Anda di halaman 1dari 6

Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

AKTIVITAS FISIK (OLAHRAGA) PADA PENDERITA ASMA


I Made Kusuma Wijaya

Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi


Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

E-mail: imadekusumawijaya@yahoo.co.id

Abstrak
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran nafas, yang sangat dekat dengan masyarakat dan
mempunyai populasi yang terus meningkat. Kasus asma didunia juga terus mengalami peningkatan dan diprediksi
pada tahun 2025 penderita asma akan mencapai 400 juta jiwa dimana penyakit asma tersebut menduduki urutan
sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Asma dapat bersifat ringan yang tidak mengganggu
aktivitas dan dapat bersifat menetap yang dapat mengganggu aktivitas serta dapat menimbulkan disability (kecacatan)
sehingga akan menurunkan produktivitas serta menurunkan kualitas hidup seseorang.
Olahraga merupakan salah satu cara untuk mengontrol penyakit asma, karena akan meningkatkan kebugaran
jasmani penderita. Melalui olahraga yang teratur maka penderita akan jarang mendapatkan serangan asma serta
serangan yang timbul akan menjadi lebih ringan. Tetapi olahraga haruslah dilakukan dengan baik karena olahraga
juga akan dapat menjadi pemicu serangan asma yang dikenal dengan istilah EIA (Exercise Induced Asthma).
Olahraga yang baik dilakukan adalah olahraga yang bersifat aerobik dengan intensitas yang tidak terlalu tinggi.
Melalui aktivitas tersebut maka penderita akan dapat meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta
memperkuat otot-otot pernafasannya sehingga pengambilan oksigen akan lebih banyak dan penderita asma akan
dapat bernafas lebih nyaman.

Kata kunci: olahraga, asma, kambuh

I. PENDAHULUAN asma juga bahkan dapat menimbulkan kematian


Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada pada penderita karena nafas yang bisa tiba-tiba
saluran pernafasan yang penting dan merupakan terhenti. Data WHO memperkirakan pada tahun
masalah kesehatan masyarakat yang serius di 2025 di seluruh dunia akan terdapat 255.000
berbagai negara di seluruh dunia. Asma jiwa meninggal karena asma dan jumlah ini
merupakan penyakit yang sangat dekat dengan akan terus meningkat mengingat asma
masyarakat dan mempunyai populasi yang terus merupakan penyakit un-diagnosed. Sebagian
meningkat. Asma dapat bersifat ringan yang besar kematian terjadi di negara-negara
tidak mengganggu aktivitas dan dapat bersifat berkembang yang disebabkan oleh karena
menetap yang dapat mengganggu aktivitas kontrol yang buruk terhadap penyakit asma.
bahkan kegiatan harian yang mengakibatkan Dengan kontrol yang baik maka penyakit asma
produktivitas menurun akibat mangkir kerja ini akan bersifat ringan dan tidak mengganggu
atau sekolah dan dapat menimbulkan disability aktivitas sesorang.
(kecacatan), sehingga akan menambah Dewasa ini kesehatan menjadi hal yang
penurunan produktivitas serta menurunkan mahal yang dirasakan oleh masyarakat terutama
kualitas hidup seseorang. oleh masyarakat menengah kebawah yang
Menurut Samsudrajat (dalam Resti, 2014) disebabkan oleh karena semakin mahalnya
perkembangan jumlah penderita asma dari biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk
tahun ketahun semakin meningkat, dimana berobat. Dalam hal ini para penderita asma
diperkirakan 300 juta orang di dunia menderita adalah merupakan orang yang mengalami
asma dan menurut badan kesehatan dunia ketergantungan terhadap obat dan alat bantu
(WHO) diprediksi pada tahun 2025 penderita pernafasan yang termasuk mahal biayanya.
asma bertambah menjadi 400 juta jiwa, dimana Pada penyakit asma akan terjadi
peningkatan kejadian asma terutama di negara- penyempitan saluran pernafasan akibat suatu
negara maju. Di Indonesia diperkirakan sampai proses peradangan (inflamasi) serta pengeluaran
10% penduduk mengidap asma dalam berbagai cairan mukus/lendir pekat secara berlebihan.
bentuk dan saat ini penyakit asma menduduki Jadi pada penyakit asma tersebut akan terjadi
urutan sepuluh besar penyebab kesakitan dan tiga proses yang berlangsung secara bersamaan,
kematian di Indonesia (Depkes RI, 2007). sehingga penderita asma akan mengalami
Seseorang yang menderita penyakit asma kesukaran bernafas atau sesak dan disertai
tidak benar-benar bisa sembuh dari penyakitnya, dengan batuk dan mengi. Asma dapat terjadi
kalaupun sembuh hanya gejalanya saja yang karena faktor genetik dimana terdapat gen
hilang. Selain mengganggu aktivitas, penyakit tertentu pada penderita asma yang dapat

