Anda di halaman 1dari 8

Jawaban Soal Kajian

1.

Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam memproduksi adalah tidak valid. Fakta
yang ada di lapangan negara sering menggunakan teknologi yang berbeda.
Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih menjadi masalah. Hal ini
karena sebagian besar perdagangan adalah produk negara industri yang bertumpu pada diferensiasi produk dan
skala ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan model faktor endowment H-O.

2.
Hanya terdapat dua negara dan dua komoditi (komoditi X dan komoditi Y) serta dua faktor produksi tenaga kerja
dan modal).
Kedua negara tersebut memiliki dan menggunakan metode atau tingkat teknologi produksi yang persis sama.
Komoditi X secara umum bersifat padat karya atau padat tenaga kerja (labor intensive),sedangkan komoditi Y
secara umum bersifat padat modal (capital intensive).
Spesialisasi produksi yang berlangsung dikedua negara sama-sama tidak lengkap atau tidak tidak menyeluruh.
Selera atau preferensi permintaan konsumen kedua negara persis sama.
Terdapat kompetisi sempurna dalam pasar produk dan dalam pasar faktor produksi.
Terdapat mobilitas faktor yang sempurna dalam ruang lingkup masing-masing negara namun tidak ada mobilitas
faktor faktor antar negara.
Sama sekali tidak ada biaya-biaya transportasi, tarif atau berbagai bentuk hambatan lainnya yang dapat
mengurangi kebebasan arus perdagangan antara kedua negara.
Semua sumber daya produktif atau faktor produksi pada masing-masing negara dapat dikerahkan secara penuh
dalam kegiatan produksi.
Perdagangan internasional yang terjadi sepenuhnya seimbang (total nilai ekspor sama dengan total nilai impor).

3.
Semua sumber daya produktif atau faktor produksi yang ada di masing-masing negara dapat dikerahkan secara
penuh dalam kegiatan-kegiatan produksi (full employment). Asumsi ini menandakan bahwa dalam model H-O
tidak diperhitungkan adanya faktor produksi yang menganggur. Semua faktor produksi (modal dan tenaga kerja)
yang ada dapat diserap sepenuhnya dalam sektor-sektor ekonomi produktif di kedua negara.
Terjadi keseimbangan perdagangan kedua negara (besarnya ekspor sama dengan besarnya impor). Asumsi ini
bermakna bahwa total nilai ekspor dari suatu negara (misalnya negara A) sama dengan total nilai impor dari
negara lain yang menjadi mitra dagangnya (misalnya negara B). Hal ini berarti tidak ada negara yang akan
mengalami defisit maupun surplus perdagangan.
Spesialisasi produksi yang tidak penuh di kedua negara atau spesialisasi tidak sempurna (incomplete
specialization). Asumsi ini mengisyaratkan bahwa meskipun kedua negara terlibat dalam perdagangan, kedua
negara akan tetap memproduksi kedua jenis barang sekaligus. Artinya kedua negara akan tetap memproduksi
barang X maupun barang Y. Dengan demikian dalam teori H-O secara implisit juga mengasumsikan bahwa di
antara kedua negara tidak ada yang kekuatan ekonomi sangat lemah.
A. Selera dan preferensi permintaan konsumen di kedua negara sama. Asumsi ini bermakna bahwa preferensi-
preferensi permintaan yang tercermin pada bentuk dan lokasi kurva-kurva indeferensi di kedua negara identik.
Jadi, apabila harga relatif barang di kedua negara itu sama (karena berlangsungnya perdagangan bebas di natara
kedua negara), maka kedua negara itu akan mengkonsumsikan barang X dan Y dalam proporsi yang sama.
4.
Setiap negara mengkhususkan diri dalam memproduksi barang-barang tertentu saja, yang memungkinkannya
memproduksi barang-barang tersebut lebih efisien daripada jika negara yang bersangkutan memproduksi sendiri
segalanya; perekonomian-perekonomian yang melakukan spesialisasi produksi ini selanjutnya berdagang satu sama
lain agar dapat mengkonsumsi seluruh jenis barang. Dengan demikian setiap negara bisa memperoleh berbagai barang
yang tidak dibuatnya sendiri.

