Pb.l.x
y = .
EI 6.l 8
3
P. l 2 . l 2 .l
1 P. l 2 . l 2
y = .
EI 6.l 8
1 P.l 3
y = .
EI 48
Dimana :
E = Modulus elastisitas kopling dipakai standar baja St 70
= 21500 kg/mm2 = 2,15.106 kg/cm2
I = Momen inersia poros
3,14.4 4
= 1/64 .dp4 = 7,36
64
P = Berat total kopling 1,672 kg
Sehingga lendutan akibat beban terpusat dari berat kopling adalah :
1 P.l 3
y = .
EI 48
1 1,672.10 3
y = .
6
2,15.10 .7,36 48
y = 2,2013.10-6 cm
Maka Ytotal adalah :
= y1 +y2 cm
= 0,8075.10-6 +2,2013.10-6 cm
= 3.10-6
Putaran Kritis
1
ncr = 300
ytot
1
ncr = 300
3.10 6
ncr = 173205 rpm
23
P
L/2
A B
l
P/2 P/2
.l
A Ml1
P/2
Ml1 = 0
P l Pl
= .
2 2 4
L = 1/2
A B
1/
4
ql/2 ql/2
24
X= l/2
Ml2
qx
Ml2 = 0 ql/2
= -qx.(l/4) + q.(l/2).(l/2)
= - (ql2/8) + ql2/4)
= ql2/8.
3. Momen lentur yang terjadi
Ml = Ml1 + Ml2
= Pl/4 + ql2/8
dimana : P = Berat kopling = 1,672 kg
l = Panjang poros = 10 cm
q = Berat beban terbagi merata
= qp/l = 0,97/10 = 0,0974 kg/cm.
Ml = (0,0979.102/8) + (1,672.10/4)
= 5,3975 kg.cm
Mred = Ml 2 (Mp) 2
Mrd
=
0,1.bol II
817,682
=
0,1 x 600
=3,69 cm
Karena diameter kritis adalah 3,69 cm dan diameter poros adalah 4 maka
dalam perencanaan ini dianggap aman sebab diameter kritis lebih kecil
dari diameter poros.
dcr dp
3,69 4 cm
t kop = t udara + t
= (27 + 159)C
= 186 C
Karena temperatur kopling lebih kecil dari temperatur yang direncanakan
maka kondisi kopling berada dalam keadaan aman.
Tkop < tdirencaanakan
186 < 250C
Maka :
Lama gesekan adalah :
0,5.60,51.5968
Ld =
2034,39
= 188,75 jam
Dalam penentuan umur kopling, direncanakan penyambungan oleh
kopling 60 kali tiap jamnya dimana waktu kopling menyambung 1 detik dan
melepas 1 detik. Sehingga waktu yang diperlukan tiap jam adalah ~ 60(1 + 1)
detik/jam 120 detik/jam
Jika diperkirakan kendaraan dipakai selama 10 jam setiap hari, maka :
N = 10 jam/hari x 120 detik/jam
N = 1200 detik/hari
= 0,3 jam/hari
Sehingga umur kopling didapat adalah :
Lt = 188,75 / 0,3
=1,7 tahun
Jadi kopling dapat dipakai selama 1,7 tahun
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dalam perencanaan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Suatu perncanaan dapat dikatakan aman apabila harga yang didapat lebih
kecil daripada harga yang diizinkan.
2. Dalam perencanaan ini ukuran-ukuran poros sagat penting karena turut
mempengaruhi perhitungan kopling yang direncanakan.
3. Dalam desain poros dan kopling, bahan poros harus lebih kuat daripada
bahan untuk kopling.
4.2. Saran
1. Untuk perencanaan ini sebaiknya diperhatikan bahan yang digunakan
untuk desain poros dan komponen-komponen kopling.
2. Suatu perncanaan sebaiknya diperhatikan bahwa harga yang didapat dari
hasil perhitungan harus lebih kecil daripada harga yang diizinkan.
30
LAMPIRAN
31
DAFTAR PUSTAKA