336
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

diturunkan. Faktor genetik ini akan dapat II. KAJIAN PUSTAKA


menimbulkan serangan asma apabila ada faktor 1. Asma
pencetus, baik dari dalam tubuh ataupun dari Secara internasional untuk saat ini panduan
luar tubuh seseorang. Yang termasuk faktor penanganan asma yang banyak diikuti adalah
pencetus dari dalam tubuh antara lain infeksi Global Initiative for Asthma (GINA) yang
saluran pernafasan, stres, olahraga, dan emosi disusun oleh National Lung, Heart, and Blood
yang berlebihan. Faktor pencetus dari luar tubuh Institute Amerika yang bekerjasama dengan
yaitu debu, serbuk bunga, bulu binatang, zat World Health Organisation (WHO).
makanan, minuman, obat, bau-bauan, bahan GINA mengeluarkan batasan asma yang
kimia, polusi udara, serta perubahan cuaca atau lengkap, yang menggambarkan konsep
suhu. inflamasi sebagai dasar mekanisme terjadinya
Penatalaksanaan penyakit asma bertujuan asma sebagai berikut. Asma ialah gangguan
untuk mengontrol penyakit sehingga dapat inflamasi kronik saluran napas dengan banyak
meningkatkan dan mempertahankan kualitas sel yang berperan, khususnya sel mast,
hidup sehingga penderita asma dapat hidup eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang
normal tanpa hambatan dalam melaksanakan rentan, inflamasi ini menyebabkan episode
aktivitas sehari-hari. Dalam program penata- mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan,
laksanaan asma tersebut terdapat 7 langkah dan batuk, khususnya pada malam atau dini
yaitu mengenal seluk beluk asma, menentukan hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan
klasifikasi, mengenali dan menghindari penyempitan jalan napas yang luas namun
pencetus, merencanakan pengobatan jangka bervariasi, sebagian bersifat reversibel baik
panjang, mengatasi serangan asma dengan tepat, secara spontan maupun dengan pengobatan.
memeriksakan diri dengan teratur, serta Inflamasi ini juga berhubungan dengan
menjaga kebugaran dan olahraga. Jadi salah hiperreaktivitas jalan napas terhadap berbagai
satu cara untuk mengontrol penyakit asma rangsangan.
adalah dengan melakukan olahraga secara Asma dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu
teratur untuk menjaga kebugaran tubuh. jalur imunologis dan saraf otonom. Jalur
Olahraga akan menghasilkan kebugaran fisik imunologis didominasi oleh antibodi IgE,
secara umum, menambah rasa percaya diri, dan merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe
meningkatkan ketahanan tubuh. Dengan alergi). Bila seseorang menghirup alergen,
berolahraga akan dapat melatih dan menguatkan terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE orang
otot-otot pernafasan dan dapat meningkatkan tersebut meningkat. Alergen kemudian
fungsi jantung dan paru-paru. Namun dalam berikatan dengan antibodi IgE yang melekat
melakukan kegiatan olahraga penderita asma pada sel mast dan menyebabkan sel ini
harus berhati hati karena olahraga juga dapat berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam
menjadi pencetus serangan asma. Dokter mediator yang akan menimbulkan efek edema
Rogger catz dari Universitty of california lokal pada dinding bronkiolus kecil, sekresi
menyatakan bahwa sekitar 80% penderita asma mukus yang kental dalam lumen bronkiolus,
yang disebabkan oleh alergi dan demam, 40% dan spasme otot polos bronkiolus, sehingga
diantaranya juga memiliki asma yang menyebabkan inflamasi saluran napas. Pada
disebabkan oleh olahraga atau istilah medisnya jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan
Exercise induced asthma (EIA). Tetapi tidak mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag
berarti penderita EIA dilarang untuk melakukan alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel
kegiatan olahraga. Bila dikhawatirkan terjadi saluran napas. Peregangan vagal menyebabkan
serangan asma akibat olahraga, maka dianjurkan refleks bronkus. Ujung saraf eferen vagal
menggunakan beta2-agonis sebelum melakukan mukosa yang terangsang menyebabkan
olahraga. dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P,
Olahraga yang dianjurkan pada penderita neurokinin A dan Calcitonin Gene-Related
asma adalah olahraga ringan dan sederhana, Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah yang
artinya olahraga yang disesuaikan dengan menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi,
kemampuan penderita asma. Olahraga ini edema bronkus, eksudasi plasma, hipersekresi
dirancang untuk meningkatkan kebugaran fisik, lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi.
kekuatan otot-otot pernafasan dan kepercayaan Resiko berkembangnya asma merupakan
diri penderita asma. Olahraga tersebut banyak interaksi antara faktor pejamu dan faktor
jenisnya, antara lain olahraga pernafasan lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk
(Yoga,senam asma), renang, jalan cepat, lari, predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk
voli, sepeda santai, dan juga olahraga raket. berkembangnya asma, yaitu genetik asma,
Aktivitas olahraga tersebut akan mengurangi alergik (atopi), hiperreaktivitas bronkus, jenis
ketergantungan penderita asma tersebut kelamin dan ras. Predisposisi genetik untuk
terhadap obat-obatan. berkembangnya asma memberikan bakat/