Pada dasarnya, adanya skala ekonomis menandakan bahwa input yang dibutuhkan per unit produksi semakin kecil
dengan semakin banyaknya output yang diproduksi. Namun kita tidak menyatakan bagaimana peningkatan produksi
itu sendiri dapat dicapai apakah perusahaan-perusahaan yang bersangkutan sudah bisa melakukan sekedar dengan
memproduksi lebih banyak, atau sebaliknya harus ada peningkatan jumlah perusahaan. Untuk menganalisi dampak
skala ekonomis terhadap struktur pasar, kita mermbutuhkan kejelasan tentang peningkatan produksi seperti apa yang
diperlukan untuk menurunkan biaya rata-rata.

Skala ekonomis eksternal (external economies of scale) akan tercipta apabila jumlah biaya per unit sudah tergantung
pada besarnya industri, tidak perlu pada besarnya satu perusahaan.

Selanjutnya skala ekonomis internal (internal economies of scale) muncul jika biaya per unit tergantung pada besarnya
satu perusahaan, sehingga hal itu tidak perlu dikaitkan dengan besarny industri yang bersangkutan.

Skala ekonomis eksternal dan internal masing-masing menimbulkan implikasi-implikasi yang berbeda terhadap
struktur industri. Suatu industri dimana skala ekonominya eksternal (yakni, tidak ada keunggulan khusus bagi suatu
perusahaan yang memiliki skala besar) biasanya terdiri dari banyak perusahaan kecil, dan strukturnya berkembang
menjadi persaingan sempurna. Sebaliknya, jika skala ekonomi internal memberikan perusahaan-perusahaan berukuran
besar suatu keunggulan biaya atas perusahaan-perusahaan kecil, maka hal ini pada akhirnya dapat menciptakan
struktur pasar persaingan tidak sempurna. Baik skala ekonomis eksternal maupun internal merupakan penyebab
penting bagi terjadinya perdagangan internasional.

5.
Difrensiasi produk adalah upaya untuk membedakan produk dari perusahaan yang dimilikinya dari
persaingan produk-produk perusahaan lain Yang membuat pembedaan produk suatu perusahaan lebih
spesial. Dalam pasar oligopoly terdapat beberapa penjual yang saling mempengaruhi terutama dalam
harga, oleh karena itu perusahaan harus mendiferensiasi produk untuk menunjukkan keunggulan dan
menguasai pasar tertentu dari produk pesaing sehingga mengurangi pengaruh perusahaan pesaing dan
mampu memaksimalkan keuntungan. Dengan diferensiasi produk menghasilkan ketidaksempurnaan
persaingan dalam pasar karena menghilangkan salah satu syarat terjadinya pasar persaingan sempurna,
yaitu ketika produk bersifat subtitusi sempurna. Bentuk dari keberhasilan diferensiasi produk menitik
beratkan pada berkurangnya pengaruh antar penjual terhadap harga.
Dalam perdagangan internasional masing-masing Negara akan memilih untuk berspesialisasi dalam
memproduksi barang yang lebih menguntungkan.
6.
Penghitungan perdagangan intra industry dan kelemahan dari metode yang digunakan
Dapat menggunakan metode (intra industry trade index) yang dilambangkan dengan T
||
T=1- X+M

