Tempe adalah produk olahan kedelai hasil fermentasi jamur Rhizopus sp. (Rusmin dan Ko, 1974). Tempe mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Kandungan protein yang terdapat dalam tempe lebih tinggi dibandingkan dengan produk olahan kedelai yang lain. Hermana (1985) dalam Ginting (2010) menyebutkan bahwa kandungan protein pada tempe adalah sebesar 18,3 %, sedangkan kandungan protein pada tauco 10,4 %, tahu 7,9 %, kecap 5,5 %, dan susu kedelai 2,8 %. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe seperti protein dan karbohidrat, lebih mudah dicerna, diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh. Hal ini dikarenakan jamur Rhizopus sp. yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Maka perlu dilakukan percobaan fermentasi tempe agar masyarakat dapat membuat tempe untuk dikonsumsi sendiri Dalam proses pembuatan tempe terdapat tiga tahap utama yaitu perendaman, perebusan, dan fermentasi. Pada proses fermentasi dibutuhkan inokulum tempe yang biasa disebut dengan ragi tempe atau usar. Inokulum tempe atau ragi tempe adalah bahan yang digunakan sebagai agensia untuk mengubah kedelai menjadi tempe yang mengandung jamur tempe Rhizopus sp. Jamur tempe akan tumbuh dan melakukan kegiatan fermentasi. Istilah usar mengacu pada inokulum tempe yang dibuat secara tradisional dengan menggunakan daun waru (Hibiscus sp.) atau daun jati (Tectona grandis). Jamur tempe akan menempel pada permukaan bagian bawah daun jati atau daun waru setelah beberapa hari dan dapat digunakan setelah dikeringkan terlebih dahulu (Kumalasari, 2012) Tempe merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal di Indonesia. Di dalam SNI No. 01-3144-1992 tempe didefiniskan sebagai produk makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang tertentu, berbentuk padatan kompak dan berbau khas serta berwarna putih atau sedikit keabu-abuan. Tempe dibuat dengan cara fermentasi atau peragian dengan menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus. Pembuatan tempe membutuhkan bahan baku kedelai. Melalui proses fermentasi, komponen-komponen nutrisi yang kompleks pada kedelai dicerna oleh kapang dengan reaksi enzimatis dan dihasilkan senyawa-senyawa yang lebih sederhana (Najih, 2016) Tempe mempunyai ciri-ciri berwarna putih, tekstur kompak dan flavor spesifik. Warna putih disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur yang kompak juga disebabkan oleh miselia-miselia jamur yang menghubungkan antara biji-biji kedelai tersebut (Andi, 2012).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan fermentasi tempe ini adalah untuk mengetahui cara-cara pembuatan tempe dan membandingkan tempe yang dihasilkan dengan berbagai perlakuan.
1.3 Rumusan Masalah
Hal-hal yang dirumuskan pada percobaan fermentasi tempe ini adalah mengetahui cara-cara pembuatan tempe dari biji nangka ataupun bahan lain pada umumnya serta membandingkan tempe yang dibuat dengan banyak perlakuan.
1.4 Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan fermentasi tempe ini adalah praktikan dapat mengetahui cara-cara pembuatan tempe dari biji nangka ataupun bahan lain pada umumnya serta membandingkan tempe yang dibuat dengan banyak perlakuan.
1.5 Ruang Lingkup
Praktikum Ilmu Dasar Teknik Kimia III modul Fermentasi Tempe ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Teknik, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam asetat (CH3COOH), asam laktat (CH3CHOHCOOH), aquadest, biji nangka, dan ragi tempe. Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah beaker glass, daun pisang, gelas ukur, kompor, panci, pH indikator, plastik, tampah, timbangan elektrik dan sendok.