337
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

kecenderungan untuk terjadinya asma. Penanganan harus cepat dan sebaiknya


Faktor lingkungan mempengaruhi individu dilakukan di rumah sakit/ gawat darurat.
dengan predisposisi asma untuk berkembang Kemampuan pasien untuk mendeteksi dini
menjadi asma, yang termasuk dalam faktor perburukan asmanya adalah penting, agar pasien
lingkungan yaitu: alergen di dalam ruangan, dapat mengobati dirinya sendiri saat serangan di
yaitu: mite domestik, alergen binatang, alergen rumah sebelum ke dokter.
kecoa, jamur (fungi, molds, yeasts), alergen di Penatalaksanaan Asma Kronik
luar ruangan, yaitu: tepung sari bunga, jamur Penatalaksanaan terhadap pasien asma
(fungi, molds, yeasts), bahan di lingkungan kronik bertujuan untuk mengontrol penyakit
kerja (asap rokok), polusi udara, baik polusi serta mencegah serangan/eksasarbasi penyakit.
udara di luar ruangan maupun di dalam ruangan, Ciri-ciri asma terkontrol:
infeksi pernapasan, status sosial ekonomi, besar a. Gejala minimal/tanpa gejala
keluarga, diet dan obat, serta obesitas b. Tanpa keterbatasan aktivitas harian
Diagnosis asma didasarkan atas hasil c. Tanpa gejala asma malam
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan d. Kebutuhan bronchodilator minimal
penunjang. Dari anamnesis didapatkan e. Fungsi paru normal atau hampir normal
keterangan adanya sesak napas paroksismal f. Efek samping obat minimal
yang berulang kali, mengi dan batuk (cenderung g. Tanpa eksaserbasi
timbul pada malam dan dini hari). Didapatkan Program penatalaksanaan asma meliputi
adanya faktor predisposisi atau presipitasi dan edukasi, menilai dan monitor berat asma secara
adanya riwayat keluarga (atopi), riwayat alergi berkala, identifikasi dan mengendalikan faktor
(atopi). Pada pemeriksaan fisik ditemukan pencetus, merencanakan dan memberikan
adanya mengi pada auskultasi, walaupun pada pengobatan jangka panjang, kontrol secara
sebagian penderita auskultasi terdengar normal teratur, dan mengikuti pola hidup sehat
namun pada pengukuran objektif (faal paru) termasuk aktivitas fisik/olahraga teratur.
telah terdapat penyempitan jalan napas.
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk 2. Aktivitas Olahraga Pada Penderita Asma
menyamakan persepsi dokter dan penderita Sebagian besar masyarakat kita saat ini telah
serta parameter objektif menilai berat asma. menyadari pentingnya untuk melakukan
Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai: olahraga. Pada umumnya mereka berolahraga
obstruksi jalan napas, reversibilitas kelainan faal dengan tujuan untuk memelihara dan
paru, variabilitas faal paru, sebagai penilaian meningkatkan kesehatan mereka. Namun ada
tidak langsung hiperesponsif jalan napas. pula sebagian masyarakat yang melakukan
Banyak parameter dan metode untuk menilai olahraga dengan tujuan untuk mencapai suatu
faal paru, tetapi yang telah diterima secara luas prestasi. Menurut Giriwijoyo (2007) olahraga
(standar) dan mungkin dilakukan adalah adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan
pemeriksaan spirometri dan arus puncak terencana yang dilakukan orang dengan sadar
ekspirasi (APE). Pemeriksaan penunjang lain untuk meningkatkan kemampuan fungsional
yang dapat dilakukan adalah uji provokasi mereka. Berdasarkan definisi tersebut maka
bronkus dan pengukuran status alergi. olahraga dibedakan menjadi olahraga prestasi,
Komunikasi yang baik dan terbuka antara olahraga rekreasi, olahraga kesehatan dan
dokter dan pasien adalah hal yang penting olahraga pendidikan. Aktivitas olahraga tersebut
sebagai dasar penatalaksanaan penyakit asma. dapat dilakukan oleh semua orang termasuk
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk: pada penderita asma. Banyak orang penderita
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma mungkin merasa takut melakukan
asma, agar kualitas hidup meningkat aktivitas olahraga karena olahraga juga
2. Mencegah eksaserbasi akut merupakan salah satu pencetus munculnya
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal serangan asma, dimana dokter Rogger catz dari
paru seoptimal mungkin Universitty of california menyatakan bahwa
4. Mempertahankan aktivitas normal termasuk sekitar 80% penderita asma yang disebabkan
latihan jasmani dan aktivitas lainnya oleh alergi dan demam 40 %, diantaranya juga
5. Menghindari efek samping obat memiliki asma yang disebabkan oleh olahraga
6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran atau istilah medisnya Exercise induced asthma
udara ireversibel (EIA). Tetapi tidak berarti penderita EIA
7. Mencegah kematian akibat asma dilarang untuk melakukan kegiatan olahraga,
Pada prinsipnya penatalaksanaan asma karena dengan olahraga yang baik dan teratur
diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu: akan dapat mengurangi kekambuhan dan juga
Penatalaksanaan Asma Akut mengurangi ketergantungan obat asma.
Serangan akut adalah keadaan darurat dan Disamping itu seperti kita ketahui bahwa
membutuhkan bantuan medis segera, beberapa atlet olimpiade juga adalah penderita