X = Export
M = Import

Nilai index T bervariasi antara 0-1 dimana apabila index T bernilai 0 maka mengindikasikan
suatu Negara hanya mengekspor atau mengimpor saja. Dan jika Index T bernilai 1 artinya Negara
tersebut \memiliki volume perdagangan export dan impor yang seimbang. Gruber dan Lloyd
pernah mengdakan kalkulasi di 10 negara maju di eropa pada tahun 1967, mereka mendapati
bahwa rata-rata index T adalah 0,48.
Kelemahan pada perhitungan pada indeks T untuk mengukur tingkatan perdagangan intra-industri
adalah pada komponen T yang sering muncul lebih dari satu dan satu sama lainnya berbeda,
sehingga sulit untuk menentukan T yang paling tepat, secara spesifik bias dikatakan bahwa
semakin luas cakupan dari sektor industri, maka akan semakin besar nilai T. alasannya adalah
semakin luas cakupan sektor industry tersebut maka akan semakin besar kemungkinan negara
yang bersangkutan akan mengekspor produk-produk terdifrensiasi dalam varietas atau jenis yang
lebih banyak.
7.
Apa yang dimaksud persaingan monopolistic

Adalah pasar dengan banyak produsen tetapi terjadi diferensiasi produk pada hasil produk
masing-masing produsen.
Ciri pasar persaingan monopolistic:
o Terdapat banyak produsen
o Diferensiasi produk
o Adanya kemampuan produsen untuk mempunyai harga
o Produsen lain dapat keluar masuk pasar.
Kelebihan pasar monopolistic
o Konsumen lebih banyak pilihan barang
o Produsen dapat menentukan harga sendiri
o Masing masing produsen memiliki pangsa sendiri
Kelemahan pasar monopolistic
o Tidak efisien produksi karena tidak berproduksi dalam AC minimum
o Terlalu banyak perusahaan kecil
Model ini dapat digunakan untuk menelaah perdagangan intra industry karena konsep diferensiasi
produk yang sama berlaku pada pasar monopolistic dan perdagangan intra industry.
8.

Model kesenjangan teknologi ( technological gap model ) untuk pertama kalinya dikembangkan oleh
Posner pada tahun 1961. Menurut teori ini, sejumlah besar perdagangan di antara Negara-negara industri
maju ternyata di dasarkan pada munculnya produk-produk baru oleh proses-proses produksi ( teknologi )
yang baru. Adanya proses produksi dan produk baru itulah yang sering kali memberikan kedudukan
monopoli yang bersifat sementara bagi perusahaan-perusahaan atau negara tertentu di pasaran
internasional. Kedudukan monopoli sementara ( temporary monopoly ) itu sendiri di dasarkan pada hak
paten atau hak cipta yang memberi keistimewaan bagi pemiliknya untuk memanfaatkan apa yang di
lindungi oleh hak paten itu secara ekslusif.
Namun model ini pun di liputi kelemahan yakni ia tidak dapat menjelaskan berapa besar kecilnya
kesenjangan teknologi atau sebab-sebabnya. Di samping itu,model tersebut juga tidak mengungkapkan
alas an munculnya kesenjangan teknologi itu sendiri atau latar belakang proses pengerjaran teknologi oleh
pihak, produsen, atau negara-negara tertentu yang semula tertinggal.

