Anda di halaman 1dari 3

PEMBAGIAN TEORI BELAJAR DARI SUDUT PANDANG TENTANG PROSES

BELAJAR

(Oleh: Dr. Keysar Panjaitan, M.Pd)

A. Pendahuluan

Teori belajar adalah teori yang prakmatik dan eklektik. Teori dengan sifat demikian
ini hampir dipastikan tidak pernah mempunyai sifat ekstrim. Tidak ada teori belajar yang
secara ekstrim memperhatikan aspek siswa saja, aspek guru saja, aspek kurikulum saja
dan sebagainya.

Titik fokus yang menjadi pusat perhatian suatu teori selalu ada. Ada yang lebih
mementingkan proses belajar, ada yang lebih mementingkan sistem informasi yang diolah
dalam proses belajar, dan lainlain. Namun faktorfaktor lain du luar titik fokus itu juga
selalu diperlukan untuk menjelaskan seluruh persoalan belajar yang dibahas.

B. Pengelompokkan Teori Belajar


Berdasarkan perbedaan sudut pandang tentang proses belajar, maka teori belajar dapat
dibagi menjadi beberapa kelompok. Yang sering ditetapkan untuk menerangkan proses
belajar ialah 1) Teori Belajar Behaviorisme, 2) Teori Belajar Kognitivisme, 3) Teori
Belajar Humanistik, dan 4) Teori belajar Sibernetik.
1. Teori Belajar Behaviorisme

Menurut aliran teori ini, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon

Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan/input yang berupa stimulus
dan keluaran/output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara
stimulus dan respons itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati.
Faktor lain yang juga penting adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan
adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnys respons. Bila penguatan
ditambahkan disebut positive reinforcement, maka respons semakin kuat. Begitu juaga
bila penguatan dikurangi disebut negative reinforcement respons pun akan tetap
dikuatkan.

Pelopor teori belajar behaviorisme adalah Pavlov, Watson, Skinner, Hull, Gutrie
dan Thorndike.

2. Teori Belajar Kognitivisme


Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar
adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak
selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak

1
berjalan terpatahpatah, terpisahpisah, tapi melalui proses yang mengalir,
bersambungsambung, menyeluruh.

Asumsi dasar teori ini adalah, bahwa setiap orang telah mempunya pengalaman
dan pengetahuan di dalam dirinya. Pengalaman dan pengatahuan ini tertata dalam
bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran
yang baru beradaptasi (bersinambung) secara klop dengan struktur kognitif yang
sudah dimiliki oleh siswa.

Dalam perkembangannya ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari teori
kognitivisme, yaitu teori Perkembangan Piaget, Teori Kognitif Bruner, dan teori
bermakna Ausubel.

3. Teori Belajar Humanistik


Menurut teori Humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Dengan kata lain siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaikbaiknya. Secara umum
teori ini cenderung bersifat eklektik, dalam arti memanfaat teknik belajar apapun asal
tujuan belajar siswa dapat tercapai.

Tokohtokoh teori ini antara lain Krathwohl dan Bloom, yang membagi tiga
kawasan tujuan belajar yang dapat dicapai siswa yaitu Kognitif (pengatahuan),
Psikomotor (gerak), dan Afektif (sikap). Sedangkan Kolb berpendapat ada empat
tahap dalam proses belajar, yaitu pengalaman kongkrit, pengalaman aktif reflektif,
konseptualisasi dan eksperimentasi aktif.

Tokoh yang lain Honey dan Mumford membagi siswa menjadi empat macam,
yaitu aktifis, reflektor, teoris, dan pragmatis. Sedangkan Habermas membagi tiga tipe
belajar, yaitu belajar teknik, belajar praktis, belajar emansipatoris.

4. Teori belajar Sibernetik


Teori belajar Sibernetik berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu
informasi. Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi. Yang terpenting
adalah sistem informasi dari apa yang akan dipelajari siswa. Sedangkan proses belajar
berlangsung akan sangat ditentukan oleh sistem informasi ini. Karena itu, teori ini
berasumsi bahwa tidak ada satupun jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi.
Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.

Tokoh teori ini antara lain Landa dengan pendekatan algoritmik dan heuristik serta
Pask dan Scott dengan pembagian tipe siswa yaitu tipe wholist dan tipe serialist.

C. Penutup
Keempat teori belajar yang disajikan di atas merupakan pendapat dari tokohtokoh
pendidikan. Kebanyakan dari teoriteori tersebut tidak dapat merumuskan belajar secara
menyeluruh yang dapat dipakai di sekolahsekolah. Untuk itu para pendidik harus pandai-
pandai memahami belajar sesuai dengan kondisi anak didik, sambil melaksanakan teori
belajar yang sudah dipaparkan oleh para tokoh tersebut.

2
3

Anda mungkin juga menyukai