338
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

asma, namun mereka tetap dapat mencapai penderita asma. Nancy Hogshead pemenang
prestasi yang maksimal. medali emas renang pada olimpiade Los
Bagi penderita asma aktivitas olahraga dapat Angeles 1984 adalah juga penderita asma. Jadi
berguna untuk kesehatan mereka yaitu bertujuan walaupun olahraga dapat menyebabkan
untuk meningkatkan kebugaran dan daya tahan terjadinya serangan asma pada penderita asma
tubuh, mengurangi dosis obat, serta olahraga, tetapi olahraga secara teratur, diakui
meringankan dan menjarangkan kekambuhan. sebagai komponen managemen total untuk
Olahraga yang dapat untuk mencapai tujuan asma.
tersebut diatas adalah tipe olahraga yang Dalam melakukan aktivitas olahraga
memaksa seseorang untuk menghadapi kurang penderita asma, ada beberapa hal yang perlu
oksigen dan banyaknya karbondioksida didalam diperhatikan sehingga akan dapat bermanfaat
tubuh, sehingga membuat penderita menjadi dan tidak mencetuskan serangan asma, yaitu:
teradaptasi menghadapi serangan asma. Hal a. Latihan atau permainan hendaknya
tersebut dapat diperoleh apabila seseorang didahului dengan pemanasan dengan
melakukan aktivitas olahraga aerobik dengan intensitas yang cukup sampai terjadi sedikit
teratur dan dengan dosis yang tepat. peningkatan pengeluaran keringat.
Melakukan olahraga aerobik teratur dan b. Jenis latihan yang diperlukan adalah latihan
sering, dengan intensitas yang adekuat, aerobik, dimana latihan ini hendaknya
mendatangkan manfaat fisiologis yang sama dilakukan dengan intensitas antara 50-85%
bagi penderita asma maupun bukan, tetapi pada VO2 max., atau 65-85% denyut jantung
penderita asma mendapat nilai tambah. Hal ini maximal untuk meningkatkan kebugaran
dapat disebabkan karena fungsi sistem respirasi Kardiorespirasi.
menjadi lebih efisien yang ditandai oleh c. Setiap sesi hendaknya berlangsung dengan
menurunnya ventilasi paru untuk beban kerja durasi antara 15-60 menit. Bagi mereka
pada umumnya, meningkatnya kapasitas yang sangat tidak bugar pada awal sesi
pernafasan maximal (maximal breathing dapat dibatasi sampai 15 menit, tetapi
capacity), berkurangnya volume udara residu hendaknya direncanakan untuk minimal
(udara sisa) yang disebabkan oleh berkurangnya mencapai 30 menit
udara yang terperangkap dan adanya pola d. Latihan dilakukan 3-4 kali/minggu adalah
ventilasi paru yang lebih efisien. Hal ini berarti cukup. Kemajuan yang lebih besar dapat