Kelemahan-kelemahan itu selanjutnya memunculkan suatu genelisasi dan pengembangan lanjutan atas
model kesenjangan teknologi yang selanjutnya terkenal dengan nama model siklus produk ( product
cycle ). Model ini untuk pertama kalinya di rumuskan oleh Raymond Vernon pada tahun 1966. Menurut
model ini, pada tahap awal penciptaan sebuah produk dan pengenalan ke pasar, biasa prose produksinya
mensyaratkan tenaga kerja terampil.
Vernon juga mengemukan bahwa produk-produk yang bernilai tinggi dan menghemat tenaga kerja
cenderung akan di pilih sebagai produk andalan ekspor di negara-negara industri yang kaya. Hal itu
dikarenakan:
1. Peluang terbesar untuk menciptakan produk-produk seperti itu memang ada di Negara-negara indutri
maju yang banyak memiliuki faktor produksi modal yang merupakan input utama bagi produk-
produk bernilai tinggi.
2. Pengembangan produk-produk baru seperti itu membutuhkan kemiripan pasar atau kesesuaian pasar
( proximity ), sehingga dapat diharapkan munculnya umpan balik dari konsumen dalam rangka
proses modifikasi dan menyempurnakan produk yang bersangkutan.
3. Kebutuhan akan pelayanan dalam proses pengenalan dan kegiatan-kegiatan purna jual memang
paling dimungkinkan di Negara-negara maju tadi. Kalau model kesenjangan teknologi menekankan
pada perbedaan waktu dalam proses peniruan atau imitasi, maka model siklus produk lebih
menekankan pada pentingnya proses standarisasi. Namun kedua model ini sama-sama berpendapat
bahwa Negara-negara industri yang paling maju cenderung mengekspor aneka produk non standar
yang mengandung tekonologi paling maju, dan di lain pihak akan mengimpor produk-produk standar
yang diproduksi bias secara masal dan kandungan teknologinya lebih kecil ( ini akan dibuat di negara
berkembang ).
9.
Jelaskan relevansi empiris antara teori Heckscher-Ohlin dengan teori-teori baru mengenai perdagangan
internasional !
Pengujian Empiris teori H-O Pengujian Data Amerika Serikat (Wassily Leotief) Pengujian empiris
terhadap teori ini antara lain dilakukan oleh Wassily Leontief, seorang pelopor utama dalam analisis
Input-Output yang melakukan studi empiris untuk menguji prediksi H-O. Leontief menerapkan H-O pada
data Amerika Serikat tahun 1947. Secara umum AS diasumsikan sebagai negara yang relatif memiliki
modal lebih banyak dan tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan negara-negara lain. Sehingga berdasarkan
teori H-O, maka ekspor AS akan terdiri atas barang-barang yang padat modal dan sebaliknya impornya
akan terdiri atas barang barang padat karya. Dari hasil pengujian diperoleh tenyata AS cenderung ekspor
produk padat tenaga kerja dan mengimpor produk padat modal. Kesimpulan ini bertentangan dengan teori
H-O yang sering dikenal dengan Leontief Paradoks. Tetapi munculnya paradoks tersebut menurut
beberapa ekonom dapat disebabkan keterbatasan metodologi dan kelemahan analisa. Selain ada beberapa
faktor yang mendukung terjadinya paradoks tersebut, antara lain misalnya,pada tahun 1947 terjadi perang
Dunia II sehingga keadaan pada saat itu belum dapat mewakili kondisi perdagangan AS secara umum
dengan tepat. Sedangkan menurut beberapa ahli ekonomi perdagangan, paradox Leontief
dapat terjadi karena beberapa sebab utama berikut:

a.adanya intesitas faktor produksi yang berkebalikan (factors intensity reversals)