bahwa penderita asma yang terlatih secara diperoleh dengan latihan yang lebih sering,
aerobik (mempunyai VO2 max yang baik) tetapi peningkatannya tidak terlalu besar.
mempunyai kemampuan yang lebih baik e. Bila penderita asma sangat tidak bugar,
dibandingkan dengan yang tidak terlatih, dan maka program latihan dapat dimulai dengan
memiliki obstruksi saluran nafas yang ringan berjalan, karena latihan ini mempunyai
atau sedang. Penelitian juga menunjukkan asmagenitas yang rendah dan menyiapkan
bahwa meningkatnya kebugaran aerobik otot-otot, untuk latihan dengan intensitas
ternyata meningkatkan toleransi dan tingkat yang lebih tinggi di waktu kemudian. Bila
ambang asma, sehingga asma baru akan terjadi tingkat kebugarannya meningkat, terutama
pada tingkat aktivitas olahraga yang lebih berat dalam hal sistem muskuloskeletalnya, maka
dan akan menurunkan kebutuhan akan obat- intensitas latihan dapat ditingkatkan dengan
obatan. Meningkatnya kebugaran aerobik juga melakukan interval training tingkat rendah
bermanfaat bagi aspek psikologis dan sosiologis yang terdiri dari latihan jalan dan lari santai
dengan meningkatnya rasa percaya diri, (jogging). Latihan kemudian dapat
penerimaan dan penghargaan yang lebih baik ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi
dari kelompok sebayanya dan orang tuanya, dengan menggunakan latihan interval 10-30
yang akan membantunya menghilangkan stigma detik diikuti dengan periode istirahat 30-90
buruk sebagai penderita asma. detik. Banyak olahraga beregu yang ideal
Hal yang juga penting untuk diketahui para untuk penderita asma, oleh karena pola
penderita asma adalah menyadari bahwa dengan penggunaan daya (energi) dalam olahraga
kemauan dan latihan, mereka pada umumnya beregu itu bersifat intermiten.
dapat berkompetisi dengan baik dengan rekan- f. Setiap sesi latihan atau permainan
rekannya yang non-asma, bila mereka menjalani hendaknya diakhiri dengan pendinginan,
pelatihan yang adekuat dan program pengobatan dengan melanjutkan kegiatan ritmik ringan,
pra-kompetisi yang juga adekuat. Penderita sampai denyut jantung menurun sekitar
asma telah menunjukkan kemampuannya 20x/menit lebih rendah dari pada ketika
berkompetisi di tingkat puncak internasional melakukan latihan.
hampir pada semua cabang olahraga. Dua puluh Ada beberapa keadaan/kondisi yang harus
satu orang dari 255 orang anggota tim diperhatikan penderita asma untuk menghindari
olimpiade Australia di Seoul (1988) adalah atau menghentikan olahraga, yaitu:

339
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

a. Bila penderita asma telah mendapat Olahraga. Beberapa olahraga memicu


pengobatan pra-latihan tetapi masih terjadinya bronchkonstriksi yang lebih besar
mengalami bronchokonstriksi, maka dari pada olahraga lainnya. Lari adalah bentuk
dianjurkan untuk menghentikan latihan, olahraga yang paling provokatif untuk asma,
karena apabila dilanjutkan akan berenang dan berjalan adalah yang paling
memperberat bronchokontriksinya. kurang menimbulkan serangan. Bersepeda dan
b. Penderita yang menjadi mengi (nafasnya berkayak (dayung) kurang asmagenik dari pada
berbunyi) ketika mengikuti olahraga lari, tertapi lebih asmagenik dari pada renang
hendaknya tidak melanjutkan aktivitasnya dan jalan. Durasi olahraga. Penelitian Morton
saat itu, namun bila inhalasi 2-agonist dapat menunjukkan bahwa bila kecepatan lari
menyembuhkan brochokonstriksinya, maka konstan, durasi antara 2-32 menit, semuanya
ia dapat kembali melanjutkan kegiatannya. menyebabkan terjadinya asma yang signifikan.
c. Olahraga hendaknya dihentikan bila nilai Intensitas olahraga. Silverman dan Anderson
PEFR-nya kurang dari 80% dari nilai mengemukakan bahwa pada olahraga dengan
terbaiknya. durasi konstan, bila intensitas olahraga
Melakukan kegiatan berat selama ditingkatkan, akan terjadi peningkatan kejadian
bronchokonstriksi dapat menyebabkan tingkat bronchokonstriksi pasca olahraga. Macam
kejenuhan O2 darah arteri sangat menurun, pembebanan. Olahraga berat yang berpola
terjadi akumulasi CO2 dan hiperventilasi paru intermiten dengan masa istirahat singkat
yang menyebabkan meningkatnya udara residu. misalnya sepak bola, squash dan tenis lapangan
Hal ini menyebabkan terjadinya dyspnoe (sesak lebih disukai dari pada olahraga yang bersifat
nafas) yang berat, broncho-konstriksi yang kontinu misalnya lari lintas alam atau maraton.
semakin berat dan kelelahan otot-otot respirasi. Kondisi lingkungan. Inhalasi udara dingin
dan/atau kering ternyata meningkatkan berat
3. Exercise-induced asthma (EIA) bronchokonstriksi. Tetapi penelitian akhir-akhir
Exercise-induced asthma (EIA) adalah suatu ini menunjukkan bahwa bila kadar uap air
kelainan berupa terjadinya keadaan dalam udara inspirasi dibuat konstan, sedangkan
hiperresponsif saluran nafas yang ditandai suhu udara lingkungan diubah maka tidak
dengan terjadinya spasme dan hipersekresi terdapat pengaruh signifikan terhadap kejadian
mukosa bronkus. Pada EIA serangan asma EIA, bahkan bernafas dalam udara yang lembab