b.Tariff dan non-tarief barier
c. Perbedaan dalam ketrampilan dan human capital

Penjelasan lain menyatakan bahwa penemuan Leotief tidak sepenuhnya bertentangan dengan teori H-O,
karena ekspor AS yang pada karya (labor intensif) tersebut sangat logis. AS merupakan negara yang
mempunyai banyak tenga kerja terdidik (skilled labor) dibandingkan dengan negara lain, sehingga
eskpornya lebih banyak terdiri atas barang yang padat karya namun terdidik. Sehingga penemuan
Leontief tersebut, dalam batasan tertentu justeru sesuai dan mendukung teori H-O. Pengujian data banyak
negara Pengujian dilakukan dengan menggunakan data dari berbagai negara. Stdi terpenting yang perna
dilakuakan antara lain oleh Harry P. Bowen, Edward E. Learmer dan Leo Sveikauskas. Mereka
menyatakan bahwa perdagangan barang secara tidak langsung merupakan perdagangan faktor produksi.
Sehingga kita akan menemukan negara akan melakukan ekspor terhadap produk yang faktor produksinya
relatif melimpah dan begitu pula sebaliknya. Dari sampel 27 negara dan 12 faktor produksi yang diujikan
oleh Bowen (Krugman dan Obstfeld, 2003:83) dapat dihitung rasio faktor endowments setiap faktor
produksi suatu negara terhadap penawaran dunia. Kemudian dilakukan pembandingan rasio-rasio tersebut
dengan bagian setiap negara dari pendapatan dunia. Mereka menyatakan jika teori faktor produksi benar,
maka suatu negara akan selalu ekspor faktor yang bagiannya mele bihi bagian pendapatan dan sebaliknya.
Kenyataanya adalah 2/3 faktor produksi diperdagangkan kurang dari 70 persen yang sesuai dengan arah
yang telah diprediksikan. Hasil ini mendukung paradoxs Leontief di tingkatan yang lebih luas, bahwa
perdagangan sering tidak berjalan sesuai dengan yang diprediksikan oleh teori Hecksher-Ohlin.
10.
A. terdapat 2 penyebab terjadi barang dan jasa yang tidak diperdagangkan. Pertama
adalah biaya transportasi lebih besar atau sama dengan harga barang itu sendiri
sehingga setelah dipertimbangkan barang tersebut lebih baik dikomsumsi sendiri
dan diproduksi dalam negeri. Missal di Negara A dapat memproduksi 2 anggur
dan 4 jeruk dan di Negara B dapat memproduksi 2 jeruk dan 4 anggur ketika
Negara A ingin mengeksport ke Negara B terdapat penambahan biaya transportasi
sehingga Negara A hanya dapat memproduksi 2 anggur dan 3 jeruk, dari hal ini
Negara A lebih baik mengkomsumsi sendiri anggur dari pada harus mengekspor.
B. Karena biaya tranportasi meningkatkan harga atau komoditi yang diperdagangkan

11.
Industri berorientasi pada sumber daya yaitu indutsri yang menggunakan sumber daya-sumber daya yang
ada baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia,
Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati
daerah persebaran konsumen.
Industri-industri yang bersifat lincah adalah industri yang tidak terkait dengan banyak hal, Industri ini
dapat didirikan di mana saja, karena sumber daya, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat
ditemukan di mana saja.
Hal yang mendasari klasifikasi industri tersebut adalah berdasarkan pemilihan lokasi industry tersebut.
Semakin baik tempat industri tersebut maka pola perdagangan internasional akan semakin terbuka
sehingga proses pemasaran atau ekspor-impor barang yang dihasilkan oleh industry itu akan menjadi
semakin luas jangkauannya, yang berdamapak pada meningkatnya keuntungan dari industri dan
pendapatan di negara industri itu berdiri akan meningkat.

12.
Untuk keputusan lokasi industri, strategi yang digunakan biasanya adalah strategi untuk meminmalkan
biaya, sedang untuk bisnis eceran dan jasa professional, strategi yang digunakan terfokus pada
memaksimalkan pendapatan. Walaupun demikian, strategi pemilihan gudang ditentukan oleh kombinasi
antara biaya dan kecepatan pengiriman. Secara umum, tujuan strategi lokasi adalah untuk
memaksimalkan keuntungan lokasi bagi perusahaan.

Pilihan-pilihan yang ada dalam lokasi meliputi:


1. Tidak pindah, tetapi meluaskan fasilitas yang ada
2. Mempertahankan lokasi sekarang, selagi menambah fasilitas lain dii tempat lain
3. Menutup fasilitas yang ada dan pindah ke lokasi lain.
Pemilihan lokasi industri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor ini pada prakteknya berbeda
penerapannya bagi satu industri dengan industri yang lain, sesuai dengan produk yang dihasilkan. Faktor
yang mempengaruhi pemilihan lokasi dilihat dari sisi produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Faktor primer, yaitu faktor yang harus dipenuhi, bila tidak, maka operasi tidak dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
2. Faktor sekunder, yaitu faktor yang sebaiknya ada, bila tidak operasi masih dapat diatasi dengan
biaya lebih mahal.