dicetus oleh kegiatan olahraga atau latihan fisik. dan panas secara signifikan menghambat
Latihan di darat dan di air memberi efek yang kejadian EIA. Disamping itu pada masa musim
hampir sama. Meskipun demikian, renang serbuk sari atau memang saat banyak polutan
ditemukan sebagai jenis latihan yang paling yang berterbangan di udara, berolahraga
jarang menimbulkan picuan serangan (exercise ditempat terbuka mungkin bukanlah pilihan
induced asthma). Penelitian Helenius (1997) yang tepat karena akan dapat mencetuskan
pada para atlet di Amerika mendapatkan bahwa serangan asma.
lari jauh lebih memberi resiko serangan Untuk meminimalkan kejadian dan beratnya
dibandingkan dengan lari cepat atau latihan EIA, diperlukan berbagai upaya. Identifikasi
power. Untuk itulah olahraga permainan seperti dan pengendalian faktor pencetus dalam
Voli, Basket dan Sepak Bola justru dianjurkan penatalaksanaan EIA menjadi hal yang sangat
bagi penderita asma. signifikan dan bermanfaat dalam membantu
Belum diketahuinya angka kejadian pasti penatalaksanaan di lapangan. Sebagian
EIA di Indonesia. Susahnya menegakkan penderita dengan mudah dapat mengenali faktor
diagnosis EIA menjadikan usaha dokumentasi pencetus akan tetapi sebagian lain sangat sulit
kasus menjadi susah dilakukan oleh pusat-pusat diketahui. Demikian juga dengan EIA,
pelayanan yang ada. Dapat diperkirakan bahwa banyaknya faktor pencetus yang ditemui di
pada lebih dari separoh penderita asma, lapangan seperti beban psikologis, lingkungan
serangan dapat tercetus oleh aktifitas fisik berat berdebu ataupun kelelahan yang dialami atlet
Gejala-gejala EIA biasanya dimulai 5 menit dapat mencetus serangan asma. Upaya
pertama setelah mulai olahraga. Ciri khasnya farmakologik yang dapat dilakukan, yaitu:
bisa muncul seperti nafas yang memendek untuk memblokade EIA, obat terbaik adalah
kemudian muncul bunyi di tenggorokan, golongan -agonis, dan tidak dianjurkan untuk
rasa sesak, dan tertekan di dada. Kadang diikuti menggunakan fenoterol. Golongan -agonis
batuk dan nyeri perut. Pada kondisi seperti ini, bekerja cepat (60 detik) dan efektivitasnya
penderita EIA dapat secara tiba-tiba merasa relatif panjang yaitu sekitar 2 jam. Dianjurkan
lemas serta kekuatan dan kecepatannya dapat untuk memberikan obat ini sebagai inhaler
langsung menurun. sekitar 5-10 menit sebelum dimulainya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam olahraga. Bila pemberian -agonis gagal, maka
penanganan kejadian EIA yaitu: Bentuk -agonis dikombinasi dengan dengan golongan

340
Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA V Tahun 2015

yang lain namun pemberian -agonis Fakultas Pendidikan Olahraga dan


hendaknya selalu diberikan lebih dahulu, oleh Kesehatan, Universitas Pendidikan
karena dengan terjadinya bronchodilasi maka Indonesia.
obat lain yang diberikan setelahnya akan
terdistribusi secara lebih efektif di seluruh Kushartanti W. 2002. Kesehatan Olahraga
saluran nafas. Kuratif. Klinik Kebugaran FIK UNY

III. PENUTUP National Heart, Lung, and Blood Institute. 2007


Asma ialah gangguan inflamasi kronik Guidelines for the Diagnosis and
saluran napas dengan banyak sel yang berperan, Management of Asthma
khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Asma dapat terjadi melalui jalur imunologis dan Nugroho S. 2006. Terapi pernafasan pada
saraf otonom dimana resiko berkembangnya penderita asma. Pendidikan Olahraga
asma merupakan interaksi antara faktor pejamu Kesehatan Fakultas Ilmu Keolahragan
(penderita asma) dan faktor lingkungan. Gejala Universitas Negeri Yogyakarta
yang dapat muncul pada penderita asma adalah
adanya sesak napas paroksismal yang berulang Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
kali, mengi dan batuk (cenderung timbul pada 2003. ASMA. Pedoman Diagnosis dan
malam dan dini hari). Dalam melakukan Penatalaksanaan Asma di Indonesia.
diagnosis asma disamping gejala klinis juga
diperlukan pemeriksaan faal paru sebagai Purwanto S. 2004. Pendidikan Jasmani Untuk
penunjang. Penatalaksanaan asma dilakukan Penderita Asma. Universitas Negeri
dengan tujuan untuk mengontrol penyakit asma, Yogyakarta.
yang salah satunya adalah dengan mengikuti
pola hidup sehat termasuk aktivitas fisik Resti IB. 2014. Teknik Relaksasi Otot Progresif
(olahraga). Yang perlu diperhatikan pada Untuk Mengurangi Stres Pada Penderita
penderita asma adalah melakukan olahraga Asma. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan
aerobik teratur dan sering, dengan intensitas (JIPT) Volume 2 No 1 tahun 2014
yang adekuat, karena akan mendatangkan
manfaat fisiologis Hal ini dapat disebabkan Rengganis I. Diagnosis dan Tatalaksana Asma
karena fungsi sistem respirasi menjadi lebih Bronkial. Departemen Ilmu Penyakit
efisien yang ditandai oleh menurunnya ventilasi Dalam, Fakultas Kedokteran UI. Majalah
paru untuk beban kerja pada umumnya, Kedokteran Indonesia, Vol: 58, Nomor:
meningkatnya kapasitas pernafasan maximal 11, Nopember 2008
(maximal breathing capacity), berkurangnya
volume udara residu (udara sisa) yang Widjayanegara. 2014. Senam Asma Mengurangi
disebabkan oleh berkurangnya udara yang Kekambuhan dan Meningkatkan Saturasi
terperangkap dan adanya pola ventilasi paru Oksigen Pada Penderita Asma di
yang lebih efisien. Namun olahraga yang Poliklinik Paru Rumah Sakit Umun
dilakukan tersebut harus dilakukan dengan Daerha Wangaya Denpasar. Universitas
mengikuti prosedur yang tepat karena olahraga Udayana.
juga akan dapat menjadi pencetus serangan
asma, yang dikenal dengan Exercise-induced
asthma (EIA)

DAFTAR PUSTAKA
Afriwardi. 2008. Latihan Fisik Mencetuskan
Asma. Majalah Kedokteran Andalas
No.1 Volume 32

Anonim. Modul VI. Olahraga Pada Lanjut


Usia. Jurusan Pendidikan Olahraga,
Fakultas Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan. Tersedia pada file.upi.edu/...
OLAHRAGA/.../MODUL_VIOLAHRA
GA_PADA_LANJ... diunduh tanggal 27
November 2015

Giriwijoyo S. 2007. Ilmu Faal Olahraga.


Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga.

341

Anda mungkin juga menyukai