Macam faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi industri adalah sebagai berikut:
1. Letak konsumen atau pasar, yaitu penempatan industri di dekat dengan daerah konsumen.
Alasan yang mendasari pemilihan lokasi dekat dengan konsumen adalah adanya kemudahan untuk
mengetahui perubahan selera konsumen, mengurangi resiko kerusakan dalam pengangkutan, apabila
barang yang diproduksi tidak tahan lama, biaya angkut mahal, khususnya untuk produksi jasa.
2. Sumber bahan baku, yaitu penempatan industri di dekat dengan daerah bahan baku. Dasar
pertimbangan yang diambil adalah apabila bahan baku yang dipakai mengalami penyusutan berat dan
volume, bahan baku mudah rasak dan berubah kualitas, resiko kekurangan bahan baku tinggi.
3. Sumber tenaga kerja, alternatif yang dipakai adalah apakah tenaga kerja yang dibutuhkan
unskill, dengan pertimbangan tingkat upah rendah, budaya hidup sederhana, mobiiitas tingp sehingga
jumlah gaji dianggap sebagai daya tarik, ataukah tenaga kerja skill, apabila pemsahaan membutuhkan
fasilifeas yang lebih baik, adanya pemikiran masa depan yang cerah, dibutuhkan keahlian, dan
kemudahan untuk mencari pekerjaan lain.
4. Air, disesuaikan dengan produk yang dihasilkan apakah membutuhkan air yang jernih alami,
jernih tidak alami, atau sembarang air.
5. Suhu udara, faktor ini mempengaruhi kelancaran proses dan kualitas hasil operasi.
6. Listrik, disesuaikan dengan produk yang dihasilkan kapasitas tegangan yang dibutuhkan.
7. Transportasi, berupa angkutan udara, laut, sungai, kereta api, dan angkutan jalan raya.
8. Lingkungan, masyarakat, dan sikap yang muncul apabila didirikan industri di dekat tempat
tinggal mereka, apakah menerima atau tidak.
9. Peraturan Pemerintah, Undang-undang dan sistem pajak. Aspek umum yang diatur undang-
undang adalah jam kerja maksimum, upah minimum, usia kerja minimum, dan kondisi lingkungan kerja.
10. Pebuangan limbah industri, kaitannya dengan tingkat pencemaran, sistem pembuangan limbah
untuk perlindungan terhadap alam sekitar dan menjaga keseimbangan habitat.
11. Fasilitas untuk industri, berupa spare part, mesin-mesin, untuk menekan biaya.
12. Fasilitas untuk karyawan, agar dapat meningkatkan semangat kerja dan kesehatan kerja.
Meningkatnya integrasi perekonomian dunia melalui perdagangan bebas dan aliran modal telah
menimbulkan perbedaan diantara Negara-negara di dunia karena perbedaan regulasi domestic.bahkan
ketika batas wilayah pengawasan modal perdagangan semakin demikian tipis maka perbedaan peraturan
domestic akan berdampak pada hilangnya batas antarnegara. Peningkatan perhatian pada regulasi
domestic dan dampaknya pada perdagangan dilakukan secara terus menerus sehingga perhatian terhadap
lingkungan dunia juga meningkat.

Perdagangan dan lingkungan merupakan isu yang krusial saat ini karena meningkatnya pendapatan dan
adanya tuntutan akan standar lingkungan yang lebih tinggi seiring dengan meningkatnya pendapatan.
Eksternalitas lingkungan modal timbul karena konsumsi atau produksi privat memiliki dampak eksternal
terhadap aspek yang lain. Dalam hal ini biaya atau keuntungan privat berbeda dengan biaya atau
keuntungan sosial sehingga terjadi efek spillover pada masyarakat. Eksternalitas lingkungan dapat
dikategorikan ke dalam tiga bentuk, yaitu lokal, transnasional dan global. Adanya beberapa persetujuan
multilateral yang berhubungan dengan isu lingkungan yang juga memiliki konsekuensi perdagangan.
Persetujuan tersebut dilaksanakan dengan fokus pada aspek lingkungan yang disetujui dalam persetujuan
dan kemudian memastikan bahwa rencana perdagangan mendukung persetujuan dan protokolnya.

Anda mungkin juga menyukai